Ascendens
Edo Fideatma P
102015139
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
Email : fideatma.edo@gmail.com
Abstrak
Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel dari kolon
atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum.
Diagnosis kanker kolorektal dapat dilakukan secara bertahap, antara lain melalui anamnesis yang
tepat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, baik dari
laboratorium klinik maupun laboratorium patologi anatomi. Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini
masih belum diketahui.
Kata Kunci : kanker kolorektal, kolon,abdomen
Abstract
Colorectal cancer is a malignant tumor that arises from epithelial tissue from the colon or
rectum. Colorectal cancer is aimed at malignant tumors found in the colon and rectum. Colon and
rectum are parts of the large intestine in the digestive system which is also called the gastrointestinal
tract. the diagnosis of colorectal cancer can be done in stages, including through appropriate history
taking, physical examination, and supporting examinations in the form of laboratory examinations,
both from clinical laboratories and anatomical pathology laboratories. The etiology of colorectal
cancer is still unknown.
Kata kunci : colorectal cancer, colon, abdomen
Pendahuluan
Insidens kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Pada tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada kasus
kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolorektal menduduki
peringkat ketiga dari semua kasus kanker. Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi dari
berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, data dari Depkes didapati
angka 1,8 per 100.000 penduduk.
1
Letak kanker kolorektal paling sering terdapat pada kolon rektosigmoid. Keluhan
pasien karena kanker kolorektal tergantung pada besar dan lokasi dari tumor. Keluhan dari
lesi yang berada pada kolon kanan dapat berupa perasaan penuh di abdominal, symptomatic
anemia dan perdarahan, sedangkan keluhan yang berasal dari lesi pada kolon kiri dapat
berupa perubahan pada pola defekasi, perdarahan, konstipasi sampai obstruksi. Jenis kanker
yang paling sering ditemukan ialah adenokarsinoma yaitu sebanyak 98%, sedangkan lainnya
yang lebih jarang ialah carcinoid (0,4%), limfoma (1,3%) dan sarkoma (0,3%).
Pada kondisi ini, misal adanya retensi feses yang terlalu lama akibat diet rendah serat
dapat juga menyebabkan absorpsi amoniak berlebihan sehingga dapat juga menyebabkan
gangguan mengingen otak, serta terjadi peningkatan risiko Ca. Colorectal akibat kontak yang
lama dengan zat karsinogen yang tersimpan pada feses. Pada kasus-kasus tersebut sering
dilakukan tindakan operasi yang disebut Colostomy. Dalam proses lebih lanjut, saluran cerna
ini diduga juga bisa juga bisa menghasilkan suatu materi yang dapat membantu pembekuan
darah dan menghasilkan antibodi untuk melawan mikroorganisme.2
Anamnesis
Sebagian besar penderita datang pada dokter dengan keluhan perubahan kebiasaan
defekasi: diare atau obstipasi, sakit perut tidak menentu, sering ingin defekasi namun tinja
sedikit, perdarahan campur lendir. Kadang-kadang gejala yang timbul menyerupai gejala
penyakit disentri. Penyakit ini diduga disentri, setelah pengobatan tidak ada perubahan, perlu
dipertimbangkan karsinoma kolon dan rektum terutama penderita umur dewasa dan umur
lanjut. Anoreksia dan berat badan semakin menurun merupakan salah satu symptom
karsinoma kolon dan rektum tingkat lanjut.5
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tidak banyak berperan kecuali colok dubur/Rectal Toucher yang
dilakukan pada pasien dengan perdarahan ataupun gejala lainnya. Pada tingkat pertumbuhan
lanjut, palpasi dinding abdomen kadang-kadang teraba masa di daerah kolon kanan dan kiri.
Hepatomegali jarang terjadi. Colok dubur merupakan cara diagnostik sederhana. Pada
pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior; serta spina iskiadika,
sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba
pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis cavum douglas sebagai
akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang
2
mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat
dijangkau oleh jari, sehingga colok dubur merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa
kanker kolon.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan urinalisis adalah tes yang dilakukan ada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi) dan skrining terhadap status kesehatan umum. Tujuan urinalisis secara umum
adalah untuk mendeteksi kelainan ginjal, saluran kemih, serta untuk mendeteksi kelainan-
kelainan di berbagai organ tubuh lain seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain – lain.
Pemeriksaan ini juga berguna untuk membantu penegakan diagnosis; untuk penapisan
penyakit asimptomatik, kongenital, atau yang diturunkan; untuk membantu perkembangan
penyakit; dan untuk memantau efektifitas pengobatan atau komplikasi.7,8
Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin
sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pemeriksaan khusus yang lain adalah:
Proktosigmoidoskopi, dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita karsinoma usus
besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung. Karsinoma kolon dibagian
proksimal sering berhubungan dengan adanya polip pada daerah rektosigmoid.
Kolonoskopi, diperiksa dengan alat yang sekaligus dapat digunakan untuk biopsi tumor.
Sitoskopi, indikasinya adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang mencurigai invasi
keganasan ke kandung kencing. Hal ini sering terjadi.
1. Endoskopi :
pemeriksaan endoskopi perludilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lainadalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Foto dadadilakukan untuk melihat apakah ada metastasis
kanker keparu.
3. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapidigunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker kekelenjar getah bening di abdomen dan hati.
4. Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambarhistopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma danperlu ditentukan diferensiansi sel.
3
5. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinanpasien mengalami
perdarahan
Diagnosis kerja5
Kanker merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak mengikuti
aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh (proliferasi abnormal). Kanker kolorektal
adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang
dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus). Pada
kasus ini ditemukan pasien memiliki massa pada RUQ sebesar 8cm beserta nyeri tekan,
dikira pasien mengalami kanker pada kolon ascendens atau karsinoma kolon ascendens.1-3
Gejala yang biasa timbul akibat manifestasi klinik dari karsinoma kolorektal dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Gejala subakut
Tumor yang berada di kolon kanan seringkali tidak menyebabkan perubahan pada
pola buang air besar (meskipun besar). Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan
diare. Pasien mungkin memperhatikan perubahan warna feses menjadi gelap, tetapi tumor
seringkali menyebabkan perdarahan samar yang tidak disadari oleh pasien. Kehilangan darah
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Ketika seorang
wanita post menopouse atau seorang pria dewasa mengalami anemia defisiensi besi, maka
kemungkinan kanker kolon harus dipikirkan dan pemeriksaan yang tepat harus dilakukan.
Karena perdarahan yang disebabkan oleh tumor biasanya bersifat intermitten, hasil negatif
dari tes occult blood tidak dapat menyingkirkan kemungkinan adanya kanker kolon. Sakit
perut bagian bawah biasanya berhubungan dengan tumor yang berada pada kolon kiri, yang
mereda setelah buang air besar. Pasien ini biasanya menyadari adanya perubahan pada pola
buang air besar serta adanya darah yang berwarna merah keluar bersamaan dengan buang air
besar. Gejala lain yang jarang adalah penurunan berat badan dan demam. Meskipun
kemungkinannya kecil tetapi kanker kolon dapat menjadi tempat utama intususepsi, sehingga
jika ditemukan orang dewasa yang mempunyai gejala obstruksi total atau parsial dengan
intususepsi, kolonoskopi dan double kontras barium enema harus dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan kanker kolon.
b. Gejala akut
4
Gejala akut dari pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi, sehingga jika
ditemukan pasien usia lanjut dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan besar penyebabnya
adalah kanker. Obstruksi total muncul pada < 10% pasien dengan kanker kolon, tetapi hal ini
adalah sebuah keadaan darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara cepat dan
penanganan bedah. Pasien dengan total obstruksi mungkin mengeluh tidak bisa flatus atau
buang air besar, kram perut dan perut yang menegang. Jika obstruksi tersebut tidak mendapat
terapi maka akan terjadi iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan
menyebabkan peritonitis dan sepsis. Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal
ini dapat disalah artikan sebagai akut divertikulosis. Perforasi juga bisa terjadi pada vesika
urinaria atau vagina dan dapat menunjukkan tanda tanda pneumaturia dan fecaluria.
Metastasis ke hepar dapat menyebabkan pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan
hal ini biasanya merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon.
Diagnosis banding
a. Ceacum Karsinoma
Kanker ceacum merupakan bagian dari karsinoma kolon bagian kanan seperti
halnya kanker kolon ascendens. Karsinoma ini merupakan bentuk dari proliferasi
epitel yang berlebih. Etiologi dari CA ceacum ini berasal dari faktor lingkungan
dan faktor genetik, dimana faktor lingkungan seperti konsumsi diet lemak tinggi,
diet rendah selenium dan juga minuman beralkohol seperti bir. Sedangkan untuk
faktor lingkungan yang menonjol ialah adanya mutasi gen FAP (Familial
Adenomatous Polyposis) ataupun HNPC (Hereditary Non-Polyposis Colorectal
Cancer). Gejala pada pasien karsinoma ceacum ini susah diidentifikasi. Akan
tetapi umumnya, gejala biasa muncul saat sudah lebih progresif. Gejala-gejala
yang dapat muncul seperti gas dan kembung, kelelahan-menjadi mudah lelah,
nyeri perut, penurunan berat badan, mual dan muntah, dan anemia. Prognosis
pada pasien dengan karsinoma ceacum memiliki survival rate yang rendah
ketimbang karsinoma kolon ascendens.7
b. Apendisitis infiltrat
Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat
dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga
membentuk massa (appendiceal mass). Obstruksi lumen merupakan penyebab
utama apendisitis. Fekalit merupakan penyebab tersering dari obstruksi apendiks.
5
Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium dari pemeriksaan
roentgen, diet rendah serat dan cacing usus termasuk ascaris. Gejala klasik
apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 - 12 jam nyeri beralih
kekuadran kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk.
Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.
Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan
muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap.
Manifestasi klinis5
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai
darah yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan
(caecum, kolon ascendens dan duapertiga proksimal kolon transversum), dan arteri
mesenterika inferior yang memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum,
kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Tanda dan gejala dari kanker
kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal
Kolon kanan memiliki kaliber yang besar, tipis dan dinding distensi serta isi fecal
ialah air. Karena fitur anatomisnya, karsinoma kolon kanan dapat tumbuh besar sebelum
terdiagnosa. Pasien sering mengeluh lemah karena anemia. Darah makroskopis sering tidak
tampak pada feses tetapi dapat mendeteksi tes darah samar. Pasien dapat mengeluh
ketidaknyamanan pada kuadran kanan perut setelah makan dan sering salah diagnosa dengan
penyakit gastrointestinal dan kandung empedu. Jarang sekali terjadi obstruksi dan gangguan
berkemih.
Kolon kanan :
6
Gejala dispepsia
Kolon kiri memiliki lumen yang lebih kecil dari yang kanan dan konsistensi feses ialah
semisolid. Tumor dari kolon kiri dapat secara gradual mengoklusi lumen yang menyebabkan
gangguan pola defekasi yaitu konstipasi atau peningkatan frekuensi BAB. Pendarahan dari
anus sering namun jarang yang masif. Feses dapat diliputi atau tercampur dengan darah
merah atau hitam. Serta sering keluar mukus bersamaan dengan gumpalan darah atau feses.
Kolon kiri :
Gejala obstruksi
Pada kanker rektum, gejala utama yang terjadi ialah hematokezia. Perdarahan seringkali
terjadi persisten. Darah dapat tercampur dengan feses atau mukus. Pada pasien dengan
perdarahan rektal pada usia pertengahan atau tua, walaupun ada hemoroid, kanker tetap harus
dipikirkan.
Gejala akut dari pasien biasanya adalah obstruksi atau perforasi, sehingga jika ditemukan
pasien usia lanjut dengan gejala obstruksi, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah
kanker. Obstruksi total muncul pada < 10% pasien dengan kanker kolon, tetapi hal ini adalah
sebuah keadaan darurat yang membutuhkan penegakan diagnosis secara cepat dan
penanganan bedah. Pasien dengan total obstruksi mungkin mengeluh tidak bisa flatus atau
buang air besar, kram perut dan perut yang menegang. Jika obstruksi terse but tidak mendapat
terapi maka akan terjadi iskemia dan nekrosis kolon, lebih jauh lagi nekrosis akan
menyebabkan peritonitis dan sepsis. Perforasi juga dapat terjadi pada tumor primer, dan hal
ini dapat disalah artikan sebagai akut divertikulosis. Perforasi juga bisa terjadi pada vesika
7
urinaria atau vagina dan dapat menunjukkan tanda tanda pneumaturia dan fecaluria.
Metastasis ke hepar dapat menyebabkan pruritus dan jaundice, dan yang sangat disayangkan
hal ini biasanya merupakan gejala pertama kali yang muncul dari kanker kolon.
Rektum :
Epidemiologi
Di Indonesia, kanker kolorektal merupakan jenis kanker ketiga terbanyak. Pada tahun
2008, Indonesia menempati urutan keempat di Negara ASEAN, dengan incidence rate 17,2
per 100.000 penduduk dan angka ini diprediksikan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Indonesia lebih muda dari pada pasien kanker kolorektal di negara maju. Lebih dari 30%
kasus didapat pada pasien yang berumur 40 tahun atau lebih muda, sedangkan di negara
maju, pasien yang umurnya kurang dari 50 tahun hanya 2-8 % saja.
Etiologi5
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran
pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang
8
tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan
bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng
dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan
karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi
waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung
Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang akan rentan terkena
kanker kolorektal yaitu :
1. Usia, umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia tua. Lebih dari 90
persen penyakit ini menimpa penderita di atas usia 50 tahun. Walaupun pada usia
yang lebih muda dari 50 tahunpun dapat saja terkena. Sekitar 3 % kanker ini
menyerang penderita pada usia dibawah 40 tahun.
2. Polip kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah dalam usus besar
dan rektum. Sering terjadi pada usia di atas 50 tahun. Kebanyakan polyp ini adalah
tumor jinak, tetapi sebagian dapat berubah menjadi kanker. Menemukan dan
mengangkat polyp ini dapat menurunkan risiko terjadinya kanker kolorektal.
3. Riwayat kanker kolorektal pada keluarga, bila keluarga dekat yang terkena (orangtua,
kakak, adik atau anak), maka risiko untuk terkena kanker ini menjadi lebih besar,
terutama bila keluarga yang terkena tersebut terserang kanker ini pada usia muda.
4. Kelainan genetik, perubahan pada gen tertentu akan meningkatkan risiko terkena
kanker kolorektal. Bentuk yang paling sering dari kelainan gen yang dapat
menyebabkan kanker ini adalah hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC), yang
disebabkan adanya perubahan pada gen HNPCC. Sekitar tiga dari empat penderita
cacat gen HNPCC akan terkena kanker kolorektal, dimana usia yang tersering saat
terdiagnosis adalah di atas usia 44 tahun.
5. Pernah menderita penyakit sejenis, dapat terserang kembali dengan penyakit yang
sama untuk kedua kalinya. Demikian pula wanita yang memiliki riwayat kanker
indung telur, kanker rahim, kanker payudara memiliki risiko yang tinggi untuk
terkena kanker ini.
9
6. Radang usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang menyebabkan
inflamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu lama, akan meningkatkan
risiko terserang kanker kolorektal.
7. Diet, makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan rendah kalsium, folat dan
rendah serat, jarang makan sayuran dan buah-buahan, sering minum alkohol, akan
meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal.
8. Merokok, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ini.
Patofisiologi6
Penyakit kanker mengenai sel sebagai unit dasar kehidupan. Sel akan tumbuh dan
diluar kontrol sehingga sel terus membelah meskipun sel-sel baru tersebut tidak diperlukan.
Pertumbuhan yang berlebihan ini dapat merupakan suatu keadaan prekanker, contohnya
adalah polip di daerah usus besar. Setelah melalui periode panjang, polip ini dapat menjadi
ganas. Pada keadaan lanjut, kanker ini dapat menembus dinding usus besar dan menyebar
Hampir semua karsinoma kolon rektum berasal dari polip, terutama polip adenomatus.
fase. Fase pertama yaitu fase karsinogen yang bersifat rangsangan. Fase kedua adalah fase
pertumbuhan tumor, fase ini tidak menimbulkan keluhan atau fase tumor asimtomatis.
Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata, karena keluhan dan
gejala yang nyata. Karena keluhan tersebut timbulnya perlahan-lahan dan tidak sering,
biasanya penderita merasa terbiasa dan baru memeriksakan dirinya ke dokter setelah
Tipe nodularsecara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 3 tipe, yaitu:
Bentuk nodular berupa suatu massa yang keras dan menonjol ke dalam lumen, dengan
permukaan noduler. Biasanya tidak bertangkai dan meluas ke dinding kolon. Sering juga
terjadi ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik dengan tepi yang meninggi, mengalami
10
indurasi dan noduler. Di daerah sekum, bentuk tumor ini kemungkinan tumbuh menjadi suatu
massa yang besar, tumbuh menjadi fungoid atau tipe ensefaloid. Permukaan ulkus akan
Tipe Koloid
Skirous (Schirrous)
Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan yang keras serta
melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi kolon untuk membentuk napkin ring.
Tipe ini merupakan pertumbuhan yang sering berasal dari papiloma simple atau adenoma.
Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma yang berasal
dari epitel kolon. Bentuk dan diferensiasinya sempurna mempunyai struktur glandula dan
hipokromasi dengan sel yang mengalami mitosis. Pada bentuk yang kurang berdifirensiasi
sel-sel epitel terlihat didalam kolumna atau massa. Dasar sel barvariasi dan mungkin terdapat
invasi dari pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada pertumbuhan anplastik kadang terlihat
Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Kemoprevensi
OAINS seperti aspirin dianggap dapat menurunkan angka mortalitas
dari kanker kolorektal. Selain aspirin, ditemukan bahwa OAINS lainnya
seperti Sulindac dan Celecorib terbukti secara efektif dapat menurunkan
rekurensi pada pasien FAP.
Terapi Adjuvant
11
Sepertiga pasien yang menjalankan operasi mengalami rekurensi.
Kemoterapi adjuvant diberikan untuk menurunkan kemungkinan rekurensi
pada kanker kolorektal post-operation. Irinotecan (CPT-11) merupakan
inhibitor topoisomer, sehingga dapat memperpanjang masa harapan hidup.
Oxallplatin analog platinum juga dapat memperbaiki respon setelah
diberikannya SFU dan Leucovorin.
b. Non-Medikamentosa
Biasanya Adenomatous polyp dapat diangkat dengan tindakan polipektomi.
Tindakan dapat dilakukan secara biopsi maupun dengan elektrokoagulasi bipolar
bila kurang dari 5mm. Selain itu polipektomi, dapat juga dilakukan operasi.
Hemikolektomi dapat dilakukan dengan indikasi tumor pada kolon ascendens,
kolon transversum, dan ceacum. Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5%,
namun dalam keadaan emergensi tingkat mortalitas dapat meningkat.
Komplikasi15
Komplikasi yang timbul setelah pembedahan (reseksi usus besar) meliputi :
a. Kardiorespirasi
b. Kebocoran anastomosis
c. Infeksi luka
d. Retensi urine
Prognosis
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker kolorektal adalah sebagai
berikut : Stadium I - 72%, Stadium II - 54% , Stadium III - 39%, Stadium IV - 7%. Sebanyak
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan berupa kekambuhan lokal, jauh maupun
keduanya. Kekambuhan lokal lebih umum terjadi. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien,
biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi
terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi dan
kemapuan untuk memperoleh batas - batas negatif tumor. Tumor poorly differentiated
mempunyai prognosis lebih buruk dibanding dengan well differentiated. Jika ditemukan
gambaran agresif berupa”signet ring cell” dan karsinoma musinus memiliki prognosis yang
lebih buruk.8
12
Pencegahan17
Pencegahan terhadap kanker kolorektal yang dapat dilakukan adalah dengan
menghindari faktor resiko kanker kolorektal. Selain itu juga dapat memodifikasi gaya hidup
dengan mengkonsumsi faktor proteksi dari kanker kolorektal yang dapat menurunkan resiko
kanker kolorektal seperti, konsumsi serat tinggi (whole wheat, cellulose), diet kalsium,
aktifitas fisik yang ditingkatkan, mengkonsumsi sayuran hijau dan kuning, konsumsi
makanan dengan karoten tinggi, vitamin C dan E, Selenium, dan asam folat. Melakukan
skrining atau deteksi dini dapat dilakukan untuk mewaspadai terjadinya KKR terutama bagi
yang memiliki riwayat keluarga dengan KKR.8
Kesimpulan
Berbagai faktor resiko seperti usia (>50 tahun), penyakit radang usus kronik (Chron,
colitis ulcerative), riwayat polip/kanker kolorectal pada keluarga inti. Serta factor lingkungan
meliputi merokok, minum alkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, diet tinggi lemak dan
daging merah, diet rendah serat (sayuran dan buah-buahan). Semua factor resiko tersebut
dapat memicu terjadinya carcinoma colorectal. Carcinoma colon ascendens merupakan salah
satu carcinoma colorectal yang terletak pada colon ascendens. Gejala kliniknya tidak khas
seperti gangguan pola defekasi, mual, muntah, penurunan berat badan dan penurunan nafsu
makan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya massa pada regio abdomen kanan
bawah disertai nyeri kolik yang progresif. Berbagai pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi abdomen, dan
kolonoskopi. Pemeriksaan screening terutama untuk usia > 50 tahun diperlukan guna
mendapatkan kanker stadium awal. Sehingga meningkatkan five year survival rate penderita.
Tatalaksana yang dapat dilakukan meliputi pembendahan dan kemoterapi.
Daftar pustaka
1. Society AC. Coloretal Cancer Facts & Figures 2014-2016. Color Cancer Facts Fig
2014; 1-32.
2. Diyono, Mulyanti S. Buku ajar keperawatan medikal bedah sistem pencernaan. Edisi
1. Jakarta: Penerbit Kencana; 2013. h.14
3. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Penerbit Grasindo; 2012. h.90
4. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2002. h.39
13
5. Sayuti M, Nouva. Kanker kolorektal. Disitasi 8 April 2020. Tersedia di
https://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/2082/1187
6. Panduan Pelaksanaan Kanker Kolorektal. Disitasi 8 April 2020. Tersedia di
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKKolorektal.pdf
7. Schwartz. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005. h.58
8. Casciato DA. Manual of clinical oncology. 5th ed. Lippincott Williams & Wilkins;
2004. h.201
9. Nuari NA, Widayati D. Gangguan pada sistem perkemihan & penatalaksanaan
keperawatan. Yogyakarta: Penerbit Deepublish; 2017. h.58
10. Rezky QKE. Ca caeum. Disitasi 8 April 2020. Tersedia di
https://www.academia.edu/10747898/CA_Caecum
11. Bandaso K. App infiltrate. Disitasi 8 April 2020. Tersedia di
https://www.academia.edu/32547686/App_Infiltrat
12. Apendisitis. Disitasi 8 April 2020. Tersedia di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51148/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
13. Riawati. Diagnosis appendicitis. Disitasi 8 April 2020. Tersedia di
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-umum/apendisitis/diagnosis
14. Handaya AY. Deteksi dini & atasi 31 penyakit bedah saluran cerna (digestif).
Yogyakarta: Penerbit Andi; 2017. h.174
15. Danantyo H. Kanker kolon. Disitasi 9 April 2020. Tersedia di
https://www.academia.edu/28321485/KANKER_KOLON
16. Kanker kolorektal. Disitasi 9 April 2020. Tersedia di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56719/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
17. Kanker usus besar. Disitasi 9 April 2020. Tersedia di
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Cancer/
Bowel%20Cancer/Cancer-Bowel-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf
14