Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

DI RUANG MAWAR RSUD KRATON KAB. PEKALONGAN

Disusun oleh :

Nama : Dian Wahyu Ningrum

NIM : P1337420120049

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMETRIAN KESEHATAN SEMARANG

2022
I. JUDUL: Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Keperawatan Dasar dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur

II. KONSEP DASAR


1. Konsep Dasar Istirahat dan Tidur
A. Pengertian Istirahat dan Tidur
Kata “istrahat” mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas serta
melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan, atau
menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istrahat
merupakan keadaan yang tenang rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas
dari kecemasan (ansietas). Seseorang dapat benar-benar istrahat bila :
1. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan dibawah kontrolnya
2. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di
mana pun juga termasuk ideidenya diterima oleh orang lain
3. Mengetahui apa yang terjadi;
4. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
5. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya
(Asmadi, 2008)
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan
seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk
menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologi, dan kesehatan.
B. Karakteristik
Sesorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubahan proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
a. Penyakit
Orang yang sakit membutuhkan lebih banyak tidur dari pada normal, dan
irama normal tidur dan terjaga seringkali terganggu. Orang yang
kehilangan tidur REM mengakibatkan waktu tidur lebih banyak dari
normal (Closs, 1988 dalam Kozier, 1995 dalam Azzam, 2009).
b. Nyeri
Dijelaskan dalam Smeltzer & Bare (2002) bahwa nyeri pasca operasi
muncul disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang menyebabkan
tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia nyeri. Intesitas bervariasi
mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun menurun sejalan
dengan proses penyembuhan (Potter & Perry, 2006 dalam Nurhafizah,
dkk.,2012).
c. Kelelahan
Diketahui bahwa seseorang yang mengalami kelelahan sedang biasanya
dapat tidur dengan tenang/nyenyak. Kelelahan dapat juga mempengaruhi
pola tidur seseorang. Orang yang menglami kelelahan berlebihan
memperpendek periode pertama tidur paradoksikal (REM). Pada orang
yang istirahat, periode REM menjadi panjang/lama (Azzam, 2009).
d. Kecemasan dan Emosi
Kecemasan dan depresi seringkali menganggu tidur. Orang yang
dipenuhi dengan problem pribadi mungkin tidak mampu untuk relaks
dengan cukup yang dapat membawanya menjadi tidur. Kecemasan
meningkatkan kadar norepinephrin di dalam darah melalui stimulasi. Zat
kimia ini mengakibatkan perubahan pada berkurangnya tidur tahap IV
NREM dan tidur REM serta terbangun (Closs, 1988 dalam Azzam,
2009).
e. Alcohol dan Stimulan
Orang yang meminum berlebihan alkohol seringkali mengalami
gangguan tidur. Alkohol yang berlebihan mengganggu tidur REM,
diperkirakan dapat mempercepat onset tidur. Dapat juga menyebabkan
mimipi buruk. Toleransi terhadap alkohol juga mempengaruhi tidur.
Orang yang mentoleransi alkohol mungkin tidak dapat tidur dengan baik
dan menjadi iritabel. Minuman yang mengandung caffein berperan
sebagai stimulant terhadap sistem saraf pusat, sehingga mengganggu
tidur (Azzam, 2009).
f. Diet dan Nutrisi
Penurunan dan penambahan berat badan dapat mempengaruhi tidur.
Penurunan berat badan mempunyai kaitan dengan penurunan total waktu
tidur sehingga mengganggu tidur dan terjaga lebih dini. Penambahan
berat badan, pada sisi lain mempunyai kaitan dengan peningkatan total
waktu tidur, berkurangnya gangguan tidur dan later waking (Azzam,
2009).
g. Kenyamanan Ruang Perawatan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur sangat berpengaruh penting
pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Kondisi tempat tidur
yang kurang nyaman, ventilasi yang tidak esensial, suara ribut dari teman
sekamar, pintu kamar yang sering dibuka dan ditutup, bunyi langkah
kaki, bunyi telepon, dan pencahayaan yang tidak sesuai dengan tempat
tidur, serta suhu ruangan yang terlalu hangat dapat mempengaruhi
kebutuhan tidur pasien dan memperpanjang proses pemulihan individu
yang sakit (Khair, 2012).
h. Motivasi
Motivasi juga mempengaruhi tidur, dengan adanya keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk dapat menimbulkan gangguan
proses tidur (Uliyah dan A. Aziz, 2006).
i. Gaya Hidup
Orang yang bekerja dengan shift dan seringnya perubahan shift harus
menyusun aktifitas sehingga orang tersebut siap untuk tidur pada
waktu/saat yang benar/tepat.
j. Merokok
Nikotin mempunyai efek perangsangan pada tubuh. Pada orang perokok
seringkali mempunyai kesulitan untuk jatuh tidur (falling asleep) dari
pada orang yang bukan perokok. Selain itu perokok biasanya lebih
mudah dibangunkan dan seringkali saat tidur, orang perokok
memperlihatkan gambaran seperti tidur ringan.
D. Tahapan-tahapan
Pada hakikatnya tidur terdiri dari dua tahap yaitu tidur dengan gerakan
bola mata cepat (Rapid Eye Movement-REM), dan tidur dengan gerakan
bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement-NREM).
a) Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur
paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali,
namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif.
Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah
bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergrak bolak-balik),
sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada laki-laki, gerakan otot
tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernapasan tidak teratur sering lebih
cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat. Apabila seseorang
mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-
gejala :
1. Cenderung hiperaktif
2. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (labil)
3. Nafsu makan bertambah
4. Bingung dan curiga
b) Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur
NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang
sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi
berkurang, keadaan istrahat, tekanan darah turun, pernapasan dan
metabolisme menurun, dan gerakan bola mata lambat. Tidur NREM
memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak. Keempat tahap tersebut yaitu :
1. Tahap 1
Tahap 1 merupakan tahap transisi di mana seseorang beralih dari
sadar menjadi tidur. Pada tahap 1 ini ditandai dengan seseorang
merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata
menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan,
kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, pada EEG
terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang-gelombang alfa.
Seseorang yang tidur pada tahap 1 ini dapat dibangunkan dengan
mudah
2. Tahap 2
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap
2 ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh
menurun, tonus otot perlahanlahan berkurang, serta kecepatan
jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul
gelombang beta yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang-
gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap 2 ini
berlangsung sekitar 10-15 menit.
3. Tahap 3
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap
secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh
berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Pada EEG, memperlihatkan perubahan gelombang beta
menjadi 1-2 siklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap 3 ini sulit
untuk dibangunkan.
4. Tahap 4
Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam
keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah
lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya
terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2
siklus/detik. Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-
30%. Pada tahap ini dapat terjadi miopi. Selain itu, tahap IV ini dapat
memulihkan keadaan tubuh.

Selain 4 tahap diatas sebenarnya ada tahap 5 yaitu faktor REM


dimana setelah seseorang memasuki tahap 4 akan masuk ke tahap 5. Hal
tersebut ditandai dengan bergeraknya kedua bola mata yang
berkecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Tahap 5
berlangsung selama 10 menit dan dapat terjadi mimpi.

E. Masalah/gangguan yang Timbul


Macam-macam gangguan yang muncul yaitu :
a. Insomnia, yaitu kesulitan memperoleh tidur yang berkualitas (tidak bisa
tidur)
b. Hypersomnia, yaitu jumlah tidur yang melebihi normal (lebih dari 9 jam)
c. Narkolepsi, yaitu gangguan tidur yang gejala awalnya ditandai dengan
rasa kantuk yang tidak tertahankan di siang hari, lalu pada umumnya
berlanjut dengan serangan tidur atau tidur secara tiba-tiba tanpa
mengenal waktu dan tempat.
d. Parasomnia, yaitu gangguan yang muncul seseorang saat tidur, gangguan
ini umumnya terjadi pada anak-anak. Turunan parasomnia antara lain
tidue terjaga atau tidur berjalan, mengigau, mimpi buruk, dan lainnya.
e. Apnea saat tidur, kondisi terhentinya nafas secara periodic pada saat
tidur. Terjadi pada orang yang mengorok keras, sering terjaga di malam
hari, insomnia, mengatup berlebihan saat siang hari, sakit kepala disiang
hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi
atau aritma jantung.
III. PATHWAYS

IV. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


a) Riwayat Keperawatan
1. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada: waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur,
sering bangun pada saat tidur, apakah maengalami mimpi yang
mengancam.
2. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar
saat bangun,apa yang terjadi jika kurang tidur.
3. Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk tidur.
4. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur,
kapan masalah itu terjadi.
b) Pemeriksaan Fisik
1. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.
2. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan kongjungtiva
merah.
3. Perilaku: eritabel , kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung dan kurang koordinasi.
c) Riwayat Tidur
Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien
memasuki fasilitas perawatan. Ini memungkinkan perawat
menghubungkan kebutuhan klien dengan hal-hal yang ia sukai kedalam
rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi :
1. Pola tidur yang biasa
2. Ritual sebelum tidur
3. Penggunaan Obat-obat tidur atau obat lainya
4. Lingkungan tidur
5. Perubahan terkini pada pola tidur
d) Catatan Tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk klien yang memiliki
masalah tidur, sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait
pola tidur klien. Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian
dari informasi berikut :
1. Jumlah jam tidur per hari
2. Aktifitas yang dilakukan 2-3 Jam sebelum tidur (jenis durasi)
3. Ritual Sebelum Tidur (Minum Air)
4. Waktu (a) Pergi tidur, (b) Mencoba Tidur, (c) tertidur, (d) terjaga
dimalam hari dan durasinya, serta (e) bangun tidur dipagi hari.
5. Adanya masalah yang klien yakini dapat mempengaruhi tidurnya
6. Faktor yang klien yakini memberi pengaruh yang positif maupun
negatif.

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur d.d mengeluh sering terjaga
VI. PERENCANAAN (Nursing Care Plane)

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur (I.09265)
kurang kontrol tidur d.d selama 1 hari maka pola tidur Observasi
mengeluh sering terjaga meningkat dengan kriteria  Identifikasi pola aktivitas
(D.0055) hasil : dan tidur
 Keluhan sering terjaga  Identifikasi faktor
menurun pengganggu tidur (fisik atau
 Keluhan sulit tidur psikologis)
menurun  Identifikasi makanan dan
 Keluhan pola tidur minuman yang
berubah mengganggu tidur
 Pasien terlihat nyaman  Identifikasi obat tidur yang
saat tidur dikonsumsi
 Klien dapat tidur 6-8 jam
Terapeutik
setiap malam
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Secara verbal
 Sesuaikan jadwal
mengatakan lebih rileks
pemberian obat dan atau
dan lebih segar
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga

Edukasi
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur

Terapi Musik (I.08250)


Observasi
 Identifikasi minat terhadap
musik
 Identifikasi musik yang
disukai

Terapeutik
 Pilih musik yang disukai
 Posisikan dalam posisi yang
nyaman
 Sediakan alat terapi musik
 Atur volume yang sesuai
 Berikan terapi musik sesuai
indikasi

Edukasi
 Jelaskan prosedur terapi
musik
 Anjurkan rileks saat terapi
musik
DAFTAR PUSTAKA
Azari, N. A. A. (2018). Diary of nursing. CV Jejak (Jejak Publisher).
Lukman, N. A. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemenuhan
Kebutuhan Istirahat Tidur Klien Post Operasi di Ruang Perawatan Bedah
RSUD Labuang Baji Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar)
YANI, F. A. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
ISTIRAHAT DAN TIDUR PADA PASIEN RHEUMATHOID ARTHRITIS DI
UPTD PSLU TRESNA WERDHA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018) . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai