Anda di halaman 1dari 4

Terapi Oksigen

1. Pengertian
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU, Dep.Kes. RI, 2005).
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosfir
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah (Andarmoyo, 2012).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terapi oksigen adalah memberikan
oksigen melalui saluran pernafasan dengan alat agar kebutuhan oksigen dalam tubuh terpenuhi
yang ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen.
Cara menghitung kebutuhan oksigen pada pasien dewasa yaitu dengan menggunakan
rumus :
MV = VT x RR
Keterangan:
MV = Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit
VT = Volume Tidal, 6-8 ml/kg Berat Badan
RR = Respiration Rate

2. Indikasi
Menurut Standar Keperawatan ICU Depkes RI (2005) dan Andarmoyo (2012), indikasi
terapi oksigen adalah :
a. Pasien hipoksia
b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal
e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.

3. Kontra indikasi
Menurut Potter (2005) kontra indikasi meliputi beberapa :
a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi nasal
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan
lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

4. Metode pemberian oksigen


Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
a. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan.
Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan
patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk
klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan
normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16
– 20 kali permenit. Contoh system aliran rendah ini adalah :
1) Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. - Keuntungan Pemberian O2
stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat
juga dipakai sebagai kateter penghisap. Kerugian Tidak dapat memberikan
konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari
pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
2) Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran
1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal. Keuntungannya
pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara,
lebih mudah ditolerir klien dan nyaman. Kerugianya tidak dapat memberikan
konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut,
mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
3) Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan
konsentrasi O2 40 – 60%. Keuntungannya konsentrasi O2 yang diberikan lebih
tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian
terapi aerosol. Kerugiannya tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran
8 – 12 L/mnt – Keuntungannya konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugiannya tidak dapat
memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan
aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungannya konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir. Kerugiannya kantong O2 bisa terlipat.
b. Sistem aliran tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebih
tepat dan teratur. Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka
dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai
O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara
yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan
konsentrasi 30 – 55%. Keuntungannya konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai
dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2,
suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2. Kerugian
system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada aliran
rendah.

5. Bahaya bahaya pemberian oksigen


Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan efek
merugikan, antara lain :
a. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena
itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok, membukan alat
listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.
b. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien
dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi
c. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu
relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasi dan
kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.

Daftar pustaka
Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
danPraktik. Volume 2. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Andarmoyo. (2012). Personal Hygiene, Konsep, Proses, Aplikasi dalam Praktik.
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai