Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ILMU DASAR KEPERAWATAN

“Cairan Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa”

DISUSUN OLEH

AMANDA ECHA PUTRIE (1911313043)

DINDA YUNISEL (1911311032)

FIRSTASYA ANDANI (1911313040)

HERMA DESMILLENIA BINTARI LIJANG (1911311020)

KHAIRUNNISA HAZIRA (1911313001)

RAHMI EKA FAJRI (1911312017)

SUCI FAISAL (1911312041)

SUKMA DWI RAHMATULLAH (1911312014)

KELAS : II A

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan bagi saya
penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas
dari mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan tentang Cairan Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa,
yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang
diberikan dosen pengampu. Makalah yang berjudul ``Cairan Elektrolit dan Keseimbangan Asam
Basa``. Mengenai penjelasan lebih lanjut saya memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah
ini.
Kelompok kami menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Atas
perhatian dan tanggapan dari  pembaca kami ucapkan terima kasih

Padang, 8 November 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................................

Daftar Isi................................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................

1.3 Manfaat...............................................................................................................................

BAB II KERANGKA TEORI.............................................................................................................

2.1 kompartemen dan Komposisi Cairan Tubuh..................................................................

2.2 Teori Asam Basa.................................................................................................................

2.3 Derajat keasaman Larutan(pH)........................................................................................

2.4 Larutan Elektrolit dan

Nonelektrolit ................................................................................

2.5 Sistem Buffer

Tubuh...........................................................................................................

2.6 Larutan Isotonik, Hipotonik, dan

Hipertonik..................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................

3.2 Saran....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan
sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan
dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa.
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup,
berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut
homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan
antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen
dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
1.2 Tujuan penulisan
 Untuk mengetahui kompartemen dan komposisi cairan tubuh
 Untuk mengetahui teori asam basa
 Untuk mengetahui derajat keasaman larutan(pH)
 Untuk mengetahui larutan elektrolit dan nonelektrolit
 Untuk mengetahui sistem buffer tubuh
 Untuk mengetahui larutan isotonik, hipotonik, dan hipertonik

1.3 Manfaat

 Dapat mengetahui kompartemen dan komposisi cairan tubuh


 Dapat mengetahui teori asam basa
 Dapat mengetahui derajat keasaman larutan(pH)
 Dapat mengetahui larutan elektrolit dan nonelektrolit
 Dapat mengetahui sistem buffer tubuh
 Dapat mengetahui larutan isotonik, hipotonik, dan hipertonik
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 kompartemen dan Komposisi Cairan Tubuh
Kompartemen Cairan Tubuh
1. Cairan ekstrasel dan cairan intrasel
Cairan tubuh terdiri atas cairan ekstrasel dan caiaran intrasel.Dimana 1/3 dari cairan tubuh
total terdiri dari cairan ekstrasel dan 2/3 merupakan cairan intrasel. Distribusi cairan tubuh adalah
sebagai berikut: a. Otot 50%, b. Kulit 20%, c. Darah 20% dan Organ-organ lain 20%.
Ø Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah semua cairan yang terdapat diluar sel atau biasa disebut CES. Cairan
ekstrasel terdiri dari ion-ion dan berbagai bahan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel untuk
mempertahankan fungsi sel, seperti pertumbuhan,perkembangan dan fungsi khusus lainya. Karena
peranannya yang penting ini, maka cairan ekstrasel disebut juga internal environment. Cairan ini
bergerak secara constant pada seluruh tubuh dan ditransport secara cepat kedalam sirkulasi melalui
dinding kapiler .Cairan ekstrasel terdiri atas beberapa komponen yaitu : Plasma, Cairan interstitial
dan Cairan transeluler.
Ø Cairan Intrasel
Sekitar 25 liter dari 40 liter cairan dalam tubuh kita terdapat dalam 100 triliun sel, disebut
cairan intraseluler yang meliputi 2/3 dari seluruh cairan tubuh. Cairan intrasel juga biasa disebut
CIS. Cairan intrasel yang terdapat pada setiap sel mempunyai komposisi yng berbeda,tetapi
konsentrasinya dari tiap komposisi ini dapat dikatakan sama dari sel satu ke sel lainya. Cairan
intrasel ini mempunyai pH yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pH pada cairan ekstrasel
yaitu berkisar 6,8 sampai 7,2.
2. Cairan Interstitial
Cairan interstitial merupakan cairan yang terdapat diantara sel,termasuk diantaranya adalah
cairan linfe.Cairan interstitial merupakan 75% dari jumlah cairan ekstrasel atau kurang lebih
10.5liter pada seseorang dengan berat badan 70kg.
3. Cairan Transelular
Cairan transelular dipisahkan dengan cairan ekstrasel lainya oleh lapisan sel epitel. Cairan
transelular merupakan cairan yang terdapat pada lumen saluran pencernaan, keringat, cairan
serebrospinal, cairan pleura, cairan pericardial, cairan intra okuler, cairan synovial, cairan
peritoneum, empedu dan cairan kokhlea. Cairan yang terdapat pada lumen saluran pencernaan
merupakan ½ dari seluruh cairan transelular, disusul oleh cairan serebrospinalis dan empedu.

Komposisi Cairan Tubuh


Komposisi cairan ekstrasel dan cairan intrasel berbeda satu sama lainya, namun komposisi
cairan tubuh yang utama adalah air dan elektrolit. Jadi elektrolit merupakan cairan tubuh yang
sangat penting untuk kelangsungsungan kehidupan ataupun untuk keseimbangan dalam tubuh.
Elektrolit terdiri atas Kation dan Anion. Kation adalah ion yang bermuatan positif sedangkan Anion
adalah ion yang bermuatan negative. Monovalent kation membawa 1muatan listrik pada
molekulnya, sedang divalent kation membawa 2 muatan listrik pada molekulnya. Pada cairan tubuh
jumlah antara kation dan anion harus sama untuk mempertahankan”electrical neutrality”. Hal ini
tidak berarti bahwa jumlah partikel kation harus sama dengan jumlah partikel anion ,namun, plasma
protein misalnya, mempunyai beberapa muatan negative atau anion, sehingga kation atau muatan
positif harus ada untuk mengimbangi tiap molekul protein. Komposisi dari elektrolit baik pada
intraseluler maupun pada plasma adalah:
a.Kation :
Natrium(Na+), Kalium(K+), Kalsium(Ca++), Magnesium(Mg++)
b.Anion:
Klorida(Cl-), Bikarbonat(HCO3-), Fosfat(HPO42-), Sulfat(SO42-) dan protein.
Cairan ekstrasel mengandung banyak kation dan anion juga bahan nutrisi untuk sel.bahan
nutrisi untuk sel tersebut seperti:oksigen,glucose,asam lemak dan asam amino.cairan ekstrasel juga
mengandung karbondioksida yang ditransport dari sel menuju keparu-paru untuk diekskresi,serta
berbagai hasil metabolisme dari sel yang akan diekskresi melalui ginjal.

2.2 Teori Asam Basa


1 . Asam
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut sebagai
donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut sebagai
akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima
proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL), yang berionasi dalam
air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga, asam karbonat
(H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3).
1. Asam kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah
besar ion H+ dalam larutan, contohnya adalah HCL.
2. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya
dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+, contohnya adalah H2CO3.
2. Basa
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat
(HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk
membentuk asam karbonat (H2CO3).1 Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa
karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima
ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-sel tubuh yang
lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
1. Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena itu
dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan
H+untuk membentuk air (H2O).
2. Basa lemah yang khas adalah HCO3-Karena HCO3-berikatan dengan H+secara jauh lebih
lemah daripada OH-.1 Kebanyakan asam dan basa dalam cairan ekstraseluler yangberhubungan
dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa lemah.
 Teori Asam Basa Arrhenius
Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante August Arrhenius.
Menurut Arrhenius, definisi dari asam dan basa, yaitu:
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+. Basa adalah
senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH−. Gas asam klorida (HCl) yang sangat
larut dalam air tergolong asam Arrhenius, sebagaimana dapat terurai menjadi ion H+dan Cl− di
dalam air. Berbeda halnya dengan metana (CH4) yang bukan asam Arrhenius karena tidak dapat
menghasilkan ion H+ dalam air meskipun memiliki atom H. Natrium hidroksida (NaOH) termasuk
basa Arrhenius, sebagaimana NaOH merupakan senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi ion Na+
dan OH− ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa Arrhenius ini terbatas pada kondisi air
sebagai pelarut.

 Teori Asam Basa Brønsted–Lowry


Pada tahun 1923, Johannes N. Brønsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah mengajukan
definisi asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut didasarkan pada fakta bahwa
reaksi asam–basa melibatkan transfer proton (ion H+) dari satu zat ke zat lainnya. Proses transfer
proton ini selalu melibatkan asam sebagai pemberi/donor proton dan basa sebagai
penerima/akseptor proton. Jadi, menurut definisi asam basa Brønsted–Lowry,
Asam adalah donor proton. Basa adalah akseptor proton.
Jika ditinjau dengan teori Brønsted–Lowry, pada reaksi ionisasi HCl ketika dilarutkan dalam
air, HCl berperan sebagai asam dan H2O sebagai basa.
HCl(aq) + H2O(l) → Cl−(aq) + H3O+(aq)

HCl berubah menjadi ion Cl− setelah memberikan proton (H+) kepada H2O. H2O menerima
proton dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O untuk berikatan dengan H+
sehingga terbentuk ion hidronium (H3O+).
Sedangkan pada reaksi ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa
dan H2O sebagai asam.
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada
atom N untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion ammonium (NH4+). H2O berubah
menjadi ion OH− setelah memberikan proton (H+) kepada NH3.

 Teori Asam Basa Lewis


Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas dibanding
kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron yang berkaitan dengan
struktur dan ikatan. Menurut definisi asam basa Lewis,asam adalah akseptor pasangan elektron.basa
adalah donor pasangan elektron.
Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan sebagai spesi penerima pasangan elektron
tidak hanya H+. Senyawa yang memiliki orbital kosong pada kulit valensi seperti BF3 juga dapat
berperan sebagai asam. Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan reaksi asam–basa,
di mana BF3 sebagai asam Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis. NH3 memberikan pasangan
elektron kepada BF3 sehingga membentuk ikatan kovalen koordinasi antara keduanya.reaksi bf3
dan nh3
Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam–basa lain
dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer proton.
Misalnya, reaksi-reaksi antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida basa (misalnya
MgO dan CaO), reaksi-reaksi pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3−, [Al(H2O)6]3+, dan
[Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam kimia organik.

2.3 Derajat keasaman Larutan(pH)


pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman (atau ke
basaanyang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan "keasaman" di sini adalah konsentrasi
ion hidrogen(H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan
netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat basa,
sedangkan nilai pH<7 menunjukan keasaman.
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH- terlarut
(sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada kesetimbangan.
Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan ke kiri (ion
OH- akan diikat oleh H+ membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan
meningkatkan konsentrasinya.
Lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan
kedalam larutan asam/basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kadar pH dalam larutan
yang ada.
Gambar skala pH
Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisma yang unik agar perubahan tidak tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan
cara perlahan. sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an. Ph sangat penting
sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan
di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu,
sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak
untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14
(sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai
diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka
air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap "gangguan" terhadap
pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas
dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah
dilakukan.

2.4 Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit


Dalam pelarut air, zat padat dapat berada dalam keadaan ion-ion maupun molekul-
molekulnya. Jika NaCl terlarut dalam air, masing-masing ion Na+ dan ion Cl- terhidrasi oleh
molekul-molekul air dan bergerak secara bebas keseluruh medium larutan. Jika glukosa atau etanol
larut dalam air, zat-zat tersebut tidak terdapat dalam bentuk ion, melainkan sebagai molekul. Zat-zat
yang didalam air membentuk ion-ion dinakan zat elektrolit, dan larutannya dinamakan larutan
elektrolit, sebaliknya, zat-zat yang didalam pelarut air berupa molekul disebut zat nonelektrolit dan
larutan yang terbentuk dinamakan larutan nonelektrolit.
Alat untuk menguji apakah larutan itu bersifat elektrolit atau tidak disebutelektrolit tester.
Masukan dua batang logam, (misalkan tembaga) kedalam larutan. Keduanya tidak bersentuhan dan
masing-masing dihubungkan dengan katub arus listrik searah.
Secara eksperimen berdasarkan daya hantar listriknya, Larutan dapat dibedakan menjadi
Larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik.

Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan memberikan
gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam larutan .Larutan
yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan elektrolit.
Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola lampu) disusun,
dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu menyala. Ini membuktikan bahwa pada
gambar listrik mengalir melalui larutan elektrolit. Beberapa macam larutan elektrolit yaitu berupa
asam, basa kuat dan garam.
Dalam keadaan murni, asam merupakan senyawa kovalen tetapi jika dilarutkan didalam air
akan terurai menjadi ion-ion.
HCl(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)
Umumnya, basa merupakan senyawa ionic, kecuali NH3 adalah basa yang dalam keadaan
murni berupa senyawa kovalen dan didalam air terurai menjadi ion-ionnya.
NH3(g) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)
Semua garam merupakan merupakan senyawa ionic. Jika garam dilarutkan didalam air, ion-
ion garam akan melepaskan diri dari kisi-kisi Kristal yang selanjutnya terhidrasi di dalam pelarut
air.
NaCl-(s) + H2O(l) → Na+(aq) + Cl-(aq)[4]
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi larutan
elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Elektrolit kuat dengan daya hantar yang besar.
Contohnya larutan asam kuat, basa kuat dan garam. Danelektrolit lemah, yaitu larutan dengan daya
hantar yang lemah.
a. Larutan Elektrolit Kuat
Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion (terionisasi
sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya hantarnya kuat.
pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan,
dengan harga derajat ionisasi adalah satu (α = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
1) Asam kuat, antara lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
2) Basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, antara lain : NaOH,
KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
3) Garam-garam yang mempunyai kelarutan tinggi, antara lain : NaCl, KCl, KI,
Al2(SO4)3 dan lain-lain.
Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :
1. Nyala lampu terang
2. Menghasilkan banyak ion
3. Molekul netral pada larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
4. Penghantar listrik yang baik
5. Gelembung gas banyak
6. α = 1 atau terionisasi dengan sempurna
Contoh : NaCl → Na+ + Cl-
b. larutan Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun tidak
menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini disebabkan tidak semua
terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion
yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai
dengan panah dua arah (bolak-balik), dengan harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari
satu (0 < α < 1).
Yang tergolong elektrolit lemah adalah:
1) Asam lemah, antara lain: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S
2) Basa lemah, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
3) Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO4, PbI2
Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :
1. Nyala lampu redup
2. Menghasilkan sedikit ion
3. Molekul netral dalam larutan banyak
4. Terionisasi hanya sebagian kecil
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Gelembung gas sedikit
7. 0 < α < 1 atau terionisasi sebagian
Contoh : CH3COOH CH3COO- + H+

Larutan Non-Elektrolit
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada alat
uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam larutan
nonelektrolit.
Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola lampu) disusun,
dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu tidak menyala. Ini membuktikan
bahwa pada tidak mengalir melalui larutan non elektrolit.
Larutan non elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat non elektrolit. Sedangkan zat
non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air tidak terurai dalam bentuk ion-ionnya,
tetapi terurai dalam bentuk molekuler.
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
1. Larutan urea
2. Larutan sukrosa
3. Larutan glukosa
4. Larutan alkohol dan lain-lain
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tidak menghasilkan ion
2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak
menyala
5. Derajat ionisasi = 0

2.5 Sistem Buffer Tubuh


Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa atau
ketika diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan
garamnya. Buffer dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki buffer maka ketika
minum jus jeruk yang kecut, tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam ) (Anonim,
2008).
Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah dan garamnya. Asam
lemah nya adalah asam karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya adalah HCO3-. Buffer
tersebut dapat mempertahankan pH darah sekitar 7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut :
H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3
Ketika masuk zat asam dalam tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah asam lemah
(asam karbonat). Jika masuk zat basa, yang bertugas menetralisisr adalah garamnya.
Ketika masuk zat asa ketika hal ini terjadi asam karbonatlah yang menjadi pahlawan. Ia akan
menghadapi si asam ini dan bereaksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral
dan menghasilkan hasil reaksi berupa garam yang banyak. Garam ini sebagain disimpan dan jika
lebih akan dibuang melalui urin. Jadi kalo banyak makan atau minum yang asam asam, kita akan
banyak menghasilkan urin. Karena asam karbonat bereaksi dengan asam untuk menetralkan tadi,
maka jumlah asam karbonat akan berkurang sehingga kita perlu mempeorlhnya dari pernafasan
CO2.Ketika masuk zat basaketika hal ini terjadi garam lah yang menjadi pahlawan. Ia akan
menghadapi si basa ini dan bereaksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral
dan menghasilkan hasil reaksi berupa asam karbonat yang banyak. Asam karbonat ini sebagain
disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui nafas (CO2). Jadi kalo banyak makan atau minum
yang basa basa, kita akan banyak menghasilkan CO2.
Fungsi Larutan Penyangga :
 Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari
Fungsi Larutan dalam tubuh manusiaReaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh manusia
merupakan reaksi enzimatis, yaitu reaski yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai
katalis hanya dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimumnya). Agar enzim tetap
bekerja secara optimum, diperlukan lingkungan reaksi dengan pH yang relative tetap, unutk itu
maka diperlukan larutan penyangga.Didalam setiap cairan tubuh terdapat pasangan asam-basa
konjugasi yang berfungsi sebagai larutan penyangga. Cairan tubuh, baik sebagai cairan intra sel
(dalam sel) dan cairan ekstra sel (luar sel) memerlukan system penyangga tersebut unutk
mempertahankan harga pH cairan tersebut. System penyangga ekstra sel yang penting adalah
penyangga karbonat ( H2CO3/HCO3-) yang berperan dalam menjaga pH darah, dan system
penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) yang berperan menjaga pH cairan intra sel.

 Fungsi Larutan penyangga dalam industri


Dalam indutri farmasi, larutan penyangga berperan untuk pembuatan obat-obatan agar zat
aktif dari obat tersebut mempunya pH tertentu. Selain itu larutan penyangga juga digunakan unutk
industri makanan dan minuman ringan seperti yang sering digunakan adalah Natrium asetat dan
asam sitrat.
Contohnya pada asam sitrat :
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan
genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain
digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia,
asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam
metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga
dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya
jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di
sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-
propanatrikarboksilat.
Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman asam sitrat
didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini
terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga
untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk
garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga
digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air
 Darah Sebagai Larutan Penyangga
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga
karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat.
a. Penyangga Karbonat
Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H 2 CO 3 ) dengan basa konjugasi
bikarbonat (HCO 3 ).
H 2 CO 3 (aq) –> HCO 3(aq) + H + (aq)
Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton
dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme
yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat
mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang
mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah.
Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga
gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO 2 dapat larut dalam air menghasilkan
H 2 CO 3 . Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan
hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas dan histeris).
b. Penyangga Hemoglobin
Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke
seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah:
HHb + O 2 (g) HbO 2 - + H +
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga pH
darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin yang telah
melepaskan O 2 dapat mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang
dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3 merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut
dalam air saat metabolisme.
c. Penyangga Fosfat
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah.
Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2 PO 4 - ) dengan monohidrogen fosfat
(HPO 3 2- ).
H 2 PO 4 - (aq) + H + (aq) –> H 2 PO 4(aq)
H 2 PO 4 - (aq) + OH - (aq) –> HPO 4 2- (aq) ) + H 2 O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit
jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
 Air Ludah sebagai Larutan Penyangga
Gigi dapat larut jika dimasukkan pada larutan asam yang kuat. Email gigi yang rusak dapat
menyebabkan kuman masuk ke dalam gigi. Air ludah dapat mempertahankan pH pada mulut sekitar
6,8. Air liur mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menetralisir asam yang terbentuk
dari fermentasi sisa-sisa makanan.
 Menjaga keseimbangan pH tanaman.
Suatu metode penanaman dengan media selain tanah, biasanya ikerjakan dalam kamar kaca
dengan menggunakan mendium air yang berisi zat hara, disebut dengan hidroponik . Setiap
tanaman memiliki pH tertentu agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan larutan
penyangga agar pH dapat dijaga.
 Larutan Penyangga pada Obat-Obatan
Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat
penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut.
Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah,
terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan
MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.

2.6 Larutan Isotonik, Hipotonik, dan Hipertonik


Pengertian Larutan Isotonik
Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama. Ini karena
konsentrasi zat terlarut yang mereka miliki sama. Larutan isotonik memiliki jumlah zat terlarut yang
sama per satuan volume larutan dan jumlah air yang sama.
Ketika dua larutan isotonik dipisahkan dari membran semipermeabel, tidak ada pergerakan
bersih zat terlarut di membran karena tidak ada gradien konsentrasi antara kedua larutan. Tingkat
pergerakan air dari satu larutan ke larutan lainnya adalah sama. Karena itu, sel-sel tetap dalam
keadaan normal. Bentuk sel tidak berubah; tidak terjadi pembengkakan atau penyusutan.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang perlu diterapkan untuk menghindari pergerakan zat
terlarut ini melalui membran semipermeabel. Larutan isotonik memiliki tekanan osmotik yang sama
karena laju pergerakan molekul melalui membran semipermeabel adalah sama.
Pengertian Larutan Hipotonik
Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih rendah. Tekanan
osmotik yang rendah adalah hasil dari konsentrasi zat terlarut yang rendah. Tekanan osmotik adalah
tekanan yang perlu diterapkan untuk menghindari pergerakan zat terlarut ini melalui membran
semipermeabel. Ketika larutan hipotonik dipisahkan dari larutan lain melalui membran
semipermeabel, gerakan zat terlarut melalui membran lebih sedikit. Karena itu tekanan yang perlu
diterapkan untuk menghentikan gerakan ini juga kurang.
Ketika sel terpapar ke lingkungan hipotonik, jumlah air di dalam sel kurang dari larutan
hipotonik. Ini karena, dalam larutan hipotonik, jumlah zat terlarut yang lebih sedikit dilarutkan
dalam jumlah air yang tinggi. Kemudian sel membengkak. Tekanan internal sel meningkat dan sel-
sel itu bahkan bisa pecah.
Larutan hipotonik dapat menyebabkan turgiditas dalam sel tanaman. Ketika air memasuki sel
tanaman, sel membengkak. Akibatnya, membran sel didorong ke arah dinding sel tanaman. Dinding
sel dapat menghindari pecahnya sel. Proses ini turgiditas, atau kami menyebut sel yang
membengkak ini sebagai “sel turgid”.
Pengertian Larutan Hipertonik
Larutan hipertonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik lebih tinggi jika
dibandingkan dengan larutan lain. Karena larutan hipertonik memiliki konsentrasi zat terlarut yang
lebih tinggi, tekanan yang sangat tinggi harus diterapkan untuk menghindari larutan ini mengalir
melalui membran semipermeabel.
Ketika larutan hipertonik dan larutan lain (yang bukan hipertonik) dipisahkan dari membran
semipermeabel, zat terlarut larutan hipertonik cenderung bergerak melintasi membran
semipermeabel. Ini karena larutan hipertonik memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dan zat
terlarut dapat bergerak sepanjang gradien konsentrasi (dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah). Membran semipermeabel adalah membran biologis atau sintetis yang memungkinkan
beberapa molekul dan ion melewatinya.
Tekanan osmotik adalah tekanan yang perlu diterapkan untuk menghindari pergerakan zat
terlarut ini melalui membran semipermeabel. Karena konsentrasi larutan hipertonik sangat tinggi,
tekanan yang diperlukan untuk menghindari pergerakan zat terlarut juga tinggi. Karenanya tekanan
osmotiknya tinggi.
Larutan hipertonik digunakan untuk mengawetkan makanan. Sebagai contoh, ketika beberapa
buah atau ikan dicelupkan ke dalam garam hipertonik atau dikemas dengan larutan hipertonik, ia
dapat membunuh mikroba di lingkungan di dalam paket. Ini karena sel mikroba memiliki jumlah air
yang tinggi daripada zat terlarut dan jumlah air dalam larutan hipertonik sangat rendah. Karena itu
air mengalir keluar dari sel sesuai dengan gradien konsentrasi. Kekurangan air menyebabkan
penyusutan sel dan akhirnya membunuh mikroba.

Perbedaan Antara Larutan Isotonik Hipotonik dan Hipertonik :


Definisi
• Larutan Isotonik: Larutan isotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik yang sama.
• Larutan Hipotonik: Larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik rendah.
• Larutan Hipertonik: Larutan hipertonik adalah larutan yang memiliki tekanan osmotik yang relatif
lebih tinggi.
Konsentrasi terlarut
• Larutan Isotonik: Larutan isotonik memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama.
• Larutan Hipotonik: Larutan hipotonik memiliki konsentrasi rendah.
• Larutan Hipertonik: Larutan hipertonik memiliki konsentrasi tinggi.
Efek pada Sel
1. Larutan Isotonik: Lingkungan isotonik tidak menunjukkan efek pada sel.
2. Larutan Hipotonik: Lingkungan hipotonik menyebabkan sel membengkak.
3. Larutan Hipertonik: Lingkungan hipertonik menyebabkan sel menyusut.
Larutan Hipotonik, Isotonik dan Hipertonik dalam Kesehatan / Keperawatan
Tekanan osmotik dalam cairan tubuh dipertahankan dalam rentang sempit yaitu 285 - 5
mOsm/L. Larutan-larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik. Larutan dengan
tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik, dan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi dari
cairan tubuh disebut hipertonik. larutan cairan parenteral semuanya memiliki tiga jenis tekanan
osmotik, yaitu larutan fisiologis isotonik, hipertonik dan hipotonik.
Tekanan Osmotik Plasma Darah 285 + 5 mOsm/L
1. Larutan isotonic : Infus dengan tekanan sama seperti cairan tubuh normal. Contoh : Normal
Saline (Na Cl 0,9%), larutan Ringer Laktat
2. Larutan hipotonik : Infus dengan ekanan osmotik lebih rendah dari cairan tubuh. Contoh :
Dekstrosa 5% dan cairan rumatan (Seri KAEN) disebut hipotonis karena kandungan
glukosanya yang masuk kedalam tubuh akan cepat diserap dan dimetabolisme dalam sel.
3. Larutan hipertonik : infus dengan tekanan osmotik lebih tiggi dari plasma darah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan dalam tubuh manusia, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat
badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan
oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya
dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk
mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis.
Ginjal berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen
dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
3.2 Saran

Kita sebagai manusia harus dapat menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh agar sel-sel
dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal. Serta kita harus mengkonsumsi makanan dan
minuman yang menyehatkan agar tidak merusak ginjal karena ginjal berperan penting dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlanga.

Cotton, F. A dan G. Wilkinston. 1989. Kimia Dasar. Jakarta : UI-Press.

Justina Sandri, Muchtaridi. 2007. KIMIA 2. Jakarta: Yudistira.

Irawan, Anwari. 2005. Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral . Jakarta: PSSP-LAB.

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan, Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit. Jakarta : EGC

http://www.ummidokter.com/2011/10/keseimbangan-asam-basa.html ( diambil pada 07 Nop. 19)

https://medicastore.com/penyakit/631/Keseimbangan_Asam_Basa.html ( diambil pada 07 Nop. 19)

Anda mungkin juga menyukai