Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASKEP COLIC URETER

DISUSUN OLEH

NAHDATUL JANNAH
PO.71.3.201.18.1.069
2B KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Keperawatan Gawat Darurat Kami tentang Mekanisme Cedera, Fraktur, Luka Bakar, Dan
Manajemen Nyeri ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Semoga Tugas Makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Makassar, 24 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi
air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita 4:1
dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika
Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata
terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat
(Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna,
baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada
laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki,
sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang
berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu
prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi
saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu dapat menyebabkan
kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini
berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa
terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah
bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi
dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur
ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih
dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih ini . Tingginya
insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit batu
saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah yang mendorong penulis untuk membahas
atau membuat makalah mengenai batu saluran kemih dengan judul “Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Saluran Kemih)”.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Batu saluran kemih?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari Batu saluran kemih?
1.2.3 Apa etiologi dari Batu saluran kemih?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Batu saluran kemih?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih?1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan
yang tepat pada penderita Batu saluran kemih?
1.2.7 Apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih?
1.2.8 Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran kemih?

1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Batu saluran kemih
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Batu saluran kemih
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari Batu saluran kemih
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Batu saluran kemih
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari Batu saluran kemih
6. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita Batu saluran
kemih
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari Batu saluran kemih
8. Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan yang sesuai pada Batu saluran
kemih
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal
yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai
pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai
beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala
rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002).
Batu Saluran Kemih  adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%),
fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat
infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006).
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan di
dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis,
urolithiasis, atau renal calculi.

2.1.2 Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical
Nursing, dan buku Basuki B Purnomo, adalah:
1. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat
atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke
ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan oleh
komponen:
1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer atau
pada tumor paratiroid
2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkalisyndrome,
sarcoidosis
3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal
4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal

b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat  urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak
dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan
usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kayaoksalat seperti teh, kopi
instan, soft drink, jeruk sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam
c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu
kalsium. Hal ini dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau
pemakaian diuretic golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.
d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium,
karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat

2. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan
pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease  dan
merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk
batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalahproteus spp,
klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus

3. Batu asam urat


Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung
purine, peminum alcohol.
b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.
c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang berlebih dalam
urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.

4.  Batu sistin


Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil
dan orang tua, jarang ditemukan pada usia
5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter  hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi
xathine.

2.1.3   Etiologi
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
a) Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor
intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
a. Heriditer/ Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus
ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau
kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu saluran
kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit
heriditer yang menyebabkan batu saluran kemih antara lain:
1). Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal
ginjal.
2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.

b. Umur
Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.
c. Jenis kelamin
Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih
sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran kemih
yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus
baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh
hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya
kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.
b) Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan,
bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran kemih
di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu aspek
lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur, kelembaban yang sangat
menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran kemih.

b. Faktor Iklim dan cuaca


Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas banyak
ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat akan
meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam urat
tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih

c. Jumlah air yang diminum


Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air
yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut.
Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik
dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik
menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air
kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien
ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan
mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan
komponen tersebut dalam air kemih.

d. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air kemih dan
substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih.

e. Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan
orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses
metabolisme tubuh1.

f. Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat
menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui
bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan
kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih.

g. Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran kemih jarang
terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor dengan
banyak duduk.

h. Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh
tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik
didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini disebabkan pada orang yang gemuk pH air
kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan kalsium naik
i. Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman pemecah
urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air kemih
maka dapat terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih


Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2
pada batu kalsium oksalat).

2.1.4   Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit batu saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta
ureter proksimal. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara
perlahan akan merusak inti fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang
luar biasa (kolik). Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :
1. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai
nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan muntah, maka dapat
disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia.
Pasien yang mengalami kolik ureter akan sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit
urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah.

2. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..

3. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.

4. Hematuria dan Kristaluria


Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya hematuria
dan kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih, sedangkan
kristaluria adalah air kemih yang berpasir.

5. Mual dan Muntah


Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan mual
dan muntah.

2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara
lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan
sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin
dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika
cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan
pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar
dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari
dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena
dilatasi ginjal. 
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal.

2.1.6 Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu.
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
e. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
f. Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
g. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
h. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul.
i. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis
.Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih adalah untuk menghilangkan
batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi,
danmengurangi obstruksi yang terjadi.  Batu     dapat   dikeluarkan     dengan           
caramedikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa
operasi, dan pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan
diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.
Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat
merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien
batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium
oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan batu
kalsium fosfat : mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut,
kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2. Batu asam urat
Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus
dan lain-lain.
3. Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4. Batu cystin
Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak minum :
3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur.

b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan


Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat
keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida
atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung
pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk
mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis
untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL
adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan
melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi
tersebut adalah :
a) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-
fragmen kecil.
b) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-
uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d) Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang Dormia.

e. Tindakan Operasi
Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika
batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan
pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu
berada, yaitu :
a)    Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam
ginjal
b)   Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter
c)    Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica
urinaria
d)   Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra

2.2    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
   Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang terdiri dari :
a.  Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

b.  Riwayat Keperawatan


1.  Riwayat kesehatan masa lalu
2.  Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi saluran
kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri tekan
dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK)
menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga

d. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress

e. Pola kebiasaan sehari-hari


1.  Aktivitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu
tinggi.  Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
2. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan hangat;
pucat.

3. Eliminasi
Gejala     :
a)    Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)
b)   Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.
c)    Rasa terbakar, dorongan berkemih
d)   Diare
Tanda     : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih

4. Makanan / cairan
Gejala     :
a)    Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
b)   Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
c)    Ketidak cukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup
Tanda     : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus. Muntah.

5. Nyeri / Kenyamanan
Gejala      :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi  batu,
contoh  pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen,
dan turun ke lipat  paha/genetalia.  Nyeri  dangkal  konstan menunjulkkan kalkulus ada di
pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain.
Tanda     : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

6.  Keamanan
Gejala     : Penggunaan alcohol. Demam, menggigil.

7.  Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala      :
a)    Riwayat  kalkulus  dalam  keluarga,  penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
b)   Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme
c)    Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat kami angkat yakni :
1.      Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral,
trauma jaringan.
2.      Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik
3.      Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah
4.      Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, salah interpretasi
informasi, sikap acuh terhadap interpretasi.

2.2.3 Intervensi
N Tujuan dan Intervensi
Diagnosa Keperawatan Rasional
o Kriteria Hasil Keperawatan
1 Nyeri akut b.dpeningkatan 1)        Kaji intensitas, 1)         Peningkatan nyeri adalah
frekuensi / dorongan Setelah lokasi, frekuensi dan indikasi dari obstruksi, bila
kontraksi ureteral, trauma dilakukantindaka penyebaran nyeri nyeri hilang kemungkinan
jaringan. n keperawatan
2)        Kaji tanda keringat batu sedang bergerak
3x24 jam nyeri dingin, tidak dapat 2)         Mengobservasi tanda-
dapat teratasi beristirahat, dan tanda shock
Kriteria Hasil: ekspresi wajah 3)         Menurunkan iritasi
Nyeri berkurang,
3)        Tingkatkan dengan mempertahankan
Skala nyeri pemasukan sampai aliran cairan konstan ke
menurun, klien 2500 ml/hari sesuai mukosa kandung kemih.
dapat beristirahat toleransi 4)         Menurunkan tegangan
dan tampak
4)        Berikan tindakan otot, memfokuskan kembali
rileks kenyamanan perhatian, dan dapat
( sentuhan terapeutik, meningkatkan kemampuan
pengubahan posisi, koping
pijatan punggung ) 5)         Analgetik memblok
dan aktivitas lintasan nyeri sehingga
terapeutik. Dorong mengurangi nyeri
penggunaan teknik
relaksasi, termasuk
latihan napas dalam,
visualisasi, pedoman
imajinasi.
5)        Kolaborasi
pemberian analgetik
sesuai indikasi
2 Gangguan eliminasi 1)        Awasi pemasukan1)         Hasil pengawasan
urinb.d  stimulasi kandung Setelah dan pengeluaran memberikan informasi
kemih oleh batu, iritasi dilakukan cairan dan tentang fungsi ginjal dan
ginjal atau ureteral, tindakan karakteristik urine adanya komplikasi
obstruksi mekanik keperawatan 3x2)        Tingkatkan 2)         Hidrasi yang cukup
24 jam gangguan pemasukan sampai meningkatkan pengenceran
eliminasi urine 2500 ml/hari sesuai kemih dan membantu
teratasi toleransi mendorong lewatnya batu.
Kriteria Hasil: 3)        Observasi 3)         Akumulasi uremik dan
Nyeri saat perubahan status ketidakseimbangan elektrolit
berkemih mental dapat mempengaruhi sistem
berkurang, 4)        Periksa urine saraf pusat
berkemih tidak 5)        Awasi pemeriksaan
4)         Membantu
menetes, pola laboratorium untuk mengidentifikasi tipe batu
berkemih elektrolit, BUN, dan dan pilihan terapi
kembali normal kreatinin 5)         Indikasi disfungsi
6)        Kolaborasi ginjal/komplikasi
pemberian 6)         Alupurinol untuk
acstazolamid/alupurin meningkatkan pH urine,
ol, dan antibiotik antibiotil untuk mengatasi
infeksi.

3 Resti kekurangan volume Tujuan : 1)        Catat insiden 1)        Mengesampingkan 


cairanb.d mual / muntah Keseimbangan muntah, diare, kejadian abdominal lain.
cairan adekuat perhatikan 2)        Mempertahankan
Kriteria : karakteristik, dan keseimbangan cairan dan
Intake dan output frekuensi. homeostasis.
seimbang,  Tanda
2)        Tingkatkan 3)         Penurunan
vital stabil, pemasukan cairan 3-4 LFGmerangasang produksi
membran lt / hari dalam renin, yg. Bekerja
mukosa lembab, toleransi jantung. meningktakan TD.
turgor kulit baik.
3)        Monitor tanda vital,
4)         Peningkatan BB.yang
evaluasi nadi, turgor cepat,waspada retensi
kulit dan membran 5)         Mengkaji hidrasi,
mukosa. kebutuhan intervensi.
4)        Timbang berat 6)        Mempertahankan
badan tiap hari keseimbangan
Kolaborasi: nutrisi.Menurunkan mual
5)        Awasi muntah
Hb,Ht,elektrolit,
6)        Berikan diet
tepat,cairan
jernih,makanan
lembut s/d toleransi

4 Defisitpengetahuanb.d kura Tujuan: 1)        Kaji tingkat            Tingkat pengetahuan


ng terpajan, salah Setelah pengetahuan klien klien menentukan sejauh
interpretasi informasi,sikap dilakukan mengenai kondisinya mana informasi yang perlu
acuh terhadap interpretasi tindakan 2)        Menjelaskan jenis diberikan.
keperawatan 2x tindakan yang akan            Informasi yang tepat
24 jam dihadapi klien memberikan pengetahuan
pengetahuan 3)        Memotivasi untuk bagi klien
klien meningkat minum air putih 2,5 L            Hidrasi yang cukup
Kriteria Hasil: perhari untuk meningkatkan pengenceran
Memahami pencegahan kemih dan membantu
penjelasanperaw4)        Memotivasi untuk mendorong lewatnya batu,
at, mampu melakukan diit rendah mencegah kekambuhan
menjawab kalsium dan protein berulang
pertanyaan hewani untuk            Perubahan pola diit
validasi, pencegahan menurunkan oksalat dan
berdiskusi aktif protein sehingga aka
menurunkan resiko
pembentukan batu saluran
kemih

2.2.4 Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu
sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan
yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang dapat dilakukan oleh perawat :
1.      Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2.      Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3.       Menyiapkan lingkungan terapeutik
4.      Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5.      Memberikan asuhan keperawatan langsung
6.      Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah,
dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan
keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga
kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas
dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Batu
Saluran Kemih ialah nyeri akut dapat tertangani dengan tepat, proses eliminasi urin kembali
normal, kekurangan volume cairan dapat terhindari dan pasien memiliki pengetahuan
mengenai penyakit yang dialaminya.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti batu
yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau
infeksi pada saluran kencing. Masalah keperawatan yang sering dialami pada batu saluran
kemih ialah nyeri akut, gangguan pola eliminasi urin, resiko tinggi kekurangan volume cairan
dan defisiensi pengetahuan.

3.2  Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit batu saluran
kemih.Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar
mereka faham dengan batu saluran kemih dan bagaimana pengobatannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://makalahlistavanny.blogspot.com/2017/08/makalah-askep-batu-saluran-kemih.html

Anda mungkin juga menyukai