Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hardianto

NIM : PO7220422001
Prodi : NERS
WEB OF COUSE

Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh


infeksi. Pneumonia bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga
berat. Beberapa gejala yang umum dialami penderita pneumonia
adalah batuk berdahak, demam, dan sesak napas.

Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, Faktor resiko Pneumonia adalah merokok, polusi
virus, dan jamur. Beberapa virus yang umum udara, infeksi saluran pernafasan atas, gangguan
menyebabkan pneumonia adalah virus kesadaran (alkohol, overdosis obat, anestesi umum),
influenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi imunosupresif
SARS-CoV-2. Sementara jenis bakteri yang umum (kortikosteroid, kemoterapi), tidak berfungsinya system
menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus imun (AIDS) dan sakit gigi
pneumonia.

Patofisiologi :
Tanda dan Gejala : Agen penyebab pneumonia masuk ke paru-paru
• Demam tinggi ≥ 40⁰C melalui inhalasi ataupun aliran darah. Diawali
• Berkeringat dari saluran pernapasan dan akhirnya masuk
• Batuk dengan sputum yang produktif kesaluran pernapasan bawah. Kemudian timbul
• Sesak nafas, retraksi intercosta reaksi peradangan pada dinding bronkhus. Sel
• Sakit kepala menjadi radang berisi eksudat dan sel epitel
• Mudah merasa lelah dan menjadi rusak.
• Nyeri dada
PATHWAY

Eksudat, virus, jamur,bakteri, malnutrisi energi protein

ISPA

Eksudat dan serous melalui aliran darah masuk ke


alveoli

Inflamasi Bronkus Inflamasi Alveolus

Bronkopneumoni Pneumonia

Penumupukan sekret Perubahan Kaplier Alvioli

Penimbunan cairan di Alvioli


Peningkatan suhu mendadak
Batuk Produktif

Gangguan pertukaran gas (D.0003)


Keringat berlebih Hipertermia(D.0130) Bersihan jalan nafas tidak
efektif (D.0001)
Pola Nafas Tidak Efektif(D.0005)
Risiko tidakseimbangan cairan (D.0036)
Penatalaksanaan : Pemeriksaan Penunjang:
1. Oksigen 1-2 L/menit A. Pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrat pada parenkim paru.
2. IVFD dekstrosa 10% NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml B. Laboratorium:
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan 1) AGD: dapat menjadi asidosis metabolik dengan atau retensi CO2.
2) DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju Endap Darah (LED)
status dehidrasi.
meningkat.
3. Jika sesak tidak terlalu berat berat, dapat dimulai makanan 3) Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.
enteral bertahap melalui selang nasogatrik dengan feeding drip. 4) Bilirubin: mungkin meningkat.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapar diberikan inhalasi dengan 5) Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport 6) Kultur darah: bakteremia sementara
mukosillier. 7) Test sensitivitas antibiotika

Pengkajian Fokus :
A. Riwayat Kesehatan :
1. Riwayat Kesehatan sekarang
2. Riwayat Penyakit dahulu : Pernah terkena Ispa, riwayat aspirasi
3. Riwayat penayakit keluarga : Ada keluarga terkena ISPA / Pneumonia
B. Perubahan Pola Fungsi :
1. Aktivitas istirahat : Lelah, insomnia.
2. Makanan : Kehilangan nafsu makan
3. Kenyamanan : Nyeri
4. Pernafasan : Sesak
C. Pemerikasan Fisik :
1. Kepala : tidak ada kelainan
2. Mata : konjungtiva bisa anemis
3. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
4. Paru
a. Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris kiri dan kanan, ada penggunaan otot bantu nafas
b. Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena.
c. Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani.
d. Auskultasi : bisa terdengar ronki
D. Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan.
E. Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.
F. Pemeriksaaan Penunjang :
1. Pemeriksaan darah menunjukkan leukosistosis dengan predominan PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk.
2. Pemeriksaan radiologis : Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia, Gambaran bronkopneumonia difus infiltrat intertisialis pada
pneumonia stafilokok.
DIAGNOSA KEPERAWATAN & PERENCANAAN KEPERAWATAN

Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) Gangguan pertukaran gas (D.0003) Pola Nafas Tidak Efektif(D.0005)
Intervensi : Intervensi : Intervensi :
Tujuan : Tujuan : Tujuan :
SLKI : SLKI :Pertukaran Gas Meningkat (L.01003) SLKI : Pola Nafas Membaik ( L.01004)
Bersihan Jalan Nafas Meningkat (L.01002) Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil : 1. Dispnea menurun 1. Dispnea menurun
1. Batuk efektif meningkat 2. Bunyi napas tambahan menurun 2. Penggunaan otot bantu napas menurun
2. Produksi sputum menurun 3. Takikardia menurun 3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
3. Mengi menurun 4. PCO2 membaik 4. Frekuensi napas membaik
4. Wheezing menurun 5. PO2 membaik 5. Kedalaman napas membaik
5. Mekonium (pada neonatus) menurun 6. pH arteri membaik
SIKI : Latihan batuk efektif (I.01006) SIKI : Manajemen Jalan Napas (I.01011)
SIKI : Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi Observasi
Observasi 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
1. Identifikasi kemampuan batuk usaha napas)
2. Monitor adanya retensi sputum 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran upaya napas gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
napas 2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Monitor input dan output cairan (misal: takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
jumlah dan karakteristik) stokes, biot, ataksik) Terapeutik
3. Monitor kemampuan batuk efektif 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
Terapeutik 4. Monitor adanya produksi sputum head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika
1. Atur posisi semi-fowler dan fowler 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas curiga trauma fraktur servikal)
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
pasien 7. Auskultasi bunyi napas 3. Berikan minum hangat
3. Buang sekret pada tempat sputum 8. Monitor saturasi oksigen 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi 9. Monitor nilai analisa gas darah 5. Lakukan penghisapan lender kurang dari
1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 10. Monitor hasil x-ray thoraks 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
2. Anjurkan Tarik napas dalam melalui Terapeutik penghisapan endotrakeal
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
detik, kemudian keluarkan dari mulut kondisi pasien forsep McGill
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 2. Dokumentasikan hasil pemantauan 8. Berikan oksigen, jika perlu
8 detik
3. Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam Edukasi Edukasi
hingga 3 kali 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
4. Anjutkan batuk dengan kuat langsung tidak ada kontraindikasi
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
setelah Tarik napas dalam yang ke-3 2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Kolaborasi
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu.
Sumber :
Tim Pokja SDKI, SLKI, SIKI, PPNI,

Askep Pneumonia. https://idoc.pub/documents/askep-pneumonia-relj11e8jvl1 . Diakses pada 5


November 2022
Lp Pneumonia. https://uzanxwsdcito.blogspot.com/2013/03/lp-
pneumonia.html#:~:text=LP%20PNEUMONIA%20PNEUMONIA%201.%20Pengertia
n%20Pneumonia%20adalah%20suatu,dan%20darah%20dialirkan%20kesekitar%20alve
oli%20yang%20tidak%20berfungsi. Diakses pada 5 November 2022
Pneumonia. https://www.alodokter.com/pneumonia . Diakses pada 5 november 2022
Setyawati, A.2018. Tata Laksana Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas: Literature
Review.Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai