Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN REAKSI OBAT DAN ALERGI

( STEVEN JOHNSON)

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Oleh Kelompok 6

Lusiana Baan A1911144011072

Margaretha Rusmiyati A1911144011073

Nursyamsi A1911144011074

Purnomo Santoso A1911144011075

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak ysng telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Saya berharap semoga adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca ataupun teman-teman dalam profesi dibidan kesehatan
agar sellu menjaga sikap waspada dalam peberian obat kepada pasien hingga dapat
menciptakan kepuasan klien atas apa yang telah diberikan dengan kolaborasi yang telah
dilakukan bersama.

Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.untuk itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

SAMARINDA,Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1) Latar belakang 4
2) Tujuan 5
a) Tujuan umum 5
b) Tujuan khusus 5
BAB II KONSEP TEORI PENYAKIT 6
1) Konsep dasar penyakit 6
a) Pengertian 8
b) Etiologi 13
c) Patofisiologi 13
d) Pathway 14
e) Manifestasi klinik 15
f) Pemeriksaan penunjang 16
g) Penatalaksanaan medis 17
h) Komplikasi 17
2) Konsep asuhan keperawatan 18
a) Konsep pengkajian 18
b) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 19
c) Konsep perencanaan 20
d) Konsep implementasi 23
e) Konsep evaluasi 25
BAB III PENUTUP 26
1) Kesimpulan 26
2) Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27

3
BAB I
PENDAHULUAN
1). Latar Belakang
Pada dasarnya tubuh kita memiliki imunitas alamiah yang bersifat non-spesifik
dan imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif
diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA,
IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit T,
yang bila mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan differensiasi dan menghasilkan
zat limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.
Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon.
Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan,
sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh
menjadi rusak, maka terjadilah reaksi hipersensitivitas atau alergi.
Mekanisme reaksi alergi adalah berdasar pada reaksi hipersensitivitas, yaitu
timbulnya respon IgE yang berlebihan terhadap bahan yang dianggap sebagai alergen,
sehingga terjadi pelepasan berbagai mediator penyebab reaksi alergi, walaupun pada
orang normal reaksi ini tidak terjadi. Apabila reaksi alergi ini berlangsung sangat
berlebihan, dapat timbul syok anafilaktik.
Histamin yang dilepaskan menimbulkan berbagai efek. Vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler yang terjadi menyebabkan pindahnya plasma dan sel-
sel leukosit ke jaringan, sehingga menimbulkan bintul-bintul berwarna merah di
permukaan kulit. Sementara rasa gatal timbul akibat penekanan ujung-ujung serabut
saraf bebas oleh histamin. Kemudian kerusakan jaringan yang terjadi akibat proses
inflamasi menyebabkan sekresi protease, sehingga menimbulkan rasa nyeri akibat
perubahan fungsi. Efek lain histamin, yaitu kontraksi otot polos dan perangsangan
sekresi asam lambung, menyebabkan timbulnya kolik abdomen dan diare.
Selain itu, sekresi enzim untuk mencerna zat gizi, terutama protein, belum dapat
bekerja maksimal, sehingga terjadi alergi pada makanan tertentu, terutama makanan
berprotein. Ada alergi yang dapat membaik, karena maturitas enzim dan barier yang
berjalan seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini juga dapat terjadi akibat faktor

4
polimorfisme genetik antibodi yang aktif pada waktu tertentu, sehingga menentukan
kepekaan terhadap alergen tertentu.
Secara umum, hasil pemeriksaan laboratorium normal. Terjadi eosinofilia relatif,
karena disertai dengan penurunan basofil akibat banyaknya terjadi degranulasi.
Eosinofil sendiri menghasilkan histaminase dan aril sulfatase. Histaminase yang
dihasilkan ini berperan dalam mekanisme pembatasan atau regulasi histamin, sehingga
pada pasien dengan kasus alergi yang berat, jumlah eosinofil akan sangat meningkat
melebihi normal.

2). Tujuan
a) Tujuan umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
lebih dalam mengenai fungsi sistem imun pada gangguan imunologi khususnya
penyakit hipersensitifitas serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi dan Zat
Gizi.
b) tujuan khusus
untuk memenuhi tugas Keperwatan medikal bedah 2.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit


a) Pengertian
Menurut KBBI, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman
penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk,
keadaan udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan untuk
sebagian besar orang
Alergi obat adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap
obat. Pada individu yang mengalami alergi obat, sistem kekebalan tubuh bereaksi
berlebihan terhadap obat yang digunakan, karena obat dianggap sebagai benda
asing yang dapat membahayakan tubuh. Obat yang mampu memicu alergi bisa
berupa obat herbal, obat yang dijual bebas dari apotek, maupun dari resep dokter.
Namun, ada beberapa obat yang lebih berisiko memicu alergi obat.

Tanda dan gejala yang paling umum dari alergi obat adalah gatal -gatal,
munculnya ruam atau demam. Alergi obat dapat menyebabkan reaksi yang serius,
termasuk memengaruhi sistem tubuh secara keseluruhan (anafilaksis) sehingga
mengancam nyawa. Alergi obat tidak sama dengan efek samping obat, yang
biasanya tercantum pada label obat. Alergi obat juga berbeda dari keracunan obat
yang disebabkan oleh overdosis

Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda asing
tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak berbahaya bagi
tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari makanan, melalui
suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
Alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang
memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat
biasanya tidak berbahaya di lingkungan.

6
Hipersensitifitas atau alergi dapat didefinisikan sebagai setiap reaksi imunologi
yang menghasilkan kerusakan jaringan dalam individu.
Menurut Van Pirquet (1906) Hipersensitifitas atau alergi adalah suatu keadaan
yang disebabkan oleh reaksi imunologik spesifik yang ditimbulkan oleh alergen
sehingga terjadi gejala – gejala patologis.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan
yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan
terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya.
Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.
Alergi merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau
pajanan zat asing (allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen
tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak
menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit
Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul
akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan merupakan
factor penting, factor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di abaikan. Adanya
alergi terhadap suatu allergen tertentu menunjukan bahwa seseorang pernah terpajan
dengan allergen tersebut sebelumnya.
Kesimpulannya suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim
imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai
sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang
tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing itu dan
sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut "allergens".
Definisi Sindrom stevens-Johnson ( SSJ
Sindrom stevens-Johnson ( SSJ ) merupakan sindrom yang mengenai kulit,
selaput lender di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura.
(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan

7
pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura( Mochtar Hamzah, 2005 :
147 ).
Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan
mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.( Kapita Selekta
Kedokteran, 2000 : 136 )

b) Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens – Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah satu
penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan semisintetiknya,
streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgetik (misalnya : derivate
salisil/pirazolon, metamizol, metampiron, dan parasetamol), klorpromazin,
karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca vaksinasi, radiasi, dan makanan.
Menurut buku Kapita Selekta Kedokteran 2 yaitu penyebab belum diketahui dengan
pasti, namun beberapa factor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
a) Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik )
Ø Penisilline
Ø Sthreptomicine
Ø Sulfonamide
Ø Tetrasiklin
b) Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan
paracetamol )
Ø Kloepromazin
Ø Karbamazepin
Ø Kirin Antipirin
Ø Tegretol
c) Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )
d) Neoplasma dan factor endokrin
e) Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X, penyakit polagen, keganasan, kehamilan)
f) Makanan (coklat)

8
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
Menurut Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 3 Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis
yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
1. Lapisan Kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis terdiri atas
lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : Stratum
Korneum,Stratum Lusidum,Stratum Granulosum,Stratum Spinosum,Stratum Basale
(Stratum Germinativum),
Fungsi Epidermis :Proteksi barier,Organisasi sel, Sintesis vitamin D dan sitokin,
Pembelahan dan mobilisasi sel, Pigmentasi (melanosit), Pengenalan alergen (sel
Langerhans),
b.Dermis
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Fungsi Dermis : Struktur penunjang, Mechanical strength, Suplai nutrisi, Menahan
shearing forces dan respon inflamasi.
c.Subcutis
Subkutan Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara
longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut

9
daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : Melekat ke struktur dasar, Isolasi panas, Cadangan
kalori, Kontrol bentuk tubuh,Mechanical shock absorber.
Gambar Lapisan Kulit

3.Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
4.Fungsi Imun
Terdapat dua macam tipe imunitas yaitu :
a.Imunitas alami (natural)
Imunitas alami akan memberikan respons nonspesipik terhadap setiap penterang
asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar dari mekanisme
pertahanan alami berupa kemampuan untuk membeda kan antara “diri sendiri” dan
“bukan diri sendiri”. Sawar fisik mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh
sehingga mikroorganisme pathogen dapat dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh,
dan silia pada traktus respiratorius bersama respons batuk serta bersin yang bekerja
sebagai filter dan membersihkan saluran nafas atas dari mikroorganisme pathogen
sebelum mikroorganisme tersebut dapat menginvasi tubuh lebih lanjut.
Sawar kimia seperti getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air
liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta lakrimalis, bekerja dengan
cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Sel

10
darah putih atau leukosit turut serta dalam respons imun humoral maupun seluler.
Leukosit granuler atau granulosit yang mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil.
b.Imunitas didapat (akuisita)
Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons imunyang tidak
dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang.
Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau
mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respons imunyang bersifat protektif. Pada
imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologo akan dibentuk tubuh orang yang
dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini biasanya berlangsung selama bertahun –
tahun atau bahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas
temporer yang ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah
penderita sakit atau menjalani imunisasi. Gama – globulin dan antiserum yang didapat
dari plasma darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam keadaan darurat untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko terjangkit suatu penyakit
tertentu cukup besar.
c.Stadium Respons Imun
Terdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons imun, keempat
stadium tersebut yaitu :Stadium pengenalan, Stadium proliferasi, Stadium respons,
Stadium efektor,
faktor – faktor yang mempengaruhi system imun Usia, Jenis kelamin, Nutrisi, Penyakit,
Faktor – faktor psikoneuro-imunologi, Obat – obatan.
d. Antigen
Terdapat beberpa teori tentang mekanisme yang digunakan limfosit B untuk
mengenali antigen penyerang dan kemudian bereaksi dengan memproduksi antibody
yang tepat. Sebagian antigen memiliki kemampuan untuk memicu pembentukan
antibody secara langsung oleh limfosit B, sementara sebagian lainnya memerlukan
bantuan sel – sel T. sel T merupakan bagian dari system surveilans yang tersebar
diseluruh tubuh, dengan bantuan makrofag maka limfosit T akan manganali antigen dari
penyerang asing. Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak biru (blueprint)
antigen dan kemudian kembali ke nodus limfatikus yang terdekat dengan pesan
tersebut.
e.Antibody

11
Limfosit B yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi ribuan
klon yang masing – masing bersifatrespnsif terhadap suatu kelompok tunggal antigen
dengan karakteristik yang hamper identik. Pesan antigenic yang dibawa kembali ke
nodus limfatikus akan menstimulasi klon spesifik limfosit B untuk membesar,
membelah diri, dan memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel – sel plasma
yang dapat memproduksi antibody spesifik terhadap antigen.
Antibody merupakan protein besar yang dinamakan immunoglobulin, setiap
molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai peptide ringan dan
berat. Beberapa karakteristik immunoglobulin yaitu antara lain , Ig G (75 % dari total
imunoglobulin), Ig A (15 % dari total imunoglobulin), Ig M (10 % dari total
imunoglobulin), Ig D (0,2 % dari total imunoglobulin),Ig E (0,004 % dari total
imunoglobulin)

f.Respons Imun Seluler


Reaksi seluler dimulai sel pengikatan antigen dengan reseptor antigen pada
permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau pesan antigenic ke nodus
limfatikus tempat produksi sel – sel T yang lain distimulasi. Sebagian sel T tetap berada
dalam nodus limfatikus dan mempertahankan memri untuk antigen tersebut. Sedangkan
sebagian sel T lainnya akan bermigrasi dari nodus limfatikus ke dalam system sirkulasi
umum dan akhirnya ke jaringan tempat sel tersebut berada.
Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam
menghancurkan mikroorgansme asing. Sel T killer atau sitotoksik menyerang antigen
sacara langsung dengan mengubah membrane sel dan menyebabkan lisis sel. Sel – sel
hipersensitifitas tipe lambat melindungi tubuh melalui produksi dan pelepasan limfosit.
Limfokin yang termasuk dalam kelompok glikoprotein yang lebih besar dan dikenal
dengan nama sitokin, dapat merekrut, mengaktifkan serta mengatur limfosit dan sel –
sel darah putih lainnya.
Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu limfosit
null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan subpolpulasi limfosit yang
kurang mengandung cirri – cirri khas dari limfosit B dan T. Sel NK yang mewakili
suppulasi limfosit lainnya tanpa karakteristik sel B dan T yang akan mempertahankan

12
tubuh terhadap mikroorganisme dan beberapa tipe sel malignan. Sel NK dapat
membunuh langsung mikroorganisme penginvasi dan menghasilkan sitokin.

c) Patofisiologis
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe
III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang
membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem komplemen. Akibatnya
terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan
kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV
terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang
sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000:
147) .
karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi Kegagalan
fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, Stres hormonal diikuti peningkatan
resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan glukosuriat, Kegagalan
termoregulasi, Kegagalan fungsi imun, Infeksi.
1. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam darah
mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir. Antibodi tidak
ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap dalam jaringan kapilernya. Pada
beberapa kasus antigen asing dapat melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya
kompleks antigen antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen
dan degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat
terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai
memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta
penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000:
72).
2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil Limfokin
atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang

13
bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat (delayed)
memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.

d) PATHWAY

14
e) Manifestasi Klinis
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Pada usia tersebut anak
jarang mengalami alergi karna masih proses mengenali. Karna semua dianggap baik.
Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya
menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat
disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan
nyeri tenggorokan.

15
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula kemudian
memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi purpura.
Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.

2. Kelainan selaput lendir di orifisium


Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian
disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus
jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di bibir
kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan
esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan.
Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah konjungtivitis
kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus
kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula terdapat
kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.
f) Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi
Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi
2. Histopatologi
Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal
Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa
Spongiosis dan edema intrasel di epidermis

16
3. Imunologi
Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembulih darah
yang mengalami kerusakan
Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau
dalam kombinasi

g) Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind
Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan
provokasi terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan
makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji
kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
Pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk,
debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur,
kacang, ikan).
1. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
2. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun.
Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah
atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
3. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme
linked immuno assay).
4. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test),
uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi
untuk alergi makanan.
h) Komplikasi
Bronkopneumonia (16%), sepsis, kehilangan cairan/darah, gangguan
keseimbangan elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan lakrimasi.
Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut:
Kehilangan cairan dan darah
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock

17
Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
Gastroenterologi - Esophageal strictures
Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis vagina
Pulmonari – pneumonia, bronchopneumoni
Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit
sekunder
Infeksi sitemik, sepsis

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


a) Konsep Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis pasien alergi obat adalah:
1) Catat semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga obat yang
sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala alergi obat.
2) Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya gejala.
Pada reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat baru timbul 7
sampai 10 hari setelah pemakaian pertama.
3) Cara lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat sering
timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang, serta dosis tinggi
secara parenteral.
4) Manifeatasi klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu.
5) Diagnosis alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah pemberian obat
dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang sama.
6) Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu jalan
terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas garukan
terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
2) Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan katarak
yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
3) Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.

18
4) Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic
shiners, allergic facies.
5) Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan,
edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta tulang maksila yang
menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik.
6) Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu serangan asma
kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan.
7) Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah.

b) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :
1. Perubahan pola napas berhubungan dengan bronkospasme akibat kontraksi otot polos
karena pelepasan histamin ditandai dengan dispneu.
2. Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan perasaan kulit terbakar, gatal dan nyeri
akibat timbulnya urtikaria.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam
kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan lesi atau ruam ad kulit ditndai dengan
dermatitis kontak.

19
c) Konsep perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Perubahan pola Tujuan : a) Identifikasi faktTepat dalam
napas berhubungan Dalam waktu 1 or pencetus memilih tindakan
dengan bronkospasme x 24 jam setelah terapeutik
akibat kontraksi otot dilakukan b) Awasi Kesulitan nafas
polos karena pelepasan intervensi maka kesesuaian pola dan peningkatan
histamin ditandai pasien mampu nafas tekanan jalan
dengan dispneu. mempertahanka nafas dapat
n pola memperburuk
pernafasan kondisi
efektif. terjadinya
komplikasi
Kriteria Hasil : c) Auskultasi Memperkirakan
a) Pasien tidak bunyi nafas, adanya
mengalami tandai daerah perkembangan
sesak nafas. paru adanya komplikasi /
b) Bebas dari bunyi infeksi
tanda dan gejala adventisius, pernafasan
sesak nafas. misal: krekels,
c) RR pasien mengi, ronchi
normal d) Berikan periode Menurunkan
istirahat yang konsumsi O2.
cukup dientara
waktu aktivitas
perawatan
e) Pertahankan Membantu pasien
perilaku tenang, mengalami efek
bantu pasien fisiologis
kontrol diri hipoksia yang
dengan nafas dapat di
lambat atau menifestasikan
dalam sebagai rasa takut
Kolaborasi :
a) Berikan Mempertahankan
tambahan O2 ventilasi/ oksige-
melalui cara nasi efektif untuk
yang sesuai lewat mencegah/ mem-
masker, kanul perbaiki krisis
pernafasan
b) Berikan obat- Mungkin
obatan sesuai diperlukan untuk
indikasi seperti meningkatkan /
bronkodilator, mempertahankan
ekspektoran jalan nafas
2. Nyeri berhubungan Tujuan : a) Kaji keluhan nyeri hampir

20
N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
dengan reaksi inflamasi Dalam waktu 2 nyeri, perhatikan selalu ada pada
kulit. x 24 jam, nyeri lokasi dan beberapa derajat
menghilang atau intensitasnya. beratnya
berkurang. keterlibatan
Kriteria Hasil : jaringan
a) Melaporkan b) Berikan tindakan meningkatkan
nyeri berkurang kenyamanan relaksasi,
b) Menunjukkan dasar seperti menurunkan
ekspresi wajah pijatan pada area tegangan otot dan
atau postur yang sakit. kelelahan umum
tubuh rileks. c) Pantau TTV metode IV sering
digunakan pada
awal untuk
memaksimalkan
efek obat
d) Berikan menghilangkan
analgetik sesuai rasa nyeri
indikasi.
3. Gangguan Tujuan : a) Berikan bedak Mengurangi
pola istirahat berhubung Dalam waktu 2 pada area yang pelebaran area
an dengan perasaan x 24 jam setelah gatal yang gatal
kulit terbakar, gatal dan dilakukan
nyeri akibat timbulnya intervensi makab) Beritahu pasien Makanan dapat
urtikaria. pasien mampu untuk memperparah
untuk menghindari gatal
mentoleransi ras makanan yang
a gatal yang dapat
dirasakan menimbulkan
alergi lebih parah
Kriteria Hasil: c) Kolaborasi Untuk lebih
a) pasien dengan tim mempermudah
melaporkan medis dalam dalam proses
dapat pemberian obat pengobatan
beristirahat
dengan cukup
b) mengurangi
atau
menghilangkan
rasa gatal
4. Gangguan integritas Tujuan : a) Observasi kulit Menentukan
kulit berhubungan Dalam waktu 3 setiap hari catat garis dasar
dengan perdarahan x 24 jam turgor turgor sirkulasi dimana
lokal kulit dan ruam kulit kembali dan sensori serta perubahan pada
kulit ditandai dengan normal. perubahan status dapat
purpura dan urtikaria. lainnya yang dibandingkan dan
Kriteria hasil : terjadi. melakukan

21
N Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
a) Lesi dan ruam intervensi yang
berkurang tepat
b) Jaringan kulitb) Gunakan Menurunkan
kembali utuh pakaian tipis dan iritasi garis
alat tenun yang jahitan dan
lembut. tekanan dari baju,
membiarkan
insisi terbuka
terhadap udara
meningkat proses
penyembuhan
dan menurunkan
resiko infeksi
c) Jaga kebersihan Untuk mencegah
daerah di sekitar infeksi
pasien.
d) Kolaborasi Untuk mencegah
dengan tim infeksi lebih
medis. lanjut
5. Gangguan konsep diri Tujuan : a) Berikan Berikan
berhubungan dengan Dalam waktu 3 kesempatan kesempatan
lesi atau ruam ad kulit x 24 jam setelah mengungkapkan untuk
ditandai dengan dilakukan masalah tentang mengidentifikasi
dermatitis kontak. intervensi maka proses penyakit, rasa takut atau
pasien dapat harapan masa kesalahan konsep
meningkatkan depan. dan
integritas menghadapinya
diri dan lebih secara langsung
percaya diri
Kriteria Hasil :
a) mengungkapk b) Diskusikan Isyarat verbal
an peningkatan persepsi pasien atau non verbal
rasa percaya diri mengenai oranmg terdekat
dalam bagaimana orang dapat mempunyai
menghadapi terdekat pengaruh mayor
penyakit menerima pada bagaimana
b) perubahan keadaan atau pasien
gaya hidup keterbatasan memandang
dirinya sendiri
1. Dukung pasien Ungkapan perasa
untuk an pasien dapat
mengungkapkan mengurangi
aktualisasi perasaam cemas
dirinya

22
d) Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi
Kriteria Hasil
1. Perubahan pola Tujuan : Mengidentifikasi faktor
napas berhubungan Dalam waktu 1 x 24 pencetus
dengan bronkospasme jam setelah mengawasi kesesuaian
akibat kontraksi otot polos dilakukan intervensi pola nafas
karena pelepasan histamin maka pasien Mengauskultasi bunyi
ditandai dengan dispneu. mampu nafas, tandai daerah paru
mempertahankan adanya bunyi
pola pernafasan adventisius, misal:
efektif. krekels, mengi, ronchi
memberikan periode
Kriteria Hasil : istirahat yang cukup
a) pasien tidak dientara waktu aktivitas
mengalami sesak perawatan
nafas. mempertahankan
b) bebas dari tanda perilaku tenang, bantu
dan gejala sesak pasien kontrol diri
nafas. dengan nafas lambat atau
c) RR pasien normal dalam
Kolaborasi :
memberikan tambahan
O2 melalui cara yang
sesuai lewat masker,
kanul
memberikan obat-obatan
sesuai indikasi seperti
bronkodilator,
ekspektoran
2. Nyeri berhubungan Tujuan : mengkaji keluhan nyeri,
dengan reaksi inflamasi Dalam waktu 2 x 24 perhatikan lokasi dan
kulit. jam, nyeri intensitasnya.
menghilang atau memberikan tindakan
berkurang. kenyamanan dasar
Kriteria Hasil : seperti pijatan pada area
c) Melaporkan nyeri yang sakit.
berkurang memantau TTV
d) Menunjukkan memberikan analgetik
ekspresi sesuai indikasi.
wajah/postur tubuh
rileks
3. Gangguan Tujuan : memberikan bedak pada
pola istirahat berhubungan Dalam waktu 2 x 24 area yang gatal
dengan perasaan kulit jam setelah
terbakar, gatal dan nyeri dilakukan intervensi memberitahu pasien
akibat timbulnya urtikaria. maka pasien untuk menghindari

23
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi
Kriteria Hasil
mampu untuk makanan yang dapat
mentoleransi rasa menimbulkan
gatal yang alergi lebih parah
dirasakan
berkolaborasi dengan tim
Kriteria Hasil: medis dalam pemberian
c) pasien obat
melaporkan dapat
beristirahat dengan
cukup
d) mengurangi atau
menghilangkan rasa
gatal
4. Gangguan integritas Tujuan : mengobservasi kulit
kulit berhubungan Dalam waktu 3 x 24 setiap hari catat turgor
dengan perdarahan lokal jam turgor kulit sirkulasi dan sensori
kulit dan ruam kembali normal. serta perubahan lainnya
kulit ditandai dengan yang terjadi.
purpura dan urtikaria. Kriteria hasil : menggunakan pakaian
c) Lesi dan ruam tipis dan alat tenun yang
berkurang lembut.
d) Jaringan kulit menjaga kebersihan
kembali utuh daerah di sekitar pasien.
berolaborasi dengan tim
medis.
5. Gangguan konsep diri Tujuan : memberikan kesempatan
berhubungan dengan lesi Dalam waktu 3 x 24 mengungkapkan masalah
atau ruam ad kulit ditndai jam setelah tentang proses penyakit,
dengan dermatitis kontak. dilakukan intervensi harapan masa depan.
maka pasien dapat mendiskusikan persepsi
meningkatkan pasien mengenai
integritas diri dan bagaimana orang
lebih percaya diri terdekat menerima
Kriteria Hasil : keadaan atau
a) mengungkapkan keterbatasan
peningkatan rasa mendukung pasien untuk
percaya diri dalam mengungkapkan
menghadapi aktualisasi dirinya
penyakit
b) perubahan gaya
hidup

24
e) Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1. Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal.
2. Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada kulit
3. Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa gatal dan
perasaan terbakar pada kulit
4. Terjadi peningkatan rasa percaya diri
5. Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang

25
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Steven Johnson syndrome menyerang seorang laki-laki dengan usia 20 tahun, pada
penelitian tidak ditemukan pada usia anak dibawah 3 tahun.
4.2.Saran
Steven Johnson syndrome adalah Katarak merupakan penyakit yang paling sering
didapatkan pada usia menua, umunya setelah usia 50 tahun ke atas. Klien dengan
katarak agar lebih memperhatikan lingkungan, tempat tinggal atau geografis agar tidak
mempengaruhi terjadinya dan kecepatan perkembangan katarak senilis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, edisi
8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.

Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media


Aesculapius : Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai