Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP DASAR ABORTUS


A. Definisi Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi
kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Mitayani,
2009). Aborsi/Abortus (Keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada
sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram,
tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban
karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk
dapat hidup terus (Amru Sofian, 2012).
Menurut WHO dikatakan abortus jika usia kehamilan kurang dari 20-22
minggu. Abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80% diantaranya
terjadi pada trimester pertama (≤ 13minggu) dan sangat sedikit terjadi pada
trimester kedua (Salim dalam jurcovic, 2011). Menurut Norman F. Gant
(2010) abortus sebagai penghentian kehamilan oleh sebab apapun. Jika
abortus terjadi secara spontan, istilah awam keguguran (miscarriage) sering
digunakan, abortus menandakan terhentinya kehamilan sebelum usia gestasi
lengkap 20 minggu, 139 hari, dihitung dari hari pertama haid normal
terkahir. Kriteria yang sering digunakan untuk abortus adalah pengeluaran
janin atau neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah terhentinya
kehamilan sebelum usia gestasi 20 minggu atau 139 hari dihitung dari hari
pertama haid normal terakhir yang disertai dengan pengeluaran janin atau
fetus yang beratnya kurang dari 500 gram dikeluarkan melalui uterus yang
tidak mempunyai kemungkinan hidup.
B. Jenis-jenis abortus,
Menurut Norman F. Gant dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Abortus Spontan
Kehilangan janin yang tidak disadari secara dini.Kehilangan janin
yang secara klinis diketahui kemungkinan besar juga meliputi sejumlah
abortus dengan janin yang telah meninggal beberapa minggu sebelum
janin tersebut keluar. Berdasarkan aspek klinis, abortus spontan biasanya
dikelompokan kedalam lima subgroup: abortus imminens, insipient,
inkompletus, missed abortion, dan rekuran. Berikut uraiannya:
a) Abortus Imminens (mengancam) adalah perdarahan pervaginam atau
setiap duk vagina yang berdarah selama paruh pertama kehamilan.
Perdarahan umumnya sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa
hari atau minggu. Nyeri pada abortus imminens mungkin terasa
dibagian anterior dan jelas ritmik, mirip nyeri bersalin; nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan seperti tekanan
dipanggul; atau rasa tidak nyaman yang terkumpul di garis tengah
suprasimfisis disertai nyeri tekan diatas uterus.Jika uterus yang diukur
secara akurat dalam periode waktu tertentu tidak membesar malah
mengecil, dapat disimpulkan bahwa janin telah meninggal.
b) Abortus insipien adalah abortus yang ditandai oleh robekan selaput
ketuban yang nyata disertai dilatasi serviks.
c) Abortus inkompletus adalah abortus yang terjadi pada minggu
kesepuluh, janin dan plasenta kemungkinan besar dikeluarkan
bersama-sama, tetapi sesudah minggu kesepuluh, pengeluaran terjadi
secara terpisah. Perdarahan yang menyertai abortus pada kehamilan
yang lebih lanjut seringkali banyak dan kadang-kadang massif
sehingga menimbulkan hypovolemia berat.
d) Missed abortion adalah retensi produk konsepsi in utero yang sudah
meninggal selama 4-8 minggu atau lebih. Saat ovum mati, mungkin
mungkin timbul perdarahan vagina atau gejala lain yang
mengisyaratkan abortus iminem. Pada palpasi dan pengukuran uterus
akan menunjukan bahwa uterus tidak berhenti membesar, tetapi malah
mengecil akibat absorbpsi cairan amnion dan maserasi janin.
e) Abortus spontan rekuren adalah abortus spontan yang terjadi setelah tiga
kali atau lebih abortus spontan yang beruntun .abortus spontan rekuren
umumnya terjadi secara kebetulan.
2) Abortus yang diinduksi (Abortus Buatan)
Abortus buatan atau abortus yang diinduksi yaitu tindakan abortus
yang sengaja dilakukan.Dua bentuk abortus yaitu abortus terapeutikus
(abortus provokatus medisinalis) dan abortus elektif (abotus provokatus
kriminalis). Berikut uraiannya:
a) Abortus Terapeutik (Abortus Provokatus Medisinalis)
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup demi
keselamatan atau kesehatan ibunya. Indikasi dilakukannya abortus
terapeutikus menurut kebijakan yang dibuat oleh American College of
Obstetrician and Gynecologists:
 Jika diteruskan, kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau
menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Dalam menentukan
apakah ada resiko kesehatan semacam itu, dapat dipertimbangkan
lingkungan pasien keseluruhan, saat ini atau pada masa mendatang
yang relevan.
 Jika kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Pada kasus
seperti ini digunakan kriteria medis yang sama dalam evaluasi
pasien.
 Jika kehamilan diteruskan, kemungkinan besar anak dilahirkan
dengan deformitas fisik atau retardasi mental yang parah.
b) Abortus Elektif (Sukarela) / Abortus Provokatus Kriminalis
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable (mampu
hidup) atas permintaan pasien, teapi bukan disebabkan risiko ibu atau
penyakit janin.Atau aburtus pada kehamilan yang tidak diinginkan.
C. Pemenuhan Dasar Kebutuhan pada Ibu Abortus menurut Virginia
Henderson:
1) Respirasi
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit, krakels mungkin ada.
2) Nutrisi
Biasanya klien mengalami gangguan dalam kebutuhan nutrisi seperti
mual/muntah, masukan protein kalori kurang.
3) Eliminasi
Biasanya klien mengalami gangguan BAK (oliguria).Fungsi ginjal
mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada
4) Gerak dan keseimbangan tubuh
Pada klien dengan pre-eklampsia berat gerak/ aktivitasnya terganggu
karena kebiasaan sehari – hari tidak dapat dilakukan/ tidak terpenuhi
dengan baik.
5) Istirahat/tidur
Klien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan tidurnya karena
nyeri epigastrium, nyeri kepala yang dirasakan.
6) Kebutuhan personal hygiene
Kebersihan diri merupakan pemeliharaan kesehatan untuk diri sendiri
dan dilakukan 2x sehari.Biasanya kebutuhan personal hygiene tidak ada
ganggun.
7) Aktivitas
Pada klien abortus biasanya aktivitasnya terganggu karena kebiasaan
sehari – hari tidak dapat dilakukan/ tidak dapat terpenuhi dengan baik.
8) Kebutuhan berpakaian
Klien dengan abortus tidak mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan berpakaian tersebut.
9) Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi
Klien dengan abortus biasanya mengalami gangguan dalam hal
temperature tubuh berupa peningkatan suhu tubuh dan sirkulasi berupa
penurunan tekanan darah.
10) Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah klien tetap merasa
aman dan terlindungi oleh keluarganya.Klien mampu menghindari
bahanya dari lingkungan.
11) Sosialisasi
Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang laim dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran.
12) Kebutuhan spiritual
Pada kebutuhan spiritual ini, tanyakan apakah klien tetap menjalankan
ajaran agamanya ataukah terhambat karena keadaan yang sedang di
alami.
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Klien abortus biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan bermain dan
rekreasi karena dalam kondisi yang lemah.
14) Kebutuhan belajar
Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa
ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan
dan penggunanaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

2. KONSEP DASAR ABORTUS IMMINENS


A. Definisi Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah proses awal dari suatu keguguran, yang
ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum
masih tertutup dan janin masih baik (Achadiat, 2010). Abortus Imminens
adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks (Fauziyah,
2012).Abortus Imminens adalah perdarahan pervaginam dan os servikal
tertutup (Naylor, 2010).
B. Etiologi Abortus Imminens
Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi yang
terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin,
namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin sebelum
ekspulsi masih hidup dalam uterus. Kematian janin sering disebabkan oleh
abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu,
dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian
mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
a) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.
b) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi.Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
c) Pengaruh akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2) Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan ini biasa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi pada
plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus.Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3) Faktor maternal
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit menyangkut
infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi
terhadap penyakit cacar. nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin.
Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses
normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan
abortus dengan merangsang kontraksi uterus. Penyakit infeksi dapat
menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin,
kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan
derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga
hipotiroidisme dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4) Kelainan traktus genetalia
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya
fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio
uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat
melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus,
retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5) Trauma
Biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada
wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6) Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu,
yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi
hormon.
7) Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengaruhi fungsi uterus
lewat hipotalamus-hipofise.
C. Manifestasi Klinis
1) Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah:
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3) Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri
pingang akibat kontraksi uterus
5) Pemeriksaan ginekologi:
a) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri
d) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif.
6) Terdapat keterlambatan datang bulan
7) Terdapatnya perdarahan, disertai sakit perut (mules)
8) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur
kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
9) Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis,
kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.
10) Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif (Manuaba IGB, : 2009).
D. Klasifikasi Abortus
1) Abortus Spontan
Abortus Spontan adalah keadaan terjadinya pengeluaran sebagian
ataupun seluruh bagian hasil konsepsi secara alami, bukan tindakan
pengeluaran secara sengaja.Abortus spontan ditandai dengan terjadinya
perdarahan dari jalan lahir dengan adanya jaringan disertai dengan rasa
mulas pada perut bagian bawah.Keadaan ini disebut sebagai keadaan
keguguran yang sebenarnya.
2) Abortus Imminens
Abortus Imminens atau abortus mengancam merupakan keadaan
terjadinya perdarahan berupa bercak dengan atau tanpa mulas pada
bagian perut bawah.Pada pemeriksaan inspeksi genitalia interna, keadaan
ostium uteri tertutup. Delapan puluh persen ibu yang mengalami abortus
mengancam jika ditangani dengan tepat maka kehamilannya akan dapat
dipertahankan. Jika perdarahan tetap berlangsung disertai dengan mulas,
maka prognosa kehamilan menjadi lebih buruk, hal ini menjadi tanda
terjadinya abortus spontan.
3) Abortus Insipiens
Abortus Inspiens merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang tidak
dapat dicegah lagi, dimana peristiwa tersebut sedang berlangsung,
disertai dengan mulas yang meningkat dan perdarahan yang
bertambah.Pada pemeriksaan inspekulo terlihat ostium uteri terbuka dan
kantung kehamilan menonjol ataupun terlihat aliran darah.
4) Abortus Inkomplet
Abortus Inkomplet adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
dengan meninggalkan sisa konsepsi dalam Rahim sehingga menimbulkan
keluhan perdarahan dan nyeri pada bagian perut bawah.Pada
pemeriksaan inspekulo didapati ostium uteri membuka. Darah yang
dikeluarkan diserati dengan jaringan dan tidak akan berhenti hingga sisa
konsepsi dikeluarkan. Jika sisa konsepsi tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan infeksi pada ibu.
5) Abortus Komplet
Abortus Komplet pada keadaan ini, hasil konsepsi keluar dari cavum
uteri secara keseluruhan, biasa terjadi pada kehamilan awal, pada saat
plasenta belum terbentuk sehingga memungkinkan hasil konsepsi
terkeluarkan seluruhnya dan ostium uteri akan tertutup serta perdarahan
akan berangsur-angsur berhenti.
6) Missed Abortion
Pada missed abortion janin telah meninggal tetapi hasil konsepsi masih
ada di dalam Rahim selama beberapa jangka waktu yang lebih panjang (2
minggu atau lebih). Gejala klinis yang muncul yaitu perdarahan bercak,
terdapat nyeri abdomen/punggung (bisa ada/bisa tidak), ostium uteri
tertutup, kondisi pada awal kehamilan. Tidak terjadi penambahan tinggi
fundus uteri serta berangsur-angsur rahim menjadi kecil (akibat maserasi
janin dan penyerapan cairan amnion), kelenjar susu yang sebelumnya
mengalami perubahan kembali ke keadaan semula, wanita tertentu
mengalami penurunan berat badan. Amenore menetap dan tidak ada
denyut jantung. Keadaan ini berbeda dengan blighted ovum, dimana hasil
fertilisasi tidak mengalami perkembangan menjadi embrio, sehingga
kantung kehamilan terlihat kosong pada USG.
7) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah istilah yang diberikan ketika seorang ibu
mengalami abortus spontan sebanyak tiga kali atau lebih secara
berurutan. Apabila wanita tersebut sudah berulang kali mengalami
abortus, maka ia perlu ipertimbangkan untuk mendapat konseling genetik
dan pemeriksaan endokrinologi.
E. Patofisiologi

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih
hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3) Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
4) Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningkat (>10.000 U/dl)
5) Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.
G. Penatalaksanaan Abortus Imminens
1) Penatalaksnaan Keperawatan
a) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsangan mekanik berkurang.
b) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak
panas dan tiap empat bila pasien panas.
c) Tes kehamilan dapat dilakukan bila hasil negative, mungkin janin
sudah mati, periksa USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
d) Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3x30mg, berikan
Preparat Hemafinik misalnya Sulfas Ferosus 600-1000mg.
e) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f) Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan anti septik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan cokelat.
2) Penatalaksanaan Medik Abortus Imminens
a) Tirah baring
b) Pemberian hormone progesterone, sebelumnya dipastikan dulu
karena adanya kekurangan hormone progesterone
c) USG: Penentuan kondisi janin
d) Pemeriksaan lanjut untuk mncari penyebab abortus. Perhatikan juga
involusi uterus dan kadar B-Hcg 1-2 bulan kemudian
e) Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika
perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil.
H. Komplikasi
1) Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan abortus imminens adalah
sebagai berikut :
a) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian
karena perdarahan dapatb terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu
diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
c) Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
d) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik)
dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses keperawatan,
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agae dapat
mengidentifikasi dan menganalisa masalah pasien. Penulis hanya akan
menjelaskan pengkajian secara khusus pada pasien dengan abortus Menurut
Aspiani (2017) pengkajian abortus adalah:
1) Anamesa:
a) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu)
b) Adanya kram perut atau mules daerah atas simpisis, nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
c) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi
d) Lama kehamilan
e) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi
f) Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan
darah, dan lender
g) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau
tajam, mulas, serta pusing
h) Geajala – gejala hipovolemia seperti sinkop.
2) Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang, rasa nyeri atau kram pada perut.Pasien juga mungkin
mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, merasa lelah dan lemas.
3) Riwayat kesehatan , yang terdiri atas:
a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam
di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakityang pernah dialami oleh klien misalnya:
DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
4) Riwayat Obstetri
Yang perlu dikaji adalah:
a) Keadaan haid
Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang Menarche, siklus
haid, hari pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah keluar, lamanya
haid, nyeri atau tidak, bau.
b) Perkawinan
Yang perlu ditanyakan berapa kali kawin dan sudah berapa lama.
c) Riwayat kehamilan
7 Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali
melakukan ANC (Ante Natal Care), selama kehamilan
d) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
5) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
6) Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metode yang digunakan adalah
pemeriksaan Head To Toe. Pemeriksaan fisik secara head to toe pada
klien dengan abortus meliputi:
a) Keadaan umum
Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah
b) Tanda – tanda vital
 Tekanan darah : Menurun
 Nadi : Mungkin meningkat (›90x/menit)
 Suhu : Meningkat/menurun
 Respirasi : Meningkat ›20x/menit
c) Kepala:
 Inspeksi: bersih atau tidaknya, ada atau lesi
 Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa
d) Wajah
Inspeksi : Tampak pucat, ada atau tidak oedem
e) Mata
Inspeksi : Konjungtiva tampak pucat (karena adanya
perdarahan), sklera ikterus.
f) Hidung
Inspeksi : Simetris atau tidak, ada tidaknya polip
g) Telinga
Inspeksi : Ada tidaknya peradangan dan lesi
h) Mulut
Inspeksi : Periksa apakah bibir pucat atau kering,
kelengkapan gigi, ada tidaknya karies
gigi.
i) Leher
Inspeksi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe
Palpasi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe
j) Payudara
 Inspeksi : Ukuran payudara, simetris dan penampilan kulit, inspeksi
puting teradap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan kemerahan.
 Palpasi :Palpasi payudara untuk mengetahui konsistensi dan nyeri
tekan

k) Thorax
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama,
kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan, ada tidaknya retaksi dinding dada
 Palpasi premitus : Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vocal
 Perkusi : Kenormalan organ thorax
 Auskultasi : Ada tidaknya suara nafas tambahan
l) Abdomen
Inspeksi : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan,
perdarahan pervaginam, terlihat jaringan parut pada
perut, ada tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : TFU 2 jari diatas simpisis pubis, terdapat
kontraksi uterus, tonus baik, lembek dan tidak terdapat
nyeri tekan.
 Perkusi :Suara normal timfani, untuk mengetahui suara
normalnya bila masih ada sisa hasil konsepsi yang belum
dkeluarkan maka suara akan berubah menjadi lebih pekak
m)Genetalia
 Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat
bekuan darah, serviks tampak mendatar dan dilatasi
n) Ekstremitas atas
 Inspeksi : Ada tidaknya infus yang terpasang
 Palpasi : CRT (Capilary Refile Time)
o) Ekstremitas bawah
 Inspeksi : Ada tidaknya deformitas
 Palpasi : Akral (perdarahan biasanya disertai dnegan akral
dingin).
7) Pemeriksaan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus imminens,
abortus habitualis, serta missed abortion:
a) Pemeriksaan ultrasonografi atau doppler untuk menentukan apakah
janin masih hidup atau tidak, serta menentukan prognosis.
b) Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
c) Tes kehamilan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu abortus imminens,
menurut (Nugroho, 2011), (NANDA NIC NOC, 2013) antara lain adalah:

1) Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan


intrauterine
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3) Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas:
perdarahan, keletihan
4) Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
5) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan, masalah kesehatan.
C. Perencanaan Keperawatan
Menurut Nugroho (2011),(NANDA NIC NOC, 2013) Asuhan Keperawatan
Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam (2011):
1) Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan gangguan
rasa nyaman nyeri dapat teratasi dengan:
Kriteria Hasil:
a) Nyeri tidak ada
b) Nyeri hilang
Intervensi:
a) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b) Observasi skala nyeri
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
e) Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri (miring kanan, miring kiri)
f) Kolaborasi pemberian analgetika
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan resiko
tinggi kekuragan volume cairan dapat diatasi dengan
Kriteria Hasil:
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b) Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan
haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
c) Turgor kulit elastis
d) Capillaryrefill kurang dari 2 detik
Intervensi
a) Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b) Kaji kondisi status hemodinamika
c) Kaji intake output
d) Monitor tanda – tanda vital
e) Pantau kadar Hb dan Ht
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
3) Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas:
perdarahan, keletihan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan klien dapat
mobilisasi dengan
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat beraktivitas kembali
b) Klien dapat melakukan aktivitas mandiri
c) Klien
Intervensi
a) Kaji respon klien terhadap aktivitas: perdarahan dan keletihan
b) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Tingkatkan aktivitas secara bertahap
e) Berikan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
f) Berikan klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
g) Anjurkan klien untuk istirahat sesuai jadwal sehari – hari
h) Anjurkan pemenuhan aktivitas berat yang tidak dapat/ tidak boleh
dilakukan klien, dan libatkan keluarga klien
i) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
4) Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Tidak
terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dengan
Kriteria Hasil:
a) Infeksi tidak terjadi
b) Tanda – tanda vital dalam batas normal
c) Tanda – tanda infeksi berkurang
Intervensi
a) Kaji tanda – tanda vital
b) Monitor tanda – tanda infeksi
c) Kurangi organisme yang masuk kedalam individu: cuci tangan, steril
untuk perawatan luka dan tindakan invasive
d) Anjurkan klien menggunakan tehnik aseptic
e) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
5) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan tidak
terjadi kecemasan pada klien dengan
Kriteria hasil:
a) Aktivitas fisik meningkat
b) Cemas berkurang
Intervensi
a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap
penyakit
b) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
d) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Nugroho ( 2011):
1) Mencegah Gangguan rasa nyaman nyeri
2) Mempertahankan Volume cairan kembali
3) Mempertahankan Aktivitas dengan mobilisasi
4) Mencegah Terjadinya infeksi
5) Mencegah Terjadinya cemas
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi harus di dasarkan kepada pelaksanaan keperawatan
(implementasi) yang telah dilakukan. Perencanaan di tinjau ulang sesuai
kebutuhan berdasarkan temuan evaluasi (Nugroho, 2011):
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berkurang
2) Volume cairan teratasi
3) Intoleransi aktivitas teratasi dengan mobilisasi
4) Infeksi tidak terjadi

Anda mungkin juga menyukai