HYPOXIC-ISCHEMIC ENCEPHALOPATHY
Dosen Pembimbing:
Titan Ligita, S.Kp., MN., Ph.D
Disusun Oleh:
Ridho Fadila Alfajri
I4051201004
1. Definisi
Hipoksik Iskemik Ensefalopati adalah sindrom klinis dengan gangguan fungsi
neurologis pada awal kehidupan neonatus yang lahir pada atau lebih dari 35 minggu
gestasi, dengan manifestasi penurunan kesadaran atau kejang, sering disertai
gangguan untuk memulai dan menjaga pernapasan, dan depresi tonus otot dan refleks.
(alfonso, 2016)
Ensefalopati hipoksik iskemik (EHI) adalah gejala sisa neurologis dari asfiksia
dan mengakibatkan suatu kondisi sensorium yang berubah serta kelainan pada tonus
otot dengan atau tanpa kejang
EHI merupakan penyebab utama kematian perinatal dan morbiditas
neurologis. Keadaan ini mungkin diakibatkan oleh serangan asfiksia akut sedang
sampai berat yang terjadi pada atau sekitar waktu kelahiran atau suatu kejadian acute-
on-chonic yang telah berlangsung lama pada kehamilan (Baral VR & Chan D. (2013)
2. Etiologi
Hipoksia pada fetus disebabkan oleh :
a. Oksigenase yang tidak adekuat dari darah maternal yang disebabkan hipoventilasi
selama proses pembiusan, CHD, gagal nafas, keracunan CO2.
b. Tekanan darah ibu yang rendah karena hipotensi akibat dari anestesi spinal atau
tekanan uterus pada vena cava dan aorta.
c. Relaksasi uterus kurang karena pemberian oksitosin berlebihan akan
menyebabkan tetani.
d. Plasenta terlepas dini.
e. Penekanan pada tali pusat atau lilitan tali pusat.
f. Vasokonstriksi pembuluh darah uterus karena kokain.
g. Insufisiensi plasenta karena toksemia dan post date
Setelah lahir, hipoksia dapat disebabkan oleh:
a. Anemia berat karena perdarahan atau penyakit hemolitik.
b. Renjatan akan menurunkan transport oksigen ke sel-sel penting disebabkan
oleh infeksi berat, kehilangan darah bermakna dan perdarahan intrakranial
atau adrenal.
c. Defisit saturasi oksigen arterial karena kegagalan pernafasan bermakna dengan
sebab defek serebral, narkosis atau cedera.
d. Kegagalan oksigenasi karena CHD berat atau penyakit paru
(Tiara, 2013)
3. Klasifikasi
Klasifikasi derajat hypoxic-ischemic encephalopathy (Sarnat dan Sarnat).
(alonso, 2016)
4. Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkan dari Hypoxic ischaemic encephalopath
(HIE) karena terjadi vasokontriksi dari organ yang kutang vital guna memenuhi
kebutuhan oksigen pada organ vital. Organ yang sering terjadi mengalami gangguan
yaitu gangguan fungsi susunan saraf pusat hampir selalu disertai dengan gangguan
fungsi beberapa yang tidak disertai gangguan fungsi organ lain. Pada keadaan
hipoksia aliran darah ke otak dan jantung lebih dipertahankan daripada ke organ tubuh
lainnya, namun terjadi perbuhan hemodinamik ditolak dan penurunan oksigenasi sel
otak tertentu yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan sel otak. Salah satu
gangguan akibat hipoksia otak yang paling sering di temukan pada masa perinatal
adalah hypoxic ischemic encepalophaty (HIE). (alfonso, 2016)
5. Patofisiologi
Beberapa menit setelah fetus mengalami hipoksia total, terjadi bradikardia,
hipotensi, turunnya curah jantung dan gangguan metabolik seperti asidosis
respiratorius. Respon sistim sirkulasi pada fase awal dari fetus adalah peningkatan
aliran pintas melalui duktus venosus, duktus arteriosus dan foramen ovale, dengan
tujuan memelihara perfusi dari otak, jantung dan adrenal, hati, ginjal dan usus secara
sementara. Patologi hipoksia-iskemia tergantung organ yang terkena dan derajat
berat-ringan hipoksia. Pada fase awal terjadi kongesti, kebocoran cairan intravaskuler
karena peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan pembengkakan sel
endotel merupakan tanda nekrosis koagulasi dan kematian sel. Kongesti dan petekie
tampak pada perikardium, pleura, timus, jantung, adrenal dan meningen. Hipoksia
intrauterin yang memanjang dapat menyebabkan Periventicular leukomalacia (PVL)
dan hiperplasia otot polos arteriole pada paru yang merupakan predesposisi untuk
terjadi hipertensi pulmoner pada bayi. Distres nafas yang ditandai dengan gasping,
dapat terjadi akibat aspirasi bahan asing dalam cairan amnion (misalnya mekonium,
lanugo dan skuama). Kombinasi hipoksia kronik pada fetus dan cedera hipoksik-
iskemik akut setelah lahir akan menyebabkan neuropatologik khusus dan hal tersebut
tergantung pada usia kehamilan. Pada bayi cukup bulan akan terjadi nekrosis neuronal
korteks (lebih lanjut akan terjadi atrofi kortikal) dan cedera iskemik parasagital. Pada
bayi kurang bulan akan terjadi PVL (selanjutnya akan menjadi spastik diplegia),
status marmoratus basal ganglia dan IVH. Pada bayi cukup bulan lebih sering terjadi
infark fokal atau multifokal pada korteks yang menyebabkan kejang fokal dan
hemiplegia jika dibandingkan dengan bayi kurang bulan.(tiara, 2013)
6. Pathway
Afiksia
7. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis HIE:
1. EEG
Dapat memprediksi keadaan klinis termasuk kemungkinan untuk hidup dan
sekuele neurologis jangka panjang, seperti kuadriplegia spastik atau diplegia.
2. USG
Penggunaan USG (ultrasonography) menguntungkan karena nyaman, tidak
invasif, murah, dan tanpa paparan radiasi pada neonatus yang hemodinamis tidak
stabil. Selain itu, USG Doppler kranial dapat menilai resistive index (RI), yang
memberikan informasi perfusi otak. Peningkatan nilai RI menunjukkan prognosis
buruk.
3. CT-Scan
CT-scan merupakan modalitas yang paling kurang sensitif untuk menilai HIE
karena tingginya kandungan air pada otak neonatus dan tingginya kandungan
protein cairan serebrospinal mengakibatkan buruknya resolusi kontras parenkim.
Selain itu, paparan radiasinya tinggi. Namun, CT-scan dapat menscreen
perdarahan pada neonatus sakit tanpa sedasi.
4. MRI
Merupakan pencitraan yang paling sensitif dan spesifik untuk bayi yang diduga
cedera otak hipoksik-iskemik. Lokasi, distribusi, dan derajat keparahan lesi
hipoksik-iskemik dapat dideteksi oleh MRI (magnetic resonance imaging) dan
berhubungan dengan hasil akhir. MRI pada hari-hari pertama kehidupan juga
dapat berguna untuk prognosis dan membantu pengambilan keputusan seperti
terminasi kehidupan. MRI juga dapat menyingkirkan penyebab ensefalopati lain,
seperti perdarahan, infark serebral, neoplasma, dan malformasi kongenital.
(alfonso, 2016)
8. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. Sebenarnya, pengkajian tersebut
ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase proses keperawatan.
Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk menentukan hasil strategi
keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan
bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan akurat (Kozier et al., 2011).
a. Identitas
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi,
serta diagnose medis
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal tanda
serta gejala umum sistem pernapasan. Termasuk dalam keluhan utama pada sistem
pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak napas, dan
nyeri dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak
efektif, mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttaqin, 2008).
Pengkajian tanda dan gejala mayor minor pada gangguan bersihan jalan nafas tidak
efektif yaitu tanda gejala mayor batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing, ronkhi kering, dan meconium di jalan nafas. Sedangkan
tanda gejala minor yaitu dispneu, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi nafas
menurun, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah (PPNI, 2017).
c. Riwayat
1. Riwayat kesehatan masa lalu Perawat menanyakan tentang penyakit yang
pernah dialami klien sebelumnya, yang dapat mendukung dengan masalah
sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan
sakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, pengobatan yang pernah
dijalani dan riwayat alergi
2. Riwayat kesehatan sekarang Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada
sistem pernapasan seperti menanyakan riwayat penyakit sejak timbulnya
keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan
bersihan jalan napas tidak efektif dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada klien
dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada riwayat kesehatan
sekarang (Muttaqin, 2008).
3. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal
yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang dapat
memberikan presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk
dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi terdahulu
d. Fisiologis
Dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang,
agitasi, lelah dan letargi, menurunya saturasi oksigen serta meningkatnya pCO2,
serta sianosis
9. Diagnosis keperawatan dan intervensi
1. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d adanya hambatan bernapas berupa secret
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan olveolus kapiler
c. Perfusi Perifer tidak Efektif b.d kadar hemoglobin menurun
2. Intervensi
Daftar pustaka