5. Komplikasi
Menurut Ismi (2015), bila infeksi tidak segera diobati ketika tanda-
tanda infeksi ini ditemukan akan terjadi penyebaran.Pada keadaan lebih
lanjut infeksi dapat menyebar ke bagian dalam tubuh di sepanjang vena
umbilikus dan akan menyebabkan:
a. Trombosis vena porta
b. Abses hepar
c. Septikemia
6. Pengobatan dan Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2002) dalam Ismi (2015), cara penanganan
infeksi tali pusat berat atau meluas:
a. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
kultur dan sensivitasi.
b. Beri kloksasilin per oral selama 5 hari.jika terdapat pustule / lepuh
kulit dan selaput lendir.
c. Cari tanda-tanda sepsis.
d. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali
pusat lokal atau terbatas.
1) Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah suatu penyakit pada bayi baru
lahir yang di sebabkan oleh spora yang disebut (Clostridium
tetani) yang masuk melalui tali pusat. Hal ini disebabkan
akibat perawatan atau tindakan yang tidak memenuhi syarat
kebersihan. misalnya, pemotongan tali pusat dengan
menggunakan bambu atau di gunting secara tidak steril atau
setelah tali pusat di gunting, dibubuhi dengan berbagai benda
yang tidak seharusnya tidak steril. Tetanus Neonatorium
(tetanus pada bayi baru lahir) ini terjadi berawal dari
pemotongan atau perawatan tali pusat yang tidak
memperhatikan prinsip kesterilan alat yang di gunakan saat
merawat tali pusat. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya
mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah dan sering kejang di
sertai sianosis/pucat. suhu meningkat, kaku kuduk hingga
kejang oleh karena itu, sangatlah penting untuk memastikan
bahwa peralatan yang di gunakan oleh tenaga kesehatan untuk
membantu proses persalinan adalah alat – alat yang steril.
2) Omphalitis
Salah satu infeksi yang disebakan oleh adanya bakteri
seperti staphylococcus, streptokokus, atau bakteri lainya. Bila
infeksi tidak segera diobati ketika tanda-tanda infeksi ini
ditemukan, akan terjadi penyebaran ke daerah sekitar tali pusat
sehingga menyebabkan kemerahan, bengkak dan bernanah
pada daerah vena tali pusat. Pada keadaan lebih lanjut, infeksi
dapat menyebar ke bagian dalam tubuh di sepanjang umbilikus
dan akan menyebabkan trombosis vena/penyumbatan vena.
Oleh sebab itu, penting dilakukan perawatan tali pusat dengan
rutin dan cermat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal (
D.0130)
Regulasi Temperatur :
1. Monitor tekanan darah,
frekuensi pernafasan dan
nadi. Monitor suhu tubuh
anak tiap dua jam, jika
perlu.
2. Monitor warna dan suhu
kulit. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat.
3. Kolaborasi pemberan
antipiretik, jika perlu.
2 Hipotermi b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipotermia
kurang terpapar asuhan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh
informasi tentang selama 3 x 24 jam, 2. Identifikasi penyebab
pencegahan diharapkan hipotermia (misalnya,
hipotermi d.d kulit termoregulasi membaik terpapar suhu lingkungan
teraba dingin, suhu dengan kriteria hasil: yang rendah dan pakaian
tubuh dibawah nilai 1. Menggigil menurun yang tipis, kerusakan
normal (D.0131) 2. Konsumsi oksigen hipotalamus, penurunan
menurun laju metabolisme,
3. Pucat menurun kekurangan lemak
4. Takikardia menurun subkutan) Monitor tanda
Takipnea menurun dan gejala akibat
Bradikardi menurun hipotermia (hipotermia
Dasar kuku sianosis ringan: takipnea, disartria,
menurun menggigil, hipertensi,
5. Hipoksia menurun diuresis; Hipotermia
Suhu tubuh membaik sedang : aritmia, hipotensi,
(36,5˚C-37,5˚C) 15) apatis, koagulapati, reflex
6. Kadar glukosa darah menurun; hipotermia
membaik berat : oliguria, reflex
7. Pengisian kapiler menghilang, edema paru,
membaik asam basa abnormal)
8. Ventilasi membaik 3. Sediakan lingkungan yang
hangat (misalnya, atur suhu
ruangan dan inkubator)
4. Ganti pakaian atau linen
yang basah
5. Lakukan penghangatan
pasif (misalnya, menutup
kepala, pakaian tebal)
6. Lakukan penghangatan
aktif eksternal (misalnya,
kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat,
perawatan metode
kangguru)
7. Lakukan penghangatn aktif
internal (misalnya, infus
cairan hnagat, oksigen
hangat, lavase peritoneal
dengan cairan hangat)
8. Anjurkan mekanisme
hangat
3 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
peningkatan paparan asuhan keperawatan 1. Observasi
organisme patogen selama 3 x 24 jam, Identifik
lingkungan (D.0142) diharapkan tingkat asi riwayat kesehatan
infeksi menurun dan riwayat alergi
(l.14137) dengan kriteria Identifik
hasil : asi kontraindikasi
1. Demam menurun pemberian imunisasi
2. Nyeri menurun Identifik
3. Kadar sel darah asi status imunisasi
putih dalam batas setiap kunjungan ke
normal pelayanan kesehatan
2. Terapeutik
Berikan
suntikan pada pada bayi
dibagian paha
anterolateral
Dokume
ntasikan informasi
vaksinasi
Jadwalk
an imunisasi pada
interval waktu yang
tepat
3. Edukasi
Jelaskan
tujuan, manfaat, resiko
yang terjadi, jadwal dan
efek samping
Informa
sikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
Informa
sikan imunisasi yang
melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
Informa
sikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
Informa
sikan penundaan
pemberian imunisasi
tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi
kembali
Informa
sikan penyedia layanan
pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
Daftar Pustaka
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia