Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

VENTILASI MEKANIK

A. DEFINISI
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien
sehingga mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam
jangka waktu yang lama (Purnawan & Saryono, 2010).
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama. (Brunner dan Suddarth, 2006)

B. FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILATOR


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan
negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan
secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi
adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir
inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.

C. TUJUAN
Penggunaan ventilator bertujuan untuk:
1. Memperbaiki ventilasi paru
2. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk
mempertahankan ventilasi yang fisiologis
3. Membantu otot nafas yang lelah/lemah
4. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas
(Brunner and Suddarth, 2002)

D. INDIKASI
Ventilator diberikan kepada seseorang yang memiliki (Tanjung, 2003):
1. Gangguan ventilasi
a. Disfungsi otot pernapasan
b. Penyakit neuromuscular (miestania gravis, polymelitis)
c. Sumbatan jalan napas
d. Gangguan kendali napas
e. Gagal napas akut disertai asidosis respiratorik
2. Gangguan oksigen
a. Hipoksemia yang teah dapat terapi oksigen maksimal namun tidak ada perbaikan
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
a. RR > 35x/menit
b. Tidal volume <5ml/kgBB
c. Kapasitas vital <10ml/kg/BB
d. Tekanan inspirasi maksimal <25 cm H2O
e. PO2 <60 mmHg dengan FiO2 21%
f. PO2 <70 mmHg dengan FiO2 40%
g. PO2<100 mmHg dengan FiO2 100%
h. PaCO2 > 55 mmHg
i. Minute volume (MV) <3 liter/menit atau >20 liter per menit
j. Penggunaan otot tambahan pernapasan
4. Indikasi lain
a. Pemberian sedasi berat
b. Menurunkan kebutuhan oksigen baik secara sistematik atau miokard
c. Menurunkan TIK dan mencegah TIK

E. KONTRAINDIKASI
1. Pemakaian alat ventilasi umumnya sangat membantu pasien yang menagalami masalah
pernapasan. Tidak ditemukan kontraindikasi dalam penggunaannya, kecuali jika telah terjadi
komplikasi lain yang menyertai perjalanan penyakitnya.
2. Pada pasien dengan fraktur basal tengkorak rentan terpasang ventilator

F. KLASIFIKASI VENTILATOR
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua
kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-
paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas
kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular,
sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif
pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada
ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus (Pressure Cycled
Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled Ventilator), dan volume bersiklus (Volume Cycled
Ventilator).
a. Volume Cycled Ventilator

Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan
terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled
ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator

Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini
bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator

Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu
inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi
(jumlah napas permenit). Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2

G. MODUS OPERASIONAL
1. CMV (Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini, pasien menrima volume dan
frekuensi pernapasan sesuai dengan yang telah diatur. Sedangkan pasien tidak dapat bernafas
sendiri.
2. ACV (Assist Control Ventilation)
Pada modus ini, pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi hanya sedikit.
Pasien diberikan kesempatan untuk bernapas spontan. Total jumlah pernapasan dan volume
semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
3. IMV (Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume dan frekuensi pernapasan dari ventilator. Keuntungannya adalah pasien
diberikan kesempatan untuk bernapas sendiri.
4. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan tekanan. Pada saat pasien
inspirasii, mesin memberikan bantuan nafas sesuai tekanan positif yang telah ditentukan. Modus
ini sangat baik untuk digunakan pada proses penyapihan pasien dari penggunaan ventilator.
5. SIMV (Syncronize Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari ventilator
disesuaikan kapan terjadi pernapasan sendiri.

6. CPAP (Continous Positive Airway Pressure)


Pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama siklus pernafasan.
Pada modus inni frekuensi pernafasan dan volume tidal ditentukan oleh pasien sendiri.
7. PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
Digunakan untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi sehingga
meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli. Pemakaian PEEP dianjurkan adalah 5-15 cm H2O
(Brunner and Suddarth, 2002)

H. PARAMETER VENTILATOR
1. FiO2 (Fraksi oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemberian FiO2 sebaiknya diberikan serendah
mungkim tetapi pemberian PaO2 yang adekuat. Prinsipnya adalah mendapatkan PaO2 yang lebih
besar dari 60mmHg
2. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan.
Normalnya adalah 8-12 cc/kgBB
3. Frekuensi pernapasan
4. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi (I:E Ratio)
5. Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Normal I:E
adalah 1:2
6. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi tekanan yang diberikan dalam
mencapai volume tida;. Pressure limit diberikan 10-15 cm H2O diatas tekanan yang dikeluarkan
oleh pasien
7. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas. Sensitivitas tidak diberikan
jika ventilator dalam modus control. Jika pasien diharapkan untuk merangsang mesin maka
sensitivitas diatur pada -2cmH2O

8. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi verarti mengindikasikan terjadinya suatu masalah.
Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
a. Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal
Penyebab Penatalaksanaan

Settingan FiO2 diubah-ubah dan tidak Mengubah settingan FiO2 sesuai


sesuai dengan nilai yang diharapkan dengan nilai yang diharapkan

Analyzer oksigen error Mengkalibrasikan analyzer

Gangguan pada sumber oksigen Mengkoreksi gangguan yang terjadi

b. Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien rata-rata. Alarm akan
berbunyi jika tekanan meningkat dimanapun selama masih di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan

Peningkatan hambatan aliran gas Luruskan selang nafas ventilator.


Auskultasi suara nafas dan berikan
bronkodilator jika diperlukan

Penurunan compliance paru Turunkan flow rate/VT/gunakan


control mode

Pasien melawan ventilator (fighting) Disconnect dari ventilator, lakukan


bagging
Jika respiratory distress tidak ada,
maka masalahnya ada pada
ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien,
gunakan SIMV

 Low inspiratory pressure


Biasanya disetting 5-10 cmHg dibawah PIP. Alarm akan berbunyi jika tekanan di sistem
lebih rendah dari settingan
Penyebab Penatalaksanaan

Gangguan pada pasien dengan ventilator Koreksi kebocoran atau saluran


yang lepas

 Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat
Penyebab Penatalaksanaan

Kehilangan sumber udara/kehilangan Cek sambungan dengan sumber


tekanan dalam sumber udara udara. Jika karena turunnya
tekanan ventilator tidak berfungsi,
lakukan ventilasi secara manual

 Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah settingan PEEP/CPAP
yang digunakan
Penyebab Penatalaksanaan

Kerusakan pada sirkuit ventilator Evaluasi dan koreksi sumber


kerusakan

c. Volume
 Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation
Penyebab Penatalaksanaan

Tidak tersambungnya ventilator sistem Kebocoran bisa bersumber dari


dengan pasien (cth: alat terlepas dari mulut atau koreksi sirkuit.
Tanda dan gejala pada pasien:
pasien)
 Hipoksemia dan
Terjadi kebocoran
hiperkabnia
 Kebocoran bisa juga karena
malposisi alat pada jalan napas,
udara dapat ditambahkan pada
cuff
 Jika kebocoran tidak dapat
diperbaiki dalam waktu singkat,
maka reset kembali parameter
alarm (VT) untuk
mengkompensasi volume yang
hilang
Pasien dalam penggunaan ventilator Kaji penyebab penurunan
dengan PC mode, pasien dengan compliance paru atau penurunan
penurunan compliance, penurunan resistensi jalan nafas
Kaji tanda dan gejala kelelahan
resistensi atau kelelahan
otot nafas pada pasien : RR, pola
napas irregular, penggunaan otot-
otot aksesoris pernapasan
Meningkatkan tekanan inpirasi
untuk mendapatkan VT yang
cukup, meningkatkan jumlah nafas
bantuan, atau mengubah mode
ventilator menjadi volume cycled
mode
Mencapai tekanan batas atas tekanan Gangguan disebabkan karena
tertinggi karena ventilator membuang sisa tingginya tekanan inspirasi
VT

Sensor dalam kondisi basah, menyebabkan Keringkan sensor dan susun


tidak akuratnya pengukuran volume kembali
ekspirasi

Tidak cukupnya aliran gas Awasi/kaji adanya waktu inpirasi


yang memanjang dengan
mengontrol I:E ratio. Kemudian
perbaiki dengan meningkatkan
aliran udra (flow rate)

 Tingginya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation


Penyebab Penatalaksanaan

Meningkatkan RR atau tidal volume Cari alasan/penyebab pasien


mengalami peningkatan volume
ekspirasi:kecemasan, nyeri,
hipoksemia, asidosis metabolic
yang dikarenakan menurunnya
perfusi jaringan, kehilangan HCO3
melalui abdominal drain
Cari penyebab kecemasan,
penyebab hipoksemia, control nyeri

Pengaturan ventilator yang tidak sesuai Mengatur kembali settingan VT


dan RR atau alarm parameter pada
ventilator

Adanya kebisingan yang berlebihan (misal Keluarkan cairan dari selang


adanya air padaselang)dapat menyebabkan ventilator sesegera mungkin
kesalahan dalam interpretasi.
d. Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi jika tidak ada ekshalasi
Penyebab Penatalaksanaan

Tidak terdeteksinya usaha nafas spontan Kaji pernapasan pasien.


Jika pasien tidak bernafas, lepas
dari pasien
ventilator dang anti dengan bantuan
nafas manual (bagging). Jika nadi
tidak teraba, cai bantuan dan
lakukan RJP

Lepasnya sambungan sensor ekshalasi Periksa sambungan sensor dan


hubungkan kembali dengan
ventilator

e. I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah 1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan

Tidak sesuainya volume tidal, peak Cek kesiapan VT, peak inspiratory
inspiratory flow rate dan respiratory rate flow rate, dan RR control
Jika VT dan RR settingnya sudah
control
sesuai, atur peak inspiratory flow
rate untuk mencapai I:E ratio
normal

f. Gangguan mesin ventilator


Penyebab Penatalaksanaan

Lepasnya sambungan kabel ke sumber Cek sambungan listrik


listrik

Rusaknya tekanan udara dan oksigen Cek sumber tekanan udara dan
oksigen dan cek sambungan

Disfungsunya microproccesor Disconnect ventilator dan berikan


bantuan ventilasi secara manual

(Brunner and Suddarth, 2002 ; Hudak and Gallo, 1995; Pierce, 1995; Tanjung, 2003)

I. VARIABEL DALAM VENTILATOR


Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat parameter yang diperlukan untuk
pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, 4 variabel penting dalam ventilasi mekanik
tersebut yaitu :
1. Frekuensi pernafasan permenit, yaitu jumlah berapa kali inspirasi di berikan ventilator
dalam 1 menit (10 – 12 bpm)
2. Tidal volume, yaitu jumlah gas/udara yang di berikan ventilator selama inspirasi dalam
satuan ml/cc atau liter (5-10cc/kgbb)
3. Konsentrasi oksigen (FiO2) yang diberikan pada inspirasi (21-100%)
4. Positive end respiratory pressure / flow rate, yaitu kecepatan aliran gas atau voleme gas
yang dihantarkan permenit (liter/menit)

Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal volume istirahat 7 ml /
kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk
mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone
and Burke, 1996).
Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena resiko
keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi
oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah
kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveolikapiler.

J. EFEK VENTILATOR
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat,
venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis
(misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah
yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan
terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih
dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac
output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain: Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun
seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang
kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

K. KOMPLIKAIS VENTILATOR
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti:
Pada paru

1. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
Atelektasis/ kolaps alveoli diffuse
2. Infeksi paru
3. Keracunan oksigen
4. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
5. Aspirasi cairan lambung
6. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
7. Kerusakan jalan nafas bagian atas

Pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran
balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan
tekanan tinggi.
Pada sistem saraf pusat

1. Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
2. Oedema cerebral
3. Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.
4. Peningkatan tekanan intra kranial
5. Gangguan kesadaran
6. Gangguan tidur.

Pada sistem gastrointestinal

1. Distensi lambung dan illeus


2. Perdarahan lambung.

L. PROSEDUR PEMBERIAN VENTILATOR


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan
pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm,
ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis.
Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh
respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)

M. PENYAMPIHAN DARI VENTILATOR


Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
1. Tes penyapihan
a. Kapasitas vital 10-15 cc / kg
b. Volume tidal 4-5 cc / kg
c. Ventilasi menit 6-10 l
d. Frekuensi permenit < 20 permenit
2. Pengaturan ventilator
a. FiO2 < 50%
b. Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
3. Gas darah arteri
a. PaCO2 normal
b. PaO2 60-70 mmHg
c. PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
4. Selang Endotrakeal
a. Posisi diatas karina pada foto Rontgen
b. Ukuran : diameter 8.5 mm
5. Nutrisi
a. Kalori perhari 2000-2500 kal
b. Waktu : 1 jam sebelum makan
6. Jalan nafas
a. Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
b. Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
c. Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
a. Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
b. Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9. Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi
N. METODE PENYAPIHAN
1. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti huruf T. pemberian
oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat penggunaan ventilator. Pasien dinyatakan siap
diekstubasi jika penggunaan T. Piece lebih banyak dari penggunaan ventilator. Keuntungannya
adalah proses penyapihan lebih cepat
2. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan cara mengurangi frekuensi
pernapasan yang diberikan oleh mesin. Dengan menggunakan metode ini pasien dapat metih otot-
otot pernapasan, lebih aman dan pasien tidak merasakan ketakutan, tetapi kerugiannya
berlangsung lambat
3. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator

O. PROSEDUR PENYAPIHAN
1. Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang sudah menggunakan ventilator
dalam waktu lama
2. Meminimalkan obat-obat sedasi
3. Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU dan kondisi
pasien stabil
4. Membersihkan jalan nafas, memposisikan pasien senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semuala
6. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja nafas, dan
saturasi O2
7. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VENTILATOR

A. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam
mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan positif. Tekanan
intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah besar dengan demikian
mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan
pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi
pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan
darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala
hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang
menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat
dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Jenis ventilator
2. Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3. Pengaturan volume tidal dan frekuensi
4. Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6. Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7. Humidifikasi
8. Alarm
9. PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat diidentifikasi dan diperbaiki
dengan cepat, perawat harus siap memberikan ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag
Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elektrolit.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :

1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau
penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan (pengesetan ventilator tak
tepat) .

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan lendir


yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif .

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


kebutuhan metabolisme tubuh berkaitan dengan penyakit kritis, kurang kemampuan untuk makan
peroral.

4. Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea dan
trakeostomi.

5. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan ventilator.


6. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang endotrakea dan
pemasangan pada ventilator.

7. Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan


ketergantungan pada ventilator.

Masalah kolaboratif /Komplikasi Potensial


1. Melawan kerja ventilator
2. Masalah-masalah ventilator – peningkatan dalam tekanan jalan nafas nafas puncak ;
penurunan tekanan ; kehilangan volume
3. Gangguan kardiovaskuler
4. Barotrauma dan pneumothoraks
5. Infeksi paru

C. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas
dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang mendasari atau factor
mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien. Tim perawatan
kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien
terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan.
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang sangat
beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer
seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi, fibrasi)
adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti
tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik yaitu
auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang
mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas
darah yang menandakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli
pulmonal).
2. Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif yang kontinyu dapat meningkatkan pembentukan sekresi,
dengan apapun kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi
dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakan jalan nafas termasuk
pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan peningkatan mobilitas secepat
mungkin.
Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran
sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi,
diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.

3. Mencegah trauma dan infeksi


Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau
trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanya sedikit kemungkinan
tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea.
Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena
peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral merupakan sumber
utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah. Adanya selang
nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik juga telah
mempredisposisikan pasien pada pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan
dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial
aspirasi isi lambung.

4. Peningkatan tingkat mobilitas optimal


Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan aktivitas
otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental. Latihan rentang
gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.

5. Meningkatkan komunikasi optimal


Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan ventilasi
mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan pendekatan komunikasi;
membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil, bahasa gerak tubuh, papan komunikasi,
papan pengumuman. Ahli terapi bahasa dapat membantu dalam menentuka metode yang paling
sesuai untuk pasien.

6. Meningkatkan kemampuan koping.


Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan mengenai
ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat bermanfaat. Memberikan
penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk mengurangi ansietas dan membiasakan klien
dengan rutinitas rumah sakit.
Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama
jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya pada
klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik atau
berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan
punggung, tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk
menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan ketergantungan pada ventilator.

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :

1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-
tanda vital yang adekuat.

2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.

3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah
putih.

4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.

5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi
lainnya.

6. Dapat mengatasi masalah secara efektif.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Ketidak efektifan Tujuan : 1. Kaji kepatenan jalan
bersihan jalan nafas Setelah diberikan intervensi nafas
b.d. ketidak mampuan keperawatan 3x24 jam, 2. Evaluasi pergerakan
untuk batuk dan bersihan jalan nafas menjadi dada dan auskultasi
terpasangnya alat di efektif bunyi nafas
trakea 3. Awasi letak selang
Kriteria Evaluasi : endotrakeal
Data :  Tanda-tanda vital normal 4. Catat batuk
 berubahnya  Suara napas vesikuler, berlebihan,
frekuensi dan tidak ada ronchi peningkatan dispnea,
kedalaman  Tidak ada retraksi dinding bunyi alarm tekanan
pernafasan dada tinggi pada
 bunyi nafas tidak  Tidak ada sianosis ventilator,
normal  Akral hangat peningkatan ronki,
 sianosis (+) secret terlihat pada
selang endotrakeal
5. Lakukan suction
sesuai kebutuhan,
batasi penghisapan
maksimal 10 detik.
Pertahankan teknik
steril. Sebelum
penghisapan,
hiperventilasi 100%
6. Anjurkan klien
melakukan teknik
batuk selama
penghisapan
7. Beri cairan sesuai
kemampuan individu
dan ubah posisi
8. Lakukan fisioterapi
dada sesuai indikasi
9. Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator dan
aerosol sesuai
indikasi, contoh
aminofilin,
metaproterenol
sulfat, bronkosol

Perfusi jaringan  Circulation status 1. Monitor TTV


cerebral tidak efektif  Neurologic status 2. Monitor AGD,
b/d gangguan afinitas Hb  Tissue Prefusion : ukuran pupil,
oksigen, penurunan cerebral ketajaman,
konsentrasi Hb, Tujuan : kesimetrisan dan
Hipervolemia, Setelah dilakukan asuhan reaksi
Hipoventilasi, gangguan selama………ketidakefektifan 3. Monitor adanya
transport O2, gangguan perfusi jaringan cerebral teratasi diplopia, pandangan
aliran arteri dan vena. dengan kriteria hasil: kabur, nyeri kepala
 Tekanan systole dan 4. Monitor level
diastole dalam rentang kebingungan dan
yang diharapkan orientasi
 Tidak ada 5. Monitor tonus otot
ortostatikhipertensi pergerakan
 Komunikasi jelas 6. Monitor tekanan
 Menunjukkan intrkranial dan respon
konsentrasi dan orientasi nerologis
 Pupil seimbang dan 7. Catat perubahan
reaktif pasien dalam
 Bebas dari aktivitas merespon stimulus
kejang 8. Monitor status
 Tidak mengalami nyeri cairan
kepala 9. Pertahankan
parameter
hemodinamik
10. Tinggikan
kepala 0-
o
45 tergantung pada
konsisi pasien dan
order medis
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi
Mekanik.diakseshttp://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-
keperawatan-pasien-dengan.html (07 Juni 2014, 09.06)
Carpenito, Lynda Juall. 2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather .2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.
EGC:Jakarta
Priangga, D. Satria. 2011. Ventilator Mekanis.
Diakseshttp://satriadwipriangga.blogspot.com/2011/11/ventilator-
mekanis.html (11 September 2015)
Purnawan, Iwan, Saryono ( 2010 ). Mengelola Pasien Dengan Ventilator
Mekanik.Jakarta : Rekatama
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Zahar, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. diakses
http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html
(11 September 2015)

Anda mungkin juga menyukai