VENTILASI MEKANIK
A. DEFINISI
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam
jangka waktu yang lama (Purnawan & Saryono, 2010).
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama. (Brunner dan Suddarth, 2006)
C. TUJUAN
Penggunaan ventilator bertujuan untuk:
1. Memperbaiki ventilasi paru
2. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk
mempertahankan ventilasi yang fisiologis
3. Membantu otot nafas yang lelah/lemah
4. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas
(Brunner and Suddarth, 2002)
D. INDIKASI
Ventilator diberikan kepada seseorang yang memiliki (Tanjung, 2003):
1. Gangguan ventilasi
a. Disfungsi otot pernapasan
b. Penyakit neuromuscular (miestania gravis, polymelitis)
c. Sumbatan jalan napas
d. Gangguan kendali napas
e. Gagal napas akut disertai asidosis respiratorik
2. Gangguan oksigen
a. Hipoksemia yang teah dapat terapi oksigen maksimal namun tidak ada perbaikan
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
a. RR > 35x/menit
b. Tidal volume <5ml/kgBB
c. Kapasitas vital <10ml/kg/BB
d. Tekanan inspirasi maksimal <25 cm H2O
e. PO2 <60 mmHg dengan FiO2 21%
f. PO2 <70 mmHg dengan FiO2 40%
g. PO2<100 mmHg dengan FiO2 100%
h. PaCO2 > 55 mmHg
i. Minute volume (MV) <3 liter/menit atau >20 liter per menit
j. Penggunaan otot tambahan pernapasan
4. Indikasi lain
a. Pemberian sedasi berat
b. Menurunkan kebutuhan oksigen baik secara sistematik atau miokard
c. Menurunkan TIK dan mencegah TIK
E. KONTRAINDIKASI
1. Pemakaian alat ventilasi umumnya sangat membantu pasien yang menagalami masalah
pernapasan. Tidak ditemukan kontraindikasi dalam penggunaannya, kecuali jika telah terjadi
komplikasi lain yang menyertai perjalanan penyakitnya.
2. Pada pasien dengan fraktur basal tengkorak rentan terpasang ventilator
F. KLASIFIKASI VENTILATOR
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua
kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-
paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas
kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular,
sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif
pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada
ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus (Pressure Cycled
Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled Ventilator), dan volume bersiklus (Volume Cycled
Ventilator).
a. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan
terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled
ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini
bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu
inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi
(jumlah napas permenit). Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2
G. MODUS OPERASIONAL
1. CMV (Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini, pasien menrima volume dan
frekuensi pernapasan sesuai dengan yang telah diatur. Sedangkan pasien tidak dapat bernafas
sendiri.
2. ACV (Assist Control Ventilation)
Pada modus ini, pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi hanya sedikit.
Pasien diberikan kesempatan untuk bernapas spontan. Total jumlah pernapasan dan volume
semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
3. IMV (Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume dan frekuensi pernapasan dari ventilator. Keuntungannya adalah pasien
diberikan kesempatan untuk bernapas sendiri.
4. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan tekanan. Pada saat pasien
inspirasii, mesin memberikan bantuan nafas sesuai tekanan positif yang telah ditentukan. Modus
ini sangat baik untuk digunakan pada proses penyapihan pasien dari penggunaan ventilator.
5. SIMV (Syncronize Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari ventilator
disesuaikan kapan terjadi pernapasan sendiri.
H. PARAMETER VENTILATOR
1. FiO2 (Fraksi oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemberian FiO2 sebaiknya diberikan serendah
mungkim tetapi pemberian PaO2 yang adekuat. Prinsipnya adalah mendapatkan PaO2 yang lebih
besar dari 60mmHg
2. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan.
Normalnya adalah 8-12 cc/kgBB
3. Frekuensi pernapasan
4. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi (I:E Ratio)
5. Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Normal I:E
adalah 1:2
6. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi tekanan yang diberikan dalam
mencapai volume tida;. Pressure limit diberikan 10-15 cm H2O diatas tekanan yang dikeluarkan
oleh pasien
7. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas. Sensitivitas tidak diberikan
jika ventilator dalam modus control. Jika pasien diharapkan untuk merangsang mesin maka
sensitivitas diatur pada -2cmH2O
8. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi verarti mengindikasikan terjadinya suatu masalah.
Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
a. Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal
Penyebab Penatalaksanaan
b. Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien rata-rata. Alarm akan
berbunyi jika tekanan meningkat dimanapun selama masih di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat
Penyebab Penatalaksanaan
Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah settingan PEEP/CPAP
yang digunakan
Penyebab Penatalaksanaan
c. Volume
Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation
Penyebab Penatalaksanaan
e. I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah 1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak sesuainya volume tidal, peak Cek kesiapan VT, peak inspiratory
inspiratory flow rate dan respiratory rate flow rate, dan RR control
Jika VT dan RR settingnya sudah
control
sesuai, atur peak inspiratory flow
rate untuk mencapai I:E ratio
normal
Rusaknya tekanan udara dan oksigen Cek sumber tekanan udara dan
oksigen dan cek sambungan
(Brunner and Suddarth, 2002 ; Hudak and Gallo, 1995; Pierce, 1995; Tanjung, 2003)
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal volume istirahat 7 ml /
kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk
mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone
and Burke, 1996).
Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena resiko
keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi
oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah
kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveolikapiler.
J. EFEK VENTILATOR
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat,
venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis
(misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah
yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan
terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih
dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac
output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain: Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun
seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang
kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
K. KOMPLIKAIS VENTILATOR
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti:
Pada paru
1. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
Atelektasis/ kolaps alveoli diffuse
2. Infeksi paru
3. Keracunan oksigen
4. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
5. Aspirasi cairan lambung
6. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
7. Kerusakan jalan nafas bagian atas
Pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran
balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan
tekanan tinggi.
Pada sistem saraf pusat
1. Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
2. Oedema cerebral
3. Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.
4. Peningkatan tekanan intra kranial
5. Gangguan kesadaran
6. Gangguan tidur.
O. PROSEDUR PENYAPIHAN
1. Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang sudah menggunakan ventilator
dalam waktu lama
2. Meminimalkan obat-obat sedasi
3. Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU dan kondisi
pasien stabil
4. Membersihkan jalan nafas, memposisikan pasien senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semuala
6. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja nafas, dan
saturasi O2
7. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
A. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam
mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan positif. Tekanan
intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah besar dengan demikian
mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan
pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi
pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan
darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala
hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang
menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat
dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Jenis ventilator
2. Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3. Pengaturan volume tidal dan frekuensi
4. Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6. Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7. Humidifikasi
8. Alarm
9. PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat diidentifikasi dan diperbaiki
dengan cepat, perawat harus siap memberikan ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag
Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolit.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau
penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan (pengesetan ventilator tak
tepat) .
4. Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea dan
trakeostomi.
C. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas
dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang mendasari atau factor
mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien. Tim perawatan
kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien
terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan.
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang sangat
beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer
seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi, fibrasi)
adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti
tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik yaitu
auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang
mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas
darah yang menandakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli
pulmonal).
2. Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif yang kontinyu dapat meningkatkan pembentukan sekresi,
dengan apapun kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi
dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakan jalan nafas termasuk
pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan peningkatan mobilitas secepat
mungkin.
Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran
sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi,
diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-
tanda vital yang adekuat.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah
putih.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi
lainnya.
DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidak efektifan Tujuan : 1. Kaji kepatenan jalan
bersihan jalan nafas Setelah diberikan intervensi nafas
b.d. ketidak mampuan keperawatan 3x24 jam, 2. Evaluasi pergerakan
untuk batuk dan bersihan jalan nafas menjadi dada dan auskultasi
terpasangnya alat di efektif bunyi nafas
trakea 3. Awasi letak selang
Kriteria Evaluasi : endotrakeal
Data : Tanda-tanda vital normal 4. Catat batuk
berubahnya Suara napas vesikuler, berlebihan,
frekuensi dan tidak ada ronchi peningkatan dispnea,
kedalaman Tidak ada retraksi dinding bunyi alarm tekanan
pernafasan dada tinggi pada
bunyi nafas tidak Tidak ada sianosis ventilator,
normal Akral hangat peningkatan ronki,
sianosis (+) secret terlihat pada
selang endotrakeal
5. Lakukan suction
sesuai kebutuhan,
batasi penghisapan
maksimal 10 detik.
Pertahankan teknik
steril. Sebelum
penghisapan,
hiperventilasi 100%
6. Anjurkan klien
melakukan teknik
batuk selama
penghisapan
7. Beri cairan sesuai
kemampuan individu
dan ubah posisi
8. Lakukan fisioterapi
dada sesuai indikasi
9. Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator dan
aerosol sesuai
indikasi, contoh
aminofilin,
metaproterenol
sulfat, bronkosol