Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

CA Paru

Dosen Pembimbing:
Titan Ligita, S.Kp., MN., Ph.D

Disusun Oleh:
Ridho Fadila Alfajri
I4051201004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN

CA PARU

A. Pengertian

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru itu sendiri (primer) maupun keganasan dari luar paru
(metastasis). Dalam pengertian klinis yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah
tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus) (Joseph & Rotty,
2020)
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma) (Hudoyo.,et.al, 2017)
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer system
mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkus (Nanda.2015 ).
B. Etiologi

Penyebab pasti kanker paru belum diketahui, namun paparan atau inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama,
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik,dan lain-lain. Dari
beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan
dengan kebiasaan merokok. ( Ina, 2016 ) Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah
rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1
dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Laporan beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok pasif pun berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan 25%
kanker paru dari pasien bukan perokok berasal dari perokok pasif. Terdapat
perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru, yakni proto
oncogen, tumor supressor gene, dan gene encoding enzyme. ( Ina, 2016 )
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah sebagai berikut:

a. Paparan zat karsinogen, seperti :


1. Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma

2. Radiasi ion pada pekerja tambang uranium

3. Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida

b. Polusi udara

c. Penyakit paru seperti pneumonitis intersisial kronik

d. Riwayat paparan radiasi daerah torak

e. Genetik

C. Faktor Risiko

Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup pasien usia > 40 tahun dengan
riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun
sebelum pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan
adanya minimal satu faktor risiko lainnya. Faktor risiko kanker paru lainnya adalah
(Hudoyo.,et.al, 2017)
 Pajanan radiasi

 Paparan okupasi terhadap bahan kimia karsinogenik

 Riwayat kanker pada pasien atau keluarga pasien

 Riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.

D. Klasifikasi
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel ganas yang
terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC (Non Small Cell Lung Cancer) dan
kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small Cell Lung Cancer. Beberapa jenis kanker paru adalah
(Purba & Wibisono, 2015):
1. Karsinoma sel skuamosa
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan
epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke
dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung
menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening, dinding dada, dan mediastinum.
2. Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat
dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi
primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe
adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.
3. Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan
ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke
dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum.
Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah
berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

E. Komplikasi

Adapun beberapa dari komplikasi yang terjadi pada kasus kanker paru
diantaranya yaitu sebagai berikut: (Ramadhaniah, Mulawarman, Suzanna, &
Andalucia, 2016; Myers & Wallen, 2020; Creekmore, 2019)
1. Kelebihan cairan disekitar paru

Dengan paru-paru yang membesar secara normal, ruang antara paru-paru dan
dinding dada (ruang pleura) berisi sekitar satu sendok teh cairan. Dengan kanker
paru-paru, cairan tambahan dan sel kanker dapat menumpuk dan memenuhi
ruangan. Ini disebut efusi pleura ganas (MPE), dan dapat menyebabkan nyeri dan
sesak napas. Efusi pleura umumnya merupakan komplikasi dari kanker paru
stadium lanjut, keadaan ini sangat menghambat respirasi dan sirkulasi, yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sekitar 15% dari pasien kanker paru
memiliki efusi pleura pada saat diagnosis awal, dan 50% berkembang selama
dalam perjalanan penyakitnya. Efusi pleura dapat terjadi pada pasien dengan
karsinoma paru dari semua jenis histologi, namun lebih sering terjadi pada jenis
adenokarsinoma (40% dari semua kasus efusi pleura).
2. Gumpalan Darah

Kanker paru-paru meningkatkan risiko tromboemboli vena (VTE), lebih dikenal


sebagai penggumpalan darah. Ada dua tipe, Trombosis vena dalam (DVT)
Adalah pembentukan gumpalan darah di vena dalam, seringkali di kaki. Emboli
paru (PE) terjadi ketika gumpalan pecah dan menuju ke paru-paru.
3. Hematemesis/Memuntahkan Darah

Memuntahkan darah dari paru-paru atau saluran bronkial disebut hemoptisis.


Hampir seperempat kasus hemoptisis di A.S. disebabkan oleh kanker paru-paru.
4. Hiperkalsemia

Sekitar 10 sampai 20% penderita kanker mengalami hiperkalsemia (tingkat


kalsium yang tinggi dalam darah). Tidak semua orang memiliki gejala, dan gejala
mungkin sulit dipisahkan dari efek kanker atau pengobatan kanker. Gejala ini
bisa berupa muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan dan depresi.
5. Penyumbatan Jantung

Vena cava superior adalah vena yang mengalirkan darah dari tubuh ke jantung.
Jika kanker menyebar, ia dapat menekan vena ini atau tumbuh ke dalamnya,
menyebabkan penyumbatan besar yang dikenal sebagai sindrom vena cava
superior (SVCS). Kondisi ini hanya terjadi pada sekitar 3,8% penderita kanker
paru-paru
6. Kompresi sumsum tulang belakang

Jika kanker menyebar dan memberi tekanan pada sumsum tulang belakang, hal
itu dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang (SCC). Seperti SVCS,
komplikasi ini adalah keadaan darurat medis.
7. Komplikasi Pembedahan

 Kebocoran udara
 Nyeri

 Deformitas dada Kegagalan pernapasan dan / atau kematian

 Cedera pada saraf frenikus

8. Komplikasi kemoterapi

 Pansitopenia

 Infeksi Hiponatremia

 Gagal ginjal

 Neuropati perifer

F. Patofisiologi

Berawal dari etiologi penyebab Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder.
Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder
berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub
bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir
yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka
akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru
(Nurarif & Kusuma, 2015; Bhaskara, 2020).
Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda
dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus
akan menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan
menimbulkan iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan
himoptosis. Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus
yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel
bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga
menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel
besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area
pleuritik dan menyebabkan nyeri akut. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma, 2015; Bhaskara, 2020)
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel
kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien
menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal
dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah
end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat
menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010; Bhaskara,
2020)
WOC: Ca Paru
(PPNI, 2017; Bhaskara, 2020)

Merokok Polusi udara Paparan zat Genetik Penyakit paru

Bahan karsinogen mengendap

Metaplasia, hiperplasi

Menyumbat jalan nafas Kanker paru

Karsinoma Sel besar


Sesak nafas Pola nafas tidak efektif

Penyebaran neoplasma
Malas makan Anemis
ke mediastilin
Defisit nutrisi Kelelahan Area pleuritik

Intoleransi aktivitas Nyeri akut


G. Manifestasi Klinis

Kanker paru memberikan manifestasi klinis berdasarkan tempat kejadian. Seperti berikut
ini: (Joseph & Rotty, 2020)
 Tumor yang tumbuh setempat (lokal/ primer) manifestasi dapat berupa:

 Hemoptisis

 kehilangan berat badan yang nyata

 penurunan nafsu makan

 sesak nafas

 nyeri pada dada dan punggung

 kelelahan/kelemahan badan dan batuk

 Kanker paru dengan penyebaran intratorakal memberikan gejala seperti:

 penurunan suara nafas dan sesak nafas

 penurunan suara jantung disertai pembesaran jantung

 kesulitan menelan

 peninggian diafragma

 pembengkakan wajah

 edema ekstremitas

 suara serak

 batuk yang jarang

 nyeri dada pleura

 ptosis, miosis

 facial anhidrosis

 nyeri pungung dan otot sepanjang servikal 8 - torakal 3


 Kanker yang sudah bermetastase jauh biasanya ditandai dengan:

 Kelemahan

 penurunan berat badan

 anoreksia

 hepatomegali

 nyeri

 fraktur pada tulang

 peningkatan alkalin fosfatase

 limfadenopati

 nyeri kepala

 kejang

 mual

 muntah

 perubahan status mental

 insufisiensi adrenal dan nodul subkutan

 sesak nafas, batuk, nyeri dada menjalar sampai ke punggung

 adanya pembesaran kelenjar getah bening subklavikular kanan

 penurunan suara nafas paru kanan, dan peninggian diafragma

 Pasien juga mengalami penurunan berat badan yang nyata sehingga kanker
pada kasus ini dicurigai sudah bermetastasis

H. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus kanker
paru seperti : (Hudoyono.,et.al, 2017)
1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien
dengan kecurigaan terkena kanker paru
2. CT scan toraks dilakukan sebagai evaluasi lanjut pada pasien dengan
kecurigaan kanker paru, dan diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai
kemungkinan metastasis hingga regio tersebut
3. Bronkoskopi adalah prosedur utama yang dapat menetapkan diagnosis
kanker paru
4. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histologi didapat
terutama melalui biopsi bronkus
5. Biposi jarum halus (fine needle aspiration biopsy/FNAB) adalah metode
utama mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi
6. Pemeriksaan transthoracal biopsy (TTB) dapat dilakukan untuk
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi maupun histopatologi
7. Bila tersedia, tuntunan endobrachial ultrasound (EBUS) juga dapat
dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan, terutama untuk evaluasi kelenjar
mediastinal, dan mendapatkan spesimen histopatologi
8. Tindakan biopsi pleura, pleuroscopy dapat dilakukan untuk mendapatkan
spesimen pada pleura

9. Jika hasil sitologi negatif, tetapi masih ada kecurigaan keganasan, maka
penilaian ulang atau CT scan toraks dianjurkan
10. Pemeriksaan molekul marker (gen EGFR, gen KRAS, fusigen EMLALK),
digunakan untuk pemilihan obat sistemik berupa terapi target (targeted
therapy) pada jenis adenokarsinoma, jika fasilitas dan bahan pemeriksaan
memenuhi syarat

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Mengidentifikasi identitas klien kemudian dikaitkan dengan apakah ada faktor


resiko yang menyertainya. Pengkajian identifikasi klien meliputi:
1. Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial

2. Umur: Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun

3. Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di


Indonesia dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
4. Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih
banyak mengidap Ca paru
5. Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca paru,
orang dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika
berhadapan dengan asap yang berbahaya
6. Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di
perkotaan
7. No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk

8. Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen
akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan
yang meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik
industri, dan lain-lain
9. Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
angka kejadian Ca paru
10. Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD

11. Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan


pengkajian pertama kali
12. Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau
pasien dan keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari
keluarga biasanya jika pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga
apabila keduanya kooperatif dalam memberikan informasi

b. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik:

Ca Paru

2. Keluhan Utama:

Adenokarsinom Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma Sel


a dan Skuamosa kecil besar
Bronkoalveolar
T 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
a 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing berkepanjangan
n 3. Penurunan 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada saat
d nafsu makan 4. Atelektasis 4. Batuk menghirup
a 4. Trossea 5. Pneumonia 5. Stridor 3. Suara serak
u postobstruktif 6. Nafas dangkal 4. Sesak napas
d syndrom 6. Mengi 7. Sesak nafas
a e 7. Hemoptisis 8. Anemia
n 8. Kelelahan
9. Penurunan berat
G badan
e
j
a
l
a

3. Riwayat penyakit sekarang:

Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah;
malaise; anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik
4. Riwayat kesehatan terdahulu:

a. Penyakit yang pernah dialami:

Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit menular
atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan
penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru.
Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru
b. Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain

c. Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak

d. Kebiasaan/pola hidup/life style:

Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru adalah kebiasaan


merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara.
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari
seluruh kasus. Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji adalah
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada
wanita maka yang harus dikaji adalah seberapa sering menghirup asap
rokok atau terpapar zat lainnya
e. Obat-obat yang digunakan:

Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi sebelum MRS

f. Riwayat penyakit keluarga:

Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca paru, penyakit
menular, atau menurun lainnya

g. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

Pada klien dengan Ca paru sebagian besar akan merasakan sesak dan
menganggap sesak tersebut adalah sesak biasa karena pada klien Ca paru pada
fase awal akan jarang menimbulkan gejala. Gejala akan timbul biasanya jika
Ca paru sudah semakin meluas. Sehingga klien tidak terlalu perhatian dengan
gejala yang dirasakannya pada gejala awal
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)

a. Antropometeri : dilakukan dengan menghitung TB, BB, dan IMT.


Biasanya pada klien dengan Ca Paru apabila terjadi pada tipe
adenokarsinoma akan mengalami penurunan nafsu makan yang berakibat
pada penurunan berat badan
b. Biomedical sign : dilakukan dengan cek darah lengkap

c. Clinical Sign : dilakukan dengan mengkaji status umum pasien meliputi


mukosa bibir, konjungtiva, keadaan umum (lemas atau segar), dll
3. Diet Pattern : dilakukan dengan mengkaji bagaimana pola makan pasien saat
ini. Pada umumnya pada klien dengan Ca paru jika mengalami sesak nafas
maka nafsu makan akan semakin menurun
4. Pola eliminasi:

BAK
- Frekuensi : Mengalami peningkatan
- Jumlah : Mengalami peningkata

- Warna : Kuning

- Bau : Amoniak dan obat

- Karakter : Cair

- Alat Bantu : Tidak menggunakan kateter

- Kemandirian : Dibantu
BAB
- Frekuensi : Mengalami sembelit

- Jumlah : 1 kali selama MRS

- Warna Bau : Khas feses

- Karakter : Keras

- Alat Bantu : Tidak terpasang alat bantu

- Kemandirian : Dibantu

5. Pola aktivitas & latihan

Pada klien dengan Ca Paru maka aktivitas sehari-hari mengalami penurunan

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum ✓
Toileting ✓
Berpakaian ✓
Mobilitas di tempat tidur ✓
Berpindah ✓
Ambulasi / ROM ✓
- Status Oksigenasi :

RR meningkat
tidak ada retraksi dada
Ada batuk dan sputum
- Fungsi kardiovaskuler : irama jantung teratur, nadi normal
Terapi oksigen : menggunakan alat bantu nafas nassal canul

6. Pola tidur & istirahat

1. Durasi : berkurang

2. Gangguan tidur : menahan nyeri dan sesak nafas

3. Keadaan bangun tidur : lemah

7. Pola kognitif & perceptual

a. Fungsi Kognitif dan Memori :

Pasien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah dilakukan oleh
perawat saat dilakukan pengkajian.
b. Fungsi dan keadaan
indera : Keadaan indera
pasien baik
8. Pola persepsi diri

a. Gambaran diri: Klien biasanya mengkhawatirkan jika dia tidak bisa bekerja
seperti biasanya
b. Identitas diri: dilakukan dengan mengkaji identitas umum klien (jenis
kelamin, umur, dll)
c. Harga diri: Klien biasanya merasa malu memiliki penyakit kanker dan
khawatir jika setelah kemoterapi rambutnya akan rontok
e. Peran Diri : Pasien dengan Ca paru biasanya adalah seseorang dalam usia
produktif dan sedang bekerja (>40 tahun)
9. Pola seksualitas & reproduksi

a. Pola seksualitas

Tidak terdapat hubungan pola seksualitas dengan terjadinya Ca paru

b. Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi klien baik


10. Pola peran & hubungan

Klien dengan Ca paru biasanya akan lebih menjauh dari orang-orang


sekitarnya karena khawatir penyakitnya akan menular seperti TBC dan
penyakit paru lainnya
11. Pola manajemen koping-stress

Dilakukan dengan melihat seberapa besar optimism pasien dalam menghadapi


penyakit tersebut

12. System nilai & keyakinan

Dilakukan dengan mengkaji agama ataupun kepercayaan klien sebagai


pegangan hidup

i. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum:

b. Tanda vital:

c. Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi

d. Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)

e. RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)

f. Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada


inflamasi
Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala

Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban),
distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak
ada lesi.

2. Mata

Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3. Telinga

Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal

4. Hidung

Inspeksi: hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu


pernafasan
5. Mulut

Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
bersih tidak ada karies gigi

Palpasi: tidak ada pembesaran tonsil

6. Dada
Paru Jantung
Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, Inspeksi: Tidak ada pembesaran jantung
kaji adanya retraksi dada Palpasi: Tidak ada edema dan nyeri tekan
Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, Perkusi: Suara jantung pekak
kaji adanya kemungkinan flail chest Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung
Perkusi: Suara paru sonor tambahan (Gallop, Gargling, Mur-mur,
Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Friction rub)

Wheezing

7. Abdomen

Inspeksi: bentuk abdomen datar


Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi: Kaji adanya ketegangan abdomen

Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan
8. Urogenital

Inspeksi: Tidak terpasanga alat bantu nafas

9. Ekstremitas

Inspeksi: ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas


Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik.
10. Kulit dan kuku

Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.
11. Keadaan local

Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu


pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh
c. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

Rontgen dada yang menunjukkan Ca paru

9. Diagnosa

Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Ca Paru adalah:

1. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan himoptosis atau


bronkiektasis dan atelektasis
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan
dengan peningkatan produksi mukus
3. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan obstruksi bronkus
atau sumbatan parsial pada intrapulmoner proksimal
INTERVENSI

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Gangguan pertukaran gas Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas
(00030) berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien 13. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
himoptosis atau bronkiektasis gangguan pertukaran gas pada klien dapat 14. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial untuk
dan atelektasis teratasi memasukkan alat dan membuka jalan nafas
Kriteria Hasil: 15. Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan
0415. Status Pernafasan: Pertukaran Gas 16. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
1. Saturasi oksigen dari skala 1 menjadi menuurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan
skala 4 17. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana
2. Keseimbangan ventilasi dan perfusi dari mestinya
skala 1 menjadi skala 5 3320. Terapi Oksigen
3. Dispnea saat istirahat dari skala 1 1. Bersihkan mulut dan hidung
menjadi skala 5 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
humidifier
4. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
5. Monitor alat pemberian oksigen
6. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
2. Ketidakefektifan bersihan Tujuan: 3140. Manajemen Jalan Nafas
jalan nafas (00031) Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam tidak 3140. Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan ada sumbatan pada jalan nafas klien 1. Instruksikan klien bagaimana agar bisa melakukan batuk
peningkatan produksi Kriteria Hasil: efektif
Mucus 0410 Status Pernafasan: Kepatenan Jalan 2. Kolaborasi pemberian bronkodilator
sebagaimana mestinya
3140. Manajemen Jalan Nafas
3. Instruksikan klien bagaimana agar bisa melakukan batuk
efektif
4. Kolaborasi pemberian bronkodilator
sebagaimana mestinya
3 Ketidakefektifan pola napas Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas
(00032) berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam status 1. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
obstruksi bronkus atau pola nafas klien efektif 2. Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan
sumbatan parsial pada Kriteria Hasil: 3. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana
intrapulmoner proksimal Status Pernafasan mestinya
1. Frekuensi pernafasan dari skala 1 3320. Terapi Oksigen
menjadi skala 5 7. Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat
2. Kapasitas vital dan volume tidal dari
8. Pertahankan kepatenan jalan nafas
skala 1 menjadi skala 4
9. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
3. Suara auskultasi nafas dari skala 1
humidifier
menjadi skala 4
10. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
4. Irama pernafasan dari skala 1 menjadi
skala 5 11. Monitor alat pemberian oksigen
Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA

Bhaskara, K. Y. (2020). KTI: Asuhan Keperawatan Pada Klien Kemoterapi Dengan Ca Paru Yang Dirawat Di Rumah Sakit. Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Samarinda, 11-12.

Creekmore, E. (2019) 7 Complications of Lung Cancer. From: https://www.healthgrades.com/right-care/lung-


cancer/7-complications-of-lung-cancer

Hudoyo, A., Et.Al. (2018). Panduan Penatalaksanaan : KANKER PARU. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. From
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKParu.pdf
Ina. (2016). Pulmonologi. Kanker Paru, Jurnal Chest crit and Emerg Med. Vol. 4, No. 1 Joseph, J., & Rotty, L. W. (2020). Kanker Paru: Laporan
Kasus. Medical Scope Journal (MSJ). 2(1) e-ISSN 2715-3312, 17-25
Myers, D. J., & Wallen, J. M. (2020). Lung Adenocarcinoma. NCB. From: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519578/

Nurarif, Amin Huda Dan HardhiKusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc.Edisi Revisi
Jilid 1. Jogjakarta :MediAction

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus.
Jogjakarta: Mediaction

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.
http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf
Ramadhaniah, F., Mulawarman, A., Suzanna, E., & Andalucia, L. R. (2016). Gambaran Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil dengan Efusi
Pleura. J Respir Indo Vol. 36 No. 2, 60-66
Stoppler, M. C. (2010). Lung Cancer. Available from http://www.medicinenet.com/lung_cancer/article

Nurarif, Amin Huda Dan HardhiKusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc.Edisi Revisi Jilid 1.

Jogjakarta :MediAction

Anda mungkin juga menyukai