Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPOXIC-ISCHEMIC ENCEPHALOPATHY

Dosen Pembimbing:
Titan Ligita, S.Kp., MN., Ph.D

Disusun Oleh:
Ridho Fadila Alfajri
I4051201004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020-2021
Laporan Pendahuluan

HIE (Hipoksik Iskemik Ensefalopati)

1. Definisi
Hipoksik Iskemik Ensefalopati adalah sindrom klinis dengan gangguan fungsi
neurologis pada awal kehidupan neonatus yang lahir pada atau lebih dari 35 minggu
gestasi, dengan manifestasi penurunan kesadaran atau kejang, sering disertai
gangguan untuk memulai dan menjaga pernapasan, dan depresi tonus otot dan refleks.
(alfonso, 2016)
Ensefalopati hipoksik iskemik (EHI) adalah gejala sisa neurologis dari asfiksia
dan mengakibatkan suatu kondisi sensorium yang berubah serta kelainan pada tonus
otot dengan atau tanpa kejang
EHI merupakan penyebab utama kematian perinatal dan morbiditas
neurologis. Keadaan ini mungkin diakibatkan oleh serangan asfiksia akut sedang
sampai berat yang terjadi pada atau sekitar waktu kelahiran atau suatu kejadian acute-
on-chonic yang telah berlangsung lama pada kehamilan (Baral VR & Chan D. (2013)
2. Etiologi
Hipoksia pada fetus disebabkan oleh :
a. Oksigenase yang tidak adekuat dari darah maternal yang disebabkan hipoventilasi
selama proses pembiusan, CHD, gagal nafas, keracunan CO2.
b. Tekanan darah ibu yang rendah karena hipotensi akibat dari anestesi spinal atau
tekanan uterus pada vena cava dan aorta.
c. Relaksasi uterus kurang karena pemberian oksitosin berlebihan akan
menyebabkan tetani.
d. Plasenta terlepas dini.
e. Penekanan pada tali pusat atau lilitan tali pusat.
f. Vasokonstriksi pembuluh darah uterus karena kokain.
g. Insufisiensi plasenta karena toksemia dan post date
Setelah lahir, hipoksia dapat disebabkan oleh:
a. Anemia berat karena perdarahan atau penyakit hemolitik.
b. Renjatan akan menurunkan transport oksigen ke sel-sel penting disebabkan
oleh infeksi berat, kehilangan darah bermakna dan perdarahan intrakranial
atau adrenal.
c. Defisit saturasi oksigen arterial karena kegagalan pernafasan bermakna dengan
sebab defek serebral, narkosis atau cedera.
d. Kegagalan oksigenasi karena CHD berat atau penyakit paru
(Tiara, 2013)

3. Klasifikasi
Klasifikasi derajat hypoxic-ischemic encephalopathy (Sarnat dan Sarnat).

Tanda Klinis Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3


(ringan) (sedang) (berat)
Tingkat
Hyperalert Letargi Stupor, Koma
Kesadaran
Tonus Otot Normal Hipotonus Lemas
Postur Normal Fleksi Deserebrasi
Refleks
Tendon/ Hiperaktif Hiperaktif Tidak ada
Klonus
Mioklonus Tampak Tampak Tidak tampak
Refleks
Kuat Lemah Tidak ada
Moro
Tidak ada.
Pupil Midriasis Miosis Refleks
cahaya lemah
Kejang Tidak ada Sering Deserebrasi
Voltase
rendah Burst
EEG Normal hingga suppresion ke
bangkitan isoelektrik
kejang
Beberapa
24 jam –
Lamanya <24 jam hari hingga
14 hari
minggu
Meninggal
Hasil Baik Bervariasi atau
cacat berat

(alonso, 2016)
4. Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkan dari Hypoxic ischaemic encephalopath
(HIE) karena terjadi vasokontriksi dari organ yang kutang vital guna memenuhi
kebutuhan oksigen pada organ vital. Organ yang sering terjadi mengalami gangguan
yaitu gangguan fungsi susunan saraf pusat hampir selalu disertai dengan gangguan
fungsi beberapa yang tidak disertai gangguan fungsi organ lain. Pada keadaan
hipoksia aliran darah ke otak dan jantung lebih dipertahankan daripada ke organ tubuh
lainnya, namun terjadi perbuhan hemodinamik ditolak dan penurunan oksigenasi sel
otak tertentu yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan sel otak. Salah satu
gangguan akibat hipoksia otak yang paling sering di temukan pada masa perinatal
adalah hypoxic ischemic encepalophaty (HIE). (alfonso, 2016)

5. Patofisiologi
Beberapa menit setelah fetus mengalami hipoksia total, terjadi bradikardia,
hipotensi, turunnya curah jantung dan gangguan metabolik seperti asidosis
respiratorius. Respon sistim sirkulasi pada fase awal dari fetus adalah peningkatan
aliran pintas melalui duktus venosus, duktus arteriosus dan foramen ovale, dengan
tujuan memelihara perfusi dari otak, jantung dan adrenal, hati, ginjal dan usus secara
sementara. Patologi hipoksia-iskemia tergantung organ yang terkena dan derajat
berat-ringan hipoksia. Pada fase awal terjadi kongesti, kebocoran cairan intravaskuler
karena peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan pembengkakan sel
endotel merupakan tanda nekrosis koagulasi dan kematian sel. Kongesti dan petekie
tampak pada perikardium, pleura, timus, jantung, adrenal dan meningen. Hipoksia
intrauterin yang memanjang dapat menyebabkan Periventicular leukomalacia (PVL)
dan hiperplasia otot polos arteriole pada paru yang merupakan predesposisi untuk
terjadi hipertensi pulmoner pada bayi. Distres nafas yang ditandai dengan gasping,
dapat terjadi akibat aspirasi bahan asing dalam cairan amnion (misalnya mekonium,
lanugo dan skuama). Kombinasi hipoksia kronik pada fetus dan cedera hipoksik-
iskemik akut setelah lahir akan menyebabkan neuropatologik khusus dan hal tersebut
tergantung pada usia kehamilan. Pada bayi cukup bulan akan terjadi nekrosis neuronal
korteks (lebih lanjut akan terjadi atrofi kortikal) dan cedera iskemik parasagital. Pada
bayi kurang bulan akan terjadi PVL (selanjutnya akan menjadi spastik diplegia),
status marmoratus basal ganglia dan IVH. Pada bayi cukup bulan lebih sering terjadi
infark fokal atau multifokal pada korteks yang menyebabkan kejang fokal dan
hemiplegia jika dibandingkan dengan bayi kurang bulan.(tiara, 2013)
6. Pathway

Persalinan lama, lilitan Paralisis pusat Faktor lain :


tali pusar,presentasi pernafasan anestasi,obat-obatan
posdate

Afiksia

Janin kekurangan o2 dan kadar co2


meningkat

Kerusakan otak, perdarahan , kejang

Hipoksia iskemik ensefalopati

7. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis HIE:
1. EEG
Dapat memprediksi keadaan klinis termasuk kemungkinan untuk hidup dan
sekuele neurologis jangka panjang, seperti kuadriplegia spastik atau diplegia.
2. USG
Penggunaan USG (ultrasonography) menguntungkan karena nyaman, tidak
invasif, murah, dan tanpa paparan radiasi pada neonatus yang hemodinamis tidak
stabil. Selain itu, USG Doppler kranial dapat menilai resistive index (RI), yang
memberikan informasi perfusi otak. Peningkatan nilai RI menunjukkan prognosis
buruk.
3. CT-Scan
CT-scan merupakan modalitas yang paling kurang sensitif untuk menilai HIE
karena tingginya kandungan air pada otak neonatus dan tingginya kandungan
protein cairan serebrospinal mengakibatkan buruknya resolusi kontras parenkim.
Selain itu, paparan radiasinya tinggi. Namun, CT-scan dapat menscreen
perdarahan pada neonatus sakit tanpa sedasi.
4. MRI
Merupakan pencitraan yang paling sensitif dan spesifik untuk bayi yang diduga
cedera otak hipoksik-iskemik. Lokasi, distribusi, dan derajat keparahan lesi
hipoksik-iskemik dapat dideteksi oleh MRI (magnetic resonance imaging) dan
berhubungan dengan hasil akhir. MRI pada hari-hari pertama kehidupan juga
dapat berguna untuk prognosis dan membantu pengambilan keputusan seperti
terminasi kehidupan. MRI juga dapat menyingkirkan penyebab ensefalopati lain,
seperti perdarahan, infark serebral, neoplasma, dan malformasi kongenital.
(alfonso, 2016)

8. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. Sebenarnya, pengkajian tersebut
ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase proses keperawatan.
Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk menentukan hasil strategi
keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan
bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan akurat (Kozier et al., 2011).
a. Identitas
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi,
serta diagnose medis
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal tanda
serta gejala umum sistem pernapasan. Termasuk dalam keluhan utama pada sistem
pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak napas, dan
nyeri dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak
efektif, mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttaqin, 2008).
Pengkajian tanda dan gejala mayor minor pada gangguan bersihan jalan nafas tidak
efektif yaitu tanda gejala mayor batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing, ronkhi kering, dan meconium di jalan nafas. Sedangkan
tanda gejala minor yaitu dispneu, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi nafas
menurun, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah (PPNI, 2017).
c. Riwayat
1. Riwayat kesehatan masa lalu Perawat menanyakan tentang penyakit yang
pernah dialami klien sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah
sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan
sakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, pengobatan yang pernah
dijalani dan riwayat alergi
2. Riwayat kesehatan sekarang Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada
sistem pernapasan seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya
keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan
bersihan jalan napas tidak efektif dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada klien
dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada riwayat kesehatan
sekarang (Muttaqin, 2008).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal
yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang dapat
memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk
dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi terdahulu
d. Fisiologis
Dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang,
agitasi, lelah dan letargi, menurunya saturasi oksigen serta meningkatnya pCO2,
serta sianosis
9. Diagnosis keperawatan dan intervensi
1. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d adanya hambatan bernapas berupa secret
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan olveolus kapiler
c. Perfusi Perifer tidak Efektif b.d kadar hemoglobin menurun
2. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1 Bersihan Jalan Napas Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam oksigenasi Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif b.d adanya dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler Observasi:
hambatan bernapas berupa Normal. - Monitor pola napas
secret Kriteria Hasil: - Monitor bunyi napas tambahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam oksigenasi - Monitor sputum
dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (jumlah,warna,aroma)
Normal. Terapeutik
Kriteria Hasil: - Pertahankan kepatenan jalan
 Batuk Efektif Meningkat napas
 Produksi Sputum Menurun - Posisikan semi fowler atau

 Mengi Menurun fowler

 Sianosis menurun - Lakukan fisioterapi dada, jika


perlu
 Gelisah menurun
- Lakukan penghisapan lendir
 Pola Nafas membaik
kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi:
- Monitor pola nafas
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
- Monitor saturasi oksigen,
monitor nilai AGD
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Monitor produksi sputum
Terapeutik
- Atur Interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi ps
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
2 Gangguan pertukaran gas Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Pemantuan Respirasi
b.d gangguan olveolus- karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler dalam batas normal Observasi:
kapiler Kriteria Hasil: - Monitor pola nafas
 Tingkat kesadaran meningkat - monitor saturasi oksigen
 Dispnea menurun - Monitor frekuensi, irama,

 Bunyi napas tambahan menurut kedalaman dan upaya napas

 PCO2 membaik - Monitor adanya sumbatan jalan


napas, produksi sputum
 PO2 membaik
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasilx-ray toraks
- Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
terapi oksigen
observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
- Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, idung
dan trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan oksigen jika perlu
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat monilisasi
pasien
Edukasi
- Ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur

3 Perfusi Perifer tidak Perfusi Perifer Perawatan sirkulasi


Efektif b.d kadar Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam diharapkan Observasi
hemoglobin menurun perfusi perifer meningkat\ - Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi
Kriteria Hasil: perifer, edema, pengisian kapiler,
 Warna kulit pucat menurun warna, suhu, angkle, brachial
 Edema perifer menurun index)

 Kelemahan otot menurun - Identifikasi faktor resika gangguan

 Pengisian kapiler membaik sirkulasi(mis. Diabetes, perokok,


orang tua, hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
- Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada area
yang cidera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrol
tekakan darah secara teratur
- Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
- Ajurkan melahkukan perawatan
kulit yang tepat(mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
- Anjurkan program rehabilitasi
vaskuler
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan,
omega3)
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

Manajemen sensasi perifer


Observasi
- Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
- Identifikasi penggunaan alat
pengikat, prostesis, sepatu, dan
pakaian
- Periksa perbedaan sensasi tajam
atau tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas
atau dingin
- Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan tekstur
benda
- Monitor terjadinya parestesia, jika
perlu
- Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
- Hindari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya(terlalu
panas atau dingin)
Edukasi
- Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung
tangan termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut
dan bertumit rendah
Kolaborasi
- Kolaborasi pembrian analgesic, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
kostikosteroid, jika perlu

Daftar pustaka

Alfonso Anggriawan. (2016). Tinjauan Klinis Hypoxic-Ischemic Encephalopathy


Baral VR & Chan D. (2013). Hipotermi Terapeutik untuk Ensefalopati Hipoksik Iskemik Pada Neonatus. www.mims-cpd.co.id
Kozier, et al. 2011a. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses & praktik, edisi 7, volume 1. Jakarta: EGC.
Tiara Rahmawati. (2013) Hipoksia Iskemik Ensefalopati Pada Neonatus.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai