Dibuat oleh :
Yeni Yulianti
NIM 2201200150047
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny S. S
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Sari jadi
Tanggal Masuk : 01November 2016
No. Register : 16071406
Diagnosa Medis : Meningitis TB Grade II
2) Pernah dirawat
Klien pernah dirawat di RSHS selama 10 hari karena didiagnosa menderita
meningitis TB. Selama dirawat klien menjalani pengobatan OAT selama 5 hari
kemudian , setelah post rawat kemudian kontrol ke RSHS diganti oleh obat suntik.
Selama pengobatan rawat jalan klien sering mengeluhkan nyeri pada ulu hati
sehingga keluarga memutuskan untuk menjalani pengobatan herbal. Menurut
keluarga pada saat dirawat di ruang Flamboyan kulit dan skelra pasien menjadi
kuning.
3) Alergi
Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, tetapi pada saat menjalani pengobatan
OAT pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati
h. Neurologis :
Pengkajian saraf kranial :
Tidak terkaji
Pemeriksaan refleks :
Refleks babinski - /-
Adanya refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.
Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
2. Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi tgl 07 Oktober 2016 (di IGD RSHS)
1. Foto kurang inspirasi
2. Cor membesar kearah lateral kiri dengan apeks tertanam pada diafragma , pinggang
jantung normal.
3. Corakan bronkovaskuler normal
4. Tampak perselubungan opek homogen di lapang atas dan bawah kanan.
5. Tampak bercak lunak dilapang atas sampai tengah paru kanan
6. Kranilisasi (-)
Kesan =
Efusi pleura kanan
TBC paru aktif
Kardiomegali tanda bendungan jantung
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA Etiologi MASALAH
DS = - Penurunan kesadaran Ketidakefektifan bersihan
DO = jalan nafas
Pasien penurunan
kesadaran Menurunnya refleks batuk
Pasien batuk berdahak
Terdengar suara
gurgling Penumpukan sekret pada
saluran nafas
Cairan serebrospinal
mengalami kekeruhan,
terbentuk eksudat
Eksudat menyebabkan
inflamasi dan edema lebih
lanjut sel meningeal
Edema serebral
Ketidakefektifan termoregulasi
DS - Irah baring lama Resiko dekubitus
DO =
Pasien tirah baring
Kmerah-merahan pada Penekanan pada bagian tubuh
kulit bokong, ada luka terutama area yang menonjol
dekubitus pada kaki
bagian atas pasien
Hasil skrening = 11
Luka dekubitus
Intervensi Keperawatan dan kriteria hasil
Ketidakefektifan termoregulasi
Definisi : fluktuasi suhu diantara hipotermia dan hipertermia
Nursing Outcome
Intervensi
( Tujuan dan Kriteria Evaluasi )
Termoregulasi 1. Monitor IWL
Kriteria hasil : 2. Monitor warna dan suhu kulit
Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Berikan antipiretik pada saat demam
Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Selimuti pasien dengan selimut tipis pada
Tidak ada perubahan warna kulit dan saat demam
tidak ada pusing 5. Pertahankan pemberian cairan intravena
6. Kompres pada lipatan paha dan aksila
Risiko Dekubitus
Definisi Rentan terhadap cedera lokal pada kulit atau jaringan di bawahnya biasanya di atas
penonjolan tulang sebagai akibat tekanan, atau tekanan sebagai kombinasi dengan gesekan
Nursing Outcome
Intervensi
( Tujuan dan Kriteria Evaluasi )
Integritas jaringan kulit dan membran 1. Gunakan alat pengkajian luka
mukosa tekan/dekubitus yang tepat untuk
Kriteria hasil : mengkaji risiko pada pasien
Suhu kulit, sensasi, elasitas, hidrasi 2. Monitor ketat area yang mengalami
dan integritas kulit dalam kondisi baik kemerahan
Tidak terjadi pengelupasan kulit, 3. Hindari kulit dari kelembaban berlebihan
penebalan kulit, eritema pada berasal dari keringat, cairan luka, dan
integumen inkotinensia fekal dan BAK
4. Berikan perlindungan pada kulit seperti
krim pelembab, minyak VCO
5. Ubah posisi setiap 1-2 jam sekali
6. Ubah posisi dengan teknik yang benar
(misalnya menghindari menggeser pasien
untuk mencegah trauma)
7. Pasang jadual perubahan posisi didekat
tempat tidur pasien
8. Inspeksi kulit diarea tempat menonjol
dan area tekan
9. Pertahankan penggunaan kasur anti
dekubitus
10. Lembabkan kulit yang kering
11. Pasang bantalan pada siku dan tumit jika
dibutuhkan
12. Lakukan perawatan luka pada bagian
tubuh yang sudah terkena dekubitus
RR 25x/mnt
Pk 10.15 4. Monitor status oksigen pasien
II 17 Nov
2016
Pk 10.00 1. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD baru diusulkan
AGD
Pk 10.15 2. Monitor TIK pasien dan respon Nadi = 107 , Suhu = 35, 4. ,
neurologis terhadap aktivitas TD = 116/82
perawatan
IV 17 Nov
2016
CATATAN PERKEMBANGAN I
Pk 10.00
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
R/ pasien bernafas cepat dan dangkal
3 22 Nov 2016 DS =
DO =
Pasien dirawat dengan meningitis
Terjadi penurunan kesadaran
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi no 4, 6 dilanjutkan
I =
5 22 Nov DS =
2016 DO =
Pasien masih tirah baring
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi no 4, 6 dilanjutkan
I =
tuberkulosis. Namun belum ada data yang representatif mengenai hal tersebut dalam suatu
populasi. Berdasarkan Penelitian Rifai, dkk (2015) bertujuan untuk mengevaluasi efek dari
terapi obat anti tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang pada
tahun 2013. Penelitian melibatkan sebanyak 460 pasien tuberkulosis (TB) yang menerima
directly observed treatment strategy (DOTS). Dari hasil penelitian diperoleh 25 pasien yang
mengalami hepatitis akibat OAT dengan nilai insiden sebesar 5,4%. Gejala-gejala yang
paling sering timbul adalah rasa mual dan muntah (48%). Terjadi hepatitis ringan (20%),
sedang (48%), berat (4%), dan sengat berat (4%). Sebanyak 60% tanpa penyakit penyerta.
Efek Hepatitis yang menyebabkan pemberhentian OAT sementara sebesar 56% kasus dan
yang tetap meneruskan OAT sebesar 44% kasus, rata-rata durasi terapi hepatitis akibat Obat
Anti Tuberkulosis adalah 18 hari. Hepatitis akibat OAT dapat mempengaruhi angka
keberhasilan (outcome) terapi. Adanya insiden hepatitis akibat OAT dan besarnya populasi
Hepatitis tersebut di Rumah Sakit Saiful Anwar menunjukkan bahwa mendeteksi efek negatif
dari terapi OAT sangatlah penting. Adanya ATLI pada pasien TB akan kemungkinan
penurunan kepatuhan pasien dalam terapi. Menurut penelitian Azahari (2015) keadaan
kurang gizi pada pasien TB, akan meningkatkan resiko hepatotoksik karena kurang gizi
tersebut mengakibatkan hepar menjadi lebih lambat dalam proses metabolisme OAT,
Tanda dan gejala dili yang harus diwaspadai adalah Malaise, kehilangan nafsu makan,
mual, muntah dan nyeri pada perut kuadran kanan atas, jaundice, disertai tanda-tanda drudgs
hipersensitivi seperti kemerahan pada kulit dan demam. Pada Dili yang diakibatkan oleh Obat
TB yang paling banyak bersifat hepatotoksik penyebabnya adalah isoniazid, rifampicin and
pyrazinamide yang ditandai adanya kenaikan serum aminotransferase levels ( Chughlay &
Pada pasien meningitis TB sering dibawa ke rumah sakit dalam keadaan penurunan
kesadaran yang beresiko mengalami dekubitus jika tidak dilakukan mobilisasi. Berdasarkan
experimental dengan post-test only. Populasi penelitian adalah semua klien penurunan
kesadaran yang berisiko mengalami luka tekan di tiga ruangan pada Unit Bedah Rumah
Sakit AB Propinsi Lampung yaitu Ruang Mawar, Ruang Kutilang, dan Ruang Gelatik.
Sampel berjumlah 33 orang Kelompok perlakuan diberi perawatan pencegahan standar yaitu
miring kiri kanan 30 derajat tiap dua jam, mandi 2 kali sehari dan VCO dengan pijat ringan
berupa efflurage 4 5 menit efektif dalam pencegahan luka tekan grade I pada klien yang
berisiko mengalami luka tekan di Rumah Sakit AB Provinsi Lampung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kejadian luka tekan grade I
antara responden yang diberikan perawatan pencegahan menggunakan VCO dengan pijat dan
tanpa VCO (p= 0,033; = 0,05; RR= 0,733; 95% CI 0,540 0,995). Dengan demikian artinya
responden yang diberi perawatan dengan VCO terlindungi sebesar 0,733 kali dari kejadian
luka tekan grade I dibandingkan dengan responden yang dirawat tanpa menggunakan VCO.
terhadap penurunan skor bates jensen pada pasien yang dirawat dengan VCO dibandingkan
dengan minyak kelapa biasa (p-v =0,000). Analisis multivariat menunjukkan faktor kadar
albumin mempengaruhi selisih skor bates jensen pada pasien yang dirawat dengan VCO.
Peneliti menyarankan untuk menggunakan VCO pada perawatan luka tekan grade I dan II
pada pasien dengan luka tekan di RSUDAM Abdul Moeloek Propinsi Lampung.
Penelitian yang dilakukan oleh Young,T (2004) tentang perbandingan posisi miring
30 derajat dengan miring 90 derajat pada 46 pasien. Intervensi yang dilakukan adalah
dengan memberikan posisi miring pada 23 pasien dengan posisi miring 30 derajat dan 23
pasien lainnya dengan posisi miring 90 derajat. Yang dilakukan untuk mencegah luka tekan
Gr I (non blancakble Erythema). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa posisi miring 30
Penelitian Ana (2016) dilakukan di RSUD Jawa Timur. Dengan jumlah sampel
terdiri dari 20 kejadian pressure ulcer dengan teknik Consecutive sampling. Data dianalisis
dengan menggunakan uji statistik yaitu wilcoxon dan Mann Whitney Test dengan signifikasi
< 0,05.Hasil penelitian ini menunjukkan pengaturan posisi miring 30 derajat berpengaruh
terhadap penurunan kejadianpressure ulcer dari hasil analisis menunjukan sig 0,008, mean
1,50 dan standar deviasi 0,535. Intervensi Pemberian pengaturan posisi miring 30 derajat
Ana, K. D. (2016). Pengaturan Posisi Miring 30 Derajat Dengan Kejadian Pressure Ulcer.
Adi Husada Nursing Journal, 2(1).
Fatonah, S., Hrp, A. K., & Dewi, R. (2016). Efektifitas Penggunaan Virgin Coconut Oil
(Vco) Secara Topikal Untuk Mengatasi Luka Tekan (Dekubitus) Grade I Dan II.
Jurnal Kesehatan, 4(1).
Handayani, R. S., Irawaty, D., & Panjaitan, R. U. (2011). Pencegahan Luka Tekan Melalui
Pijat Menggunakan Virgin Coconut Oil. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(3), 141-
148.
Rifai, A., Herlianto, B., Mustika, S., Pratomo, B., & Supriono, S. (2015). Insiden dan
Gambaran Klinis Hepatitis Akibat Obat Anti Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(3), 238-241.
Sharma, P., Tyagi, P., Singla, V., Bansal, N., Kumar, A., & Arora, A. (2015). Clinical and
Biochemical Profile of Tuberculosis in Patients with Liver Cirrhosis. Journal of
clinical and experimental hepatology, 5(1), 8-13.
Young. (2004). The 30 tilt position vs the 90 lateral and supine positions in reducing the
incidence of non blanching erythema in a hospital inpatient population. Journal of
tissue viability. Volume: 14 Number: 3 Retrieved from http://www.
ebscohost.com/uph.edu .on February 2, 2010