Anda di halaman 1dari 9

Manifestasi Klinis

Gejala tumor sekum sulit untuk dideteksi dan biasanya tidak mengalami gejala tanda tumor sekum.
Radang di sekum tidak seperti rectum atau kolon sigmoid. Pada tumor sekum biasanya tidak merasakan
dorongan untuk buang air besar atau menyebabkan penyimpangan kebiasaan buang air besar, karena
tinja melewati sekum yang cair dan dapat dengan mudah melewati massa di bagian usus. Gejala lain
yang dapat timbul meliputi (Black & Hawlks, 2014):

1. Diare atau sembelit.


2. Merasa bahwa usus tidak kosong.
3. Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses.
4. Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya serta feses berwarna gelap dan coklat
kemerahan.
5. Sering mengalami sakit /nyeri perut, kram perut, atau perasaan penuh atau kembung.
6. Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
7. Merasa sangat lelah sepanjang waktu.
8. Mual atau muntah (tumor di sisi kanan usus dapat menyebabkan makanan tertimbun)
9. Anemia.
10. Anoreksia.

Pemeriksaan Diagnostik

Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang terbukti efektif antara lain (Sjamsuhidajat,
2004).
1. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011). Pada pemeriksaan colok dubur ini yang
harus dinilai adalah keadaan tumor dan mobilitas tumor (Sjamsuhidajat, 2004). Sepertiga tumor
ganas pada kolon distal dan rektum dapat diraba pada pemeriksaan colok dubur, sehingga
metode ini merupakan metode skrining terpenting (Black & HawlkS, 2014). Sehingga pada tumor
caecum mungkin tidak dilakukan karena tumor tidak dapat teraba.
2. Test laboratorium yang dianjurkan sebagai berikut :
a. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik ditandai dengan sel-sel darah
merah yang kecil tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum untuk test diagnostik
selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal.
b. Test Guaiac pada feses untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feses, karena semua
kanker kolorektal mengalami perdarahan intermitten.
c. CEA (carcinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel pada
banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Karena tes ini tidak spesifik bagi kanker
kolorektal dan positif pada lebih dari separuh pasien dengan lokalisasi penyakit, ini tidak
termasuk dalam skrining atau test diagnostik dalam pengobatan penyakit. Ini terutama
digunakan sebagai prediktor pada prognosis postoperatif dan untuk deteksi kekambuhan
mengikuti pemotongan pembedahan.
d. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi, indikasi
telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein, kalsium dan
kreatinin.
3. Pemeriksaan radiologi
a. Endoskopi
Jenis endoskopi yang dapat digunakan adalah sigmoidosskopi rigid, sigmoidoskopi fleksibel
dan kolonoskopi. Sigmoidoskopi Rigid digunakan untuk visualisasi kolon dan rektum
sebenarnya kurang efektif dibandingkan dengan sigmoidoskopi fleksibel (Sjamsuhidajat,
2004). Sigmoidoskopi Fleksibel yaitu visualisasi langsung pada 40 hingga 60 cm terminal
rektum dan kolon sigmoid dapat dilakukan dengan persiapan yang minim dan lebih nyaman
bagi pasien. Enam puluh persen dari semua tumor usus besar dapat terlihat secara langsung
menggunakan alat ini (Price & Wilson, 2006). Kolonoskopi adalah pemeriksaan endoskopi
yang sangat efektif dan sensitif dalam mendiagnosis karsinoma kolorektal. Tingkat
sensitivitas di dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau polip kolorektal adalah 95%
(Sjamsuhidajat, 2004).
b. CT Scan dan MRI
CT Scan dan MRI digunakan untuk mendeteksi metastasis ke kelenjar getah bening
retroperitoneal dan metastasis ke hepar. Akurasi pembagian stadium dengan menggunakan
CT-Scan adalah 80% dibanding MRI 59%. Untuk menilai metastase kelenjar getah bening
akurasi CT-Scan adalah 65%, sedang MRI 39% (Sjamsuhidajat, 2004).
c. Barium Enema
Merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mendeteksi gangguan kolon.
Penambahan kontras-udara dengan radiografi enema barium bersifat akurat hingga 90%
pemeriksaan (Price & Wilson, 2006).
d. CEA (Carcinoembrionik Antigen)
Screening CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke
dalam peredaran darah dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status
karsinoma kolorektal dan mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu
insensitif dan non spesifik untuk bisa digunakan sebagai screening karsinoma kolorektal
(Kendal & Tao, 2013).
A. Penatalaksanaan Medis
Operasi merupakan terapi utama untuk kuratif, namun bila sudah dijumpai penyebaran tumor maka
pengobatan hanya bersifat operasi paliatif untuk mencegah obstruksi, perforasi dan perdarahan.
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker kolorektal. Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif
adalah tindakan bedah. Tujuan utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna, baik bersifat
kuratif maupun non kuratif.
1. Pembedahan
Pembedahan pada tumor kolon yang berdekatan dan kelenjar getah bening yang berdekatan
adalah penanganan pilihan untuk kanker kolorektal. Penanganan pembedahan bervariasi dari
pengrusakan tumor oleh laser photokoagulasi selama endoskopi sampai pemotongan
abdominoperineal (APR = abdominoperineal resection) dengan kolostomi permanen. Bila
memungkinkan spingter ani dipertahankan dan hindari kolostomi (Way, 1994).
Laser photokoagulasi digunakan sangat kecil, usus diberi sorotan sinar untuk pemanasan
langsung jaringan didalamnya. Panas oleh laser umumnya dapat digunakan untuk merusak
tumor kecil. Juga digunakan untuk bedah paliatif atau tumor lanjut untuk 20 mengangkat
sumbatan. Laser photokoagulasi dapat dibentuk berupa endoskopik dan digunakan untuk pasien
yang tidak mampu / tidak toleransi untuk dilakukan bedah mayor.
Penanganan bedah lain untuk yang kecil termasuk pemotongan lokal dan fulguration. Prosedur
ini juga dapat dilakukan selama endoskopi, dengan mengeluarkan jarum untuk bedah abdomen.
Eksisi lokal dapat digunakan untuk mengangkat pengerasan di rektum berisi tumor kecil, yang
differensiasi baik, lesi polipoid yang mobile / bergerak bebas. Fulguration atau elektrokoagulasi
digunakan untuk mengurangi ukuran tumor yang besar bagi pasien yang risiko pembedahan
jelek. Prosedur ini umumnya dilakukan anestesi umum dan dapat dilakukan bertahap ().
Banyak pasien dengan kanker kolorektal dilakukan pemotongan bedah dari kolon dengan
anastomosis dari sisa usus sebagai prosedur pengobatan. Penyebaran ke kelenjar getah bening
regional dibedakan untuk dipotong bila berisi lesi metastase (Way, 1994). Sering tumor di bagian
asenden, transversum, desenden dan colon sigmoid dapat dipotong. Kolostomi adalah membuat
ostomi di kolon. Dibuat bila usus tersumbat oleh tumor sebagai penatalaksanaan sementara
untuk mendukung penyembuhan dari anastomosis atau sebagai pengeluaran feses permanen
bila kolon bagian distal dan rektum diangkat /dibuang. Kolostomi diberi nama berdasarkan
lokasi : asenden kolostomi, transversum kolostomi, desenden kolostomi dan sigmoid kolostomi.
Kolostomi sigmoid sering permanen, sebagian dilakukan untuk kanker rektum. Biasanya
dilakukan selama reseksi/pemotongan abdominoperineal. Prosedur ini meliputi pengangkatan
kolon sigmoid, rektum, dan anus melalui insisi perineal dan abdominal. Saluran anal ditutup dan
stoma dibentuk dari kolon sigmoid proksimal. Stoma berlokasi di bagian bawah kuandran kiri
abdomen. Bila kolostomi double barrel, dibentuk dua stoma yang terpisah. Kolon bagian distal
tidak diangkat tetapi dibuat saluran bebas/bypass. Stoma proksimal yang fungsional
mengalirkan feses ke dinding abdomen. Stoma distal berlokasi dekat dengan stoma proksimal
atau di akhir dari bagian tengah insisi. Disebut juga mukus fistula, stoma distal mengeluarkan
mukus dari kolon distal. Kolostomi double barrel dapat diindikasikan untuk kasus trauma, tumor
atau peradangan, dan dapat sementara atau permanen. Dalam prosedur emergensi digunakan
untuk mengatasi sumbatan usus atau perforasi. Pada prosedur Hartmann, prosedur kolostomi
sementara. Bagian distal dari kolon ditempatkan di kiri dan dirawat untuk ditutup kembali.
Kolostomi sementara dapat dibentuk bila usus istirahat atau dibutuhkan penyembuhan, seperti
pemotongan tumor atau peradangan pada usus. Juga dibentuk akibati traumatik injuri pada
kolon, seperti luka 21 tembak. Penyambungan kembali atau anastomosis dari bagian kolon tidak
dilakukan segera karena kolonisasi bakteri berat dari luka kolon tidak diikuti penyembuhan
sempurna dari anastomosis. Berkisar 3 – 6 bulan kolostomi ditutup dan dibentuk anastomosis
kolon (Harahap, 2004).
a. Hemikolektomi
Pada tumor caecum dapat dilakukan hemikolektomi. Hemikolektomi adalah duatu tindakan
pembedahan dengan mengangkat sebagian dari kolon beserta pembuluh darah dan saluran
limfe. Ruang lingkup hemikolektomi meliputi keganasan pada caecum, kolon asenden,
fleksura hepatica, kolon tranversum kanan, keganasan pada kolon tranversum kiri, fleksura
lienalis, kolon desenden, poliposis kolon, dan trauma kolon. (Wilkinson,2006)
Hemikolektomi kanan dilakukan untuk mengangkat suatu tumor pada kolon kanan. Dilakukan
kasus tumor bersifat kuratif dengan melakukan reseksi pada kasus karsinoma caecum, kolon
asenden. Pembuluh darah ileokolika, kolika kanan dan cabang kanan pembuluh darah kolika
media diligasi dan dipotong. Sepanjang 10 cm ileum terminal juga harus direseksi, yang
selanjutnya dibuat anastomosis antara ileum dan kolon transversum.(Wilkinson,2006)

b. ileostomi

b.1 Definisi
Ilesostomi berasal dari kata ileum dan stoma. Ileum merupakan bagian terbawah dari usus
halus. Stoma berarti membuka. Hal ini berarti ileum akan melewati stoma setelah operasi.
Ileostomi adalah proses operasi untuk membuka dinding perut. Ujung dari ileum (bagian
terbawah dari usus halus) dibuat melewati dinding perut yang terbuka tersebut untuk
membentuk stoma, biasanya terletak di bagian bawah kanan perut. Jika ilesototomi hanya
bersifat sementara, hal ini berarti bahwa baik sebagianmaupun seluruh colon diangkat, tetapi
rectum tidak diangkat. Jika ileostomi bersifat permanen, maka rectum, kolon, dan anus akan
diangkat. Dalam hal ini, pasien akan menggunakan kantung eksternal untuk menampung
fesesnya seumur hidup (American Cancer Society, 2007)

b.2 Prosedur Pasca Operasi


Pasien harus tetap dirawat inap selama kurang lebih 3-7 hari.Kemudian, pada hari yang sama
setelah dioperasi, pasien tidak diperbolehkan untuk minum. Pada keesokan harinya, pasien baru
diperbolehkan untuk minum air dan secara perlahan-lahan jenis minuman akan ditingkatkan
konsistensinya untuk melatih pencernaan. 2 hari setelah operasi, pasien diperbolehkan untuk
makan

b.3 Tipe ileostomi (American Cancer Society,2007)


Ileostomi tipe Brooke
Output nya berupa Cairan atau pasta yang mengandung enzim-enzim pencernaan. Manajemen yang
dibutuhkan adalah Perawatan kulit dan menggunakan kantung yang memiliki penutup sehingga
mudah dikosongkan.Ileostomi tipe Brooke merupakan Ileostomi tipe kedua yang paling sering
digunakan. Pertama-tama akan dibuat insisi pada abdomen sebagai lokasi ileostomi, kemudian
operator akan menarik loop ileum melewati lokasiinsisi.Setelah itu, ujung ileum tersebut akan
dilipat ke dalam dan dijahit ke permukaan kulit sekitarnya, dan akan membentuk stoma yang
berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dan lembut seperti mukosa buccal mulut.Stoma ini
berdiameter kurang lebih 2 cm dan berlokasi di kuadran kanan bawah perut pada permukaan
kulit yang datar dan lembut Pengeluaran feses tidak dapat dikontrol, sehingga mengharuskan
pasien untuk menggunakankantung di perut secara terus-menerus dan mengosongkannya
secara berkala.

Ileostomi tipe J-Pouch / Pelvic Pouch (Ileoanal Reservoir)

Output yang terbentuk feses yang lembut danl unak. Manajemen yang dibutuhkan adalah Pengeluaran
feses secara natural akan terjadi, tapi perawatan kulit peri-anal tetap dibutuhkan.Ileostomi
tipe Ileoanal Reservoir merupakan jenis ileostomi yang paling sering dilakukan. Pada ileostomi
tipe ini akan dibuat kantong internal yang berasal dari ileum dan rectum dan berlokasi di dalam
pelvis. Kantongtersebut dihubungkan dengan anus, dan kemudian feses akan melewati kantong
tersebut dan akan disimpan di sana. Ketika impuls untuk buang air besar muncul, maka feses
dapat dikeluarkan melalui anus. Spinchter ani harus tetap intak untuk mencegah feses meluap.
Konsistensi feses pada kantong tersebut bergantung pada jenis makanan, minuman, dan obat-
obatan yang dikonsumsi. Nama lain tipe ini antara lain J-pouch,W-pouch, atau S-pouch
bergantung pada prosedur operasinya

Ileostomi tipe Continent Ileostomy (Abdominal Pouch)


Output yang terbentuk sisa yang cair atau konsistensi seperti pasta. Manajemen yang dibutuhkan adalah
Cairan didrainase secara berkala menggunakan kateter kecil dan menggunakan penutup stomaI.
Ileostomi tipe Continent Ileostomy merupakan tipe ileostomi standaryang berbeda. Pasien tidak
perlu menggunakan kantung eksternal padaileostomi tipe ini. Prosedur tindakannya adalah
dengan melipat ileum itusendiri ke dalam sehingga terbentuk reservoir atau katong di dalam
abdomen.Beberapa kali sehari, pasien harus menyambungkan kateter dengan stomauntuk
mendrainase kotoran melalui reservoir.

b.4 Komplikasi
Kelainan Kulit yang Berat
Akan tampak area kulit yang mengalami kemerahan, bersisik, dan lembab pada daerah tempat
melekatnya kantung di sekitar stoma sehingga penting untuk langsung mengobati iritasi
kulit pada fase-fase awal. Obat yang sering di berikan adalah Miconazol cream.

Obstruksi
Terkadang, pada beberapa periode awal waktu tertentu, ileostomi akan tidak berfungsi. Hal ini
normal. Namun, apabila ileostomi tetap tidak berfungsi 4- 6 jam dan terdapat keram perut dan
mual, hal tersebut harus segera ditangani. Beberapa hal yang dapat dilakukan jika terdapat
obstruksi,adalah :
- Perhatikan daerah stoma yang mengalami pembengkakan dan bukalahkantung selama
beberapa saat, hingga tidak lagi bengkak.
- Berendam di air hangat agar terjadi relaksasi otot-otot abdomen
- Ubah posisi tubuh
- Jangan mengonsumsi laksansia
Diare
Diare terjadi karena terlalu cepatnya pangan melewati usus halus,sehingga cairan dan elektrolit
belum sempat diabsorbsi. beberapa hal lain yang dapat menyebabkan diare, adalah :
- Keracunan makanan
- Antibiotik dan obat-obatan lainnya
- Obstruksi parsial, yang kadang dapat menimbukan secret berbau tidaksedap dan
pengeluaran cairan yang banyak melalui stoma
Ketidakseimbangan Elektrolit
Hal ini terjadi sebagai akibat dari dibuangnya usus dalam jumlah yang besar, sehingga
penyerapan mineral dan elektrolit tidak maksimal danmenyebabkan kekurangan komponen-
komponen tersebut.
Phantom Rectum
Phantom Rectum ini sifatnya sama dengan Phantom Limb pada pasien post amputasi. Hal
normal jika seorang pasien tetap merasakan dorongan untuk buang air besar. Hal ini dapat
berlangsung hingga bertahun-tahun. Pada pasien yang rektumnya tidak diangkat, pasien
mungkinmerasakan hal ini dan juga akan mengeluarkan mucus saat mencoba buang air besar
ditoilet.
Short Bowel Syndrome
Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari diangkatnya usus halus yang terlalu banyak. Semakin
sedikit usus halus yang tersisa, maka semakin encer pula feces pasien. Hal ini menyebabkan
penggantian kantung yang lebih sering karena kelembapan kulit yang meningkat dan akan
merusak barier kulit.

2. Radioterapi
Terapi radiasi sering digunakan sebagai tambahan dari pengangkatan bedah dari tumor usus.
Bagi kanker rektum yang kecil, intrakavitari, eksternal atau implantasi radiasi dapat dengan atau
tanpa eksisi bedah dari tumor. Radiasi preoperatif diberikan bagi pasien dengan tumor besar
sampai lengkap pengangkatan. Bila terapi radiasi megavoltase digunakan, kemungkinan dalam
kombinasi dengan kemoterapi, kanker rektum berkurang ukurannya, sel-sel jaringan limpatik
regional dibunuh dan kekambuhan lamban atau tidak kambuh sama sekali (Berkow & Fletcher,
1992; way, 1994). Terapi radiasi megavoltase juga dapat digunakan postoperatif untuk
mengurangi risiko kekambuhan dan untuk mengurangi nyeri. Lesi yang terfiksir luas tidak
diangkat, dapat ditangani dengan mengurangi pemisah / hambatan dan memperlambat
berkembangnya kanker.
3. Kemoterapi
Agen-agen kemoterapi seperti levamisole oral dan intravenous fluorouracil (5-FU), juga
digunakan postoperatif sebagai terapi adjuvan untuk kanker kolorektal. Keunggulan bagi kanker
kolon adalah bersih, tetapi kemoterapi dapat digunakan untuk menolong mengurangi
penyebaran ke hepar dan mencegah kekambuhan.Leucoverin dapat juga diberikan dengan 5-FU
untuk meningkatkan efek anti tumor (Harahap, 2004).
4. Terapi Terkini
Metode pengobatan yang sedang dikembangkan pada dekade terakhir ini adalah:
a. Target Terapi: memblokade pertumbuhan pembuluh darah ke daerah tumor.
b. Terapi Gen.
c. Modifikasi biologi dan kemoterapi : thymidy-late synthase dan 5 fluoro urasil.
d. Extra corporal transcutaneus application : ultrasonografi intensitas tinggi.
e. Imunoterapi : Interleukin Limfokin-2 dan Alpa Interferon

Daftar pustaka
American Accreditation HealthCare Commission. Ileostomy. Cited at : http ://www.nlm.nih.gov
/medlineplus /ency/article/007378.htm. On November 9 2017

American Cancer Society. Ileostomy : A Guide. Accessed at


http://www.cancer.org/treatment/treatmentsandsideeffects/physicalsideeffects/ostomies/ileostomygu
ide/ileostomy-guide-toc(002870-pdf). On November 9, 2017

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat. (2004). Pengelolaan Karsinoma Kolorektal (Suatu Panduan Klinis Nasional). Jakarta:
Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal Indonesia.Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson. (2005).
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson.,J.,BSN.,RS. 2006. Cecum Cancer. A Type of Colon Cancer. Available from URL :
www.coloncancer.about.com/od/coloncancerbasics/a/cecum-cancer.htm.

Anda mungkin juga menyukai