F. Pemeriksaan Penunjang
1) Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih
hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3) Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
4) Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningkat (>10.000 U/dl)
5) Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.
G. Penatalaksanaan Abortus Imminens
1) Penatalaksnaan Keperawatan
a) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsangan mekanik berkurang.
b) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak
panas dan tiap empat bila pasien panas.
c) Tes kehamilan dapat dilakukan bila hasil negative, mungkin janin
sudah mati, periksa USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
d) Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3x30mg, berikan
Preparat Hemafinik misalnya Sulfas Ferosus 600-1000mg.
e) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f) Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan anti septik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan cokelat.
2) Penatalaksanaan Medik Abortus Imminens
a) Tirah baring
b) Pemberian hormone progesterone, sebelumnya dipastikan dulu
karena adanya kekurangan hormone progesterone
c) USG: Penentuan kondisi janin
d) Pemeriksaan lanjut untuk mncari penyebab abortus. Perhatikan juga
involusi uterus dan kadar B-Hcg 1-2 bulan kemudian
e) Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika
perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil.
H. Komplikasi
1) Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan abortus imminens adalah
sebagai berikut :
a) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian
karena perdarahan dapatb terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu
diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
c) Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
d) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik)
dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
k) Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama,
kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan, ada tidaknya retaksi dinding dada
Palpasi premitus : Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vocal
Perkusi : Kenormalan organ thorax
Auskultasi : Ada tidaknya suara nafas tambahan
l) Abdomen
Inspeksi : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
perdarahan pervaginam, terlihat jaringan parut pada
perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : TFU 2 jari diatas simpisis pubis, terdapat
kontraksi uterus, tonus baik, lembek dan tidak terdapat
nyeri tekan.
Perkusi :Suara normal timfani, untuk mengetahui suara
normalnya bila masih ada sisa hasil konsepsi yang belum
dkeluarkan maka suara akan berubah menjadi lebih pekak
m)Genetalia
Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat
bekuan darah, serviks tampak mendatar dan dilatasi
n) Ekstremitas atas
Inspeksi : Ada tidaknya infus yang terpasang
Palpasi : CRT (Capilary Refile Time)
o) Ekstremitas bawah
Inspeksi : Ada tidaknya deformitas
Palpasi : Akral (perdarahan biasanya disertai dnegan akral
dingin).
7) Pemeriksaan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens,
abortus habitualis, serta missed abortion:
a) Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler untuk menentukan apakah
janin masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
b) Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
c) Tes kehamilan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu abortus imminens,
menurut (Nugroho, 2011), (NANDA NIC NOC, 2013) antara lain adalah: