Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anis Khairunnisa

Acute respiratory distress syndrome


(ARDS) merupakan perlukaan WOC NIM : PO7220420005
inflamasi paru yang bersifat akut dan ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME
difus, yang mengakibatkan
peningkatan permeabilitas vaskular
paru, peningkatan tahanan paru, dan Kelahiran prematur Etiologi
hilangnya jaringan paru yang berisi
udara, dengan hipoksemia dan
opasitas bilateral pada pencitraan, Anatomi/ fisiologi Paru-paru belum Peninggian tegangan di
yang dihubungkan dengan
peningkatan shunting, peningkatan tubuh belum sempurna menghasilkan permukaan alveolar
dead spacefisiologis, dan surfaktan dalam
berkurangnya complianceparu. jumlah cukup
Kolaps dan tidak Manifestasi Klinik
Penggunaan alat bantu
pernapasan mampu menahan sisa
Hipoksia, retensi dan udara fungsional pada  Adanya sesak napas
asidosis akhir ekspirasi pada bayi segera
setelah lahir
Perubahan kondisi bayi
 Takipnea (>60x/mnt)
Respiratory Distress  Pernapasan cuping
Syndrome Difusi dan terganggu hidung
Kurang terpajan  Grunting
informasi  Retraksi dinding dada
Penggunaan energi Ventilasi paru-paru  Sianosis
yang maksimal untuk terganggu  Gejala menetap dalam
Kurang pengetahuan bernapas
tentang kondisi bayi 48-96 jam pertama
setelah lahir.
Refleks menghisap Napas periodik
Stres psikologis lemah

D.0005 Pola Napas


Intake nutrisi Tidak Efektif
D.0080 Ansietas
inadekuat
(Orang Tua)
Pemeriksaan
Penunjang
D.0019 Defisit Nutrisi
 Darah

 Urine dan glukosa darah


(untuk D.0009 Perfusi
mengetahui hipoglikemia Kurang oksigenasi ke Sirkulasi terganggu
Perifer Tidak Efektif
) jaringan
 Kalsium serum (untuk
meningkatkan
hipokalsemia) Penatalaksanaan Medis
 Analisis gas darah  Antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
(menentukan PH serum)  Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
 Analisa Gas Darah, PaO2 menurunkan cairan paru.
(tes untuk hipoksia)  Fenobarbital
kurang dari 50 mmHg,  Vitamin E untuk menurunkan produksi radikal bebas oksigen
PaCO2 kurang dari 60  Metilksantin untuk mengobati apnea
mmHg, saturasi oksigen  Pemberian Surfaktan Buatan
92% - 94%, pH 7,31 –  Pemberian Oksigen
7,4
 Level Potasium, meningkat Penatalaksanaan Keperawatan
sebagai hasil dari release
potasium dari sel alveolar  Pengobatan RDS diarahkan untuk pencegahan
yang rusak.  Pencegahan Penyebab lain dari kematian bayi antara lain adalah perhatian terhadap dimana dan
dalam posisi apa bayi ditempatkan dan usaha-usaha untuk mencegah penganiyayaananak.
 Seri Rontgen Dada : untuk
 Pemberian minum per oral tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit, karena dapat
melihat densitas menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat diberikan melalui parenteral.
atelektasis dan elevasi  Tindakan Pendukung yang Krusial
diaphragma dengan a) Mempertahankan ventilasi dan oksigenisasi adekuat
overdistensi duktus b) Mempertahankan keseimbangan asam-basa
c) Mempertahankan suhu lingkungan netral
alveolar. d) Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
 Bronchogram udara untuk e) Mencegah hipotermia
menentukan ventilasi f) Mempertahankan cairan dan elektrolit yang adekuat
D.0005 D.0009 D.0019 D.0080
Pola Napas Tidak Efektif Perfusi Perifer Tidak Efektif Defisit Nutrisi Ansietas

SLKI : Pola napas membaik SLKI : Perfusi perifer meningkat SLKI : Status nutrisi bayi SLKI : Tingkat ansietas
SIKI : SIKI : membaik menurun
1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Periksa sirkulasi perifer(mis.nadi SIKI : SIKI :
usaha napas) perifer, edema,CRT, warna, 1. Identifikasi status nutrisi 1. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Monitor bunyi napas tambahan suhu)
2. Identifikasi alergi dan (verbal dan nonverbal)
3. Monitor sputum 2. Identifikasi faktor risikogangguan
sirkulasi intoleransi makanan 2. Ciptakan suasana teraupetik
(jumlah,warna,aroma)
4. Pertahankan kepatenan jalan 3. Hindari pemasangan infus atau 3. Identifikasi makanan yang untuk menumbuhkan
napas dengan head-tilt dan chin- pengambilan darah di area disukai kepercayaan
lift keterbatasan perfusi 4. Monitor asupan makanan 3. Dengarkan dengan penuh
5. Posisikan semifowler atau fowler 4. Hindari penekanan dan 5. Monitor berat badan perhatian
6. Lakukan fisioterapi dada pemasangan torniquet pada area 6. Monitor hasil pemeriksaan 4. Jelaskan prosedur, termasuk
7. Lakukan penghisapan lendir yang cedera laboratorium sensasi yang mungkin
kurang dari 15 detik 5. Lakukan pencegahan infeksi 7. Sajikan makanan secara dialami
8. Berikan oksigen, jika perlu 6. Lakukan hidrasi menarik dan suhu yang sesuai 5. Latih teknik relaksasi
9. Anjurkan asupan cairan 2000 7. Anjurkan melakukan perawatan 8. Berikan makanan tinggi kalori
ml/hari, jika tidakkontraindikasi kulit yang tepat
dan tinggi protein
10.Kolaborasi pemberian
bronkodilator

DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Jogjakarta: Mediaction. Suriadi dan Yuliani, R. 2001

Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1. Jakarta : CV.Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai