Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PRETERM PREMATURE RUPTURE OF THE MEMBRANE (PPROM)

Disusun oleh :

DWI AGUSTINA
( 2011040064 )

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PRETERM PREMATURE RUPTURE OF THE MEMBRANE (PPROM)

A. Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan /
sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya kelahiran (Nugroho, 2010). Menurut Manuaba
(2012), Ketuban Pecah Dini (KDP) yaitu pecahnya ketuban sebelum ada tanda-tanda inpartu,
dan setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai ada tanda tanda inpartu. Achmad
(2012) menambahkan, ketuban pecah dini (KDP) atau ketuban pecah premature (KPP) adalah
keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses kelahiran, termasuk diantaranya
adalah PPROM.
Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM) adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya < 37 minggu (Achmad,
2012). PPROM adalah rusaknya/pecahnya kantung ketuban (amnion sacs) sebelum awal
persalinan, biasanya <37 minggu (The American College of Obstetricians and
Gynecologist/ACOG, 2018).
B. Klasifikasi
Ketuban pecah dini terbagi dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Premature Rupture of the Membrane (PROM), yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum
onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya ≥ 37 minggu, kurang lebih satu
jam sebelum persalinan dimulai.
2. Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM), yaitu pecahnya selaput ketuban
sebelum onset persalinan pada pasien yang umur kehamilannya < 37 minggu.
3. Prolonged Premature Rupture of the Membrane, yaitu pecahnya selaput ketuban ≥ 18
jam dan belum terjadi onset persalina atau setelahnya timbul persalinan.
4. Midtrimester PPROM atau pre-viable PPROM adalah pecahnya selaput ketuban pada
usia kehamilan <24 mingu. Pada usia kehamilan ini janin tidak dapat bertahan hidup di
luar rahim ibu (Beckman, 2010; Cunningham, 2014).
C. Etiologi Dan Faktor Resiko
Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat dengan KPD, namun
faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
a. Infeksi.
b. Merokok selama kehamilan.
c. Penggunaan obat-obatan terlarang selama kehamilan.
d. Riwayat KPD atau kelahiran sebelumnya.
e. Polohidramnion (cairan ketuban berlebih).
f. Kehamilan kembar.
g. Setelah mengalami episode perdarahan kapan saja selama kehamilan.
h. Prosedur invasif.
i. Malnutrisi.
j. Kelainan letak janin (sungsang).
k. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
l. Trauma.
m. Keadaan sosial ekonomi rendah.
n. Malnutrisi.
o. Usia, untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun,
usia yang kurang atau lebih akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-
organ reproduksinya bisa jadi belum matang atau berkurang kemampuannya dan
keelastisannya dalam menerima kehamilan (Beckman, 2010; Manuaba,2012;
DeCherney, 2013 & Cunningham, 2014).

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya PPROM antara lain:
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi  bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “menganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2012).

E. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local
asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua
untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan. Selain itu, proses infeksi dan inflamasi juga menyebabkan kelemahan kulit
ketuban dan meningkatkan resiko ketuban pecah dini. Melemahnya kulit ketuban juga
disebabkan karena kematian sel, gangguan pembentukkan kolagen dan kerusakan kolagen
(Cunningham, 2014).
F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa PPROM,
antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, kosentrasi, bau
dan pH-nya. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air
ketuban, urine atau secret vagina. Secret vagina ibu hamil pH: 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes lakmus (tes
Nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan
adanya air ketuban (alklis), pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes positif yang palsu.
b. Fern test (Ujii Pakis): Kapas steril digunakan untuk mengumpulkan
cairan dari vagina dan ditempatkana pada slide mikroskop. Setelah
pengeringan, cairan ketuban akan membentuk pola kristalisasi yang
disebut arborisasi yang menyerupai daun tanaman pakis bila dilihat di
bawah mikroskop.
c. Blood test, untuk mengetahui adanya infeksi
2. Pemeriksaan untrasonografi (USG), pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasusn KDP terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita olighidramnion.
3. Pooling test, yaitu dengan melihat ada tidaknya kumpulan cairan amniotik
(ketuban) pada bagian belakangg vagina (fornix vagina) (Manuaba, 2012;
DeCherney, 2013; dan Cunningham et al, 2014).
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPROM antara lain:
1. Mudah terjadinya infeksi baik pada ibu maupun janin.
2. Partus prematur.
3. Gawat janin dan kematian perinatal.
4. Prolaps tali pusat akibat oligohidramnion parah.
5. Lepasnya plasenta.
6. Organ-organ bayi tidak terbentuk sempurna (Kayem & Maillard, 2010;
dan MayoClinic, 2018)
H. Penatalaksanaan
Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi:
a. Konservatif
1. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi,
tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b. Aktif
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea
3. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
I. Pencegahan Ketuban Pecah Dini
1. Hindari perjalanan jauh yang melelahkan
2. Hindari makanan yang bisa merangsang kontraksi rahim, seperti minuman
beralkohol tinggi dan makanan fermentasi berlebihan
3. Hindari trauma atau benturan fisik pada daerah perut
4. Pada ibu hamil kembar, kurangi aktifitas yang berlebihan.
5. Menjaga dari infeksi pada daerah kelamin
6. Hindari stress
7. Lakukan hubungan seksual secara hati – hati, hentikan hubungan seksual
bila ketuban pecah
Penanganan Ketuban Pecah Di Rumah
1. Jangan panik dan segera ke klinik bersalin ataupun ke dokter
2. Jangan meminum ramuan apapun
3. Gunakan pembalut untuk menampung
4. Bersihkan vagina, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam
5. Basuh vagina dari arah depan kebelakang
J. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1) Identitas ibu
Preterm Premature Rupture of the Membrane (PPROM) adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum onset persalinan pada pasien yang umur
kehamilannya < 37 minggu. Angka kejadian PPROM yang dilaporkan di
Cina berkisar 2,7%-7% dalam setahun, dan di Amerika sekitar 5%-15% per
tahunnya. Sedangkan di Indonesia sendiri setiap tahunnya diperkirakan 5-
10% mengalami ketuban pecah dini dari semua kelahiran (KPD) dan 34%
diantaranya terjadi pada kehamilan preterm (Iswanti, 2017).
2) Keluhan Utama
Ibu datang dengan keluhan keluar cairan dari vagina/jalan lahir.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan <37 minggu
dengan atau tanpa komplikasi & tidak ada tanda-tanda inpartu
4) Riwayat kesehatan dahulu
a. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
b. Pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.
c. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus.
d. Selaput amnion yang lemah/tipis.
e. Posisi fetus tidak normal.
f. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek.
g. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
h. Pernah mengalami KPD atau kelahiran premature.
5) Pemeriksaan fisik
1. Kepala, leher dan ketiak
a. Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjunctiva dapat ditemukan
anemis atau tidak
b. Hidung tidak ada pembengkakan, tidak ada hipersekresi mukosa
c. Mulut :gigi tidak karies ,mukosa mulut lembab dan warna mukosa
tidak pucat.
d. Leher dan ketiak: tidak ada peningkatan/pembengkakkan JVP, KGB
dan tiroid.
2. Dada / Toraks
a. Inspeksi: dada simetris, bersih, payudara simetris, putting payudara
menonjol ke luar, areola berwarna kecoklatan, tidak ada retraksi
dinding dada, frekuensi pernapasan normal atau dapat meningkat.
b. Palpasi: payudara tidak ada pembengkakan, tidak teraba massa.
c. Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II  di IC kiri/kanan,Bunyi napas normal
vesikuler
3. Abdomen
a. Inspeksi: bekas operasi ada atau tidak, striae dan linea kemungkinan
ditemui
b. Palpasi: TFU, kontraksi uterus ada/tidak, posisi kandung kemih
penuh/tidak, pemeriksaan leopold I-IV
c. Auskultasi: DJJ ada/
4. Genitalia
a. Inspeksi: kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema,
discharge, approxiamately), ditemui pengeluaran air ketuban (lihat:
jumlah, warna, bau) jika keruh dan berbau menyengat/busuk
kemungkinan terdapat infeksi.
b. Palpasi : pembukaan serviks (0-4)
5. Ekstremitas: edema pada ekstremitas bawah kemungkinan besar ditemui,
varises tidak.

b) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Nyeri Akut b/d Agens Cedera Biologis/Fisk
2. Kerusakan Integritas Jaringan b/d Prosedur Pembedahan
3. Ansietas b/d Ancaman Pada Status Terkini
4. Kurang Pengetahuan b/d Kurang Informasi
5. Risiko Infeksi dengan faktor risiko Pecah Ketuban Dini.
6. Risiko Infeksi Area Pembedahan dengan faktor risiko Tipe Prosedur Bedah
7. Risiko Perdarahan dengan faktor risiko Komplikasi Pascapartum

c) Rencana Asuhan Keperawatan


N Diagnosa
NOC NIC
O Keperawatan
1 Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Agens Cedera Fisik tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, Tingkat 1. Lakukan pengkajian nyeri
Nyeri terkontrol dengan secara komprehensif.
kriteria: 2. Observasi adanya petunjuk
N Indikat S nonverbal
O or kala ketidaknyamanan
Nyeri
3. Gali faktor-faktor yang
1 yang 5
dapat menurunkan atau
dilaporkan
Ekspre memperberat nyeri.
2 si nyeri 5 4. Berikan informasi mengeni
wajah nyeri, seperti penyebab
Iritabil nyeri.
3 5
itas 5. Kurangi atau eliminasi
4
Meng
5
faktor-faktor yang dapat
ernyit mencetuskan nyeri
5 Frekue 5 6. Ajarkan teknik. non-
nsi nafas farmakologi untuk
Denyu mengurangi nyeri (seperti,
6 t jantung 5 teknik nafas dalam).
radial 7. Berikan penurun
Tekan nyeri/analgesik.
7 5
an darah
Keterangan Skala:
1= Deviasi berat dari
kisaran normal
2= deviasi cukup berat dari
kisaran normal
3= deviasi sedang dari
kisaran normal
4= deviasi ringan dari
kisaran normal
5= tidak ada deviasi dari
kisaran normal

2 Risiko Infeksi Area Setelah dilakukan Perwatan luka


Pembedahan dengan tindakan keperawatan
faktor risiko Tipe selama 3x24 jam, 1. Lakukan pengkajian luka
Prosedur Bedah Penyembuhan Luka: Primer 2. Berikan perawatan insisi
adekuat dengan kriteria: pada luka, yang diperlukan
N Indikato S 3. Ganti balutan sesuai
O r kala dengan jumlah eksudat
Kondisi
1 5 dan drainase
kulit
4. Dokumentasi lokasi luka,
Kondisi
2 5 ukuran dan tampilan.
tepi luka
Eritema
3 di kulit 5 Kontrol Infeksi
sekitarnya
Lebam 5. Ajarkan pasien dan
4 di kulit 5 keluarga mengenai tanda
sekitarnya
dan gejala infeksi dan
Periwou
5 5 kapan harus
nd edema
Bau luka melaporkannya pada
6 5 tenaga kesehatan
busuk
Drainas 6. Berikan terapi antibiotik
7 5
e purulen yang sesuai
Drainas
8 5
e serosa
Drainas
9 5
e sanguinis
Drainas
1
e
0
serosanguinis
Keterangan Skala:
1= Deviasi berat dari
kisaran normal
2= deviasi cukup berat dari
kisaran normal
3= deviasi sedang dari
kisaran normal
4= deviasi ringan dari
kisaran normal
5= tidak ada deviasi dari
kisaran normal
Setelah dilakukan Perawatan Postpartum
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam, Status 1. Monitor tanda-tanda vital
Maternal: Pospartum 2. Monitor lokia (warna,
adekuat dengan kriteria: jumlh, bau, dan adanya
N Indikat S gumpalan)
O or kala 3. Pantau lokasi fundus,
Kenyam
1 5 tinggi, dan tonus uteri
anan
4. Pantau luka operasi dan
Tekana
2 5 jaringan sekitarnya
n darah
Denyut 5. Anjurkan pasien untuk
3 5 mulai bergerak (seperti
nadi radial
Tinggi berjalan-jalan) sejak awal
4 5
fundus uteri dan lakukan secara rutin,
Jumlah bantu pasien jika
5 5
Risiko Perdarahan lokie diperlukan
Warna 6. Monitor kandung kemih
dengan faktor risiko 6
lokia
5
(intake dan output)
Komplikasi Elimina
3 7 5 7. Monitor status
Pascapartum si kemih
pencernaan (misal,
Elimina
8 tanggal dan waktu bab,
si usus
Asupan adanya flatus)
9 makan dan 8. Berikan oksitosin IV atau
cairan IM, sesuai protokol atau
1 Aktivita order
0 s fisik 9. Berikan obat-obatan
Keterangan Skala: sesuai order
1= Deviasi berat dari
kisaran normal
2= deviasi cukup berat dari
kisaran normal
3= deviasi sedang dari
kisaran normal
4= deviasi ringan dari
kisaran normal
5= tidak ada deviasi dari
kisaran normal
(Herdman & Kamitsuru, 2017; Bulechek et al, 2013; dan Moorhead et al, 2013)
K. DAFTAR PUSTAKA
Achmad. F. (2012). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba medika.
American College of Obstetricians and Gynecologist. (2018). ACOG Practice Bulletin No.
188: Prelabor Rupture of Membranes. Obstetrics & Gynecology, 131(1):e1–e14. DOI:
10.1097/AOG.0000000000002455
Beckmann, C. (2010). Obstetrics and Gynecology, 6e. Baltimore, MD: Lippincott Williams
& Wilkins.
Cunningham, F (2014). Williams Obstetrics. New York: McGraw-Hill Education.
DeCherney, Alan (2013). Current Diagnosis & Treatment: Obstetrics & Gynecology. New
York: McGraw-Hill Medical
Iswanti, T. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Bersalin. Indonesian Midwifery Journal, 24-34.
Kayem, G, & Maillard, F. (2010). Preterm premature rupture of membranes: active or
wait-and-see management?. Gynécologie Obstétrique & Fertilité, 28(1): 75-76. doi:
10.1016/j.gyobfe.2009.11.012.
Manuaba, I. B. G., Manuaba, I. A., & Manuaba, I. B. G. F. (2012).  Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: Buku Kedoktera EGC
MayoClinic. (2018). Preterm Labor. Retrieved from
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/preterm-labor/symptoms-
causes/syc-20376842
Nugroho, T. (2012).  OBSGYN  OBSTETRI dan GINEKOLOG  kebidanan dan keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Nugroho, T. (2010). Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha


Medika.

Sarwono. (2010). Obsteri Dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai