Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas.


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari
layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.
Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.
Untuk menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan
yang digunakan, salah satunya adalah teori Hildegard E. Peplau. Model
konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang
menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4
komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi
akibat sakit dan proses interpersonal.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perkembangan model
konsep dan teori keperawatan yang dikembangkan oleh Hildegard
E. Peplau serta mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan
dengan baik dan benar dengan menerapkan konseptual model
keperawatan dari Hildegard E. Peplau.

2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui riwayat hidup sosok Hildegard E. Peplau.

1
2) Untuk mengetahui dasar pemikiran model konsep dan teori
keperawatan yang dikembangkan oleh Hildegard E. Peplau.
3) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori
keperawatan yang dikembangkan oleh Hildegard E. Peplau.
4) Untuk mengetahui aplikasi model konsep dan teori Hildegard E.
Peplau dalam keperawatan.

C. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini berisi tentang teori keperawatan dan aplikasi teori


dalam pelayanan keperawatan menurut Hildegard E. Peplau yang
ditulis dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep
Dasar Keperawatan (KDK).

Makalah ini memiliki sistematika penulisan yang dibagi menjadi


3 bab utama, yakni bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar
belakang dari teori keperawatan menurut Hildegard E. Peplau,
tujuan dari pembuatan makalah ini, terdiri dari tujuan utama dan
tujuan khusus serta sistematika penulisan dari makalah ini.

Bab II merupakan tinjauan teori yang berisi beberapa


pembahasan yaitu pembahasan tentang perkembangan teori
keperawatan menurut Hildegard E. Peplau dan menjelaskan dari
tujuan pembuatan makalah ini.

Bab III merupakan penutup dari makalah ini yang berisi


kesimpulan dari pembahasan dalam makalah ini dan berisi saran
untuk keperawatan untuk masa yang akan datang.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Riwayat hidup Hildegard E. Peplau

Hildegard E. Peplau lahir pada tanggal 1 September 1909 di


Reading, Pennsylvania. Peplau lulus dari hospital School of Nursing di
Pottstown, Penssyilvania pada tahun 1931. Gelar B.A. dalam bidang
psikologi interpersonal diperolehnya dari Bennington Univercity,
Vermont pada Tahun 1943. Peplau meraih gelar M.A. dalam bidang
keperawatan psikiatri dari Teacher’s College, Columbia, New York
pada Tahun 1947 dan gelar Ed.D. dalam bidang pengembangan
kurikulum pada tahun 1953.

Konstribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya


keperawatan psikiatri, sangat banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan
bukunya yang berjudul Interpersonal Relations in Nursing. Peplau
membuat model keperawatan dengan istilah keperawatan
psikodinamik. Menurutnya, keperawatan psikodinamik merupakan
kemampuan seorang perawat untuk memahami tingkah lakunya guna
membantu orang lain, mengindetifikasi kesulitan yang dirasakannya,
dan untuk menerapkan prinsip hubungan manusia pada permasalahan
yang timbul di semua level pengalaman.

2. Dasar Pemikiran Hildegard E. Peplau

Model konsep dan teori keperawatan yang dikembangkan oleh


Hildegard Peplau ini adalah keperawatan psikodinamik

3
(psychodynamic nursing), sangat dipengaruhi oleh model
interpersonal, khususnya model psikoanalitik. Ia melihat bahwa
keperawatan adalah suatu proses interpersonal yang bersifat
terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Peplau
mendefinisikan model keperawatan psikodinamiknya (psychodynamic
nursing), sebagai berikut: “psychodynamic nursing is being able to
understand one’s own behavior to help other identify felt difficulties,
and to apply principles of human relations to the problems that arise at
all levels of experience”.

Menurut Peplau, keperawatan adalah therapeutic yang


mempunyai seni penyembuhan dalam membantu orang yang sakit
atau orang yang membutuhkan perawatan kesehatan. Keperawatan
dapat dianggap sebagai proses interpersonal sebab melibatkan
interaksi antara 2 atau lebih individu dengan tujuan tertentu. Ia
menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami sendiri dan orang
lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia. Teori
Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif (Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat
dan klien (Torres, 1986; Marriner-Tomey, 1994). Berdasarkan teori ini
klien adalah proses interpersonal dan terapeutik.

Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga


dan untuk membantu klien mencapai kematangan perkembangan
kepribadian (Chinn & Jacobs, 1995). Oleh sebab itu perawat berupaya
mengembangkan hubungan antara perawat dan klien di mana perawat
bertugas sebagai narasumber, konselor dan wali. Pada saat klien
mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya
hubungan antara perawat dan klien, perawat dan klien bersama-sama
mendefiniskan masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya.

4
Dari hubungan tersebut klien mendapatkan keuntungan dengan
memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam menurunkan
kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya. Teori
Peplau ini merupakan teori yang unik di mana hubungan kolaborasi
perawat-klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui
hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu memenuhi
kebutuhan klien (Beeber, Anderson dan Sills 1990). Ketika kebutuhan
dasar telah diatasi kebutuhan baru mungkin muncul.

Peplau membagi paradigma keperawatan menjadi empat


komponen utama berikut ini.

1. Keperawatan
Keperawatan sebagai paradigma :
 Keperawatan merupakan suatu instrumen pendidikan yang
memfasilitasi kedisiplinan.
 Tujuan keperawatan adalah memfasilitasi kesehatan individu
berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan.
 Aktivitas keperawatan diarahkan untuk membantu klien
mencapai kompetensi intelektual dan interpersonal.
 Diaplikasikan untuk membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan memulihkan penyakitnya.
 Sebagai sebuah konsep yang menjadi sumber kekuatan bagi
regulasi diri dan sosial, dan eksplorasi serta organisasi faktor-
faktor yang dapat mendukung kesehatan.
 Sebagai ilmu dan seni yang memiliki dimensi pengetahuan
dasar dan terapan.
 Fokus aktivitas keperawatan adalah masalah yang berhubungan
dengan respons manusia terhadap kesehatan aktual dan
potensial, yang mencerminkan ruang lingkup aktivitas

5
keperawatan dan kemandirian dalam proses diagnosis, tindakan
(terapi), pendidikan, dan riset.
 Komponen-komponen utama mencakup orientasi, identifikasi,
eksplorasi dan resolusi yang terorganisasi dan mempengaruhi
proses interpersonal (perawat-klien) secara langsung.

2. Manusia/Individu
Manusia sebagai paradigma keperawatan:
 Memiliki karakteristik biokimiawi, fisiologis, interpersonal dan
kebutuhan dasar hidup yang selalu berkembang.
 Perkembangan tersebut terjadi melalui interaksi dengan orang
lain yang mampu memenuhi kebutuhan dirinya dan/atau
membagi pengalamannya.
 Kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut diorganisasikan melalui
transformasi perilaku yang dapat diobservasi, berdasarkan
pengalaman masa lalu, variabel kontekstual saat ini, dan
harapan pada masa yang akan datang.
 Memiliki kehidupan yang seimbang sebagai sarana pertahanan
dan pengekalan diri dan selalu berupaya untuk mengurangi
kecemasan akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.

3. Lingkungan
Lingkungan sebagai paradigma keperawatan:
 Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan manusia dan mencakup antara lain lingkungan
sosial, status ekonomi, dan kesehatan.
 Perawat bertanggung jawab dalam hal memelihara tatanan
pengobatan, sebagai bagian dari lingkungan fisik dan sosial,
yang berhubungan dengan lingkungan interpersonal.

6
 Terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga
pola pertahanan tubuh terhadap penyakit dan meningkatkan
pola interaksi yang sehat dengan klien.
 Lingkungan dapat dibagi dalam aspek terstruktur dan tidak
terstruktur. Aspek terstruktur mencakup alat, terapi, aturan, dan
organisasi bangsal. Aspek tidak terstruktur mencakup interaksi
antara perawat dengan klien dan dengan individu yang ada di
lingkungan sekitar.

4. Sehat
Sehat sebagai paradigma keperawatan:
 Sehat adalah simbol perkembangan kepribadian dan proses
kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus
menuju kehidupan yang kreatif dan konstruktif.
 Perilaku sehat adalah perilaku yang memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan, kepuasan, kesadaran tinggi, dan integrasi
pengalaman yang berarti, misalnya pengalaman sakit.
 Menurut rentang sehat sakit atau rentang ansietas (sulivan)
manusia sehat diartikan sebagai manusia yang tidak memiliki
ansietas (ketegangan).
 Intervensi keperawatan terfokus kepada proses membina dan
mempertahankan hubungan saling percaya guna memenuhi
kebutuhan klien (mengurangi ansietas).
 Fase-fase pengurangan ansietas adalah fase pengkajian
keperawatan, proses identifikasi, intervensi dan resolusi serta
evaluasi.

Model keperawatan Peplau ini memiliki empat komponen sentral


yang mencakup proses interpersonal, perawat, ansietas, dan
interpersonal.

1. Pasien/klien

7
Klien adalah subjek yang langsung dipengaruhi oleh adanya proses
interpersonal. Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik
biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya
memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.
Pasien adalah subjek yang langsung dipengaruhi oleh adanya proses
interpersonal.

2. Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi


interpersonal dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan
pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam
hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai mitra kerja,
pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor
sesuai dengan fase proses interpersonal. Dalam pelaksanaan model
Peplau, perawat berperan sebagai berikut:

a) Sebagai mitra kerja


Hubungan perawat-klien merupakan hubungan yang memerlukan
kerjasama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu
dibina rasa saling percaya, mengasihi dan menghargai.
b) Sebagai sumber informasi
Perawat harus memberikan informasi yang akurat, jelas dan
rasional kepada klien dalam suasana yang bersahabat dan akrab.
c) Sebagai pendidik
Perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan dan
bimbingan pada klien atau keluarganya terutama dalam mengatasi
masalah kesehatan.
d) Sebagai pemimpin
Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk
memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerjasama dan
partisipasi aktif klien.

8
e) Sebagai wali atau pengganti
Perawat merupakan individu yang dipercaya pasien untuk berperan
sebagai orangtua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna
membantu memenuhi kebutuhan nya.
f) Sebagai konselor
Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien
sehingga pemecahan masalah akan lebih mudah dilakukan.

3. Ansietas / Sumber Kesulitan

Dalam model Peplau ansietas merupakan konsep yang berperan


penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam
keadaan sakit biasanya ansietas meningkat oleh karena itu perawat
pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas pasien. Berkurangnya
ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin baik.
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan
pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas
terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan
psikologi dan biologi individu.

4. Proses Interpersonal
a. Komponen ini menggambarkan metode penggunaan transformasi
energi atau ansietas klien oleh perawat.
b. Hubungan interpersonal perawat-klien digambarkan dalam empat
fase, dan setiap fase diperlukan peran yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan klien. Keempat fase tersebut diantaranya
adalah:
 Fase orientasi

Pada fase ini, fokus pada menentukan atau menemukan


masalah. Perawat dan klien bertindak sebagai dua individu yang belum

9
saling mengenal. Perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk
membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan
bantuan profesional dan perawat berperan membantu klien mengenali
dan memahami masalahnya serta menentukan apa yang klien
perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk
menentukan adanya masalah.

Pada fase ini yang paling penting adalah perawat bekerja sama
secara kolaborasi dengan pasien dari keluarganya dalam menganalisa
situasi yang kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas dan
menentukan masalah yang ada. Setelah masalahnya diketahui,
diambil keputusan bersama untuk menentukan tipe/jenis bantuan apa
yang diperlukan. Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk klien ke ahli
yang lain sesuai dengan kebutuhan.

Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan


klien dalam memberi atau menerima pertolongan. Selain itu, fase ini
juga dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar
belakang, dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini
adalah perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya
masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduanya
siap untuk melangkah ke fase berikutnya.

 Fase identifikasi

Pada fase ini, fokus pada memilih bantuan profesional yang


sesuai. Klien memberikan respons secara selektif atau
mengidentifikasi persoalan yang ia hadapi bersama orang yang
dianggap memahami masalahnya. Respons setiap klien berbeda satu
sama lain. Respon pasien terhadap keperawatan adalah : (a)
berpartisipasi dan interdependen dengan perawat, (b) otonomi dan
independen dari perawat, (c) pasif dan dependen pada perawat.

10
Di sini, perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu
klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah
pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan
kekuatan positif pada pribadi klien serta melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kebutuhan kliennya dengan memberi
kepuasan yang diperlukan.

Selama fase identifikasi, klien diharapkan mulai memiliki


perasaan terlibat dan mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi
masalahnya dengan mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus
asa. Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif pada diri klien guna
menuju ke fase selanjutnya. Jadi, fase identifikasi merupakan fase
penentu bantuan apa yang diperlukan oleh klien. Pada fase ini,
perawat juga memberi beberapa alternatif untuk mengatasi masalah
klien.

 Fase eksploitasi

Pada fase ini, fokus pada menggunakan bantuan professional


untuk alternatif pemecahan masalah. Pelayanan keperawatan yang
diberikan perawat berdasarkan minat dan kebutuhan dari klien. Di sini,
masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari
proses interpersonal. Selama fase eksploitasi, klien mengambil secara
penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan.

Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi/menggali,


memahami keadaan klien, dan mencegah meluasnya masalah.
Perawat mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan
perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan
mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.

Pada fase ini, perawat juga dituntut menguasai keterampilan


berkomunikasi secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan

11
bahwa fase eksplorasi merupakan fase pemberian bantuan kepada
klien sebagai langkah pemecahan masalah. Pasien mulai menerima
informasi-informasi yang diberikan padanya tentang penyembuhannya,
mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
perawat, mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat dan
sebagainya. Jika fase ini berhasil, proses ini interpersonal akan
berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.

 Fase resolusi atau terminasi

Pada fase resolusi, fokus pada mengakhiri hubungan


profesional. Pasien dan perawat dalam fase ini perlu untuk mengakhiri
hubungan terapeutik yang selama ini terjalin. Fase resolusi terkadang
menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab di sini dapat
terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang
belum terselesaikan pada masing-masing fase. Indikator keberhasilan
untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari
bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupun klien akan
menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.

Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang


harus dilaksanakan. Peran tersebut berbeda pada setiap fasenya.
Keenam peran tersebut adalah peran sebagai orang asing (role of the
stranger), peran sebagai narasumber (role of resource person), peran
sebagai pengajar (teaching role), peran sebagai kepemimpinan
(leadership role), peran sebagai wali (surrogate role), dan peran
sebagai penasihat (counseling role).

Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan


perawat-klien. Di sini, kedua belah pihak merupakan orang asing bagi
pihak lainnya. Sebagai orang asing, perawat harus memperlakukan
klien secara sopan, tidak boleh memberi penilaian sepihak, menerima
klien apa adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan.

12
Dalam perannya sebagai narasumber (role of resource person),
perawat memberi jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien,
terutama mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga
menginterprestasikan kepada klien rencana perawatan dan rencana
medis untuk hal tersebut.

Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam


menggunakan informasi. Teaching role, menurut Peplau, terbagi atas
dua kategori, yaitu instruksional dan eksperimental. Penyuluhan
instruksional adalah pemberian informasi secara luas dan merupakan
bentuk yang dipakai dalam literatur pendidikan. Penyuluhan
eksperimental adalah penyuluhan dengan menggunakan pengalaman
sebagai pijakan dalam pengembangan pengajaran.

Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan


kepemimpinan, terutama mengenai proses demokratis dalam asuhan
keperawatan. Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-
tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan
partisipasi aktif klien.

Dalam surrogate role, klien menganggap perawat sebagai


walinya. Oleh sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus
menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif
yang muncul dari hubungan sebelumnya. Fungsi perawat di sini adalah
membimbing klien mengenai dirinya sendiri dan sosok yang ia
bayangkan lalu membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan
sosok yang ia bayangkan tersebut.

Peplau mempercayai bahwa conseling role memiliki peranan


yang besar dalam keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-
klien, peran ini sangat penting sebab tujuan dari teknik hubungan
antar-personal adalah membantu klien mengingat dan memahami
sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dengan

13
demikian, satu pengalaman dapat diintergrasikan.dengan pengalaman
lainnya dalan hidupnya, bukannya justru dipisahkan.

3. Kelebihan dan kekurangan teori Hildegard E. Peplau


Kelebihan dari teori Hildegard E.Peplau, antara lain:
a. Dapat meningkatkan kejiwaan pasien untuk lebih baik;
b. Dapat menurunkan kecemasan klien dalam teori keperawatan;
c. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik;
d. Dapat medorong pasien untuk lebih mandiri.

Kekurangan dari teori Hildegard E. Peplau, antara lain:


a. Kurangnya penekanan pada health promotion dan
pemeliharaan kesehatan seperti dinamika intra keluarga,
pertimbangan ruang individu, serta layanan sumber daya sosial
komunitas/masyarakat juga kurang diperhatikan.
b. Teori Peplau tidak dapat digunakan untuk pasien yang tidak
bisa mengekspresikan kebutuhannya.

B. APLIKASI TEORI
Aplikasi teori model Peplau dalam keperawatan:
1) Aplikasi dalam proses keperawatan
 Tahap orientasi = tahap pengkajian dan diagnosis
keperawatan
 Tahap identifikasi = tahap perencanaan
 Tahap eksplorasi = tahap inplementasi
 Tahap resolusi = tahap evaluasi
2) Aplikasi dalam riset keperawatan
Model Peplau banyak dipakai pada riset kesehatan mental
khusunya yang berhubungan dengan tingkat ansietas.

14
3) Aplikasi dalam pendidikan keperawatan
Model ini dipakai pada tatanan psikiatri di tingkat pengetahuan
dasar dalam metode primer one-to-one relationship.
4) Aplikasi dalam praktik dalam keperawatan profesional
 Praktik keperawatan psikoterapi.
 Praktik komunikasi antara perawat dan pasien.
 Praktik interpersonal melalui peran dan tahapan keperawatan.

 Contoh kasus

Ibu Titin (umur 45 tahun) yang dirawat dirumah Sakit Umum


Samarinda sejak 2 minggu yang lalu, didiagnosis mengalami
kanker serviks stadium lanjut (stadium IV). Kondisi ibu Titin
seorang wanita karir yang bekerja sebagai karyawan disebuah
perusahaan terkemuka, mempunyai 3 orang anak yang masih
menjalani pendidikan. Setelah Ibu Titin mendapat informasi dari tim
medis tentang penyakitnya (kanker serviks stadium IV) setelah itu
kondisi ibu Titin mulai menurun. Ia tidak mau makan, mengurung
diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan
suaminya, kadang marah tanpa sebab, ekspresi wajah terlihat
sedih, kadang terilahat menangis, ibu Titin menolak pengobatan
dan perawatan yang diberikan oleh perawat. Ibu Titin mengatakan
dia tidak perlu lagi diperhatikan karena umurnya tidak akan lama
lagi.
Dalam kasus yang digambarkan diatas maka perawat perlu
memahami perilaku yang ditunjukkan oleh ibu Titin yaitu dengan
membantu ibu Titin dalam mengatasi masalah yang dirasakan dan
menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang
muncul pada ibu Titin selama pengalaman tersebut. Berdasarkan
data diatas ibu Titin berada dalam kondisi depresi. Perawat perlu
untuk melakukan hubungan interpersonal dengan ibu Titin yang

15
sedang mengalami kondisi depresi karena pada saat seseorang
mengalami kondisi depresi maka sebenarnya dia membutuhkan
orang lain yang dapat mendengarkan, menerima dan memahami
dirinya.
Hubungan interpersonal antara perawat dan ibu Titin melalui
4 tahap yaitu:
1) Tahap Orientasi
Pada tahap ini perawat mencoba untuk mendekati klien dan
membangun hubungan saling percaya. Perawat
memperkenalkan dirinya dan menunjukkan sikap mau
membantu klien. Pada fase ini perawat berperan sebagai role
of the stranger, dimana perawat sebagai orang lain bagi ibu
Titin, maka dia harus berbicara dengan sopan, jujur dan
menerima klien apa adanya.
2) Tahap Identifikasi
Pada fase ini sudah terbentuk hubungan saling percaya antara
perawat dengan ibu Titin, perawat meyakinkan pada ibu Titin
bahwa untuk mengatasi masalah ibu Titin. Kemudian perawat
mengidentifikasi keluhan apa yang dirasakan oleh ibu Titin saat
ini. Pada fase ini perawat dapat menjalankan perannya sebagai
peran wali (surrogate rule), yaitu sikap dan tingkah laku
perawat menciptakan perasaan tertentu (feeling tones) dalam
diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan
sebelumnya. Pada fase ini baik perawat maupun ibu Titin
merasakan adanya keterikatan (dependen), independen dan
interdependen .
3) Tahap Exploitasi
Setelah perawat mengidentifikasi masalah klien yaitu klien
berperilaku seperti itu karena dia merasa malu dengan
kondisinya dan merasa tidak berguna dan tidak siap untuk
meninggalkan semuanya (pekerjaan, suami dan terutama anak-

16
anaknya yang masih sangat membutuhkan dia). Perawat
berusaha untuk menjelaskan tentang penyakitnya, memotivasi
klien untuk mengikuti pengobatan dan perawatan yang
diberikan dan meningkatkan spiritual dan kepada keluarga
untuk bisa menerima dan ikut mensuport klien. Pada fase ini
perawat menjalankan perannya sebagai narasumber (role of
resourc e person), peran pengajaran (teaching role), peran
kepemimpinan dan peran konseling.
4) Tahap Resolusi
Pada tahap ini perawat bersama ibu Titin, menyimpulkan apa
yang sudah dicapai selama interaksi dilakukan dan bagaimana
interaksi dapat dilanjutkan terhadap masalah lain yang mungkin
terjadi pada ibu Titin. dalam fase ini peran perawat sebagai
peran kepemimpinan (leadership role).

 Analisa empat Konsep sentral keperawatan dengan


menggunakan model hubungan interpersonal Peplau :
1) Manusia
Manusia dalam kasus ini adalah ibu Titin yang pada saat ini
mengalami ketidakstabilan pada kondisi psikologisnya dimana
ibu Titin kadang marah tanpa sebab, ibu Titin menolak
pengobatan dan perawatan yang diberikan dengan oleh
perawat, ketidakstabilan pada fisik dimana ibu Titin menderita
kanker serviks dan ketidakstabilan sosial dimana menolak
berinteraksi dengan orang lain termasuk dengan keluarganya.
Oleh karena itu dipandang perlu untuk mencapai kestabilan ibu
Titin tersebut melalui hubungan interpersonal antara perawat
dan ibu Titin.

17
2) Lingkungan
Lingkungan dalam kasus ini adalah orang–orang yang dekat
dengan ibu Titin terutama adalah keluarga (suami dan anak-
anaknya) yang sangat diperlukan dalam mensupport ibu Titin
dengan melakukan hubungan interpersonal yang kuat.
3) Sehat dan sakit
Kondisi ibu Titin sebagai berikut: Tidak mau makan, mengurung
diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak
dan suaminya, kadang marah tanpa sebab, ibu Titin menolak
pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh perawat. Ibu
Titin mengatakan dia tidak perlu lagi diperhatikan karena
umurnya tidak akan lama lagi. Semua data tersebut
menunjukan adanya kondisi sakit khususnya terjadinya depresi
pada ibu Titin akibat dari penyakit fisik yang dialaminya (akibat
kanker serviks yang terjadi).
4) Keperawatan
Pada kasus ibu Titin ini sangat penting adanya hubungan
interpersonal yang terapeutik antara perawat dan ibu Titin.
Klien ibu Titin dalam kondisi depresi sangat memerlukan
adanya orang lain yang dapat memahaminya, menerimanya,
memperhatikan dan membantunya dalam mengatasi masalah
yang terjadi. Perawat melalui hubungan interpersonal terapeutik
yang dibina dapat melakukan perannya (sebagai narasumber,
wali, guru, pemimpin, konselor) dan mengguanakan seni dan
ilmunya dalam meberikan dorongan pada pertumbuhan dan
perkembangan ibu Titin sehingga ibu Titin dapat kembali dalam
kondisi yang lebih baik pada psikologis maupun fisiologisnya.

18
 Terapi Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal
Ada beberapa proses terapi menurut konsep teori ini
diantaranya adalah :
1) Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa
aman pada klien, perawat sebisa mungkin dalam terapi ini
membuat klien merasa aman, sebagai contoh perawat
mengatakan bahwa klien tidak perlu takut terhadap
kondisinya, bahwasanya setiap penyakit pasti ada obatnya
dan seluruh pengobatan adalah usaha yang mesti kita
lakukan sedangkan berkaitan dengan kematian adalah
suatu hal yang ditentukan oleh Tuhan.
2) Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu
terapi yang menjalin hubungan yang saling percaya dan
membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain
sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Sehingga
mampu berinteraksi dengan perawat, keluarga dan orang
lain.

 Peran Perawat Dalam Melakukan Terapi


Peran perawat dalam terapi adalah :
1) Share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai
apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan
oleh klien saat berhubungan dengan orang lain).
2) Therapist use empathy and relationship (perawat berupaya
bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang
dirasakan oleh klien).
3) Perawat memberikan respon verbal yang mendorong rasa
aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hildegard E. Peplau lahir pada tanggal 1 September 1909 di
Reading, Pennsylvania. Peplau lulus dari hospital School of
Nursing di Pottstown, Penssyilvania pada tahun 1931. Model
konsep dan teori keperawatan yang dikembangkan oleh Hildegard
Peplau ini adalah keperawatan psikodinamik (psychodynamic
nursing), yang sangat dipengaruhi oleh model interpersonal,
khususnya model psikoanalitik. Teori ini berfokus pada individu,
perawat, dan proses interaktif.
Hildegard E. Peplau adalah tokoh yang menghasilkan
hubungan antara perawat dan klien. Berdasarkan teori ini klien
adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan
adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan
adalah untuk mendidik klien dan keluarga serta untuk membantu
klien mencapai kematangan perkembangan kepribadian. Teori dan
gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik
keperawatan jiwa.

B. SARAN
Sebagai calon perawat yang professional, sebaiknya
diharapkan untuk dapat mengembangkan ilmunya dalam
melaksanakan asuhan keperawatan atau pengabdian pada
masyarakat, serta dapat mengaplikasikan langsung teori-teori yang
sudah ada dalam melaksanakan keperawatan.
Makalah ini juga sangat bagus untuk dibaca sebagai
pedoman kita dalam memahami teori Peplau mengenai konseptual
model keperawatan jiwa interpersonal, sehingga untuk kedepannya
kita bisa bekerja dengan baik dan hubungan interpersonal yang kita

20
lakukan baik serta memberikan keperawatan yang baik kepada
pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Widya Medika.


Jakarta.

Suara, Mahyar; Dalami, Ermawati; Rochimah; Raenah, Een; Rusmiyati.


2010. Konsep Dasar Keperawatan. Trans Info Media. Jakarta.

Asmadi. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Jakarta.

Permatasari, Anggun. Teori Hildegard E. Peplau. Jakarta. Diakses dari


https://www.academia.edu/1727pa2216/Teori_Hildegard_E._Pepla
u? auto=download diunduh pada tanggal 19 September 2017 pada
pukul 09.30 WITA.

Juliasari, Srivina. Teori Keperawatan Hildegard E. Jakarta. Diakses dari


https://www.academia.edu/17094679/Teori_keperawatan_Hildegad
_E diunduh pada tanggal 19 September 2017 pada pukul 12.15
WITA.

Sandra, Ferren. Teori Hildegard Peplau. Jakarta. Diakses dari


https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C%93&q=E
ORI+HILDEGARD+PEPLAU diunduh pada tanggal 26 September
2017 pada pukul 13.00 WITA.

Salis, Rochmad. 2014. Makalah Model Konsep Dan Teori Keperawatan


Menurut Hildegard E Peplau. Diakses dari
https://www.academia.edu/8933719/KONSEP_DASAR_KEPERAW
ATAN_MAKALAH_MODEL_KONSEP_DAN_TEORI_KEPERAWAT

22
AN_MENURUT_HILDEGARD_E_PEPLAU diunduh pada tanggal
26 September 2017 pada pukul 14.36 WITA.

Setiawan, Herry. 2015. Aplikasi Teori H.E Peplau pada penerimaan


Pasien Baru. Diakses dari
https://www.academia.edu/9470116/Bahan_Ajar_Aplikasi_Teori_H.
E._Peplau_pada_Penerimaan_Pasien_Baru_Setiawan_2015_
pada tanggal 26 September 2017 pukul 14.36 WITA.

23

Anda mungkin juga menyukai