LANDASAN TEORI
1
Taruma tembus: (luka tembus peluru dan cidera tembus lainnya)
2. Keparahan cidera
- Ringan : Skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale, GCS) 14-15
- Sedang: GCS 9 – 13
- Berat : GCS 3 – 8
3. Morfologi
- Fraktur tengkorak: kranium, linear/stelatum, depresi/non depresi,
terbuka/tertutup.
Basis: dengan / tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan / tanpa
kelumpuhan nervus VII.
- Lesi Intrakranial: Fokal, Epidural, Intraserebral
Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cidera aksonal difus.
Dalam banyak aspek, pengelolaan cidera kepala pada anak serupa dnegan
dewasa. Namun dalam beberapa hal sedikit berbeda atau sangat khusus. Anak-
anak terutama yang berusia 2 tahun ke bawah rentan terhadap komplikasi dan
sekuele berat setelah cidera kepala berat. Banyak dari komplikasi tersbut
berkaitan dengan cidera sekunder otak seperti edema, hiperemia, hipoksia.
Mekanisme cidera kepala berat berupa dengan dewasa, namun anak yang
tertabrak kendaraan 3 kali lebih sering dari dewasa. Kecelakaan sepeda juga
sering, namun akibat jatuh tidak sesering dewasa. Walau begitu, derajat
kerusakan yang diakibatkan oleh jatuh tidak sama dengan dewasa.
2
B. Tanda
Cidera kepala berat mempunyai tanda yang variabel yaitu:
- Perubahan kesadaran - Depresi
- Latergi - Muntah (mungkin proyektif)
- Ataksia atau cara berjalan tidak - Gangguan menelan
- Perubahan kesadaran sampai
Tetap
- Cidera orthopedic koma
- Kehilangan tonus otot - Perubahan status mental
- Cemas - Perubahan pupil
- Mudah tersinggung - Kehilangan penginderaan
- Delirium (suatu kondisi dimana - Kejang
- Kehilangan sensasi sebagian
kesadaran menjadi kabur dan
tubuh
disertai ilusi atau halusinasi)
- Agitasi - Wajah menyeringi
- Bingung - Respon menarik pada rangsang
- Perubahan pola nafas - Nyeri yang hebat
- Nafas bunyi rochi - Gelisah
- Fraktur atau dislokasi - Gangguan rentang gerak
- Gangguan penglihatan - Gangguan dalam regulasi suhu
- Gangguan kognitif
tubuh
- Afasia motoris atau sensoris
- Bicara tanpa arti disartria
anomia
3
Trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar,
kerusakan yang terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran
makin besar kerusakan yang timbul, getaran dari benturan akan diteruskan
menuju Galia Aponeurotika sehingga banyak energi yang diserap oleh
perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek sehingga akan
menyebabkan haematoma epidural, subdura maupun intracranial, perdarahan
tersebut juga akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak menurun
sehingga suplai oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan akan
menyebabkan edema cerebral. Akibat dari haematoma diatas akan menyebabkan
distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke arah yang berlawanan yang
berakibat pada kenaikan TIK (Tekanan Intrakranial) merangsang kelenjar
Pitultary dan Steroid adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat
akibatnya timbul rasa mual dan muntah dan anoreksia sehingga masukan nutrisi
kurang.
4
ini. Walaupun pasien ini memiliki resiko meningitis yang meningkat
(biasanya pneumolok), pemberian antibiotik profilaksis masih kontoversial.
Otorea atau rinorea cairan cerebrospinal yang menentap atau meningitis
berulang merupakan indikasi untuk operasi reparatif.
2. Fistel Karotis-Kavernosusu, ditandai oleh trias gejala: eksolftalmos,
kemosisi dan bruit orbital dapat timbul segera atau beberapa hari setelah
cidera. Anglografi diperlukan untuk konformasi diagnosis dan terapi dengan
oklusi balon endovaskular merupakan cara yang paling efektif dan dapat
mencegah hilangnya penglihatan yang permanen.
3. Diabetes Inspicidus, dapat disebabkan oleh kerusakan traumatik pada
tangkai hipofisis, menyebabkan penghentian sekresi hormon antidiuretik.
Pasien mengekskresikan sejumlah besar volume urin encer, menimbulkan
hipernatremia dan deplesi volum. Vasopresin arginin (pitressin) 5 – 10 unit
intravena, intramuscular, atau subkutan setiap 4 – 6 jam atau desmopressin
asetat subkutan atau intravena 2 – 4 mg setiap 12 jam, diberikan untuk
mempertahankan pengeluaran urin kurang dari 200 ml/jam, dan volume
diganti dengan cairan hipotonis (0,25 5 atau 0,45 % salin) tergantung pada
berat ringannya hipernatremia.
4. Kejang Pascatrauma, dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama),
dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). Kejang segera tidak
merupakan predesposisi untuk kejang lanjut. Kejang dini menunjukkan
resiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan pasien ini harus
dipertahankan dengan antikonvulsan. Insidens keseluruhan epilepsi
pascatrauma lanjut (berulang, tanpa provokasi) setelah cidera kepala tertutup
adalah 5 %; resiko mendekati 20 % pada pasien dengan perdarahan
intrakranial ayau fraktur depresi.
5. Pneumonia, radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.
6. Meningitis Ventrikulitis
7. Infeksi saluran kemih
8. Perdarahan gastrointestinal
9. Sepsis asam negatif
10. Kebocoran CSS
5
1.7. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan Fisik
Hal penting yang pertama kali dinilai adalah status fungsi vital dan
status kesadaran pasien. Ini harus dilakukan sesegera mungkin bahkan
mendahului anamnesis yang teliti.
a. Status fungsi vital
Seperti halnya dengan kasus kedaruratan lainnya, hal terpenting yang
dinilai adalah:
- Jalan nafas
- Pernafasan
- Nadi dan tekanan darah, sirkulasi jalan nafas harus segera
dibersihkan dari benda asing, lendir atau darah, bila perlu segera
dipasang pipa naso/orofuring, diikuti dengan pemberian oksigen.
Manipulasi leher hams berhati-hati bila ada riwayat / dugaan trauma
servikal (whiplash injury), Jamb dengan kepala dibawa atau trauma
tengkuk. Gangguan yang mungkin ditemukan dapat berupa:
Pernafasan cheyne stokes
Pernafasan blot / hiperventilasi
Pernafasan taksik yang menggambarkan makin memburuknya
tingkat kesadaran.
Pemantauan fungsi sirkulasi dilakukan untuk menduga adanya shock,
terutama bila terdapat juga trauma di tempat lain, misalnya trauma thorax,
trauma abdomen, fraktur ekstremitas. Selain itu peninggian tekanan darah
yang disertai dengan melambatnya frekuensi nadi dapat merupakan gejala
awal peninggian tekanan intracranial, yang biasanya dalam fase akut
disebabkan oleh hematoma epidural.
2. Status kesadaran, dewasa ini penilaian status kesadaran secara
kualitatif, terutama pada kasus cidera kepala sudah mulai ditinggalkan
karena subyektivitas pemeriksa; stulah apatik, samnolen, spoor, coma.
Sebaliknya dihindari atau disertai dengan penilaian / perbandingan secara
ketat. Cara penilaian kesadaran yang luas digunakan ialah dengan skala
6
koma Galsgow. Cara ini sederhana tanpa memerlukan alat diagnostik
sehingga dapat digunakan baik oleh dokter maupun perawat. Melalui cara
ini, perkembangan / perubahan kesadaran dari waktu ke waktu dapat diikuti
secara akurat.
Skala koma Glasgow adalah berdasarkan penilaian / pemeriksaan
atas tiga parameter, yaitu:
a. Buka Mata (E)
4 : Spontan
3 : Dengan perintah
2 : Dengan rangsang nyeri
1 : Tidak ada reaksi
b. Respon Motorik Terbaik (M)
6 : Mengikuti perintah
5 : Melokalisir nyeri
4 : Menghindari nyeri
3 : Fleksi abnormal
2 : Ekstensi abnormal
1 : Tidak ada gerakan
c. Respon Verbal Terbaik (V)
5 : Orientasi baik dan sesuai
4 : Disorientasi tempat dan waktu
3 : Bicara kacau
2 : Mengerang
1 : Tidak ada suara
3. Status Neurologik lain
Selain status kesadaran di atas pemeriksaan neurologik pada kasus
trauma kapitis trauma ditujukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda fokal
yang dapat menunjukkan adanya kelainan fokal, dalam hal ini perdarahan
intracranial. Tanda fokal tersebut adalah:
- Anisokori (ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata)
- Paresis / Parahisis (Paralisis ringan atau tidak lengkap)
- Reties patologik sesisi
7
1.8. PENGOBATAN
1. Memperbaiki / mempertahankan fungsi vital agar jalan nafas selalu
bebas, bersihkan lendir, dan darah yang dapat menghalangi aliran udara
pernafasan. Jika perlu dipasang pipa naso / orofaring dari pemberian
oksigen. Infuse dipasang terutama untuk membuka jalur intravena: gunakan
cairan NaCl 10,9 % atau Dextose In Saline.
2. Mengurangi edema otak, yaitu:
- Hiperventilasi, bertujuan untuk menurunkan PeOH darah sehingga
mencegah vasodilatasi pembuluh darah, selain itu juga dapat membantu
menekan metabolisme anaerob, sehingga dapat mengurangi kemungkinan
asidosis.
- Cairan hiperosmoler digunakan cairan Monitol 15 % atau infuse untuk
menarik air dari ruang intrase ke dalam ruang intravaskuler lalu
dikeluarkan melalui Deuresis.
- Kortikosteroid untuk menstabilkan darah otak.
- Barbiturat untuk membius pasien sehingga metabolisme otak dapat
ditekan serendah mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan
menurun.
3. Obat-obatan Nootropik
- Piritinol merupakan senyawa mirip perioksin (Vit-B6) mengaktivasi
metabolisme otak dan memperbaiki struktur serta fungsi membran sel.
- Piracetum merupakan senyawa mirip GABA – suatu neurotransmitter
penting di otak.
- Citicholine, merupakan koenzim pembentukan lecitin di otak untuk
sintesis membra sel dan neurotransmitter di dalam otak.
- Perawatan luka dan pencegahan dekubitus.
- Antibiotika diberikan bila terdapat luka terbuka yang luas, trauma
tembus kepala, fraktur tengkorak yang dapat menyebabkan liquarihoe.
8
BAB II
TINJAUAN KASUS
9
DI RUMAH SAKIT CINTA BUNDA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan di ………………
1. BIODATA
a) Identitas Penderita
Nama : Ny. D
TTL : -
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Diagnosa : Cidera Kepala Berat (CKB)
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
TTL : -
Umur : -
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Agama : -
Suku : -
Pendidikan : -
Hubungan dengan Klien : Suami Klien
2. RIWAYAT KESEHATAN
a) Keluhan Utama
Pasien CKB mengeluh nyeri dibagian kepala
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
10
Pasien dirawat selama tiga minggu dipoli penyakit dalam setelah
menderita sakit kepala yang timbul akibat pasien terjatuh dengan kepala
terbentur.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Trauma saraf, hipertensi intracranial, hipoksia, hiperkapnea, hipotensi
siskemik.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit CKB
e) Genogram
KETERANGAN :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Hidup dalam satu rumah
: Menikah : Klien
11
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Pindah
Makan
KETERANGAN
0 = Mandiri
1 = Dengan menggunakan alat buntu
2 = Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 = Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 = Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
Pasien dalam melakukan aktivitas dibantu oleh perawat/keluarga
c) Pola Istirahat Tidur
Pada pasien CKB mengalami gangguan tidur akibat cemas, gelisah
dan nyeri di kepalanya.
d) Pola Nutrisi Metabolik
Pada pasien CKB terjadi gangguan metabolik yaitu nafsu makan
klien berkurang karena tidak dapat menelan.
e) Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien tidak normal, dalam BAK dan BAB pasien
dipasang kateter dan pispot untuk membantu klien melakukan pola
deminasi. Inkotenesia kandung kemih/usus mengalami gangguan fungsi.
f) Pola Kognitif Perseptual
Hilangnya sebagian penglihatan, dan pendengaran, gangguan
pengelapan, adanya vertigo, dan pasien merasakan nyeri berat, pasien
mengalami kehilangan kesadaran.
g) Pola Peran Hubungan
1. Status perkawinan : Sudah menikah
2. Pekerjaan : Pegawai Negri sipil
3. Kualitas bekerja : Sebelum
sakit klien bekerja disalah satu Kantor
Pemerintahan Yogyakarta
12
4. Sistem dukungan : Suami dan
keluarga
h) Pola Nilai Kepercayaan
Klien beragama Islam, sembahyang/ibadah dilakukan secara rutin
i) Pola Konsep Diri
Harga diri : Terganggu karena tidak dapat melakukan
aktivitas
Ideal diri : Terganggu
Identitas diri : Terganggu, karena merasa malu akibat
penyakit yang dideritanya
Gambaran diri : Terganggu, karena tidak ada keyakinan bahwa
dirinya akan sembuh
Peran diri : Terganggu, karena tidak dapat melakukan
perannya dilingkungan masyarakat dan peran
dalam keluarga.
j) Pola Seksual Reproduksi
Pasien sudah tidak mengalami ovulasi karena telah berada pada
masa menopouse
k) Pola Koping
- Masalah utama selama masuk RS yaitu kurangnya perawatan
diri
- Pasien kehilangan rasa percaya dirinya
- Klien takut terhadap kekerasan
- Pandangan terhadap masa depan klien mengalami pesimis
untuk sembuh
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : < 37° C
Nadi : < 60 x/menit
TD : Sistole < 105, diastole < 60
RR : < 16 x/menit
TB/BB : ideal/menurun
13
b. Keadaan Umum
Keadaan umum tergantung berat ringannya penyakit yang dialami oleh
pasien yaitu dari samnolen/kesadaran cenderung menurun kadang pasien
mengalami koma.
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kulit dan Rambut
Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lesi
Jumlah rambut : Tipis, rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : kurang bersih, ada ketombe
Palpasi
Suhu < 37° C
Warna kulit sawo matang, turgor kurang baik, kulit kering, tidak
ada adema
2. Kepala
Inspeksi
- Bentuk simetris antara kanan dan kiri
- Bentuk kepala lonjong
Palpasi
Ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : Bentuk bola mata pasien
bulat, kelopak mata cekung, konjungtiva pucat,
lapang pandang pasien berkurang karena adanya
gangguan penglihatan yaitu penglihatannya kabur,
pupil mengalami perubahan
4. Telinga
Inspeksi : Ukuran sedang, simetris
antara kanan dan kiri, ada serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan
14
5. Hidung
Inspeksi : Simetris, hidung pasien
kotor
Palpasi : Tidak ada benjolan
6. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir pasien
kering, gigi, gusi dan lidah pasien kotor karena
kurang perawatan diri
7. Leher
Inspeksi : Bentuk leher normal,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : Leher kasar, karena kurang
perawatan
8. Paru
Inspeksi : Pada waktu bernafas
gerakan dada kanan dan kiri tidak sama saat
dipegang
Palpasi : Gerakan dada terlihat tidak
teratur saat inspirasi dan ekspirasi
Auskultasi : Saat di dengar dengan
stetoskop nafas pasien terdengar tidak teratur, adanya
bunyi ronohi
Perkusi : Saat diketuk terdengar
bunyi sonor
9. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris
Auskultasi : Adanya bising usus
karena peristaltik tidak teratur (5 – 35x/menit)
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Saat diketuk terdengar
bunyi sonor
15
10. Jantung
Inspeksi : Pasien terlihat sesak
nafas
Palpasi : Denyut jantung tidak
teratur
Auskultasi : Frekuensi denyut jantung
Perkusi : Denyut jantung sonor
11. Anus dan Rectum
Hemoroid internal akibat system saraf terganggu
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
16
1. Data Fokus
Data objektif :
- Klien merasa lemah
- Klien merasa lelah
- Klien tampak lesu
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bingung
- Klien sering muntah
- Klien mudah tersinggung
- Klien mengalami kehilangan keseimbangan
- Klien mengalami perubahan tekanan darah atau normal perubahan
frekuensi jantung
- Klien mengalami perubahan tingkah laku atau kepribadian
- Klien mengalami gangguan fungsi usus/inkontenensia kandung kemih
- Klien mengalami kehilangan kesadaran
- Klien amnesia, vertigo, syncope, tinnitus
- Klien mengalami perubahan penglihatan
- Klien mengalami gangguan pengecapan
- Klien mengalami sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda
- Klien mengalami perubahan pola pernafasan, nafas bunyi ronchi
- Klien mengalami trauma
- Klien tampak ketakutan
- Klien meringis kesakitan
- Penglihatan klien tampak kabur
- Klien terpasang infus
- Klien tidak nafsu makan
- Kulit klien kering
- Klien tidak melakukan aktivitas sehari-hari
- Mata klien tampak pucat
- Klien sering terbangun karena nyeri dikepala
- Penampilan klien tampak kumuh
17
- Mulut klien bau
- Gigi klien kotor
- Klien mengalami keterbatasan ROM
- Turgor kulit klien jelek
- ND
- Suhu
- TD
- RR
- Mukosa tampak kering
BAB III
ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. D
Umur : 51 tahun
18
diastole < 60 mmHg
- ND : < 60 x/menit
4. Do : Resiko Bedrest
- Klien mengalami Kerusakan integritas
keterbatasan ROM kulit
- Kulit klien tampak
memerah pada bagian
clavikula, siku, pantat dan
tumit
- Turgor kulit jelek
- Kulit tampak kering
5. Do : Kerusakan imobilitas Nyeri dan
- Klien mengalami fisik immobilisasi
keterbatasan ROM
- Klien terpasang
infuse pada lengan bagian
kanan
- Tidak ada koordinasi
gerak
19
tampak kotor
- Mulut klien bau
- Gigi klien tampak
kotor
10. Do : Kekurangan volume Kehilangan
- Klien tampak lemas cairan volume cairan
- Klien terpasang aktif
infuse
- Turgor kulit klien
jelek
- ND : > 100 x/menit
- TD : sstole <,
diastole < mmHg
- Suhu > 37° C
- Mukosa tampak
kering
20
PERENCANAAN
21
- Ajarkan teknik
relaksasi
- Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik
- Cek riwayat alergi
- Monitor TTV sebelum
dan sesudah pemberian
analgetik
2. Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
asuhan keperawatan selama - Monitor menekan
….. x 24 jam diharapkan makanan/cairan
volume cairan klien dapat - Dorong masukan
terpenuhi dengan KH. oral
- Klien tidak lemas - Anjurkan untuk
- ND : normal minum air banyak
- Mukosa tidak kering - Kolaborasi
- Turgor kulit baik pemberian
cairan/makanan
- Monitor hasil
laboratorium yang
sesuai dengan retensi
cairan (BUN, HMT,
Osmolalitas Urin)
- Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
22
muntah
- Kolaborasi pemberian
obat antimual dan
muntah
- Monitor lingkungan
selama makan
- Berikan makanan
kesukaan
- Monitor adanya
penurunan berat badan
4. Setelah dilakukan tindak - Kaji tidur klien
asuhan keperawatan selama - Berikan
….. x 24 jam diharapkan kenyamanan pada klien
tidur klien tidak terganggu (kebersihan tempat
dengan KH : tidur)
- Klien tidak pucat - Kolaborasi dengan
- Mata klien tidak dokter pemberian
bengkak analgetik
- Klien tidak sering - Catat banyaknya
terbangun dimalam hari klien terbangun di
malam hari
- Berikan lingkungan
yang nyaman dan
kurangi kebisingan
- Berikan minum
hangat (susu) sebelum
tidur jika perlu
- Berikan musik
klasik sebagai
pengantar tidur
23
- TD - Monitor tingkat
kesadaran
- Monitor status
pernafasan
- Persiapan pemberian
transfuse
- Monitor status hidrasi
6. Setelah dilakukan tindakan - Raji kemampuan
asuhan keperawatan selama klien klasifikasi
….. x 24 jam diharapkan melalui skala 0-4
kerusakan mobilitas fisik - Ubah posisi setiap
klien dapat teratasi dengan 2 jam
KH : - Letakkan posisi
- Klien dapat telungkup satu kali/
melakukan rentang 2 kali sehari jika pasien
gerak dapat mentoleransi
- Klien dapat - Sokong ekitremitas
melakukan ROM dalam posisi
fungsional
- Gunakan
penyangga lengan
ketika klien dalam
posisi tegak
- Posisikan lutut dan
panggul dalam posisi
ekstensi
- Ajarkan rentang
gerak
7. Setelah dilakukan tindakan - Tentukan penyebab
asuhan keperawatan selama toleransi aktivitas
…… x 24 jam diharapkan - Jika
intoleransi aktifitas klien memungkinkan
teratasi dengan KH : tingkatkan aktifitas
- Klien dapat secara bertahap
melakukan aktivitas - Kolaborasi dengan
sehari-hari tanpa diberikan terapi fisik
bantuan orang lain untuk membantu
peningkatan level
aktifitas
24
8. Setelah dilakukan tindakan - Kaji kemampuan
asuhan keperawatan selama klien
….. x 24 jam diharapkan - Hindari melakukan
kurang perawatan diri klien sesuatu untuk pasien
dapat teratasi dengan KH : yang dapat dilakukan
- Klien dapat pasien sendiri
melakukan perawatan - Berikan umpan
diri dalam tingkat balik yang positif
kemampuan untuk setiap usahanya.
- Bawa pasien ke
kamar mandi secara
teratur
9. Sesudah dilakukan tindakan - Kaji luka klien
asuhan keperawatan selama - Berikan perawatan
…… x 24 jam diharapkan dengan sering
tidak terjadi infeksi pada membersihkan daerah
klien dengan KH : luka
- Kompres hangat
daerah sekitar luka
- Kolaborasi
pemberian antiseptik
10. Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi
asuhan keperawatan selama perkembangan alkas
…… x 24 jam diharapkan dekubitur
tidak terjadi dekubitus pada - Cuci area yang
klien dengan KH : kemerahan dengan
Klien mengidentifikasikan lembut menggunakan
rasional untuk pencegahan sabun
dan pengobatan - Masase dengan
lembut kulit sehat di
sekitar area kemerahan
- Berikan dorongan
latihan rentang gerak
- Pertahankan tempat
tidur sedatar mungkin
- Amati adanya
aritema dan kepucatan
lakukan palpasi
- Tingkatkan
masukan karbohidrat
dan protein
PENUTUP
A. KESIMPULAN
25
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa cidera kepala adalah
keadaan dimana struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak,
durameter, pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma
tertutup maupun trauma tembus.
Cidera kepala dibagi menjadi 3 yaitu :
Cidera kepala ringan
Cidera kepala sedang
Cidera kepala berat
Dari pembahasan cidera kepala berat, perawat dapat mengambil diagnosis yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan fisik
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu memasukkan, mencerna makanan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
5. Perubahan porfusi jaringan berhubungan dengan penghentian darah
oleh cerebral
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/imobilisasi
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi
8. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuro muscular
9. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest
B. SARAN
Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Dan kami menyadari,
makalah ini cukup jauh dari sempurna. Maka kami sangat mengharap dan sangat
terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Untuk
itu kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
26
- Arief, M, Suprohaitta, Wahyu, J.K, Wiewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid 2. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.
- Mc. Closkey, Joanne C. PHD, RN, FAAN, Bu Lechec Gloria, M, PhD, FAAN
2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC INC : St. Louis
27