Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usus besar adalah usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus
halus. Memiliki panjang 1.5 m dan beberbentuk seperti huruf U terbalik. Usus
besar dibagi menjadi 3 daerah yaitu: kolon asenden, kolon transversum, dan
kolon desenden. Fungsi kolon adalah membentuk massa feses, mendorong sisa
makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
Kanker usus besar atau kanker kolorektal, termasuk pertumbuhan sel
kanker pada usus, anal dan usus buntu. Kanker ini adalah salah satu dari bentuk
kanker yang paling umum dan penyebab kedua kematian yang disebabkan oleh
kanker didunia Barat. Kanker usus besar menyebabkan 655.000 kematian
diseluruh dunia setiap tahun. Banyak kanker usus besar yang diketahui berasal
dari polip adenoma pada usus dan penumpukan tinja akibat konstipasi yang
terlalu lama. Perkembangan polip tersebut kadang- kadang berkembang menjadi
kanker.
Di Indonesia menempati posisi ketiga penderita kanker kolon, rata rata
penderita kanker mencapai 19,1 per 100.000 populasi laki laki di indonesia dan
15,6 per 100.000 populasi perempuan di Indonesia. Dan yang paling rentan
mengidap penyakit usus besar adalah masyarakat yang tinggal di kota. Hal ini
disebabkan oleh tekanan hidup di perkotaan yang semakin tinggi. Bahkan
menurut WHO pada tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita kanker di
Indonesia sampai tujuh kali lipat. Jumlah penderita kanker yang meninggal juga
kian memprihatinkan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Kanker kolon adalah keganasan yang terjadi di usus besar. American
cancer society(2009) memperkirakan bahwa 148.810 orang akan dapat
didiagnosis dengan kanker kolorektal dan 49.960 akan mati karena penyakit ini
di amerika sserikat pada tahun 2008. Pada tahun 2003, organisasi kesehatan
dunia memperkirakan bahwa sekitar 940.00 individu dapat didiagnosis dengan
kanker kolorektal di seluruh dunia dan 492.000 meninggal pada tahun tersebut.
Kanker kolorektal merupakan beban kesehatan utama di seluruh dunia .
kejadian dan kematian dari kanker kolon mengalami penuruan yang lambat
selama 20 tahun di amerika serikat. Namun , kanker kolon tetep penyebab ketiga
kanker yang berhubungan dengan kematian pada tahun 2008(ACS,2009)
Faktor usia menjadi factor resiko kanker kolorektal, seperti bagi banyak
tumor solid lain. Puncat timbulnya kanker kolorektal pada sekitar usia 65 tahun
( desch,2005).

B. Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor
kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer
Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Darah dalam feses
3. Riwayat polip rektal atau polip kolon
4. Adanya polip adematosa atau adenoma villus
5. Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
6. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
7. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya
kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging
merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya
kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat
berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni
yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu
peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang
mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g
Mormons,seventh Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
1. Daging merah
2. Lemak hewan
3. Makanan berlemak   
4. Daging dan ikan goreng atau panggang
5. Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
6. Makanan yang harus dikonsumsi:
7. Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
8. Butir padi yang utuh
9. Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma, faktor utama
yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga
type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous (akan di bahas pada
polips). Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5%
dari semua adenoma Colon menjadi manigna, villous adenoma mempunyai
potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor
tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada
gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip
pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis
mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit
Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada
permulaan usia muda dan  tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon.
Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga
menderita penyakit tersebut.

C. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah
pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan
perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan
obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia
akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat
dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di
klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang
yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada
stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada
abdomen, dan kadang–kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi
sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung
sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul
gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik
mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia
akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum
dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan
gejala–gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang
bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai
akibat tekanan pada alat–alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul
pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

D. Patofisiologi
Secara genetic, kanker kolon meruapakn penyakit yang kompleks.
Perubahan genetic sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi premaligma
(edenoma) untuk adenokarsinoma invasive. Rangkaian peristiwa molekuler dan
genetic yang menyebabkan transformasi dari keganasan polip adenomatosa.
Proses awal adalah mutasi APC (adenomatosa polipis gen) yang pertama kali
ditemukan pada individu dengan keluarga adenomatosa polipis (FAP= familial
adenomatous polypis). Protein yang di kodekan oleh APC penting dalam aktivasi
onkogen c-myc dan siklin D1yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe
ganas.
Selain mutasi, proses epigenetic seperti metilasi DNA yang abnormal
juga dapat menyebabkan penekanan gen supreor tumor atau aktivasi dari
onkogen, kondisi ini mengembangkan proses kompromi keseimbangan genetic
dan akhirnya megarah ke tranformasi maligna.

E. Penatalaksanaan medis
1. Farmakologi
a. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor
yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak
menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah
biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau
palliative. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative.
Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya,
maka operasi tidak dapat dilakukan.
b. Pembedahan Reseksi.
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan
biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5
cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker.
c. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke
dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau
permanen.Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah untuk tindakan
dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus
setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor
atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan
tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai
stoma sementara).
d. Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi
pada neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar
pada sel-sel kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk,
dibandingkan terhadap sel -sel normal yang berada di dekatnya, maka
jaringan normal mungkin mengalami cidera da1am derajat yang dapat
ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker dapat
dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.
e. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini
sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan
efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi
yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah
dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
2. Non Farmakologi
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2) Meningkatkan kenyamanan.
3) Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4) Mencegah komplikasi.
5) Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
b. Penatalaksanaan Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar
sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di
usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
c. Pencegahan
1) Kanker kolon dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
2) Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar
dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam
empedu, dan besi dalam usus besar.
3) Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
4) Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
5) Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus
6) Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan
teratur untuk buang air besar.
7) Hidup rileks dan kurangi stress.

F. Pemeriksaan Laboratorium
Sampel yang didapat dari biopsi (lewat kolonoskopi atau operasi) dikirim ke
laboratorium di mana ahli patologi memeriksanya dengan mikroskop. Spesialis
patologi adalah dokter yang terlatih untuk menentukan diagnosis kanker usus
besar dan penyakit lainnya lewat sampel jaringan. Tes lainnya bisa dianjurkan
jika memang ditemukan kanker usus besar, tetapi satu-satunya cara untuk
memastikan adalah dengan memeriksa sampel dengan mikroskop.
Berikut dua jenis tes laboratorium yang biasa digunakan untuk memastikan
diagnosis kanker usus besar:
1. Tes gen
Tes lab lainnya juga bisa dilakukan pada spesimen biopsi untuk membantu
mengklasifikasikan kanker dengan lebih baik. Dokter bisa memeriksa
perubahan gen spesifik pada sel kanker yang bisa berpengaruh pada cara
pengobatan yang terbaik. Misalnya, dokter sekarang biasanya menguji sel
untuk perubahan pada gen KRAS. Gen ini bermutasi pada sekitar 4 dari 10
kanker kolorektal. Beberapa dokter juga bisa menguji perubahan pada gen
BRAF. Pasien kanker dengan mutasi pada salah satu gen tersebut tidak
diuntungkan dari pengobatan dengan obat-obatan anti kanker tertentu
seperti cetuximab (Erbitux) dan panitumumab (Vectibix).
2. Pengujian MSI
Terkadang jaringan tumor akan diuji untuk melihat apakah muncul perubahan
yang disebut microsatellite instability (MSI). Perubahan ini terdapat
dikebanyakan kanker kolorektal yang disebabkan oleh hereditary non-
polyposis colon cancer (HNPCC) dan juga bisa memengaruhi beberapa
kanker pada pasien yang tidak memiliki HNPCC. Ada 2 alasan untuk menguji
kanker kolorektal untuk MSI. Alasan pertama adalah untuk mengidentifikasi
pasien yang harus diuji untuk HNPCC. Diagnosis HNPCC bisa membantu
merencanakan skrining lebih lanjut pada pasien (misalnya wanita dengan
HNPCC mungkin perlu diskrining untuk kanker rahim). Selain itu, jika pasien
diketahui memiliki HNPCC, kerabat mereka juga bisa memilikinya, dan
mungkin ingin diuji juga. Jika mereka benar memiliki HNPCC, resiko mereka
untuk terkena kanker akan meningkat dan perlu diskrining lebih lanjut. Alasan
kedua adalah dengan mengetahui kanker kolorektal stadium awal memiliki
MSI bisa mengubah cara pengobatannya. Beberapa dokter menganjurkan
pengujian MSI hanya jika pasien memenuhi kriteria tertentu. Dokter lainnya
menguji semua kanker usus besar untuk MSI, dan sisanya masih menentukan
berdasarkan usia pasien atau stadium kankernya. Ada beberapa cara untuk
menguji MSI. Satu cara adalah dengan memulai tes DNA untuk MSI. Cara
kedua adalah dengan melakukan tes immunohistochemistry terlebih dahulu
untuk melihat apakah protein tertentu yang berkaitan dengan MSI tidak
ditemukan dalam sel-sel kanker. Jika tes ini terlihat mencurigakan, maka tes
DNA untuk MSI akan dilakukan. Tidak semua pasien memiliki sel-sel kanker
yang menunjukkan MSI memiliki HNPCC. Untuk menguji HNPCC, darah
diambil untuk pemeriksaan perubahan gen penyebab HNPCC dalam DNA sel-
sel darah.
BAB III
KASUS

Contoh Kasus
Ny T masuk RSUD Haulussy tanggal 20 Februari 2020 pukul 08.00 WIT dengan
keluhan nyeri pada perut bagian kuadran IV, tidak nafsu makan dan juga nyeri sedang
BAB. Pasien masuk rumah sakit dengan ca.Colon Pasien akan dilakukan operasi
Colostomy pada tanggal 17 Februari 2020. Pasien mengalami pendarahan sebanyak
400cc dan HB pre-operasi 12,3%, Pasien mengatakan nyeri  kurang lebih 5 bulan
yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik kesadaran Composmentis, TD 120/80 mmHg ,
Nadi     80 x/menit ,Suhu    37˚ C via aksila , RR  24 x/menit ), Nyeri dirasakan pada
skala 5, conjungtiva anemis, distensi abdomen, nyeri tekan di abdomen

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 21 maret 2014
Jam Pengkajian : 12.00 WIB
Ruang : Bedah
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.T
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Mawar no.2 Semarang
Tanggal Masuk RS : 21 maret 2014
Jam Masuk RS : 08.00 WIB
Diagnosa Medis : CA Colon post operasi
No. Registrasi : B314977
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Jenis Kelamin : Laki-laki
  Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub.dgn Pasien : Anak kandung
Alamat : Jl. Mawar no.2 Semarang

2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut  bagian kuadran IV

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat  keperawatan sekarang
Pasien masuk RS Harapan Kita tanggal 21 maret 2014 pukul 08.00
WIB dengan keluhan nyeri pada perut bagian kuadran IV .Pasien masuk
rumah sakit dengan ca.Colon Pasien akan dilakukan operasi Colostomy
pada tanggal 22 maret 2014. Pasien mengalami pendarahan sebanyak
400cc dan HB pre-operasi 12,3%
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien mengatakan nyeri  kurang lebih 5 bulan yang lalu. Dan tanggal
21 maret 2014 pasien dirujuk ke RS Harapan Kita
c. Riwayat Kperawatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita  atau mempunyai
penyakit seperti pasien dan penyakit menular lainnya.

4. Pola Kesehatan Fungsional Gordon


a. Persepsi  terhadap kesehatan – Manajemen Kesehatan
Pasien dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit biasanya dibelikan obat diwarung atau dibawa
ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau dokter rumah
b. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit  pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari hari
sebagai pedagang dan ibu rumah tangga. Akan tetapi selama dirawat
dirumah sakit pesien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitasnya
secara mandiri dan segala aktivitasnya dilakukan ditempat tidur.
Pola aktivitas selama pasien sakit adalah sbb :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Eliminasi V
Makan V
Mobilisasi V
Keterangan
0: mandiri
1: dibantu sebagian
2: perlu bantuan orang lain
3:perlu bantuan orang lain dan alat
4: tergantung dan tidak mampu
Pasien terlihat lemah karena efek dr anestesi
c. Pola istirahat tidur
Tidak terkaji
d. Pola nutrisi dan metabolic
 Sebelum  sakit pola makan pasien teratur 3x sehari dengan menu
nasi,lauk,sayur satu porsi habis dan pasien minum kurang lebih 6-8
gelas/hari.
 Selama dirawat diRS, pasien mengatakan makan 3x sehari dengan
menu lunak(bubur,lauk, sayur)dan hanya menghabiskan ½ porsi
saya. Pasien minum kurang lebih 5-6gelas/hari. Saat dikaji pasien
mengatakan sedang puasa.
e. Pola eliminasi
 Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 3hari sekali dan pasien
mengatakan sebelum dirawat di RS sejak 5bulan yg lalu pasien
mengalami kesulitan BAB. Saat BAB pasien merasakan sakit pada
anusnya. Fesesnya berbentuk kecil tipis berwarna coklat tua dengan
kosistensi keras.
 Pasien mengatakan BAK tidak mengalami gangguan. Pasien BAK
4-5 x/hari dengan warna kuning jernih. Jumlah urine sekali BAK
500cc. Setelah dirawat diRS pasien mengatakan belum BAB sejak
5hari yang lalu pasien BAK 4-5x/hari dengan warna kuning
jernih,jumlah urine sekali BAK  kurang lebih 470cc.
f. Pola kognitif dan perseptual
Sebelum dan selama  sakit pasien tidak mengalami gangguan pada
indra pendengaran, penglihatan, perasaan dan penciuman. Semua
fungsi indra masih berfungsi dengan baik. Pasien mengatakan nyeri
dengan managejemen nyeri  sbb:
P : Luka post operasi
Q: nyeri dirasa cekit-cekit
R : Nyeri dirasakan pada perut kuadran ke-IV
S : Nyeri dirasakan pada skala 5
T : Nyeri dirasakan terus-menerus
g. Pola konsep diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
h. Pola koping
Tidak terkaji

i. Pola sexual –reproduksi


Pasien mengatakan sudah lupa usia berapa pertama kali
menstruasi.Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak.Sebelum
sakit pola seksual pasien baik.Pasien mengatakan saat mulai
merasakan sakit pada anusnya pasien tidak nyaman saat berhubungan
seksual dengan suaminya.
j. Pola Peran dan Hubungan
Hubungan pasien dan keluarga baik dan harmonis
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama islam

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV :
 TD        120/80 mmHg
 Nadi     80 x/menit
 Suhu    37˚ C via aksila
 RR         24 x/menit
d. Anthropometri     :
 TB         150 cm
 BB         44 kg
e. Kepala : Bentuk kepala mesoshepal, kulit kepala bersih, tidak ada
ketombe, rambut hitam bergelombang
f. Mata : Konjungtiva tidak anemis
g. Hidung : Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada epitaksis,
tidak ada pernafasan cuping hidung
h. Mulut : Mulut bibir tidak sianosis, mukosa mulut lembab berwarna
Merah  muda, tidak ada stomatitis, susunan gigi rapi,
lengkap dan bersih
i. Leher : Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid,  trakea lurus
fungsi menelan baik
j. Abdomen : Bentuk perut datar, terdapat stoma pada kuadran kiri bawah,
  warna merah muda
Au : bising usus 4 x/menit
Pa : Tidak teraba pengerasan VU, tidak teraba pembesaran hepar dan
liver
Pe : Tymphani
 Ekstremitas Atas : Tangan kiri terpasang infuse RL 20 tpm,
capillary refill ka=ki ≤ 2 detik, tangan kanan dan kiri tidak
ditemukan edema dan sianosis
 Genetalia : Terpasang dower chateter ukuran 16, pada anus teraba
benjolan

6. Data Psikologis
Status Emosi : Pasien kooperatif

7. Data Spiritual
Tidak terkaji

8. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal pemeriksaan : 21 maret 2014
HEMATOLOGY
Parameter                          Hasil                       Satuan                 Normal
Hemoglobin                       12,20                     %                            13-16
Hematrokit                         37,3                        %                            35-47
Eritrosit                             4,26                        juta/mmk            3,5-5,6
MCH                                  28,6                        Pg                           27-32
MCV                                  87,5                        Fl                             75-96
MCHC                               32,7                        g/dl                        29-36
Lekosit                              12,9                        ribu/mmk            4-11
LAJU ENDAP DARAH
LED 1 jam                             23                           mm
LED 2 jam                             49                           mm
Trombosit                           372                         ribu/mmk
Albumin                               3,3                          gr/dl

9. Program Terapi ( 21 Maret 2014)


Instruksi post operasi :
a. Diit lunak 1900 kkalori (bubuk,lauk,sayur)
b. Infuse RL 20 tpm
c. Injeksi cefotaxine 2x1 gram
d. Tramadol 3x30 gram
e. Bising Usus+: boleh makan

B. Analisa Data
Nama : Ny. T
No CM : B 31 49 77
No Tanggal/Jam DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI Ttd
1 22 maret 2014 DS: Pasien mengatakan Nyeri akut Trauma
12.00 WIB nyeri pada perut bagian jaringan dan
kuadran IV reflek
Manajemen nyeri: spasme otot
P : Pasien mengatakan sekunder
nyeri post op. akibat
Q : Pasien mengatakan operasi
nyeri terasa cekit-cekit
R : Pasien mengatakan
nyeri pada perut
bag.kuadran  IV
S: skala nyeri 5
T : nyeri terus – menerus
DO : Pasien mengatakan
memegangi perut
bag.yang nyeri dan
merintih kesakitan
2 22 maret 2014 DS : Pasien mengatakan Keseimbangan Pemenuhan
12.00 WIB tidak nafsu makan nutrisi kurang nutrisi yang
Pasien mengatakan dari kebutuhan tidak
hanya menghabiskan ½ tubuh adekuat
porsi makan
DO :
A→ TB : 150cm
       BB : 44kg
       IMT : 19,56
B→ HB : 12,20 %
       Albumin : 3,3 gr/dl
D→ Diit lunak 1900
kkalori (bubur, lauk,
sayur)
3 22 maret 2014 DS : Pasien mengatakan Resiko  Pasca
12.00 WIB ingin menggaruk-garuk infeksi pembedahan
daerah sekitar stoma
DO : Didapatkan luka
stoma yang terlihat
basah dan merah (H1)
Lekosit : 12,9 ribu /mmk
4 22 maret 2014 DS : Pasien mengatakan Defisit Kelemahan
12.00 WIB perlu bantuan orang lain perawatan diri atau nyeri
untuk melakukan post operasi
aktivitas dan tidak
leluasa bergerak
DO :  aktivitas      :  2
         Beepakaian :  2
         Eliminasi     :  2
         Makan         :  2
        Mobilisasi   :  2
         Pasien bedrest total
Keterangan pasien perlu
bantuan orang lain

C. Diagnosa Keperawatan
Nama : Ny. T
No CM : B 31 49 77
1. Nyeri akut  b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat
operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori yang mencukupi
sekunder akibat kanker
3. Resiko infeksi b.d tempat masuknya organism sekunder akibat pembedahan
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan atau nyeri post operasi

D. Intervensi
Hari/Tgl No. Tujuan &
Intervensi Rasional
Jam Dx Kriteria Hasil
22/03/20 1 Setelah 1. Memonitor Dapat mengindikasikan
14 TTV rasa sakit akut dan
dilakukan
15.00 2. Kaji ulang
ketidaknyamanan
tindakan memanajeme
WIB
n nyeri dan
keperawatan Pendekatan PQRST dapat
lakukan
selama 1x 24 pengkajian secara komprehensif
ulang nyeri menggali kondisi nyeri
jam nyeri pasien , apabila pasien
P,Q,R,S,T
berkurang 3. Posisikan mengalami skala nyeri 3
pasien ( 0-4) , keadaan ini
dengan KH : merupakan yang perlu
senyaman
1. Skala nyeri mungkin perawat waspadai karena
4. Ajarkan memberikan
berkurang manifestasiklinik yang
tehnik
dari 5 relaksasi bervariasi dari komplikasi
dengan pascabedah reseksi kolon
menjadi 3 Pengaturan posisi
latihan nafas
2. Pasien dalam semiflower dapat
5. Ajarkan membantu merelaksasi
mengatakan oto-otot abdomen
teknik
lebih distraksi pascabedah sehingga dapat
menurunkan stimulas nyeri
nyaman dari luka pascabedah
3. Pasien 6. Berikan obat
analgetik Meningkatkan intake
terlihat oksigen sehingga akan
(tramadol)
tidak 3x30 gr menurunkan nyeri
sesuai advice sekunder dari penurunan
memegangi oksigen lokal
dokter
bag.yang
Distraksi dapat
nyeri menurunkan stimulus
internal
4. Pasien
Anlgetik diberikan untuk
mampu membantu menghambat
stimulus nyeri khe pusat
untuk
persepsi nyeri dikonteks
melakukan serebri sehingga nyeri
berkurang
tehnik
relaksasi
dengan
latihan
nafas dalam
dan tehnik
distraksi
5. TTV 110-
140/80-90
mmHg
6. Nadi 80-
100x/menit
22/03/20 2 Setlah dilakukan 1. Berikan porsi Makanan dapat lewat
14 tindakan makan sedikit tapi dengan mudah
15.00 keperawatan sering kelambung , dan membuat
WIB selama 2x24 lambung tidak bekerja
jam. Kebutuhan lebih keras
nutrisi  klien 2. Anjurkan untuk Dapat merangsang nafsu
ter[enuhi dengan makan selagi makan
criteria hasil: makanan masih
1. Nafsu makan hangat
pesien Agar mengetahui
meningkat peningkatan atau
ditandai penurunan dari tindakan
dengan 3. Memonitor BB yang kita lakukan
pasien tiap hari Sebagian pasien tidak tahu
mampu pentingnya nutrisi bagi
menghabiska pasien , dan pasein mau
n 1 porsi makan sesuai dengan
makan. 4. Berikan penkes waktunya dan porsinya
ttg pentingnya
2. BB klien nutrisi bagi tubuh Agar kebutuhan nutrisi
meningkat terpenuhi
0,3kg 2 hari Agar kebutuhan protein
dan zat besi terpenuhi.
3. Nilai
5. Monitor
albumin dan
pemberian diit
hb normal
6. Anjurkan
(albumin 3,5-
pasien untuk
5,0 gr/dl, Hb makan makanan
yang mengandung
13-16 %)
protein
(telur,daging,tem
pe, tahu) dan
makanan yang
mengandung zat
besi (sayuran
hijau,daging,dll)

22/03/20 3 Setelah 1. Monitoring Dapat mengetahui


14 dilakukan tanda-tanda perkembangan penyakit
15.00 tindakan infeksi
WIB keperawatan Kondisi bersih dan kering
selama 3x24jam 2. Proteksi infeksi akan menghindari
diharapkan klien dengan cara kontaminasi komensal dan
tidak terjadi lingkungan akan menyebabkan
infeksi di area sekitar harus respons inflamasi lokal ,
luka post bersih,luka tidak serta akan memperlama
operasi dengan boleh kena air penyembuhan
KH : sampai jahitan di
1. Luka angkat
bersih,tidak ada Perawatan luka sebaiknya
kemerahan di tidak setiap hari untuk
sekitar luka menurukan kontak
tindakan dengan luka yang
2. Tidak ada pus 3. Lakukan kondisi steril sehingga
di sekitar luka perawatan luka mencegah kontaminasi
dengan arsetif kuman keluka bedah
3. Suhu normal Agar luka tidak
36-37,5°C terkontaminasi oleh tangan
kita . dan tidak terjadi
4. Lekosit 4-11 resiko infeksi
ribu/mmk 4. Cuci tangan
sebelum
melakukan
tindakan

22 maret 4 Setelah 1.monitor memonitor kemampuan


2014 dilakukan kemampuan aktifitas klien seperti
15.00 tindakan aktifitas klien makan, mandi, dan
WIB keperawatan  eliminasi agar tidak terjadi
selama 2x24 jam hal yang tidak diinginkan
diharapkan
kebutuhan 2.bantu klien untuk meningkatkan
sehari-hari klien dalam melakukan keinginan pasien untuk
terpenuhi dg aktifitas secara melakukan aktifitas
KH: mandiri kebutuhan sehari-hari
1.pasien mandi secara mandiri
1 X dengan
bantuan membantu dalam
melakukan aktifitas secara
2. kulit pasien mandiri dapat
terlihat bersih mempercepat pasien
dan wangi beratifitas secara mandiri
3. lakukan
3.gigi pasien mobilisasi secara agar pasien terbiasa
terlihat bersih bertahap melakukan dan tidak
dan tidak berbau menyebabkan kelelahan
dg menggosok 4. motivasi klien
gigi 2 X sehari untuk melakukan untuk meningkatkan
aktifitas keinginan pasien untuk
4. pasien kebutuhan sehari melakukan aktifitas
mampu makn  hari secara kebutuhan sehari-hari
3X sehari tanpa mandiri secara mandiri
bantuan orang
lain

E. Implementasi Dan Evaluasi


Hari/tgl No.
Implementasi Evaluasi
Jam Dx
1 06.00WIB S: Pasien mengatakan nyerinya
1. Memonitor TTV sudah berkurang dan merasa
lebih nyaman, dengan
pengkajian ulang nyeri
07.00 WIB
2. Memberikan obat analgetik    P: pasien mengatakan nyeri
(tramadol 3x30 g) sesuai advis terasa cekit-cekit
Dokter
   Q: pasien mengatakan nyeri
karena post op

   R: pasien mengatakan nyeri


pada perut kuadran IV
   S: Skala nyeri3
07.10 WIB    T: pasien mengatakan nyeri
3. Memposisikan klien kadang-kadang
senyaman mungkin O: Pasien tampak lebih nyaman
dan terlihat tidak memegangi
perut bagian perut yang nyeri
      TD : 120/80 mmhg
      N   : 20 x / menit
A: masalah nyeri akut teratasi
sebagian
07.20 WIB P: Lanjutkan intervensi
4.Mengajarkan teknik relaksasi
dengan cara latihan nafas dalam

2 06.30 S: pasien mengatakan mau


1. Menganjurkan pasien makan makan dan mampu
dengan porsi sedikit tapi sering menghabiskan 1 porsi
makanan.
06.45 O : TB : 150 cm, BB : 44,1 kg ,
2. Menganjurkan  makan selagi IMT : 19,6
makanan masih hangat        Albumin : 3,7 gr/dl
      Hb : 14,6 %
09.00 A : masalah teratasi sebagian
3. memonitor BB /hari P : pertahankan intervensi 1, 5,
6

11.00
4.memberikan penkes tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh

12.00
5.memonitor pemberian diit

15.00
6.Menganjurkan pasien untuk
makan makanan yang
mengandung protein dan zat
besi.
3 08.00 S : pasien mengatakan nyerinya
1. Memonitor tanda tanda berkurang dan tidak gatal.
infeksi O : disekitar area luka terlihat
kemerahan tetapi tidak timbul
08.15 push
2. Memproteksi dengan cara A : masalah teratasi
lingkungan sekitar harus bersih, P : pertahankan intervensi 1, 2 ,
luka tidak boleh kena air selama 3, 4,5
jahitan tidak diangkat

08.20
3. Melakukan perawatan luka

08.30
4.mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan

4 06.30 S : pasien mengatakan mampu


1.memonitor kemampuan memenuhi kebutuhan sehari
aktifitas klien seperti makan, hari secara mandiri meskipun
mandi, dan eliminasi kadang masih memerlukan
bantuan orang lain.
06.30 O : pasien mempu makan
2.membantu klien dalam sendiri tanpa bantuan orang
melakukan aktifitasnya secara lain.
mandiri. A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1, 2 ,
06.30 3 ,4
3. melakukan mobilisasi secara
bertahap dimulai dalam aktifitas
ringan seperti ganti baju dan
ROM

06.30
4. memotivasi klien untuk
melakukan aktivitas secara
mandiri.

Anda mungkin juga menyukai