KEBUTUHAN AKTIVITAS
Disusun Oleh:
Kelompok 1
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Aktivitas .
Kami berterima kasih kepada Ibu Kiki Rizki Amalia selaku koordinator mata kuliah Ilmu
Keperawatan Dasar 1.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok
otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman.
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan
tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi
fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada
kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot
lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan
nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan
kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system
saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kebutuhan aktivitas?
2. Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas?
3. Apa saja kebutuhan mobilitas dan imobilitas?
4. Postur tubuh?
5. Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi?
6. Proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan aktivitas
2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
3. Untuk mengetahui kebutuhan mobilitas dan imobilitas
4. Untuk mengetahui Postur tubuh
5. Untuk mengetahui kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
6. Untuk mengetahui proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas
BAB II
PEMBAHASAN
D. Postur Tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian
tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari
postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen dan otot. Apabila keempat bagian
tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan
fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri, dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik,
mengurangi jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi
kecelakaan, memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi, baik renal maupun
gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan, diantaranya :
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer
vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan garis
tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang tubuh
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligament
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta
mencegah kelelahan
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban
belakang
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan otot,
dan kontraktur.
Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan, seperti:
a. Posisi Fowler. Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler (15°-45°). Dilakukan
untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk
pasien pasca bedah.
b. Posisi Sim. Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian
huknah atau obat-obatan lain melalui anus.
c. Posisi Trendelenburg. Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke
otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada kakinya.
d. Posisi Dorsal Recumbent. Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut
fleksi(ditarik atau direnggangkan). Dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genetalia serta proses persalinan.
e. Posisi Dorsal Recumbent. Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut
fleksi(ditarik atau direnggangkan) Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
f. Posisi Genu Pektoral. Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum
dan sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi yang
sungsang.
0 0 Paralistik
h. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas
dan mobilitas, antara lain perubahan prilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam
mekanisme koping, dan lain- lain.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma yulang belakang, frktur, dan lain-lain.
b. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas.
c. Resiko cedera akibat orthostatic pneumonia.s
d. Intoleransi aktifitas akibat penurunannya tonus dan kekuatan otot.
e. Sindrom perawatan diri akibat menurunnyafleksibilitas otot.
f. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru.
g. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi.
h. Gangguan eliminasi akibat imobilitas.
i. Retensi erine akibat gangguan mobilitas fisik.
j. Inkontenesia urine akibat gangguan mobilitas fisik.
k. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan
(anaroksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltic usus.
l. Gamgguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake).
m. Gangguan interaksi social akibat imobilitas
n. Gangguan konsep diri akibat imobilitas.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
a. Meningkatkan kekuatan, ketahana otot, dan fleksibilitas sendi.
Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot pada pasien pemenuhan kebutuhan
mobilitas dan imobilitas dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang
benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah jadwal tentang perubahan
posisi selama kurang lebih setengah jam. Pelaksanaannya dilakuakan secara
bertahap agar kemampuan kekuatan otot dan ketahanannya dapat meningkatkan
secara berangsur-angsur.
2) Ambulasai dini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakuakan dengan cara melatih posisi duduk di
tempat tidur, turun dari tempat tidur, berdiri di saamping tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih kekuatandan
ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak.
4) Latihan isotonic dan imometrik. Latihan ini juga dapat digunakan untuk melatih
kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban yang ringa, kemudian
beban yang berat. Latihan isotonic (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan
meningkatkan curah jantung ringan dan nadi.
5) Latihan ROM , baik secara aktif maupun pasif, ROM merupakan tindakan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot.
b. Meningkatkan fungsi kardiovaskular
Meningkatkan fungsi respirasi kardiofaskuler sebagai dampak dari imobilitas
dapat dilakukan antara lain dengan cara ambulasi dini, latihan aktif, dan pelaksanaan
aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal tersebut dilakukan secara bertahap.Di
samping itu, dapat pula dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi setiap kali
terjadi perubahan posisi. Untuk meningkatkatkan sirkulasi vena perifer dapat
dilakukan dengan cara mengangkat daerah kaki secara teratur.
c. Meningkatkan fungus respirasi
Meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak dari imobilitas dapat dilakukan
dengan cara melatih pasien untuk mengambil napas dalam dan batuk efektif,
mengubah posisi pasien tiap 1-2 jam, melakukan postural drainage, perkusi data, dan
vibrasi.
d. Meningkatkan fungsi gastrointestinal
Meningkatkan fungsi gastrointestinal dapat dilakukan dengan cara mengatur diet
tinggi kalori, protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, untu mencegah dampak, dari
imobilitas dapat dilakukan dengan latihan ambulasi.
e. Meningkatkan fungsi system perkemihan
Meningkatkan system kemih dapat dilakukan dengan latihan atu mengubah posisi
serta latihan mempertahankannya. Pasien dianjurkan untuk minum 2500cc per hari
atau lebih, dan menjaga kebersihan parental. Apabila pasien tidak dapat buang air
kecil secara normal, dapat dilakukan katerisasi. Daisamping itu, untuk mencegah
inkontinesia urine, dapat dilakukan dengan cara minum banyak pada siang hari dan
minum sedikit pada malam hari.
f. Memperbaiki gangguan psikolagis
Meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi emosi sebagian dampak dari
mobilitas dapat dilakukan dengan melakukan melakukan komununikasi secara
terapetik dengan berbagaiperasaan, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, meningkatkan prifasi pasien, memberikan dukungan moril,
mempertahankan citra diri, menganjurkan untuk melakukan social, mengjak untuk
berdiskusi tentang masalah yang dihadapi, dan seterusnya.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh
sesuai kebutuhan pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.
Pengaturan Posisi Tubuh Sesuai Kebutuhan Pasien
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi dengan tubuh setangah duduk atau duduk. Pemberian
posisi pasien ditempat tidur memerlukan persipan sebagai berikut : perawat perlu
mengkaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan pasien, prawat harus
menyiapkan alat dan bahan (bantal, papan kaki, bantal pasir, restrein, pagar tempat
tidur, dll). Bila perawat memerlukan bantuan harus menyiapkan sejawatnya untuk
membantu, perawat juga harus menginformasikan tindakan kepada pasien
memberikan privasi kepada pasien.
Tujuan : Mempertahankan kenyamanan dan Memfasilitasi fungsi pernafasan.
Alat dan bahan : Penopang atau bantal
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti disebut diatas
3. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat
4. Topangkan kepala diatas tempat tiduratau bantal kecil
5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dan lengan
6. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah
7. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah paha
8. Tempatkan bantal kecil atau gulungan dibawah pergelangan kaki
9. Tempatkan papan kaki didasar telapak kaki pasien
10. Turunkan tempat tidur
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi tekanan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
b. Posisi Sim
Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan ataupun ke kiri.
Tujuan
1. Memberikan kenyamanan
2. Melakukan huknah
3. Memberikan obat per anus (supositoria)
4. Melakukan pemeriksaan daerah anus
Alat dan bahan :Bantal
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti diuraikan diatas
3. Tempatkan kepala datar ditempat tidur
4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang
5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen.
6. Tempatkan bantal kecil dibawah kepala
7. Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan, yang menyokong lengan
setinggi bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur.
8. Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan, yang menyokong
tungkai setinggi panggul
9. Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan plantar kaki
10. Turunkan tempat tidur
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi tekanan
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13. Catat prosedur, termasuk : posisi yang ditetapkan, konsisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasienmembantu gerak, dan kenyamanan pasien
c. Posisi telentang
Posisi ini menempatkan pasien ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki.
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
Alat dan bahan
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Balok penopang kaki tempat tidur (opsional)
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring telentang
4. Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien.
5. Tempatkan bantal dibawah lipatan lutut
6. Tempatkan balok penopang dibagian kaki tempat tidur
7. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
8. Cuci tangan
d. Posisi Dorsal Rekumbent
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan kedua lutut
fleksi diatas tempat tidur.
Tujuan :
1. Perawatan daerah genitalia
2. Pemeriksaan genitalia
3. Posisi pada proses persalinan
Alat dan bahan
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Selimut
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)
4. Pakaian bawah dibuka
5. Tekuk lutut dan direnggangkan
6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan mengangkat
kedua kaki dan ditarik keatas abdomen
Tujuan:
1. Pemerikasaan alat genitalia
2. Proses persalinan
3. Pemasangan alat kontrasepsi
Alat dan bahan:
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Selimut/kain penutup
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)
4. Angkat kedua paha dan tarik keatas abdomen
5. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
6. Letakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki ditempat tidur khusus untuk
posisi litotomi
7. Pasang selimut’cuci tangan setelah prosedur dilakukan
f. Posisi genu pectoral (knee chest)
Pada posisi ini, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur
Tujuan: Pemeriksaan daerahrektum dan sigmoid
Alat dan bahan: Tempat tidur dan Selimut
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada matras tempat tidur
4. Pasang selimut untuk menutui daerah parinela pasien
5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Minta pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak
tangan perawat
4. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien.
5. Bantu pasien untuk jalan
6. Observasi respoms pasien saat berdiri dari tempat tidur
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat tindakan dan respon klien
f. Rotasi Bahu
Cara:
1) Jelaskan prosedur yan akan dilakukan.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku
menekuk.
4) Letakan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan
pasien dengan tangan yang lain.
5) Lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke awah.
6) Kembalikan lengan ke posisi awal.
7) Gerakan lengan bawah ke belakang sampai enyentuh tempat tidur, tangan
menghadap ke atas.
8) Kembalikan ke posisi awal.
9) Cuci tangan setelh prosedur dilakukan.
10) Catat perubaan yang terjadi. Misal, rentang gerak, kekakuan dan nyeri.
A. Kesimpulan
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan
gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk
dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring
B. Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat memehami materi ini dan dapat menerapkannya
dengan baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi dalam kebutuhan aktivitas
(mobilitas).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html
https://id.scribd.com/document/375275141/makalah-kebutuhan-aktivitas