Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

Di Susun Oleh :
AYU ANDIRA (7120008)
MEITA DELLA INDARLOECY (7121004)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
(UNIPDU) JOMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat melaksanakan amanah dan tanggungjawab yang kami emban selam ini,
demikian saudara begitu adanya. Amin
Dengan terselesaikannya makalah ini, tidak lupa kami turut menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Dosen pembimbing yang telah memberikan dukungannya terhadap konsep
asuhan keperawatan yang penulis buat.
Semoga Allah SWT membalas atas segala bantuannya, kiranya tuhan
membalas kebaikan yang lebih besar dari yang mereka berikan selama ini. Kami
menyadari akan keterbatasan dan kelemahan dalam ilmu pengetahuan, pengalaman,
sehingga kami sangat mengharapkan saran, masukan dan kritikan yang membangun
demi kesempurnaan dari makalah ini.
Akhir kata tiada kata lain harapan kami, semoga makalah ini dengan segala
kekurangan dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca. Sekian, terima kasih.

Jombang, 22 Agustus 2022


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Flu burung merupakan sejenis penyakit influenza. Mikroorganisme
penyebabnya adalah virus influenza A yang biasa mengenai unggas. Virus
influenza sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3
tipe yaitu: A, B, dan C. virus  influenza tipe B dan C dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dengan gejala yang ringan dan tidak fatal sehingga
tidak terlalu menjadi masalah. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak
subtype berdasarkan petanda berupa tonjolan protein pada permukaan sel
virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu hematuglunin
dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan dengan N.
(Pohan, 2014, p. 721)
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkanoleh virus
influenza yang menyerang burung / unggas dan manusia. Salah satu tipe yang
diwaspadai adalah yang disebabkan oleh influenza dengan kode genetic
H5N1  ( H: hematuglutinin, N: neuramidase). (Nurarif, 2015, p. 1)
1.2 Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk  mengetahui, memahami, dan menambah
pengetahuan/wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien flu
burung.
b) Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami definisi flu burung.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami penyebab atau etiologi
dari flu burung.
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari
flu burung.
4. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi dari flu
burung.
5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami klasifikasi dai flu
burung.
6. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami komplikasi dari flu
burung.
BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 Definisi
Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang menyerang burung/unggas dan manusia. Salah satu tipe yang
diwaspadai adalah oleh influenza dengan kode genetik H5N1  (H :
Haemagglutinin, N : Neuramidase).  (Nurarif, 2015, p. 1)
Influenza burung, atau avian influenza merupakan penyakit infeksi
akibat virus influenza tipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza
sendiri termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu,
A, B, dan C. (Setiati, 2014, p. 721)
2.2 Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. Ketiga
tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. H5N1 merupakan
virus influenza tipe A, termasuk dalam famili orthomyxoviruses dengan
penyebaran melalui udara (droplet infection) dan dapat berubah-ubah bentuk.
Virus ini terdiri dari hemaglutinin (H) Neuromidase (N). Kedua huruf
digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7,
sedangkan pada binatang H1H5 dan  H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas
dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut
dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu 22˚C dan lebih dari 30 hari pada
0˚C. Virus akan mati pada pemanasan 60˚C selama 30 menit / 56˚C selama 3
jam dan denan detergen, desinfektan misal formalin cairan yang mengandung
iodine (Nurarif, 2015, p. 1)
Struktur antigenic  virus influenza meliputi antara lain tiga bagian
utama berupa antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase.
Antigen S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas
ribonunukleu protein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe.
Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada
imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung inti
virus dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti
virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membrane lemak disebelah
luarnya. (Nelwan, 2014, p. 725)
2.3 Patofisiologi
Virus  influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia
karena adanya kontak dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan
lain sebagainya) yang terinfeksi virus flu burung infekai virus masuk ke dalam
saluran pernafasan, dan terjadilah replikasii virus sangat cepat. Terjadinya
replikasi virus yang cepat merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-I,
IL-6 TNF Alfa yang kemudian masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan
gejala demam, malaise, myalgia dan sebagainya. Seseorang yang mengalami
penurunan daya tahan tubuh maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan
organ tubuh lain.
Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan
merusak jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan
pneumonia intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema
intraalveolar, pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan memproduksi
banyak sel mediator peradangan, keadaan ini akan menyebabkan difusi
oksigen terganggu, terjadilah hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain,
keadaan ini bisa terjadi dengan cepat yang dapat mengakibatkan kematian
secara mendadak karena proses yang irreveraible (Tamher, 2009, p. 6)
2.4 Tanda dan Gejala
1) Sakit perut
2) Demam Tinggi
3) Sakit Kepala
4) Nyeri Otot
5) Gangguan Pernapasan
6) Pendarahan Gusi
7) Pendarahan Hidung
8) Nyeri Dada
2.5 Penatalaksanaan
1. Oksigenasi bila trdpt sesak napas
2. Hindari dgn pemberian cairan parenteral (infus)
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hr
4. Amantadin diberikan pd awal infeksi,sedapat mungkin dlm waktu 48 jam
I selama 3-5 hr dgn dosis 5 mg/kgBB/hr dlm 2 dosis.bila BB > 45 kg
diberikan 100 mg 2 x sehari
Tindakan depkes
1. Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp
daerah KLP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu
burung pd manusia)
2. Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg
diduga terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
3. Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan observasi
thdp px yg di curigai mengidap avian influienza
4. Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu prov.
Jabar, DKI Jakarta dan banten serts membentuk Posko di Ditjen PP & pl
DENGAN Telp/ fax : ( 021 ) 4257125
5. Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk menibgkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu
burung di wilayah masing- masing
6. Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun jejaring kerja
ddengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat
waspada dan tidak panic
7. Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn departemen pertanian dan
pemda dalam upaya penanggulangan flu burung
8. Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko
untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang
terdiri dari depkes , deptan, dan WHO.
2.6 Pencegahan
Ada vaksin yang disetujui untuk melindungi manusia dari virus flu
burung H5N1. Vaksin ini dapat digunakan jika virus H5N1.saat ini mulai
menyebar di antara manusia. CDC membuat rekomendasi berikut sebagai
pedoman pencegahan flu burung:
1. Hindari burung liar dan perhatikan mereka hanya dari kejauhan
2. Hindari menyentuh burung yang sakit dan permukaan yang mungkin
tertutup kotorannya
3. Gunakan pakaian pelindung dan masker pernapasan khusus jika bekerja
dengan burung atau jika pergi ke gedung dengan unggas yang sakit, mati,
atau kotoran dari burung yang terinfeksi
4. Jika pernah melakukan kontak dengan unggas yang terinfeksi, perhatikan
tanda-tanda infeksi, jika ada, hubungi dokter segera
5. Hindari daging setengah matang atau mentah Jika bepergian ke negara
lain.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG
3.1 Pengkajian
A. Identitas
Umur
Flu burung biasanya menyerang sekelompok entitas (orang-orang jompo dan
paling banyak didominasi oleh anak-anak
Suku Bangsa
Kasus terbanyak dari Vietnam, thailand, kamboja, dan terakhir Indonesia
Pekerjaan
Flu burung berisiko tinggi menyerang pada pekerja pertenakan ungags

B. Keluhan Utama
Keluhan utama yang terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah satu
tanda terjadi infeksi di paru-paru (pneumoni), batuk, pilek, nyeri otot,
peningkatan suhu tubuh dan sakit tenggorokan. (Wahid, 2013, p. 194)

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit sekarang ditemukannya demam (suhu >38˚C) sesak nafas,
sakit tenggorokan, batuk, pilek dan diare. (Nurarif, 2015, p. 1)

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu


Mengkaji apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak. Serta mengkaji
riwayat perjalanan dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan
kunjungan ke daerah atau tempat tinggal diwilayah yang terjangkit flu burung,
mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas atau orang yang positif flu
burung. (Wahid, 2013, p. 194)

E. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit flu burung tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga yang lainnya sebagai
factor predisposisi penularan didalam rumah. (Wahid, 2013, p. 195)
F. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
2. Pola Nutrisi
3. Pola Eliminasi
4. Pola Aktivitas Dan Latihan
5. Pola Istirahat Tidur
6. Pola Persepsi Diri
7. Pola Hubungan Peran
8. Pola Seksual Dan Reproduksi
9. Pola Toleransi Stress
10. Pola Kenyakinan

G. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Lemah, demam, radang tenggorokan, sesak nafas.
b. Tanda – tanda vital
 TD    : pada pasien flu burung terjadi peningkatan tekanan darah.
 Nadi : takikardi dan dispneu
 RR    : melebihi normal
 Suhu : lebih dari 38˚C
c. Pernafasan
Inspeksi : Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, Tonsil
tampak kemerahan dan edema, Biasanya terdapat secret atau lendir pada
daerah hidung, hidung tampak kemerahan, Adanya batuk
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
Perkusi : area paru sonor/ hipersonor/ dullness
Auskultasi : suara nafas area vesikuler
d. Mata
Inspeksi : kesimetrisan mata, ada tidaknya oedem pada kelopak
mata/palpebra,konjungtivitis dan sklera tidak ada perubahan warna.
e. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris,terdapat serumen, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat hiperpigmentasi.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
f. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah
pembengkokan atau tidak,) terdapat secret atau tidak,
Palpasi  :ada atau tidaknya terdapat nyeri tekan, dan masa
g. Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : amati bibir (kelainan konginetal : labioseisis, palatoseisis atau
labiopalatoseisis), warna lidah terdapat perdarahan atau tidak, ada abses atau
tidak.
h. Sistem Pencernaan
Inspeksi : bentuk abdomen, massa/ benjolan, bayangan pembuluh darah
vena
Auskultasi : frekuensi peristaltic usus 20 x/menit
Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau
distensi, adanya nyeri tekan, dan adanya massa atau asites
Gangguan pada gaster yang menyebabkan mual dan muntah serta diare pada
penderita flu burung.
i. Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : ada atau tidak adanya nyeri tekan
Auskultasi : ada atau tidaknya suara tambahan
Palpasi :pada dinding torak teraba lemah/ kuat/ tidak teraba
Perkusi :batas-batas jantung
Batas atas ( N = ICS II)
Batas bawah(N = ICS V)
Batas kiri (N = ICS Vmid clavikula sinistra)
Batas kanan (N = ICS IV mid sternalis dextra)
Terjadinya takikardi disebabkan karena takipneau.
j. Sistem Persyarafan
Inspeksi : Pada penderita flu burung pasien tampak lemah, tidak bisa
bangun dan beriteraksi dengan baik serta pasien tidak mau disentuh karena
sakit saat disentuh.
k. Sistem Endokrin
Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien flu burung. (Pohan, 2014,
p. 722)
l. Sistem Perkemihan
Inspeksi : sebagian besar penderita flu burung mengalami gangguan ginjal
berupa peningkatan ureum dan kreatinin. (Wahid, 2013, p. 196)
m. Sistem Muskuluskletal
Inspeksi dan Palpasi : Terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya
dahan tubuh dan mengalami nyeri.
n. Sistem Integumen
Inspeksi : Kulit menjadi kehitaman atau keabuan
Palpasi : turgor tidak kembali dalam 2 detik.
o. Sistem Reproduksi
Tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien flu burung.

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif, 2015, p. 2) pemeriksaan penunjang pada flu burung yaitu:
1) Pemeriksaan Kimia Darah
Albumin, globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin Kinase,
Analisis gas darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin,
peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin,
peningkatan kreatin kinase. Analisis Gas Darah dapat normal atau
abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan
komplikasi yang ditemukan.
2) Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit
total. Umumnya ditemukan lekopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3) Uji RT-PCR (Reverse transcription Polymerase Chain Reaction) untuk
H5
4) Biakan dan identifikasi virus influenza A suptipe H5N1
5) Uji serologi
6) Uji penapisan : rapid test mendeteksi influenza A, ELISA untuk
mendeteksi H5N1
7) Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada
setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan
bahwa kasus ini adalah penumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan
adalah pemeriksaan CTScan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung
tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
8) Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan
jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan
patologi anatomi dan PCR.
9) Pengobatan
Dosis oseltavimir 75 mg per oral sekali sehari selama 1 minggu.
Bila dibersihkan dengan kreatinin 10-30 ml/menit, oseltavimir diberikan
setiap 2 hari sekali.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Berikut
adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan flu burung
(Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017) :
Contoh Kasus :
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas,
berihubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal,
sekresi kental akibat influenza.
 Intervensi:
Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi,
krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi
napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis);
bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak
adanya bunyi napas (asma berat).
 Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio
inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses
infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
 Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,”
gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung
pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan
perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
 Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan memanfaatkan gravitasi. Namun, pasien
dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain
membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat
ekspansi dada.
 Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan
bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat
mentriger episode akut.
 Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

3.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas 19
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018) Menurut Nurarif & Kusuma (2015)
dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017) Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2
jenis evaluasi : A. Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif berfokus pada
aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai