Disusun oleh:
Arini Dwi Putri
( 203110163 )
IB
Dosen Pembimbing :
TA 2020/2021
A. KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Pengertian aktivitas (mobilisasi)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan
kemampuan untuk bergerak mengakibatkan seseorang menjadi ketergantungan dan
membutuhkan tindakan keperawatan.
2. Manfaat aktivitas atau mobilisasi
Manfaat dari gerakan tubuh antara lain, tubuh menjadi segar, memperbaiki tonus otot,
mengontrol berat badan, merangsang peredaran darah, mengurangi stres,
meningkatkan relaksasi, memperlambat proses penyakit (penyakit degeneratif), untuk
aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh), sedang untuk anak merangsang
pertumbuhan.
3. Faktor yang mempengaruhi aktivitas atau mobilisasi
Contoh Kasus:
Apabila seseorang terjadi patah tulang, menderita penyakit atau cacat, dan lain-lain.
Seseorang tersebut akan mengalami masalah gangguan pergerakan (immobilisasi),
apa lagi sampai klien tersebut selalu bedrest dalam waktu lama, hal ini bisa
menyebabkan:
a) Klien mengalami atropi otot, dimana keadaan otot menjadi mengecil karena
tidak tepakai dan pada akhirnya serabut otot diinfiltrasi dan diganti jaringan
fibrosa dan lemak. Maka sebelum perawat membantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitas seperti ganti posisi atau berjalan, perawat harus mengkaji
kekuatan otot. Langkah ini diambil untuk menurunkan risiko cedera tubuh.
b) Nekrosis (jaringan mati), terjadi trauma atau iskemia di mana proses
regenerasi otot sangat minim.
c) Kontraktur sehingga body mechanic terganggu.
d) Beberapa faktor lain yang harus saudara ketahui antara lain:
Tingkat perkembangan tubuh: Usia seseorang mempengaruhi system
muskuloskeletal dan persarafan, Untuk itu, dalam melakukan tindakan
keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan aktivitas, perawat
harus memperhatikan aspek tumbuh kembang klien sesuai kebutuhan.
Kesehatan fisik: Seseorang dengan penyakit (gangguan
musculoskeletal, gangguan kardiovaskuler, gangguan sistem respirasi),
cacat tubuh dan imobilisasi akan dapat menggangu pergerakan tubuh.
Keadaan nutrisi: Seseorang dengan nutrisi kurang, hal ini
menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot yang berdampak pada
penurunan aktivitas dan pergerakan. Sebaliknya, hal yang sama terjadi
pada kondisi nutrisi lebih (obesitas).
Status mental: Seseorang mengalami gangguan mental cenderung
tidak antusias dalam mengikuti aktivitas , bahkan kehilangan energi
untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene.
Gaya hidup: Seseorang dalam melalukan pola aktivitas sehari-hari
dengan baik tidak akan mengalami hambatan dalam pergerakan,
demikian juga sebaliknya.
4. Struktur Sistem Muskuloskletal dan Pensyarafan yang Mempengaruhi
Pergerakan
Sistem Muskuler
1) Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat
lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Jenis-jenis Otot dibedakan menjadi
otot rangka, otot polos, dan otot jantung.
a) Otot Rangka
Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
Karakteristik otot rangka sebagai berikut.
Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan
lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
Kontraksinya sangat cepat dan kuat
b) Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini
dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus,
serta pada dinding tuba seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,
reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
c) Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, yang disebut juga otot serat lintang
involunter. Karakteristik otot ini hanya terdapat pada jantung. Otot jantung
mempunyai sifat bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot
jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Mekanisme Kerja Otot:
Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan).
Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup).
Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan).
Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan).
Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan).
Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh).
2) Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau otot dengan otot. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang,
tendon dibedakan sebagai berikut.
Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi.
Inersio, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak
ketika otot berkontraksi.
3) Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan
jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus
tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi. Beberapa tipe ligamen adalah
sebagai berikut.
Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan
ligamen kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan
terjadinya gerakan.
Ligamen jaringan elastik kuning Merupakan ligamen yang dipererat oleh
jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang
bahu dengan tulang lengan atas.
Sistem Skeletal/Rangka
1) Tulang Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan
tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan
tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
2) Sistem saraf sadar
Sistem saraf sadar terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
spinal.
3) Sistem saraf tak sadar
Sistem saraf tak sadar dibedakan menjadi dua, yaitu sistem saraf simpatis dan
parasimpatis.
1) Sistem saraf simpatis
Sistem saraf simpatis bersumber dari segmen toraks dan lumbar
sumsum tulang belakang. Sistem saraf ini berperan untuk
mendukung peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan
terbukanya saluran pernapasan.
2) Sistem saraf parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis bersumber dari area kranial dan sakrum.
Sistem saraf ini bekerja dalam keadaan tenang. Artinya, sistem
kerjanya berkebalikan dengan sistem saraf simpatis.
4) Sistem Muskuloskeletal
a) Osteoporosis: Tanpa aktivitas yang memberi beban pada tulang akan
mengalami demineralisasi (osteoporosis), hal ini menyebabkan tulang
kehilangan kekuatan dan kepadatan sehingga tulang menjadi keropos dan
mudah patah.
b) Atrofi otot: Otot yang tidak digunakan dalam waktu lama akan kehilangan
sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
c) Kontraktur dan nyeri sendi: Kondisi imobilisasi jaringan kolagen pada
sendi mengalami ankilosa dan tulang terjadi demineralisasi yang
menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi yang berakibat kekakuan dan
nyeri pada sendi.
5) Sistem Pencernaan
Konstipasi: Imobilisasi mempengaruhi pencernaan yaitu konstipasi akibat
penurunan peristaltik dan mobilitas usus. Jika konstipasi berlanjut dan
feses sangat keras, maka perlu upaya kuat untuk mengeluarkannya.
6) Respirasi
a) Penurunan gerakan pernafasan: Kondisi ini disebabkan oleh pembatasan
gerak, hilangnya kordinasi otot .
b) Penumpukan sekret: Normalnya sekret pada saluran pernafasan
dikeluarkan dengan perubahan posisi, postur tubuh dan batuk. Pada klien
imobilisasi sekret terkumpul pada jalan nafas akibat gravitasi sehingga
mengganggu proses difusi oksigen dan karbon dioksida di alveoli, serta
pengeluarkan sekret dengan batuk terhambat karena melemahnya tonus
otot pernafasan
c) Atelektasis: Imobilisasi terjadi perubahan aliran darah regional dan
menurunkan produksi surfaktan, ditambah sumbatan sekret pada jalan
nafas, dapat mengakibatkan atelektasis.
SUMBER:
Fundamentals of Nursing by Patricia Ann Potter Anne Griffin Perry Patricia Stockert Amy Hall
(z-lib.org).pdf
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan dasar manusia I. Jakarta : Pusdik
SDM Kesehatan
Keperawatan Dasar I - Eti Rohayati, S.K.M., S.Kep., M.HKes - Google Buku
Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan