Disusun Oleh:
St Annisa Al-Kamilah
NIM. 201810461011008
Mengetahui,
……………………....… ..………………………
LAPORAN PENDAHULUAN
SOP CEREBRI
A. Definisi
3. Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah
menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang
tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita
sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih dahulu. Penyebab edema papil
ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis
retinae. Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan
aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocepallus.
4. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks
motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak
lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum atau general sukar dibedakan dengan
kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III
dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak (Kusuma, 2015).
D. Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi:
1. Jinak
- Acoustic neuroma
- Meningioma
- Pituitary adenoma
- Astrocytoma ( grade I )
2. Malignant
- Astrocytoma ( grade 2,3,4 )
- Oligodendroglioma
- Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :
1. Tumor intradural
- Ekstramedular
- Cleurofibroma
- Meningioma intramedural
- Apendimoma
- Astrocytoma
- Oligodendroglioma
- Hemangioblastoma
2. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer (Kusuma, 2015)
E. Patofisiologi
SOP
Ggg. Proses
pikir
Ketidakseimbangan Penurunan
nutrisi kurang dari kesadaran
kebutuhan tubuh
Ggg.
kesadaran
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan
Computed Tomography Scanner merupakan suatu prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang
tengkorak dan otak. CT-Scan memberi informasi spesifik mengenai jumlah,
ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta
member informasi tentang sistem vaskuler (Yueniwati, 2017).
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan MRI diindikasikan terutama untuk susunan saraf pusat (otak,
tulang belakang) dan persendian (muskuluskeletal). MRI membantu dalam
mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah
hipofisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT-
Scan (Satyanegara, 2014).
3. Angiografi.
Merupakan nama untuk pemeriksaan sinar-x yang menggunakan suntikan
pewarna untuk mengenal pasti tempat dan mengeluarkan gambaran saluran-
saluran darah utama di dalam otak. Angiografi dapat memberi gambaran
pembuluh darah serebal dan letak tumor (Abdullah, 2015).
4. Elektroensefalografi
Merekam aktivitas umum elektrik di otak, dengan meletakkan elektroda-
elektroda pada daearah kulit kepala atau dengan menempatkan mikroelekroda
dalam jaringan otak (Sudoyo et al, 2015).
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak.
Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa
mungkin peluang kehilangan fungsi otak. Operasi untuk membuka tulang
tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan anestesi
umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian
membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk
mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau
seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan
tulang tadi atau sepotong metal. Ahli bedah kemudian menutup
sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang
ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi
untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan (Sudoyo et al, 2015).
2. Radiosurgery stereotactic
Stereotactic radiosurgery (SRS) menjadi salah satu modalitas penting
dalam tatalaksana metastasis otak. Kelebihan dari prosedur ini adalah
memperkecil kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu
pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang
dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang
dapat terjadi setelah radioterapi (Kodrat & Novirianthy, 2016).
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah
mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang
radiasi diarahkan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang. Radioterapi
biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa)
yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat
dilakukan sebagai terapi pengganti operasi (Yueniwati, 2017).
4. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus untuk mematikan
sel-sel kanker. Obat-obatan tersebut dapat diberikan melalui injeksi, pil atau
sirup yang diminum, dan krim yang dioleskan pada kulit. Obat-obatan biasanya
diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode
pemulihan. Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan
bevacizumab (Avastin), barubaru ini telah mendapat persetujuan untuk
pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping
lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama.
Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral (Yudissanta &
Ratna, 2012).
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah
biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan
implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama beberapa minggu,
wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian membunuh sel
kankernya (Yueniwati, 2017).
H. Komplikasi
1. Gangguan Fungsi Luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan
kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area
otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
2. Ganguan Wicara. Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor
otak. Dalam hal ini kita mengenal istilah disartria dan aphasia.
3. Ganguan Pola Makan
4. Kelemahan Otot
5. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
6. Stroke
7. Epilepsi
8. Depresi
9. Hidrosephalus
10. Cerebral Hernia
11. Ganguan Seksualitas
12. Terbentuknya Gumpalan Darah (Satyanegara, 2014).
Daftar Pustaka
Abdullah, J.M. (2015). Memahami Barah Otak. Malaysia: Universiti Sains Malaysia
Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf Edisi V. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2015). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Yudissanta, A., & Ratna, M. (2012). Analisis Pemakaian Kemoterapi Pada Kasus
Kanker Payudara Dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Multinomial
(Studi Kasus Pasien Di Rumah Sakit “X” Surabaya). Jurnal Sains dan Seni ITS, 1,
(1)