Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN BEDAH

MAKALAH

oleh
Kelompok 4
Kelas F

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA PADA KASUS
TOTAL KNEE REPLACEMENT

MAKALAH

disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Bedah dengan


dosen pengampu Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh:
Inka Mawardi Putri NIM 152310101059
Cantik Bahirah Zakarija NIM 152310101072
Arga Rifqi Addinda NIM 152310101143
Ana Septianadi Fahulpa NIM 152310101153

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017

i
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Keperawatan Bedah dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien
Dewasa Pada Kasus Total Knee Replacement ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, kami mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep.,Sp.Kep.MB. selaku dosen Penanggung Jawab
Mata Kuliah (PJMK) Keperawatan Bedah sekaligus dosen pembimbing
penyususnan makalah.
2. Semua pihak yang telah membantu sampai terselesaikannya tugas makalah
ini.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini banyak kekurangannya, baik
dalam penulisannya maupun dalam isinya, untuk itu kami menerima kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Semoga
dengan terselesaikan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
bermanfaat pula untuk Keperawatan Bedah kedepannya.

Jember, 20 Maret 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1 Pengertian ................................................................................. 3
2.2 Klasifikasi.................................................................................. 3
2.3 Etiologi....................................................................................... 5
2.4 Patofisiologi ............................................................................... 6
2.5 Manisfestasi Klinis ................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 10
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................ 11
3.1 Pengkajian................................................................................. 11
3.2 Diagnosa .................................................................................... 14
3.3 Intervensi................................................................................... 14
3.4 Implementasi............................................................................. 22
3.5 Evaluasi ..................................................................................... 25
BAB 4. PENUTUP....................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan ............................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan bedah adalah studi spesifik yang mempelajari mengenai langkah-
langkah ilmiah mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi
dengan memperhitungkan keterkaitan komponen-komponen bio-psiko-sosial klien
dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau
kecacatan. (Nur hidayah, 2014: hal 417- 418). Pembahasan keperawatan bedah lebih
berfokus pada pasien dewasa, terdapat banyak masalah kesehatan yang biasa
ditangani dalam bidang keperawatan bedah salah satunya masalah rusaknya system
gerak pada tubuh seperti kasus pada bagian ekstremitas tubuh yaitu rusaknya sendi
pada tubuh manusia contohnya osteoarthritis, radang sendi, rematik artritis septic.
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif umum dari sendi pada
bagian tulang rawan yang diakibatkan perubahan hipertropik di tulang.
Osteoarthritis menyerang pada semua jaringan sendi seperti tulang rawan,
sinovial, struktur kapsul serta ligament yang ditandai dengan degradasi kartilago
pada sendi sehingga sendi kehilangan fungsinya dan abnormalitas bentuk sendi
(Aaron, 2013). Sekitar 13 % wanita dan 10 % pria berusia 60 tahun atau lebih tua
memiliki OA lutut simptomatik. Proporsi orang yang terkena dengan OA lutut
simptomatik cenderung meningkat karena penuaan tingkat obesitas atau kelebihan
berat badan. (Heidari, 2011). Gejala yang paling umum terjadi pada pasien
osteoarthritis adalah kekakuan sendi sesaat pada pagi hari, terjadinya penguncian
pada sendi, ketidakstabilan pada sendi serta nyeri pada sendi. Nyeri menjadi ciri
utama serta penyebab dari berkurangnya kemampuan aktivitas pasien. Rasa sakit
atau nyeri biasanya cenderung memburuk pada saat aktivitas. Hal inilah yang
mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan saat melakukan aktivitas (Sinusas,
2012)
Total knee replacement merupakan pengobatan yang aman untuk mengurangi
rasa sakit pada lutut dan memulihkan fungsi fisik pasien, Total Knee Replacement
menggunakan prosedure bedah umum yang dilakukan atau dirancang untuk
meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas fungsional individu (Whitney,
2008). Setiap tahun ada lebih dari 500.000 prosedur operasi Total knee replacement

1
dilakukan di Amerika Serikat, hal ini diperkirakan bahwa pada tahun 2030 volume
procedure operasi TKR meningkat menjadi lebih dari 3,48 juta per tahun akibat
penuaan dini dan meningkatnya obesitas (Minesota, 2010).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan
Pasien Dewasa Pada Kasus Total Knee Replacement kepada mahasiswa dan
juga kepada pembaca makalah ini.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui pengertian dari total knee replacement.
1.2.2.2 Mengetahui epidemiologi dari total knee replacement
1.2.2.3 Mengetahui tanda dan gejala dari total knee replacement
1.2.2.4 Mengetahui patofisilogi dari total knee replacement
1.2.2.5 Mengetahui asuhan keperawatan dari total knee replacement

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Total Knee Replacement adalah prosedure bedah umum yang dilakukan atau
dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas fungsional
individu dengan osteoarthritis lutut (Whitney, 2008) Knee replacement atau dalam
dunia medis sering juga disebut sebagai Knee Arthroplasty adalah suatu prosedur
operasi mengganti sendi lutut dengan sendi buatan yang terbuat dari bahan metal
dan plastik. Upaya terapi ini dilakukan untuk mengatasi keluhan nyeri, serta keluhan
keterbatasan gerak atau ketidakmampuan bergerak pada sendi lutut. Paska terapi ini,
diharapkan pasien dapat bergerak tanpa nyeri. Untuk memiliki kemampuan gerak
yang baik, paska operasi pasien akan menjalani upaya rehabilitasi.
Knee Anthroplasty adalah prosedur rekonstruksi sendi sehingga pergerakannya
lebih baik. Arthroplasty biasanya diartikan penggantian lutut secara total.
Sebenarnya istilah penggantian lutut total kurng tepat karena tidak sepenuhnya lutut
diganti namun hanya dilapisi kembali. Prosedur ini dilakukan jika lutut rusak berat
oleh cedera dan mungkin akan sulit untuk melakukan kegiatan sederhana serta
mengubah tingkat aktifitas dan menggunakan dukungan berjalan tidak lagi
membantu, maka operasi penggantian lutut total boleh dipertimbangkan.

2.2 Klasifikasi
1. Total Knee Replacement
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur bedah umum yang dilakukan
atau dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas
fungsional individu dengan osteoarthritis lutut (Whitney, 2008). Total knee
replacement dilakukan dengan mengganti bagian sendi yang rusak menggunakan
sepasang implant sendi buatan yang disebut prosthesis. Material implant
standard (titanium) dengan material implant oxiniumtotal knee replacement
diberikan untuk kondisi perkapuran stadium lanjut atau grade IV, biasanya
disertai dengan perubahan bentuk fisik dari kaki menyerupai huruf O atau X
(Kisner, 2007). Berdasarkan hasil dari analisis kesintasan TKR secara luas
dianggap sebagai yang efektif dan sukses stadium akhir prosedur pembedahan
untuk menghilangkan rasa sakit lutut kronis dan cacat fungsional, Total Knee

3
Replacement (TKR) adalah prosedur pilihan dalam pengelolaan osteoarthritis
yang parah pada orang tua meskipun tanpa cacat jelas. TKR juga dipilih pada
pasien yang lebih muda dengan memburuk lutut karena dalam peradangan
arthritis. Dalam kasus tersebut, konservatif pengobatan tidak memberikan hasil
yang diinginkan dibandingkan dengan TKR, dan juga biaya yang efektif (Rnn,
et al., 2011). Total Knee Replacement ( Operasi pergantian sendi lutut) adalah
operasi ortopedik yang tidak mudah, jika semakin banyak dilakukan operasi
penderita yang mengalami kerusakan pada sendi lutut kini dapat diatasi dengan
tindakan total knee replacement atau sering disebut pergantian sendi lutut
(Wijayanto, 2013). Prosedur TKR itu sendiri yaitu dengan operasi penggantian
sendi lutut yang tidak normal dengan material buatan, ujung dari tulang femur
akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan
diganti metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik sebagai
peredam gerakan.

2. Partial Knee Replacement


Partial Knee Replacement (PKR) merupakan prosedur bedah sebagian
struktur sendi yang akan diganti dengan bahan buatan. Tindakan ini dilakukan
atas pertimbangan terdapat sebagian kecil dari struktur sendi yang rusak. Pada
tahap awal osteoarthritis, sering terjadi pada satu sisi dari lutut rusak. Hal ini
biasanya bagian dalam lutut meskipun kurang umum, arthritis juga dapat
mempengaruhi sisi luar dari lutut. Penggantian Lutut secara parsial merupakan
cara efektif sebelum penyakit berkembang, serta mencegah osteoarthritis
menyebarkan, dan menghindari tindakan TKR. PKR juga dikenal sebagai
penggantian lutut uni-kompartemen, dengan menggantikan hanya sisi yang
rusak lutut dan melestarikan tulang rawan rusak. Hal ini dapat mengakibatkan
dalam sayatan kecil, menjaga empat ligamen alami dan sendi buatan yang
berfungsi lebih seperti gerakan alami lutut (Chesterfeld et al, 2013)
Partial Knee Repalcement Ini tidak cocok untuk semua orang, prosedurnya
tidak serumit Total Knee Replacement sehingga biasanya lebih cepat dalam
pemulihan dan fungsi yang lebih baik. PKR memberikan tingkat yang sama
nyeri seperti TKR tetapi dengan kurang memar dan jaringan parut. Rentang

4
pergerakannya sebagus sebelum operasi dan biasanya lebih baik dari pada TKR.
PKR tidak cocok untuk semua orang karena harus memiliki kuat, ligamen sehat
pada lututnya. Kadang-kadang ini tidak akan diketahui sampai saat operasi
(Chesterfeld et al, 2013)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien yang memiliki penggantian
lutut parsial lebih cenderung dilakukan pada lutut yang telah direvisi
dibandingkan pasien yang menjalani TKR sekitar 1 orang di 10 membutuhkan
operasi lebih lanjut setelah 10 tahun. Jika pasien tidak puas dengan PKR lebih
mudah untuk merevisi penggantian parsial untuk melakukan TKR dari pada
merevisi TKR akan menyakitkan. Oleh karena itu PKR adalah pilihan untuk
pasien yang lebih muda, yang lebih cenderung membutuhkan operasi lebih
lanjut dalam beberapa kasus. Tetapi juga dapat digunakan pada beberapa pasien
yang lebih tua karena kurang puas saat operasi. Hasil dari operasi, tergantung
pada jenis arthritis dan bukan usia pasien (Chesterfeld et al, 2013)
2.3 Etiologi
Sendi lutut merupakan sendi engsel yang terdiri dari penyatuan dua tulang
panjang paha (fremur) dan tulang kering (tibia). Antara ujung tulang 2 putaran
cakram yang tetbuat dari tulang rawan yang disebut medial (dalam) dan lateral (luar)
meniskus. Tulang rawan artikular juga melapisi permukaan sendi (Triwibowo I,
2012)
Menurut (De Wolf, 1994) selama hidup kaki kita diberi beban yang sangat berat.
Sering kali kelainan-kelainan dengan segera menyulitkan berjalan apalagi berlari.
Dibandingkan dengan pergelangan tangan.
Berikut merupakan penyebab harus melakukan Total Knee Replacement :
a. Osteoartritis
Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi yang bergerak, gangguan ini
dapat bersifat kronik, berjalan progresif lambat , tidak meradang, namun dapat
mengalami degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada permukaan
persendian (Carter, 1995). Osteoathritis ini sering menimbulkan perubahan pada
tulang rawan sendi, bahkan seluruh jaringan sekitar sendi, sehinga sendi menjadi
tebal, hiperplastis dan hipertropi, secara klinis sendi mengalami deformitas.
(Axis dkk., 2006)

5
b. Rheumatoid Arthritis (RA),
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan
peradangan kronis pada sendi. Rasa nyeri yang di akibatkan oleh Rheumatoid
Arthritis biasanya oleh penderita dirasakan dibagian sinovial sendi, sarung
tendo, dan bursa yang akan mengalami penebalan akibat radang yang diikuti
oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi yang dapat menyebabkan
kecacatan, namun kebanykan penyakit ini berlangsung kronis yaitu sembuh dan
kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi
secara menetap pada penderita RA. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
RA ialah stres, merokok, faktor lingkungan dan dapat pula terjadi pada anak
karena faktor keturunan(Singh dkk., 2015).
c. Osteochondritis Dissecans
Pada penderita Osteochondritis Dissecans ini disebabkan karena pasokan
darah kebagian sendi terputus dan adanya tekanan ringan yang berulang-ulang.
Cedera ringan yang sering dialami berkali-kali ini seringkali tak disadari dan
dapat merusak ujung tulang yang terkena. Tulang dan tulamg rawan yang
terserang bisa mati, tapi tetap berada didalam sendi, hal ini dapat menyebabkan
nyeri dan bengkak yang bertambah parah setelah aktivitas fisik. Sendi lutut juga
tidak dapat digerakkan tanpa alasan jelas. Apabila sendi sudah mati maka harus
melakukan total knee replacement(S, Donald. Bae, 2009).
2.4 Patofisologi

a. Pada Oesteoartritis kerusakan awal di mulai dari hylin cartilago sendi


lutut, dimana terjadi pembentukan osteofit pada rawan sendi dan jaringan
subchondaral yang menyebabkan penurunan elastisitas dari sendi, selain
permukaan sendi (tulang rawan sendi), juga mengenai daerah-daerah sekitar
sendi seperti tulang subchondral, capsulligament yang membungkus sendi dan
otot-otot yang melekat dengan sendi. Perubahan-perubahan pada permukaan
sendi (hylin cartilago) akan mempengaruhi perubahan biokimia sehingga kan
meningkatkan sintesa timidin dan glisin sehingga akan mengalami pelunakan,
perpecahan, dan pengelupasan lapisan rawan sendi.

6
Hal tersebut dapat menyebabkan pembatasan pada pergerakan sendi
lutut. Jika kerusakan sendi tersebut terus berlanjut maka akan menyebabkan
penyempitan celah sendi dan osteofit, dengan adanya osteofit dapat
menyebabkan iritasi membran sinovialis sehingga timbullah nyeri tekan dan
nyeri gerak, apabila hal tersebut terus dibiarkan akan mengakibatkan kontraktur
sehingga lingkup gerak sendi akan menjadi terbatas, untuk memulihkan gerak
sendi agar tidak terbatas dapat dilakukan dengan Total Knee Replacement.

b. Rheumatoid Arthritis yang diakibatkan reaksi autoimun dalam jaringan


sinovial yang melibatkan proses fagositosis. Dalam proses ini, dihasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut selanjutkan akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan pada akhirnya terjadi
pembentukan pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang(Smeltzer & Bare, 2002). Sehingga mengakibatkan
hilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu geak sendi dan
menimbulkan nyeri yang diakibatkan serabut otot mengalami perubahan
degenaritif dengan menghilangnya kemampuan elastisitas pada otot dan
kontraksi pada otot, apabila dibiarkan dan sendi lutut terus digunakan untuk
menahan beban dan beraktivat akan mengalami kecacatan(Pharmascience dkk.,
2016).
c. Osteochondritis Dissecans

Tersumbatnya aliran darah menyebabkan tulang subchondral untuk mati dalam


proses yang disebut avascular nekrosis. Tulang tersebut kemudian diserap
kembali oleh tubuh, meninggalkan tulang rawan artikular sehingga menjadi
rentan terhadap kerusakan. Hasilnya adalah fragmentasi (diseksi) dari kedua
tulang rawan dan tulang, dan gerakan bebas dari fragmen osteokondral ini dalam
ruang sendi, menyebabkan rasa sakit ,kaku pada sendi menjadi tidak seimbang
serta menyebabkan kerusakan lebih lanjut(Shea, 2013).

7
Pathway Penuaan, Faktor Risiko, Obesitas,
Jenis Kelamin, Infeksi, Aktifitas

Reaksi Avascular
Autoimun Necrosis
Penurunan
Metabolisme
Fagositosis Fragmentasi

Pelemahan J.
Edema Kolagen Keras

Proliferasi Jumlah Rasa Sakit


membran Kondrosis
sinovial

Fleksibilitas
Pannus Sendi

Erosi tulang Pengerasan


Tulang
Osteochondritis
Rheumatoid Dissecans
Arthritis Osteoarthritis

TKR

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi

Luka Efusi Sendi PerubahanSendi


Nyeri Ansietas

Penyempitan Hambatan
rongga sendi
Mobilitas

Gerekan
Aktivitas

Penurunan Konstruktur
Kelemahan
Kekuatan

Risiko Jatuh
8
2.5 Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR biasanya terjadi pada
penderita yang mengalami nyeri lutut kronis atau kecacatan. Penyebabnya dapat
berupa osteoarthritis, rheumatoid, dan arthritis pasca-trauma.
a. Osteoarthtritis merupakan kerusakan yang terjadi pada tulang sendi, sebagian
besar kerusakan ini terjadi pada orang yang berusia diatas 50 tahun namun
bukan tidak mungkin terjadi pada usia yang lebih muda. Tulang rawan yang
bantal tulangnya melembutkan lutut dan minipis, kemudia terjadi gesekan antara
tulang sehingga menyebabkan nyeri lutut dan kekakuan.
b. Radang sendi , dimana membran sinovial yang mengeliligi sendi mengalami
peradangan dan menebal. Peradangan kronis ini dapat merusak tulang rawan
sehingga menyebabkan hilangnya tulang rawan, nyeri dan kekakuan.
Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari sekelompok gangguan
yang disebut arthritis inflamasi.
c. Osteochondritis Dissecans, ini dapat mengikuti cidera lutut serius. Fraktur tulang
sekitar lutut atau air mata ligamen lutut lama-kelamaan dapat merusak tulang
rawan artikular. Hal ini dapat menyebabkan nyeri lutut dan membatasi fungsi
lutut

TKR direkomendasikan ketika nyeri lutut parah atau kekakuan yang membatasi
kegiatan sehari-hari, nyeri lutut sedang atau berat saat beristirahat baik siang atau
malam, peradangan lutut kronis dan pembengkakan yang tidak membaik dengan
istirahat. Kerusakan sendi ini dapat diatasi dengan TKR namun terdapat beberapa
kemungkinan yang harus diwaspadai seperti, nabloding, thrombosis dan prothese
lepas.

Setelah dilakukan TKR terdapat beberapa resiko, sehingga setelah operasi harus
menghindari masalah sebagai berikut.

a. Pembekuan darah. Pembekuan darah ini memiliki beberapa tanda seperti


meningkatnya rasa sakit di betis nyeri atau kemerahan di tas atau bawah lutut,
serta meningkatnya pembengkakan di betis, pergelangan kaki, dan kaki.
b. Jika penggumpalan darah telah sampai ke paru-paru maka akan terjadi sesak
nafas secara tiba-tiba, nyeri dada, dan nyeri dada lokal dengan batuk.

9
c. Hidari terjadinya infeksi. Infeksi ini di sebabkan oleh bakteri yang memasuki
aliran darah. Tandanya adlaah demam persisten, menggigil, menngkatkan
kemerahan, nyeri, atau bengkak dari luka lutut, drainase dari luka lutut,
meningkatka nyeri lutut dengan aktivitas istirahat.
Hindari pula terjatuh karena akan merusak lutut baru sehingga memerlukan oprasi
lebih lanjut. Turun tangga juga merupakan bahaya tertentu setelah operasi TKR.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Sebuah riwayat kesehatan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter bedah untuk
mengetahui sejauhmana tigkat nyeri dan kempuan dari fungsi lutut.
b. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini menilai gerakan lutut, stabilitas, kekuatan,
dan secara keseluruhan keselarasan kaki.
c. Sinar X. Gambar-gambar ini membantu untuk menentukan tingkat kerusakan
dan deformitas pada lutut.
d. Tes lainnya. Kadang tes darah, atau pencitraan canggih seperti magnetic
resonance imaging (MRI) scan, mungkin diperlukan untuk mengetahui kondisi
tulang dan jaringan lunak lutut.

10
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama :-
Umur : 15-70 tahun. (tidak bisa dilakukan pada orang yang sangat
gemuk atau usianya yang masih terlalu muda)
Jenis Kelamin : Biasa terjadi pada laki-laki yang memiliki beban kerja tinggi
dan aktivitas berat pada ekstremitas bawah.
Agama :-
Alamat :-
Pekerjaan : Pekerja bangunan, Buruh tambang (Beresiko rusak ekstremitas)
Status :-
Tgl MRS :-
Pendidikan : Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan klien mengenai
tata cara menjaga kesehatan tubuh.
2) Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medis : Osteochondritis Dissecans, Kondromalasia, Artritis
Septik, Radang Sendi Rematik, Osteoartritis.
b. Keluhan Utama : Keluhan yang biasa muncul pada pasien sebelum
dilakukan TKR (nyeri, kaki sulit atau tidak bisa digerakkan).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Riwayat pasien dari masuk rumah sakit sampai opname di ruangan. Pasien
biasanya mempunyai penyakit kronis seperti gagal nafas, perdarahan dan kaki
tidak bisa digerakkan disertai nyeri pada extremitas bawah. Saat dikaji klien
tampak lemah, membran mukosa kering, turgor kulit menurun, pucat, tegang
otot, berkeringat dingin, wajah tampak meringis menahan sakit, mengeluh
nyeri pada bagian lutut.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Riwayat penyakit ini apa pernah dialami oleh pasien, pengalaman operasi juga
berdampak pada prosedur operasi.

11
e. Riwayat penyakit keluarga :
Kaji riwayat penyakit keluarga pasien apakah memiliki riwayat penyakit
keturunan atau penyakit kronik seperti diabetus militus, jantung, paru-paru, TB
dan penyakit lainnya. Apakah ada riwayat penyakit keturunan seperti penyakit
jantung, hipertensi, dan DM.
f. Riwayat psikososial:
Kaji hubungan psikososial pasien, seperti kecemasan atau ansietas dan lain-
lain.
3) Pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/90 mmHg (Normal)
Nadi : 60-80 x/menit (Normal)
Respirasi : 20 x/menit (Normal)
Suhu : 37,5 0C (Normal)
b. B-1 (Breathing)
1. Sebelum dilaksanakan prosedur pasien biasa di pasang masker oksigen,
untuk menjaga pola nafas.
2. Gerakan nafas sesuai dengan irama, ekspansi dada kanan kiri simetris.
3. Hidung : ada pernafasan cuping hidung.
4. Mulut : mukosa bibir kering, sianosis, dan terpasang alat bantu nafas
atau tidak.
5. Leher : Ada pembesaran kelenjar atau tidak.
Dada : Bentuk dada simetris/tidak, ada nyeri tekan, resonansi di seluruh lapang
paru, ada suara nafas tambahan atau tidak seperti ronkhi, wheezing, snoring.
c. B-2 (Blood)
1. Ada keluhan pusing, lemah, atau dada berdebar-debar, jika ada perlu dikaji
sirkulasi darah dan kadar kandungan dalam darah.
2. Wajah : pucat, konjungtiva pucat, ada sianosis/tidak
3. Leher : bendungan vena jugularis ada/tidak, teraba arteri carotis.
4. Dada : bentuk dada simetris/tidak, ada benjolan di dada, nyeri tekan, batas
jantung, dan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal.
5. Ekstremitas atas: Ada sianosis/tidak, clubbing finger atau tidak, CRT 2 detik.

12
6. Ekstremitas bawah: Ada varises/tidak, pitting edema, sianosis. CRT 2 detik
dan tanda homan positif, kulit pucat, nadi lemah atau tidak ada, derajat
edema.
Perubahan tekanan darah dan ada tidak nadi (Judith, 2006)
d. B-3 (Brain)
1. Adanya compos mentis, gelisah, GCS <7 (tidak sadar)
2. Setelah operasi kaji keluhan nyeri kepala dan tungkai bawah
e. B-4 (Blader)
1. Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
2. Pemakain kateter urine, ada distensi kandung kemih/tidak, nyeri tekan
(Judith, 2006)
f. B-5 (Bowel)
1. Mukosa bibir kering/tidak
2. Abdomen (dibagi 4 kuadran)
Inspeksi : ada pembesaran abnormal/tidak, distensi abdomen.
Auskultasi : peristaltic usus 10-20x/mnt
Perkusi : timpani.
Palpasi :
Kuadran I : hepar (hepatomegali, nyei tekan)
Kuadran II : gaster (nyeri tekan epigastrium, distensi abdomen)
Kuadran III : ada massa atau skibala/tidak
Kuadran IV : ada nyeri tekan /tidak (Judith, 2006)
g. B-6 (Bone)

1. Ada dekubitus /tidak


2. Elastisitas kulit normal/tidak, akral hangat/dingin
3. Ada penurunan kekuatan otot/tidak
4. Ada hiperpigmentasi kulit/tidak
5. Ektermitas bawah mengalami gangguan (Judith, 2006)
6. Kulit pucat
7. Saat dinaikkan tidak bisa dengan merendahkan tungkai
8. Status psikoososial

13
Pasien yang dirawat di ICU biasanya dipasang masker, spalk, dibalut dengan
tensokrep dengan ukuran 15 in, sering mengalami depresi mental yang dimanifestasikan
berupa kebingungan, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

3.2 Diagnosa
00146 Ansietasberhubungan dengan prosedur pergantian sendi lutut total
00132 Nyeri Akut yang berhubungan dengan pergantian sendi lutut total
00085 Hambatan Mobilitas fIsik berhubungan dengan perubahan sendi dan
penurunan kekuatan otot
00155 Risiko jatuh akibat Artritis

3.3 Intervensi
No Diagosa Keperawatan NOC NIC
1. Domain 9 1211 5820 Pengurangan
00146 Ansietas Tingkat kecemasan kecemasan
Definisi : perasaan tidak nyaman Definisi : keparahan 1. Gunakan
atau kekahwatiran yang samar dari tanda-tanda pendekatan yang
disertai respon otonom (sumber ketakutan, tenang dan
sering kali tidak spesifik atau ketegangan, atau meyakinkan
tidak diketahui oleh individu), kegelisahan, yang 2. Jelaskan semua
perasaan takut yang disebabkan bersal dari sumber prosedur termasuk
oleh antisipasi terhadap bahaya. yang tidak dapat di sensasi yang akan
Hal ini merupakan isyarat identifikasikan dirasakan yang
kewaspadaan yang 1. Klien yang mungkin dialami
memperingatkan individu akan sebelumnya tidak klien selama
adanya bahaya dan memampukan dapat beristirahat prosedur tindakan
individu bertindak mengahadapi dengan skala 1 3. Berikan informasi
ancaman (berat) menjadi faktual terkait
Batasan Karakteristik: skala 4 (ringan) diagnosis,
Perilaku : 2. Klien merasakan perawatan, dan
1. Gelisah gelisah yang prognosis
2. Insomnia sebelumnya 4. Berada disisi klien

14
3. Mengekspresikan dengan skala 1 untuk meningkatkan
kekhawatiran karena (berat) menjadi rasa aman dan
perubahan dalam peristiwa skala 4 (ringan) mengurangi
hidup 3. Klien yang ketakutan
Afektif : sebelumnya 5. Dorong keluarga
1. Berfokus pada diri sendiri menunjukkan untuk mendampingi
2. Gelisah wajah tegang klien dengan cara
3. Ketakutan dengan skala 1 yang tepat
4. Sangat khawatir (berat) menjadi 6040 Terapi relaksasi
5. Distres skala 4 (ringan) 1. Gambarkan
Fisiologis : 4. Serangan panik rasionalisasi dan
1. Wajah tegang yang dialami manfaat relaksasi
2. Peningkatan ketegangan klien yang serta jenis relaksasi
3. Peningkatan keringat sebelumnya yang tersedia
Simpatis : menunjikkan 2. Ciptakan
1. Wajah memerah skala 1 (berat) lingkungan yang
2. Gangguan pernapasan menjadi skala 4 tenang dan tanpa
3. Jantung berdebar-debar (ringan) distraksi lampu
4. Peningkatan tekanan darah, 5. klien yang redup dan
denyut nadi, frekuensi menyampaikan suhu lingkungan
pernapasan, dan reflek rasa takut yang yang nyaman jika
Parasimpatis : sebelumya dari memungkinkan
1. Gangguan pola tidur skala 1 (berat) 3. Minta klien untuk
2. Mual menjadi skala 4 rileks merasakan
3. Sering berkemih (ringan) sensasi yang terjadi
4. Pusing 6. klien 4. Dorong klien untuk
Kognitif : menyampaikan mengulang praktik
1. Gangguan konsntrasi dan rasa cemas yang teknik relaksasi jika
perhatian sebelumnya skala memungkinkan
2. Melamun 1 (berat) menjadi
3. Penurunan kemampuan skala 4 (ringan)
memecahkan masalah

15
2. Domain 12 2102 Tingkat Nyeri 2210 Pemberian
00132 Nyeri Akut Definisi: keparahan Analgesik
Definisi: pengalaman sensorik dari nyeri yang 1. Tentukan lokasi,
dan emosional tidak diamati atau karakteristik,
menyenangkan dengan kerusakan dilaporkan kualitas, dan
jaringan aktual atau digambarkan 1. Klien dapat keparahan nyeri
sebagai suatu kerusakan melaporkan nyeri sebelum mengobati
(International Association for the yang dialaminya klien
Study of Pain) awitan yang tiba- diri sebelumya 2. Cek perintah
tiba atau lambat dengan intensitas dari skala 1 pengobatan (obat,
dari ringan hingga berat, terjadi (deviasi berat dari dosis, frekuensi obat
konstan atau berulang tanpa akhir kisaran normal) analgesik yang
yang dapat diantisipasi atau menjadi 4 diresepkan)
diprediksi dan berlangsung (deviasi ringan 3. Cek adanya riwayat
kurang dari 6 bulan. dari kisaran alergi obat
Batasan Karakteristik: normal) 4. Berikan kebutuhan
1. Agen cidera fisik (pasca TKR) 2. Panjangnya kenyamanan dan
2. Sikap melindungi area nyeri episode nyeri aktivitas lain yang
3. Perubahan posisi untuk klien sebelumnya dapat membantu
menghindari nyeri menunjukkan dari relaksasi untuk
4. Laporan tentang perilaku nyeri skala 1 (deviasi memfasilitasi
atau perubahan aktivitas berat dari kisaran penurunan nyeri
misalnya laporan dari keluarga normal) menjadi 4 5. Kolaborasikan
5. Keluhan tentang karakteristik (deviasi ringan dengan dokter
nyeri menggunakan standart dari kisaran apakah obat, dosis,
instrumen nyeri normal) rute pemberian, atau
6. Keluhan tentang intensitas 3. Klien mengerang perubahan interval
menggunakan standart skala dan menangis dibutuhkan, buat
nyeri yang sebelumya rekomendasikan
7. Bukti nyeri dengan dari skala 1 khusus berdasarkan
menggunakan standart daftar (deviasi berat dari prinsip analgesik

16
periksa nyeri untuk pasien kisaran normal)
yang tidak dapat menjadi 5 (tidak 1400 Manajemen
menggungkapkan ada deviasi dari Nyeri
8. Perubahan selera makan kisaran normal) 1. Gunakan strategi
4. Ekspresi wajah komunikasi
klien yang terapeutik untuk
sebelumnya mengetahui
menunjukkan pengalaman nyeri
skala 1 (deviasi dan sampaikan
berat dari kisaran penerimaan pasien
normal) menjadi 4 terhadap nyeri
(deviasi ringan 2. Lakukan
dari kisaran pengakajian
normal). komprehensif yang
5. Pola istirahat meliputi lokasi,
klien yang karakteristik, durasi,
sebelumnya frekuensi, kualitas
menunjukkan intensitas dan faktor
skala 1 (deviasi pencetus nyeri
berat dari kisaran 3. Tentukan akibat dari
normal) menjadi 4 pengalaman nyeri
(deviasi ringan terhadap kualitas
dari kisaran hidup klien ( pola
normal). tidur dan nafsu
6. Klien yang makan)
sebelumnya 4. Berikan informasi
mengerinyit dari mengenai nyeri
skala 1 (deviasi (penyebab nyeri,
berat dari kisaran lama nyeri, dan
normal) menjadi 5 antisipasi dari
(tidak ada deviasi ketidaknyamanan
dari kisaran akibat prosedur

17
normal) 5. Kurangi faktor yang
7. Ketegangan otot dapat mencetuskan
klien yang atau meningkatkan
sebelumnya nyeri (kelelahan)
menunjukkan
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal) menjadi 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
8. Kehilangan nafsu
makan klien yang
sebelumnya
menunjukkan
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal) menjadi 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
3. Domain 4 0200 Ambulasi 0104 Peningkatan
00085 Hambatan mobilitas fisik Definisi : tindakan mekanika tubuh
Definisi : keterbatasan dalam personal untuk 1. Kaji kesadaran
gerakan fisik atau satu atau lebih berjalan dari satu pasien tenang
ekstremitas secara mandiri dan tempat ke tempat lain abnormalitas
terarah secara mandiri muskuloskeletalnya
Batasan Karakteristik : dengan atau tanpa dan efek yang
1. Gangguan sikap berjalan alat bantu mungkin timbul
2. Gerakan lambat 1. Klien berjalan pada jaringan otot
3. Gerakan spastik dengan langkah dan postur
4. Gerakan tidak terkoordinasi yang efektif yang 2. Bantu untuk

18
5. Kesulitan membolak-balik sebelumnya dari menghindari duduk
posisi skala 1 (sangat dalam posisi yang
6. Keterbatasan rentang gerak terganggu) sama dalam jangka
7. Penurunan waktu reaksi menjadi skala 4 waktu yang yang
8. Penurunan kemampuan (sedikit lama
melakukan ketrampilan terganggu) 3. Bantu pasien
motorik halus dan kasar 2. Klien berjalan memilih aktivitas
dengan pelan pemanasan sebelum
yang sebelumnya memulai latihan
dari skala 2 atau memulai
(cukup terganggu) pekerjaan yang
menjadi skala 4 tidak dilakukan
(tidak terganggu) secara rutin
3. Klien berjalan sebelumnya
dengan kecepatan 4. Bantu pasien
sedang yang melakukan latihan
sebelumnya dari fleksi untuk
skala 1 ( sangat memfasilitasi
terganggu) mobilisasi sesuai
menjadi skala 4 indikasi
(tidak terganggu) 5. Berikan informasi
4. Klien yang tentang
sebelumnya kemungkinan posis
berjalan menaiki penyebab nyeri otot
tangga dengan atau sendi
skala 1 ( sangat 0224 Terapi latihan :
terganggu) Mobilitas Sendi
menjadi skala 4 1. Tentukan batasan
(tidak terganggu) pergerakan sendi
5. Klien yang dan efeknya
sebelumnya terhadap fungsi
berjalan menuruni sendi

19
tangga dengan 2. Bantu pasien
skala 1 ( sangat mendapatkan posisi
terganggu) tubuh yang optimal
menjadi skala 4 untuk pergerakan
(tidak terganggu) sendi pasif maupun
6. Klien berjalan aktif sesuai indikasi
mengelilingi 3. Bantu latihan ROM
kamar yang pasif atau ROM
sebelumnya 4. Bantu pergerakan
menunjukkan sendi yang ritmitis
skala 1 ( sangat dan teratur sesuai
terganggu) kadar nyeri yang
menjadi skala 4 bisa ditoleransi,
(tidak terganggu) ketahanan, dan
pergerakan sendi
5. Dukung ambulasi
jika memungkinkan
4. Domain 11 1913 Keparahan 6486 Manajemen
00155 Resiko jatuh cedera fisik lingkungan :
Definisi : rentan terhadap Definisi : keparahan Keselamatan
peningkatan resiko jatuh yang dari tanda dan gejala 1. Identifikasi hal
dapat menyebabkan bahaya fisik dari cedera tubuh yang
dan gangguan kesehatan 1. Fraktur membahayakan di
Faktor Resiko : ekstermitas yang lingkungan ( bahaya
1. Dewasa : prostesis ekstermitas sebelumnya fisik, biologi, dan
bawah menunjukkan skal kimia)
2. Kognitif : gangguan fungsi 1 (berat) menjadi 2. Singkirkan bahan
kognitif skala 4 (ringan) berbahaya dari
3. Agen farmakologi 2. Gangguan lingkungan jika
4. Fisologis : artritis, gangguan imobilitas yang diperlukan
mobilitas sebelunya modifikasi
menunjukkan lingkungan untuk

20
skala 1 (berat) meminimalkan
menjadi 4 bahaya dan resiko
(ringan) 3. Sediakan alat untuk
beradaptasi
4. Bantu pasien saat
melakukan
perpindahan ke
lingkungan yang
lebih aman
5. Siapkan nomer
telfon emergensi
untuk pasien
6. Edukasi individu
dan kelompok yang
beresiko yang ada
di lingkungan
6490 Pencegahan
jatuh
1. Identifikasi
kekurangan aik
kognitif maupun fisik
dari pasien yang
memungkinkan
potensi jatuh pada
lingkungan tertentu
2. Monitor gaya
berjalan,
keseimbangan dan
tingkat kelelahan
dengan ambulasi
3. Bantu ambulasi
individu yang

21
memiliki
ketidakseimbangan
4. Intruksikan pasien
memanggil bantuan
terkait pergerakan
dengan tepat
5. Ajarkan pasien
bagaimana jika jatuh
untuk meminimalka
cedera
6. Bantu eliminasi
dengan frekuensi dan
interfal terjadwal
7. Sediakan
pencahayaan yang
cukup dalam rangka
meningkatkan
pandangan
8. Lakukan program
latihan fisik rutin
seperti berjalan

3.4 Implementasi
Diagnosa 00146 : Ansietas

5820 Pengurangan kecemasan


a. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Menjelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan yang
mungkin dialami klien selama prosedur tindakan
c. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan prognosis
d. Meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
e. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk mendampingi klien dengan cara

22
yang tepat
6040 Terapi relaksasi
a. Menggambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia
b. Menciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi lampu yang redup dan
suhu lingkungan yang nyaman jika memungkinkan
c. Membantu klien untuk rileks merasakan sensasi yang terjadi
d. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengulang praktik teknik relaksasi
jika memungkinkan

Diagnosa 00132: Nyeri Akut


2210 Pemberian Analgesik
a. Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum
mengobati klien
b. Melakukan mengecekan ulang prosedur pengobatan (obat, dosis, frekuensi obat
analgesik yang diresepkan)
c. Melakukan pengecekan apakah ada riwayat alergi obat
d. Memberikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
e. Melakukan kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian,
atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasikan khusus berdasarkan
prinsip analgesik

1400 Manajemen Nyeri


a. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
b. Melakukan pengakajian komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas intensitas dan faktor pencetus nyeri
c. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup klien ( pola
tidur dan nafsu makan)
d. Memberikan informasi mengenai nyeri (penyebab nyeri, lama nyeri, dan

23
antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
e. Mengurangi faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
(kelelahan)

Diagnosa 00085: Hambatan Mobilitas Fisik

0104 Peningkatan mekanika tubuh


a. Melakukan pengkajian terhadap kesadaran pasien tenang abnormalitas
muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin timbul pada jaringan otot dan postur
b. Membantu pasien untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam
jangka waktu yang yang lama
c. Membantu pasien memilih aktivitas pemanasan sebelum memulai latihan atau
memulai pekerjaan yang tidak dilakukan secara rutin sebelumnya
d. Membantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi mobilisasi sesuai
indikasi
e. Memberikan informasi tentang kemungkinan posis penyebab nyeri otot atau
sendi
0224 Terapi latihan : Mobilitas Sendi
a. Menentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi sendi
b. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan
sendi pasif maupun aktif sesuai indikasi
c. Membantu latihan ROM pasif atau ROM
d. Membantu pergerakan sendi yang ritmitis dan teratur sesuai kadar nyeri yang
bisa ditoleransi, ketahanan, dan pergerakan sendi
Diagnosa 0055: Resiko Jatuh

6486 Manajemen lingkungan : Keselamatan


a. Mengidentifikasi hal yang membahayakan di lingkungan ( bahaya fisik, biologi,
dan kimia)
b. Menyingkirkan bahan berbahaya dari lingkungan jika diperlukan modifikasi
lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
c. Menyediakan alat untuk beradaptasi
d. Membantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan yang lebih aman
e. Menyiapkan nomer telfon emergensi untuk pasien

24
f. Mengedukasi individu dan kelompok yang beresiko yang ada di lingkungan
6490 Pencegahan jatuh
a. Mengidentifikasi kekurangan aik kognitif maupun fisik dari pasien yang
memungkinkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu
b. Memonitor gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
c. Membantu ambulasi individu yang memiliki ketidakseimbangan
d. Memberikan intruksikan pasien memanggil bantuan terkait pergerakan dengan
tepat
e. Mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh untuk meminimalka cedera
f. Membantu eliminasi dengan frekuensi dan interfal terjadwal
g. Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan pandangan
h. Melakukan program latihan fisik rutin seperti berjalan

3.5 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Domain 9 1211 Tingkat Kecemasan
00146 Anisietas 1. Klien dapat beristirahat menunjukkan
skala 5
2. Klien tidak merasa gelisah skala 5
3. Klien telah merasa tenang skala 5
4. Klien tidak mengalami kepanikan lagi
skala 5
5. Rasa takut yang di sampaikan klien
suda tidak mengganggu skala 5
6. Klien menyampaikan sudah tidak
mengalami cemas skala 5
2 Domain 12 2102 Tingkat Nyeri
00132 Nyeri Akut 1. Klien melaporkan bahwa sudah tidak
menyalami nyeri yang berarti skala 4
2. Panjang nyeri klien dalam batas normal
yaitu skala 4

25
3. Klien tidak lagi mengerang kesakitan
skala 4 dan 5
4. Ekspersi wajah klien tidak
menunjukkan skala nyeri yang tinggi
5. Pola istirahat klien membaik skala 5
6. Klien yang sebelumnya mengerinyit
sudah tidak lagi skala 5
3 Domain 4 0200 Ambulasi
00085 Hambatan 1. Kalien dapat berjalan dengan langkah
Mobilitas fisik efektif skala 5
2. Klien dapat berjalan pelan skala 5
3. Klien dapat berjalan dengan kecepatan
sedang skala 5
4. Klien dapat berjalan menaiki tangga
dengan skala 5
5. Klien dapat berjalan menuruni tangga
pada skala 5
6. Klien berjalan mengelilingi kamar
dengan baik pada skala 5
4 Domain 11 1913 Keparahan cedera fisik
00155 Resiko Jatuh 1. Fraktur ekstremitas membaik
menunjukkan skala 4
2. Gangguan mobilitas sudah berkurang
menunjukkan skala 4

26
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Total Knee Replacement adalah prosedure bedah umum yang dilakukan atau
dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas fungsional
pasien dengan kasus Osteochondritis Dissecans, Rheumatoid Arthritis (RA),
Osteoartritis. Diagnosa keperawatan yang biasa muncul adalah nyeri akut,
hambatan mobilitas fisik, resiko jatuh dari diagnose tersebut dibutuhkan upaya
professional perawat dari preventif hingga rehabilitatif, hingga pasien berangsur
normal dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

27
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2008.Konsep & Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta: Salemba medika.

Nur Hidayah.Jurnal Kesehatan.Volume 7 No. 2/2014 Nursalam.2011.Manajemen


keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan professional edisi 3. Jakarta:
Salemba medika

Kartika dewi,Dkk 2013.Analisa jam perawat pada pasien bedah.Riau: Program studi
ilmu keperawatan. Raymond H. & Simamor.2009.Buku Ajar Pendidikan dalam
Keperawatan. Buku kedokteran Jakarta : EGC.

States, U., & C-shaped, T. (2015). .org Total Knee Replacement.

Kisner, Carolyn., Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and
Techqniues. Philadelpia : Davis Company.

Meiyer, Whitney., Ryan, Mizner., Robin, Markus., Lee, Dible., Christopers, Peters.,
Paul C, Lastago. 2008. Total Knee Arthoplasty : Muscle Impairment, Functional
Limitation and Recomended Rehabilitation Approaches. Journal of Orthopaedic
and Sport PhysicalTherapy, 38 (5).
Rnn K, Reischl N, Gautier E, Jacobi M. Currentsurgical treatment of knee
osteoarthritis. Arthritis.2011;2011:454873. doi:10.1155/2011/454873.
Axis, L., O. Traction, dan C. Pattern. 2006. Beda pengaruh penambahan long axis
oscillated traction pada intervensi mwd dan tens terhadap pengurangan rasa nyeri
pada capsullar pattern akibat. 6(1)

Pharmascience, J., R. Article, L. Chabib, Z. Ikawati, R. Martien, H. Ismail, F. Farmasi,


U. Gadjah, U. G. Mada, dan D. M. A. Drugs. 2016. Review rheumatoid arthritis:
terapi farmakologi , potensi kurkumin dan analognya , serta pengembangan sistem
nanopartikel. 3(1):1018.

S, Donald. Bae, M. 2009. T reatment of a dolescent o steochondritis d issecans of the c


apitellum: a s ystematic r eview of the l iterature

28
Chesterfeld., Court, St. M., Derbyshire., Gate, St. M., House, C., St Marys Court. 2013.
Surgery Knee Replacement. www.arthritisresearchuk.org [diakses 17 Maret 2017]
Kisner, Carolyn., Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and
Techqniues. Philadelpia : Davis Company.
Meiyer, Whitney., Ryan, Mizner., Robin, Markus., Lee, Dible., Christopers, Peters.,
Paul C, Lastago. 2008. Total Knee Arthoplasty : Muscle Impairment, Functional
Limitation and Recomended Rehabilitation Approaches. Journal of Orthopaedic
and Sport Physical Therapy, 38 (5).
Rnn K, Reischl N, Gautier E, Jacobi M. Current surgical treatment of knee
osteoarthritis. Arthritis. 2011;2011:454873. doi:10.1155/2011/454873.
Wijanto, Eko. Naskah Publikasi 2013. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi
Pasca Operasi Total Knee Replacement Sinistra Di RSAL Ramelan Surabaya.
http://eprints.ums.ac.id/26515/21/02._NASKAH__PUBLIKASI.pdf [diakses 15
Maret 2017]

29

Anda mungkin juga menyukai