Di Susun Oleh :
AYU ANDIRA (7120008)
MEITA DELLA INDARLOECY (7121004)
2.1 Definisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang menyerang burung/unggas dan manusia. Salah satu tipe yang
diwaspadai adalah oleh influenza dengan kode genetik H5N1 (H :
Haemagglutinin, N : Neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
Influenza burung, atau avian influenza merupakan penyakit infeksi
akibat virus influenza tipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza
sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu,
A, B, dan C. (Setiati, 2014, p. 721)
2.2 Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga
tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. H5N1 merupakan
virus influenza tipe A, termasuk dalam famili orthomyxoviruses dengan
penyebaran melalui udara (droplet infection) dan dapat berubah-ubah bentuk.
Virus ini terdiri dari hemaglutinin (H) Neuromidase (N). Kedua huruf
digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,
sedangkan pada binatang H1H5 dan H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas
dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut
dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22˚C dan lebih dari 30 hari pada
0˚C. Virus akan mati pada pemanasan 60˚C selama 30 menit / 56˚C selama 3
jam dan denan detergen, desinfektan misal formalin cairan yang mengandung
iodine (Nurarif, 2015, p. 1)
Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain tiga bagian
utama berupa antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase.
Antigen S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas
ribonunukleu protein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe.
Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada
imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung inti
virus dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti
virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membrane lemak disebelah
luarnya. (Nelwan, 2014, p. 725)
2.3 Patofisiologi
Virus influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia
karena adanya kontak dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan
lain sebagainya) yang terinfeksi virus flu burung infekai virus masuk ke dalam
saluran pernafasan, dan terjadilah replikasii virus sangat cepat. Terjadinya
replikasi virus yang cepat merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-I,
IL-6 TNF Alfa yang kemudian masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan
gejala demam, malaise, myalgia dan sebagainya. Seseorang yang mengalami
penurunan daya tahan tubuh maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan
organ tubuh lain.
Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan
merusak jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan
pneumonia intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema
intraalveolar, pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan memproduksi
banyak sel mediator peradangan, keadaan ini akan menyebabkan difusi
oksigen terganggu, terjadilah hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain,
keadaan ini bisa terjadi dengan cepat yang dapat mengakibatkan kematian
secara mendadak karena proses yang irreveraible (Tamher, 2009, p. 6)
2.4 Tanda dan Gejala
1) Sakit perut
2) Demam Tinggi
3) Sakit Kepala
4) Nyeri Otot
5) Gangguan Pernapasan
6) Pendarahan Gusi
7) Pendarahan Hidung
8) Nyeri Dada
2.5 Penatalaksanaan
1. Oksigenasi bila trdpt sesak napas
2. Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
4. Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48 jam
I selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45 kg
diberikan 100 mg 2 x sehari
Tindakan depkes
1. Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp
daerah KLP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu
burung pd manusia)
2. Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg
diduga terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
3. Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi
thdp px yg di curigai mengidap avian influienza
4. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov.
Jabar, DKI Jakarta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen PP & pl
DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 4257125
5. Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu
burung di wilayah masing- masing
6. Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja
ddengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat
waspada dan tidak panic
7. Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan
pemda dalam upaya penanggulangan flu burung
8. Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko
untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang
terdiri dari depkes , deptan, dan WHO.
2.6 Pencegahan
Ada vaksin yang disetujui untuk melindungi manusia dari virus flu
burung H5N1. Vaksin ini dapat digunakan jika virus H5N1.saat ini mulai
menyebar di antara manusia. CDC membuat rekomendasi berikut sebagai
pedoman pencegahan flu burung:
1. Hindari burung liar dan perhatikan mereka hanya dari kejauhan
2. Hindari menyentuh burung yang sakit dan permukaan yang mungkin
tertutup kotorannya
3. Gunakan pakaian pelindung dan masker pernapasan khusus jika bekerja
dengan burung atau jika pergi ke gedung dengan unggas yang sakit, mati,
atau kotoran dari burung yang terinfeksi
4. Jika pernah melakukan kontak dengan unggas yang terinfeksi, perhatikan
tanda-tanda infeksi, jika ada, hubungi dokter segera
5. Hindari daging setengah matang atau mentah Jika bepergian ke negara
lain.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG
3.1 Pengkajian
A. Identitas
Umur
Flu burung biasanya menyerang sekelompok entitas (orang-orang jompo dan
paling banyak didominasi oleh anak-anak
Suku Bangsa
Kasus terbanyak dari Vietnam, thailand, kamboja, dan terakhir Indonesia
Pekerjaan
Flu burung berisiko tinggi menyerang pada pekerja pertenakan ungags
B. Keluhan Utama
Keluhan utama yang terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah satu
tanda terjadi infeksi di paru-paru (pneumoni), batuk, pilek, nyeri otot,
peningkatan suhu tubuh dan sakit tenggorokan. (Wahid, 2013, p. 194)
G. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Lemah, demam, radang tenggorokan, sesak nafas.
b. Tanda – tanda vital
TD : pada pasien flu burung terjadi peningkatan tekanan darah.
Nadi : takikardi dan dispneu
RR : melebihi normal
Suhu : lebih dari 38˚C
c. Pernafasan
Inspeksi : Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, Tonsil
tampak kemerahan dan edema, Biasanya terdapat secret atau lendir pada
daerah hidung, hidung tampak kemerahan, Adanya batuk
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
Perkusi : area paru sonor/ hipersonor/ dullness
Auskultasi : suara nafas area vesikuler
d. Mata
Inspeksi : kesimetrisan mata, ada tidaknya oedem pada kelopak
mata/palpebra,konjungtivitis dan sklera tidak ada perubahan warna.
e. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris,terdapat serumen, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat hiperpigmentasi.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
f. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak,) terdapat secret atau tidak,
Palpasi :ada atau tidaknya terdapat nyeri tekan, dan masa
g. Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : amati bibir (kelainan konginetal : labioseisis, palatoseisis atau
labiopalatoseisis), warna lidah terdapat perdarahan atau tidak, ada abses atau
tidak.
h. Sistem Pencernaan
Inspeksi : bentuk abdomen, massa/ benjolan, bayangan pembuluh darah
vena
Auskultasi : frekuensi peristaltic usus 20 x/menit
Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau
distensi, adanya nyeri tekan, dan adanya massa atau asites
Gangguan pada gaster yang menyebabkan mual dan muntah serta diare pada
penderita flu burung.
i. Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : ada atau tidak adanya nyeri tekan
Auskultasi : ada atau tidaknya suara tambahan
Palpasi :pada dinding torak teraba lemah/ kuat/ tidak teraba
Perkusi :batas-batas jantung
Batas atas ( N = ICS II)
Batas bawah(N = ICS V)
Batas kiri (N = ICS Vmid clavikula sinistra)
Batas kanan (N = ICS IV mid sternalis dextra)
Terjadinya takikardi disebabkan karena takipneau.
j. Sistem Persyarafan
Inspeksi : Pada penderita flu burung pasien tampak lemah, tidak bisa
bangun dan beriteraksi dengan baik serta pasien tidak mau disentuh karena
sakit saat disentuh.
k. Sistem Endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien flu burung. (Pohan, 2014,
p. 722)
l. Sistem Perkemihan
Inspeksi : sebagian besar penderita flu burung mengalami gangguan ginjal
berupa peningkatan ureum dan kreatinin. (Wahid, 2013, p. 196)
m. Sistem Muskuluskletal
Inspeksi dan Palpasi : Terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya
dahan tubuh dan mengalami nyeri.
n. Sistem Integumen
Inspeksi : Kulit menjadi kehitaman atau keabuan
Palpasi : turgor tidak kembali dalam 2 detik.
o. Sistem Reproduksi
Tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien flu burung.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif, 2015, p. 2) pemeriksaan penunjang pada flu burung yaitu:
1) Pemeriksaan Kimia Darah
Albumin, globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin Kinase,
Analisis gas darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,
peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin,
peningkatan kreatin kinase. Analisis Gas Darah dapat normal atau
abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan
komplikasi yang ditemukan.
2) Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit
total. Umumnya ditemukan lekopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3) Uji RT-PCR (Reverse transcription Polymerase Chain Reaction) untuk
H5
4) Biakan dan identifikasi virus influenza A suptipe H5N1
5) Uji serologi
6) Uji penapisan : rapid test mendeteksi influenza A, ELISA untuk
mendeteksi H5N1
7) Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada
setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan
bahwa kasus ini adalah penumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan
adalah pemeriksaan CTScan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung
tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
8) Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan
jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan
patologi anatomi dan PCR.
9) Pengobatan
Dosis oseltavimir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu.
Bila dibersihkan dengan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltavimir diberikan
setiap 2 hari sekali.