BAB I
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Aliran empedu dapat terganggu pada tingkat mana saja dari mulai sel hati
(kanalikulus), sampai ampula vateri, sehoingga ikterus obstruktif berdasarkan
lokasi obstruksinya dibedakan atas ikterus obstruksi ekstrahepatik dan
intrahepatik. Adapaun penyebab ikterus ekstrahepatik antara lain :
1. Atresia biliaris
2. Stenosis duktus biliaris
3. Hipoplasia biliaris
4. Massa (batu, neoplasma)
5. Perforasi spontan duktus biliaris
Penyebab ikterus obstruktif intrahepatik
:
6. Idiopatik :
a) Hepatitis neonatal idiopatik. Kelianan ini ditandai oleh
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
C. PATOFISIOLOGI
Pada atresia bilier tipe III, varian histopatologis yang sering ditemukan,
sisa jaringan fibrosis mengakibatkan sumbatan total pada sekurang-kurangnya
satu bagian sistem bilier ekstrahepatik. Duktus intrahepatik, yang memanjang
hingga ke porta hepatis, pada awalnya paten hingga beberapa minggu pertama
kehidupan tetapi dapat rusak secara progresif oleh karena serangan agen yang
sama dengan yang merusak ductus ekstrahepatik maupun akibat efek racun
empedu yang tertahan lama dalam ductus ekstrahepatik. (Schwarz.2011)
Peradangan aktif dan progresif yang terjadi pada pengrusakan sistem bilier
dalam penyakit Atresia Bilier merupakan suatu lesi dapatan yang tidak melibatkan
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
satu faktor etiologik saja. Namun agen infeksius dianggap lebih memungkinkan
menjadi penyebab utamanya, terutama pada kelainan atresia yang terisolasi.
Beberapa penelitian terbaru telah mengidentifikasi peningkatan titer antibodi
terhadap retrovirus tipe 3 pada pasien - pasien yang mengalami atresia.
Peningkatan itu terjadi pula pada rotavirus dan sitomegalovirus.
Efek patofisiologis yang nyata terlihat pada ikterus obstruktif adalah tidak
adanya komponen garam empedu dan bilirubin dalam usus. Tidak adanya
bilirubin dalam usus menyebabkan tinja pasien dengan ikterus obstruksi berwarna
pucat. Tidak adanya garam empedu menimbulkan malabsorbsi lemak, sehingga
timbul gejala steatorea dan defisiensi vitamin larut lemak seperti vitamin A, K,
dan D. Defisisensi vitamin K akan mengurangi kadar protrombin, sehingga
menimbulkan gangguan pembekuan darah. Pada ikterus obstruktif yang
berkepanjangan, yang disertai malabsorbsi vitamin D dan Ca, dapat menyebabkan
terjadinya osteoporosis atau osteomalacia. Kadang-kadang pruritus timbul sebagai
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
gejala awal, hal ini berkaitan dengan peningkatan kadar asam empedu dalam
plasma dan pengendapannya di jaringan perifer terutama kulit. Kadang-kadang
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hiperbilirubinemia terkonjugasi, didefinisikan sebagai peningkatan bilirubin
terkonjugasi lebih dari 2 mg/dL atau lebih dari 20% total bilirubin. Bayi dengan
biasanya antara 6-12 mg/dl, dengan fraksi terkonjugasi mencapai 50-60% dari
dan serum asam empedu. Pada semua tes ini, terjadi peningkatan baik dalam hal
biokimia yang dapat membedakan secara akurat antara Atresia Bilier dengan
enzim termasuk peningkatan level AP. Pada bebrapa kasus, peningkatan AP akibat
sumber skeletal dapat dibedakan dengan yang berasal dari hepar dengan
b. Pemeriksaan Radiologis
3. Cholangiography Intraoperatif
4. Cholangiography Intraoperatif
Pemeriksaan ini secara definitif dapat menunjukan kelainan anatomis
traktus biliaris. Kolangiografi intraoperatif dilakukan ketika biopsi hati
menunjukkan adanya etiologi obstruktif. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
metode memasukkan kontras ke dalam saluran empedu lalu kemudian difoto X-
Ray ketika laparotomi eksploratif dilaksanakan. Pemeriksaan ini dilakukan
ketika pemeriksaan biopsi dan scintiscan gagal menunjukkan hasil yang adekuat.
F. PENATALAKSANAAN
G. PROGNOSIS
Jika ikterus obstruktif disebabkan oleh hepatitis neonatorum tipe giant cell
transformation, maka prognosis umumnya buruk. Mortalitas kira-kira 30-40%.
Prognosis ini berhubungan dengan lengkap atau tidaknya “giant cell transformation”
itu. Pada penderita dengan “giant cell transformation” lengkap, pada hepar akan
terjadi kolaps pasca nekrotik dan fibrosis yang merata tanpa tonjolan yang
regeneratif. Hal ini disebbaka oleh sifat sel raksasa hati yang tidak dapat
bereproduksi. Biasanya penderita meninggal dengan ikterus yang berat dan beberapa
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
gejala yang mirip dengan gejala yang disebabkan atresia bilier. Prognosis “giant cell
transformation” yang tidak lengkap sebaliknya tidak terlalu buruk, kecuali bila
disertai atresia bilier atau infeksi rekuren. Sebabnya ialah karena bagian parenkim
yang masih normal dan mengandung kanal empedulambat laun dapat beregenerasi
menggantikan sel raksasa hati yang degenerative dan berjangka hidup terbatas,
sehingga kadang-kadang dapat mencapai keadaan hamper normal, baik struktur
maupun fungsionalnya
Sedangkan ikterus obstruksi kausa atresi bilier memiliki prognosis lebih baik
jika mendapat operasi yang tepat dan cepat. Sebelum ditemukan transplantasi hati
sebagai terapi pilihan pada anak dengan penyakit hati stadium akhir, angka
kelangsungan hidup jangka panjang pada anak penderita Atresia Bilier yang telah
mengalami portoenterostomy adalah 47-60% dalam 5 tahun dan 25-35% dalam 10
tahun. Sepertiga dari semua pasien ini , mengalami gangguan aliran empedu setelah
mendapat terapi bedah,sehingga anak-anak ini terpaksa menderita komplikasi sirosis
hepatis pada beberapa tahun pertama kehidupan mereka meskipun transplantasi hati
sudah dilakukan. Komplikasi yang dapat terjadi setelah portoenterostomi antara lain
kolangitis (50%) dan hipertensi portal (>60%)
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
BAB II
A. PengkajianKeperawatan
Basic conditioning factor meliputi : usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, status perkawinan, suku, budaya, agama, pekerjaan, lingkungan tempat
tinggal, status kesehatan, system pelayanan kesehatan yang tersedia dan terjangkau,
serta bagaimana individu memanfaatkan keberadaan sistem pelayanan kesehatan
tersebut saat mengalami masalah kesehatan. Kondisi diatas akan mempengaruhi
individu dalam memenuhi kebutuhan ADL dan perawatan dirinya.
a. Keseimbangan oksigenisasi
Pengkajian keseimbangan oksigenasi pasien endokrin meliputi : frekuensi,
kedalaman, bunyi pernafasan, pernafasan cuping hidung, adanya batuk dengan
atau tanpa sputum, batuk berdarah, adanya nyeri dada, bentuk dan
pengembangan dada, risiko gangguan bersihan jalan nafas. Penting bagi
perawat untuk menilai terjadinya infeksi paru atau adanya edema paru pada
pasien HD dengan kelebihan cairan.
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
dan asupan minum yang relatif ketat. Penilaian gejala gejala yang mengarah
pada gangguan psikososial depresi, stress, tingkat kecemasan, tingkat
ketergantungan pada orang lain, penerimaan terhadap penyakit, kontak sosial,
dukungan sosial, dan partisipasi dalam perawatan pasien selama dalam masa
perawatan di rumah sakit.
diabetikum/uremikum).
terjadi perubahan aktivitas pasien, menggunakan alas kaki yang tepat sesuai
anjuran.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
Kode : D.0077
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh Nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
2. Defisit Nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif: Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
c. Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/Nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
d. Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Monius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromukular
9. Luka baka
10. Kanker
11. Infeksi
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
3. Ansietas
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidk
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif:
1. Tampak gelisah
2. Tampak teang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor:
Subjektif:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
Objektif:
1. Frekuensi nafas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorintasi pada masa lalu.
c. Kondisi Klinis terkait
1. Kondisi kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2. penyakit akut
3. Hospitalisasi
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakkit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
DAFTAR PUSTAKA
Kader H, Balesteri W. Jaundice and Hyperbilirubinemia in the Newborn. In: Kliegman
RM, Behrman RM, Jenson HB, Stanton BF, Eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th
Ed. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2012.
Schwarz SM. Pediatric biliary atresia. [online]. Updated Juni 2011. [cited September
2011]. Availablefrom http://emedicine.medscape.com/article/927029 overview
Sulaiman, Ali. 2007. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam : Aru W Sudoyo et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : Penerbitan IPD FKUI. h.
420-423
Robbins, Stanley L dan Vinay Kumar. 2007. Buku Ajar Patologi volume 2 edisi 7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia , Definisi
dan Tindakan Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia , Definisi
dan Indikator Diagnostik, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia , Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Abdoerrachman, M.H. et al. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
16
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Baharuddin, S.Kep (70900118033)
Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah
18
Program Studi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Baharuddin, S.Kep (70900118033)