Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE

Oleh :

Siti Nurkhasanah

(213028206485)

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

PERSONAL HYGIENE

1. Konsep Personal Hygiene


A. Pengertian personal hygiene
Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan
kebuthan perawatan diri sendiri atau perorangan yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik fisik maupun pisikologis (Kasiati &
Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan pisikis (Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).

Personal hygine harus senantiasa terpenuhi karena merupakan pencegahan


primer yang spesifik karena merupakan tindakan pencegahan primer yang
spesifik untuk meminimalkan pintu masuk (port de entry), pencegahan
personal hygiene juga harus senantiyasa dilakukan oleh lansia (Efendi, 2013).
Hal ini dikarenakan lansia mengalami penurunan fungsi dari berbagai
penurunan fungsi dari berbagai organ- organ tubuh akibat kerusakan sel-sel
karena proses menua (Maryam, 2011).

B. Jenis personal hygiene


Menurut Aziz Alimul (2006) personal hygiene dibagi menjadi dua yaitu;
berdasarkan waktu pelaksanaannya dan berdasarkan tempatnya.
1. Berdasarkan waktu pelaksanaan

Berdasarkan waktu pelaksanaan, personal hygiene dapat dibagi menjadi


empat jenis diantaranya: pertama, perawatan dini hari, merupakan
perawatan yang di lakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakuan
tindakan, seperti persiapan dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urin
atau feses). Kedua, perawatan pagi hari, perawatan yang dilakukan setelah
melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri, seperti
melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air
besar dan kecil). Ketiga, perawatan siang hari, perawatan yang dilakukan
seteah melakukan berbagai aktivitas pengobatan atau pemertiksaan dan
setelah makan siang. Keempat, perawatan menjelang tidur yang dilakukan
untuk mempersiapkan istirahat tidur malam agar tidur atau istirahat dalam
keadaan tenang.
2. Berdasarkan tempat
a. Personal hygiene pada kulit
Kulit merupakan bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi dari
berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang baik
dalam mempertahankan fungsinya, diantaranya;
1) Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu produksi keringat
serta penguapan.
2) Sebagai indra peraba yang membantu tubuh menerima rangsangan
dari luar karena kulit memiliki reseptor saraf yang peka terhadap
suhu, sentuhan, tekanan dan rasa nyeri.
3) Sebagai alat sekresi melalui pengeluaran keringat yang
mengandung air, garam dan nitrogrogen.
4) Menghasilkan minyak untuk menjaga kelembaban.
5) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas
mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
6) Menghasilkan dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau
pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.
Perubahan dari kebutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
a) Usia. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh usia seseorang. Seperti
halnya pada bayi yang kondisi kulitnya masih relatif muda maka,
sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.
Sebaliknya pada orang dewasa, kondisi kulit sudah memiliki
kematangan sehingga fungsinya pelindung sudah baik.
b) Jaringan kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh
struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi
perubahan pada struktur kulit.
c) Kondisi/keadaan lingkungan. Beberapa keadaan lingkungan yang
dapat mempengaruhi keadan kulit secara utuh adalah keadaan
panas, adanya nyeri akibat sentuhan atau tekanan

b. Personal hygiene pada kuku dan kaki


Kuku merupakan lapisan lempengan kratin transparan yang berasal dari
invaginasi epidermis. Secara anatomis, kuku terdiri dari atas dasar
kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku dan laluna.
Pertumbuhan kuku berlngsung terus-menerus seumur hidup, tetapi pada
usia muda kuku tumbuh lebih cepat. Menjaga kebersihan kuku
merupakan aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri
karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.
Gangguan pada kuku, diantaranya:
1) Tinea pedis: terdapat guratan kekuningan pada lempengan kuku
yang pada akhirnya menyebabkan seluruh kuku menjadi tebal,
berubah warna dan rapuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
jamur epiermophyton, trichophyton.
2) Ingrown nail : kuku tangan tidak tumbuh dan terasa sakit di bagin
tersebut
3) Pronychia: radang di sekitar jaringan kuku
4) Bau tidak sedap: reaksi mikroorganisme pada kuku atau kaki yang
menyebabkan bau tidak sedap.

c. Personal hygiene pada rambut

Rambut merupakan struktur kulit. Secara anatomis, rambut


terdiri dari bagian batang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut
serta kelenjar sebasea. Normalnya rambut tumbuh karena mendapat
suplai darah dari pembuluh darah disekitar rambut. Beberapa hal
yang dapat mengganggu pertumbuhan rambut adalah panas dan
kondisi malnutrisi. Adapun ciri-ciri rambut yang sehat adalah
rambut terlihat mengkilap, tidak kering atau tidak berminyak, tidak
bercabang dan tidak mudah patah, berikut gangguan pada rambut
diantaranya
a) Ketombe yaitu pelapisan kulit kepala disertai gatal.

b) Kutu, misalnya pediculotis cepitis. Kutu ini menyebabkan


gatal dan menyerap darah

c) Seborheic dermatitis. Merupakan radang ada kulit kepala yang


ditumbuhi rambut.

d. Perawatan gigi dan mulut


Gigi dan mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan
dan merupakan bagian tambahan dari sistem pernafasan. Di dalam
rongga ini terdapat gigi, lidah, kelenjar ludah (sublingualis dan
portalis), tonsil, dan uvula. Dalam rongga mulut dan gigi dan lidah
berperan penting dalam proses perencanaan awal. Selain itu, ada
pula saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara
mekanik. Mulut merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh
dengan bakteri, karenanya harus selalu dibersihkan. Adapun salah
satu tujuan perwatan gigi dan mulut adalah untuk mencegah
penyebaran penyakit yang diturunkan melalui mulut. Berikut
gangguan pada gigi dan mulut:
a) Karies gigi (radang pada gigi) adalah lubang akibat kerusakan
pada gigi yang berhubungan dengan kekurangan kalsium.
b) Halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap bisa dikarenakan
oleh kuman ataupun yang lainnya.
c) Plak adalah lapisan transparan yang sangat tipis terdiri dari
mukus dan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi, plak
dapat menyebabkan karies, kalkulis (karang gigi), gingivitis
(radang pada gusi), periodonitis (radang pada jaringan
penyangga gigi.
d) Periodonatal disease adalah gigi mudah bengkak dan berdarah
e) Stomatitis (sariawan) adalah radang yang terjadi pada daerah
mukosa atau rongga mulut. Hal ini dapat terjadi karena
defisiensi vitamin, infeksi bakteri atau virus dan kemterapi.
f) Glositis adalah radang yang terjadi pada lidah
g) Kilosis adalah bibir yang pecah-pecah. Hal ini dapat terjadi
karena hipersalivasi, nafas mulut dan defisiensi riboflavin.

e. Personal hygiene pada kelamin


Perawatan diri pada alat kelamin atau genetalia pada perempuan
adalah perawatan genatalia eksterna yang terdiri atas mins veneris,
labiya mayora, labiya minora, klitoris, uretra, vagina, erinium dan
anus, sedangakan ada laki-laki difokuskan pada daerah ujung penis
untuk mencegah penumpukan sisa urine.Tunjuan dilakukannya
personal hygiene pada kelamin yaitu:
1) Mencegah dan mengontrol infeksi
2) Mencegah kerusakan kulit
3) Meningkatkan kenyamanan
4) Mempertahankan kebersihan diri

C. Tujuan
Tujuan dari personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri,
menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu
sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit pada diri sendiri maupun orang
lain, baik secara sendiri/mandiri maupun dengan menggunakan bantuan dari
orang lain, serta mencitakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan (Maulida Debi. 2017)

D. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene


Menurut (Potter & Perry, 2009), pilihan hygiene klien terpenuhi oleh beberapa
faktor sehingga individu memiliki pariasi praktik hygiene.
Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Citra tubuh (body image)

Body image seseorang berpengaruh dalam pemenuhan personal hygiene


karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli dengan
kebersihannya. Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya
personal hygiene pada orang tersebut.

2. Praktik sosial

Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam melaksanakan


praktik personal hygiene. Termasuk produk dan frekuensi perawatan
pribadi. Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi
personal hygiene, misal frekuensi mandi, waktu mandi dan jenis hygiene
mulut. Pada masa remaja, hygiene pribadi dipengaruhi oleh teman.
Misalnya remaja wanita mulai tertarik ada penampian pribadi dan mulai
memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja
membentuk harapan tentang penampilan pribai sedangkan pada lansia
beberapa praktik hygiene berubah karena hidupnya dan sumber yang tersdia
. pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan menjadi perubahan pola personal hygiene, beberapa praktikhygiene
pada lansia berubah karena kondisi hidunya dan sumber yang tersedia.

3. Status sosial dan ekonomi

Status ekonomi akan mempengaruhi jenis dan sejauh mana praktek hygiene
dilakukan. Kondidi sosisl ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk mempertahankan kebersihan diri.
4. Pengetahuan dan motivasi kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktek hygiene. Meskipun demikian, pengetahuan sendiri
tidaklah cukup. Klien juga harus termotifasi untuk memelihara kesehatan
diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit mampu mendorong klien
untuk meningkatan hygine
5. Variabel budaya
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygine. Orang dari luar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek
keperawatan diri yang berbeda
6. Kebiasaan atau pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien memiliki produk
yang berbeda (misalnya sampho, sabun mandi, pasta gigi) menurut pilihan
dan kebutuhan pribadi. klien juga memiliki pilihan mengenai bagaimana
melakukan hygiene.
7. Kondisi fisik seseorang

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang


dan perlu bantuan untuk melakukannya atau yang menjalani oprasi
seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
hygiene pribadi. seseorang klien yang mengguanakan gips pada tangannya
atau mengguanakan traksi membutuhkan bantuan mandi yang lengkap.

E. Dampak masalah personal hygiene

Seseorang yang mengalami masalah personal hyiene akan berdapak pada


fisik, pisikososial, dan spiritualnya (Maulida Debi. 2017). Berikut dampak
dari personal hygiene:

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharannya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan pada fisik pada kuku.
2. Dampak pisiko sosial
Masalah sosial yang berhubunagna dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dam mencintai,
kebutuhan hargadiri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

3. Dampak spirtual

Ganguan pada personal hygiene dapat derdampak pada masalah spiritual,


yaitu distres spritul. Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau
sistem nilai berupa kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui
hubungan dengan diri, orang lian,lingkungan atau tuhan (PPNI ,2017).
Seseorang yang Gangguan personal hygiene saat akan melakukan sprtual
akan merasa drinya tidak suci atau tidak bersih.

F. Penatalaksanaan personal hygiene

Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang


mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya
pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah
dan mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut.
Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala,
menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada
kulit dan memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi dan
mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada mulut
akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu
makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Tindakan keperawatan pada
pasien yang tidak mampu merawat kuku secara sendiri. Tujuannya adalah
menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat
garukan dari kuku (Solica, 20116). Berikut penatalaksanaan pada personal
hygiene:

a. Personal Hygiene pada kulit

Salah satu cara membersihkan diri adalah dengan mandi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan tentang mandi adalah:
1) Membersihkan diri sebanyak dua kali sehari atau setelah beraktivitas.
2) Menggunakan sabun yang tidak iritatif. Jangan menggunakan sabun
mandi untuk mencuci muka.
3) Menyabuni seluruh tubuh, terutama pada daerah lipatan kulit, misalnya
sela- sela jari.
4) Mengeringkan tubuh dengan handuk yang lembut segera setelah mandi.
b. Personal Hygiene pada kuku

1. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya


dalam bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari
kaki dipotong dalam bentuk lurus.
2. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput
kulit dan kulit disekitar kuku.
3. Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam,
sebab akan merusak jaringn kuku.
4. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai dengan kebutuhan.

5. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya dipotong dengan segra setelah


mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu.
6. Jangan menggigit kuku karena akan merusak jaringan kuku.

c. Personal hygiene pada mata

Usap kotoran pada mata dari sudut mata bagian dalam kesudut mata
bagian luar. Saat mengusap mata menggunakan kain yang paling lembut
dan bersih. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran
d. Personal hygiene pada hidug

1. Jaga lubang hidung agar tidak kemasukan air atau benda kecil

2. Jangan memberikan benda kecil masuk ke hidung karena dapat


menyebabkan benda kecil terhisap dan menyumbat saluran pernafasan
serta menyebabkan membran mukosa terluka.

3. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara


berlahan dan biarkan kedua lubang hidung tetep terbuka.

4. Jangan mengeluarkan kotoran hidung dengan menggunakan jari, karena


dapat mengiritasi membran mukosa.

e. Personal hygiene pada gigi dan mulut


1. Tidak makan-makanan yang terlalu manis dan asam.
2. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras
seperti membuka tutup botol.
3. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi
patah.
4. Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya seblum tidur.
5. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil sehingga
dapat menjangkai bagian dalam gigi.
6. Leletakan sikat gigi pada sudut 45° di pertemuan antar gigi dan gusi
dan sikat menghadap kearah yang sama dengan gusi
f. Personal hygiene pada telinga

1. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara berlahan


dengan menggunakan penyedot telinga.
2. Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati
agar tidak menyebabkan kerusakan pada telinga akibat dari tekanan air
yang berlebihan.
3. Aliran yang masuk hendaklah diarahkan kesaluran telinga dan
bukan langsung ke gendang telinga.
4. Jangan mengguanakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan
kotoran telinga karena dapat merusak gendang telinga.
g. Personal hygiene pada genetalia

1. Wanita: perawatan perinium dan area genetalia eksterna dilakukan


pada saat mandi ( 2x sehari)
2. Pria: perawatan dilakukan 2 x sehari pada saat mandi, pada pria
terutama yang belum sirkumsisi, karena adanya kulup pada penis
yang menyebabkan urine mudah terkumpul di sekitar gland penis.

2. Konsep Asuhan Keperawatan Pesonal Hygiene


A. Pengkajian

Pengkajian meupakan langkah awal dalam asuhan keperawatan melalui


pendekatan proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data
atau informasi, analisis data, dan penentuan permasalahan atau diagnosis
keperawatan. Manfaat pengkajian keperawatan adalah membantu
mengidentifikasi status kesehatan, pola petahanan klien, kekuatan serta
merumuskan diagnos kepewatan yang terdiri dari tiga tahap yaitu
pengumpulan, pengelompokan, dan perorganisasian serta menganalisa dan
merumuskan diagnosa keperawatan (Solica, 2016). Berikut hal yang perlu
di tanyakan dalam masalah personal hygiene:
1) Tanyakan tentang pola kebesihan individu sehari-hari, sarana dan
prasarana yang dimiliki, serta yang mempengaruhi personal hygiene
individu baik faktor pendukung maupun pencetus.
2) Pemeiksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji pesonal hygiene individu, mulai dai
ekstermitas atas sampai bawah:
a) Rambut: amati kondisi rambut (wana, tekstur, kualitas), apakah
tampak kusam? Apakah ditemukan kotoran?
b) Kepala: amati dengan seksama kebersihan kuit kepala. Perhatikan
adanya ketombe, kotoran, atau tanda-tanda kemerahan.
c) Mata: amati tanda-tanda adanya ikterus, konjungtiva pucat, sekret
pada kelopak mata, kemerahan pada kelopak mata.
d) Hidung: amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,
perdarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh,
tanda-tanda alergi atau peubahan pada daya penciuman.
e) Mulut: amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya.
Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang gusi/sariawan,
kekeringan, atau pecah- pecah
f) Gigi: amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-
tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, atau gigi palsu.
g) Telinga: amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya
serume, lesi, infeksi, atau perubahan daya pendengaan
h) Kulit: amati kondisi kulit. Perhatikan adanya perubahan pada wana
kulit keriut, sesi atau puitus.
i) Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku.
Perhatikan adanya kelainan pada kuku.
j) Genatalia: amati kondisi dan kebersihan genetalia, pada laki-laki
perhatikan adanya kelainan pada skrotum dan testisnya.
k) Personal Hygiene secara umum: amati kondisi dan kebersihan kulit
secara umum, pastikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk
tubuh.

B. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromoskuler
C. Intervensi

Tujuan / kriteria hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
Perawatan Diri Dukungan perawatan diri
Definisi: kemampuan Defenisi:Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
melakukan atau perawatan diri.
menyelesaikan aktivitas Tindakan:
perawatan diri. Observasi
Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
keperawatan perawatan sesuai usia
diri diharapkan dapat  Monitor tingkat kemandirian
teratasi dengan kriteria  Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
inklusi: diri, berpakaian, berhias, dan makan
1. Kemampuan mandi Terapeutik:
meningkat  Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
2. Kemampuan Suasana hangat, rileks, privasi)
mengenakan  Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat
pakaian meningkat gigi, dan sabun mandi)
3. Kemampuan  Dampingi dalam melakukan perawatan diri
makan meningkat sampai mandiri
4. Kemampuan ke
 Fasilitasi untuk menerima keadaan
toilet (BAB/BAK)
ketergantungan
meningkat
 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
5. Verbalisasi
melakukan perawatan diri
keinginan
meningkat  Jadwalkan rutinitas perawatan diri
6. Mempertahankan Edukasi:
kebersihan mulut  Anjurkan melakukan perawatan diri secara
meningkat konsisten sesuai kemampuan
7. Kemampuan
membersihkan 1. Perawatan Mulut.
telinga meningkat Definisi: mengidentifikasi dan merawat kesehatan
8. Minat melakukan mulut serta mencegah terjadinya komplikasi.
perawatan diri Tindakan:
meningkat Observasi
9. Melakukan  Identifikasi kondisi umum (mis. Kesadaran,
perawatan diri alat bantu napas, hemodinamik, penggunaan
meningkat obat, gigi palsu.
 Identifikasi kondisi oral (mis. Luka, karies gigi,
plak, sariawan, tumor)
 Monitor kebersihan mulut dan gusi.
Terapeutik:
 Pilih sikat gigi sesuai dengan kondisi pasien
 Hindari merawat mulut dengan sikat gigi jika
mengalami trombositopenia
 Posisikan semifowler atau fowler
 Dekatkan alat-alat dalam jangkauan untuk
melakukan perawatan mulut mandiri
 Fasilitasi menyikat gigi secara mandiri
 Bersihkan gigi palsu secara terpisah
 Sikat gigi minimal 2 kali sehari
 Sikat gigi dari arah gusi ke masing-masing gigi
atas dan bawah
 Gunakan alat suction untuk menghisap
cairan/saliva di mulut pada pasien penurunan
kesadaran
 Gunakan cairan chlorhexidine atau sesuai
kebijakan institusi
 Gunakan benang untuk mengangkat plak yang
tidak dapat dijangkau sikat gigi
 Bersihkan alat-alat yang telah fipergunakan
Edukasi:
 Jelaskan prosdur tindakan pada pasien dan
keluarga
 Ajurkan mengganti sikat gigi setiap 3-4 bulan
 Anjurkan melakukan pemeriksaan gigi setiap 6
bulan.

2. Perawatan mata
Definisi: mengidentifikasi dan merawat kesehatan
mata serta mencegah terjadinya ulserasi
danpembengkakanpada mata.
Tindakan :
Observasi
 Monitor adanya kemerahan, eksudat atau
ulserasi
 Monitor refleks kornea.
Terapeutik
 Tutupi mata untuk mencegah diplopia
 Teteskan obat tetes mata, jika perlu
 Oleskan salep mata, jika perlu
 Plester kelopak mata agar tertutup, jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan tidak menyentuh mata
 Anjurkan tidak terpapar debu dan polusi
 Anjurkan tidak terpapar dengan cahaya terang
terlalu lama (mis. Layar komputer, ;aptop, tv)
 Anjurkan menghindari penggunaan lensa
kontak lebih dari 19 jam
 Anjurkan menghindari membaca dengan
pencahayaan redup
 Anjurkan mengkonsumsi makanan kaya
vitamin a.
 Anjurkan menggunakan kacamata proteksi uv
atau pakai topi lebar jika sedang berada
dibawah terik matahari

3. Perawatan integritas kulit


Definisis: mengidentifikasi dan merawat kulit
untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan
mencegah perkembangan mikroorganisme.
Tindakan
Observasi:
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
(mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status
nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Terapeutik:
 Ubah posisi setiap 2 jam
 Lakukan pemijatan pada area penonjolan
tulang. Jika perlu
 Bersihkan perineal dengan air hangat
 gunakan produk berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
 gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
 Hindari produk berbahan dasaralkohol pada
kulit kering.
Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
Lation, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
 Ajurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
minimal 30 saat berada diluar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
D. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.

(Tarwoto & Wartonah, 2011). Pada tahap ini perawat menggunakan semua

kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap

klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy

pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen.

Interdependen dan dependen.

E. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat

dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi,

teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan cara

membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di

tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :

S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien

setelah tindakan diperbaiki

O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan

A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif

dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul

masalah baru.

P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi, dibatalkan

ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).


DAFTAR PUSTAKA

Heriana, P. (2004). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.:

Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia.:Defenisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan:DPP

PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.: Defenisi

dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai