DISUSUN OLEH :
PITRA SURIANI SINAGA
NPM : 18200100133
I. Pengertian.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
2. Penyebab perifer
a. Kelaian Neuromuskuler:
Guillian Bare symdrom
Tetanus Trauma servikal.
V. Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
1. Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
1. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien,
pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah
ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas
tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi
fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru
meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh
mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled
Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
1. Pada paru
a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
.
XIII. Kriteria Penyapihan
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler
akibat tekanan (+) sehingga darah berkurang cardiac out put menurun.
- Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat
TIK meningkat.
TERAPI OXIGEN
Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat hipoksia atau
hiperkabinya serta keadaan penderita. Pontiopi dan memberi batasan mekanik,
oksigenasi dan ventilasi untuk menentukan tindakan selanjutnya (lihat tabel)
PARAMETER ACCAPTABLE FISIOTERAPI INTUBASI
RANGE (TIDAK DADA, TERAPI TRACHEOSTOMI
PERLU TERAPI OKSIGEN, VENTILASI
KHUSUS) MONITORING MEKANIK.
KETAT
1. MEKANIK
- Frekwensi nafas 12 - 25 25 - 35 > 35
- Vital capacity 70 - 30 30 - 15 < 15
(ml/kg)
- Inspiratori force, 100 - 50 50 - 25 < 25
CmH2O
2. OKSIGENAS
I
50 - 200 200 - 350 > 350
- A - aDO2 100%
O2 mmHg
100 - 75 200 - 70 < 70
- PaO2 mmHg
(Air) ( O2 Mask) ( O2 Mask )
3. VENTILASI -
0,3 - 0,4 0,4 - 0,6 0,6
VD / VT
35 - 45 5 - 60 60
- PaCO2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
BANTUAN VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)
I. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:
1. Biodata
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt, dll.
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status
sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga
mempermudah dalam berkomunikasi dan menentukan tindakan keperawatan
yang sesuai.
3. Keluhan
Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan
dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan keluhannya. Keluhan
pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas, nafas terasa berat, kelelahan
dan ketidaknyamanan.
. 1. Sistem pernafasan
a. Setting ventilator meliputi: Mode ventilator
. 3. Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
. 4. Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal)
6. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi
mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi,
merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.
III. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan
produksi sekret Tujuan:
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan sekresi tertahan, proses
penyakitnya
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Cek analisa gas darah setiap 10 - 1 Evaluasi keefektifan setting
30 menit setelah perubahan ventilator yang diberikan
setting ventilator.
2 Monitor hasil analisa gas darah 2 Evaluasi kemampuan
(blood gas) atau oksimeteri bernapas
selama periode penyapihan.
3 Pertahankan jalan napas bebas 3 Sekresi menghambat
dari skresi. kelancaran udara napas.
4 Monitor tanda dan 4 Diteksi dini adanya kelainan.
gejala
hipoksia
3. Diagnosa Keperawatan
Ketidak efektifan pola nafas sehubungan dengan kelelahan, pengesetan
ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal Tujuan: Pola
napas efektif.
Kriteria hasil:
Napas sesuai dengan irama ventilator.
Volume napas adekuat.
Alarm tidak berbunyi.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan pemeriksaan ventilator 1 Diteksi dini adanya kelainan
tiap 1 - 2 jam. atau gg. fungsi ventilator.
2 Evaluasi semua alarm dan 2 Bunyi alarm menunjukan
tentukan penyebabnya. adanya gg. Fungsi ventilator.
3 Pertahankan alat resusitasi 3 Memudahkan melakukan
manual (bag & mask) pada posisi pertolongan bila
tempat tidur sepanjang waktu. sewaktu/waktu ada gangguan
Monitor selang / fungsi ventilator.
4 cubbing 4 Mencegah berkurangnya
ventilator dari terlepas , terlipat, aliran udara napas.
bocor atau tersumbat.
5 Evaluasi tekanan atau kebocoran 5 Mencegah berkurangnya
balon cuff. aliran udara napas.
6 Masukan penahan gigi (pada 6 Mencegah tergigitnya selang
pemasangat ETT lewat oral) ETT
Amankan selang ETT dengan Mencegah terlepas /
7 7
fiksasi yang baik. tercabutnya selang ETT.
Monitor suara dan pergerakan Evaluasi keefektifan
8 8
dada secara teratur. jalan napas.
4. Diagnosa Keperawatan
Cemas sehubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
Tujuan: Cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Mampu mengekspresikan kecemasan, tidak gelisah,
kooperatif.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Lakukan komunikasi terapiutik. 1 Membina hubungan saling
percaya.
2 Dorong pasien agar mampu 2 Menggali perasaan dan
mengekspresikan perasaannya. permasalahan yang sedang
dihadapi klien.
3 Berikan sentuhan kasih sayang. 3 Mengurangi cemas.
4 Berikan support mental. 4 Mengurangi cemas.
5 Berikan kesempatan pada keluarga 5 Kehadiran orang-orang yang
dan orang-orang yang dekat dicintai meningkatkan
dengan klien untuk mengunjungi semangat dan motivasi untuk
pada saat-saat tertentu. sembuh.
Berikan informasi realistis pada
6 tingkat pemahaman klien. 6 Memahami tujuan pemberian
atau pemasangan ventilator.
5. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan komunikasi verbal sehubungan dengan pemasangan
selang endotracheal
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan papan, kertas dan pensil, 1 Mempermudah klien untuk
gambar untuk komunikasi, mengemukakan perasaan /
ajukan pertanyaan dengan keluhan dengan
jawaban ya atau tidak. berkomunikasi.
2 Yakinkan klien bahwa suara akan 2 Mengurangi cemas.
kembali bila ETT dilepas.
6. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya infeksi saluran nafas sehubungan dengan
pemasangan selang endotracheal Tujuan:
Tidak terjadi infeksi saluran napas s/d pemasangan selang ETT / ventilator
Kriteria hasil:
7. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terjadinya trauma atau cedera sehubungan dengan ventilasi
mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress Tujuan: Bebas dari cedera
selama ventilasi mekanik.
Kriteria hasil:
Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas.
Tidak terjadi barotrauma.
Tindakan keperawatan:
INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor ventilator 1 Peningkatan secara tajam
terhadap peningkatan dapat menimbulkan trauma
secara tajam. jalan napas (barutrauma)
2 2 Napas yang berlawanan
Yakinkan napas pasien sesuai dengan mesin dapat
dengan irama ventilator menimbulkan trauma.
3 3 Napas yang berlawanan
Mencegah terjadinya fighting dengan mesin dapat
kalau perlu kolaborasi dengan menimbulkan trauma.
4 dokter untuk memberi sedasi. 4 Diteksi dini.
Observasi tanda dan
5 gejala barotrauma. 5 Mencegah iritasi mukosa jalan
Lakukan pengisapan napas.
lendir dengan hati-hati
dan gunakan kateter succion
6 yang lunak dan ujungnya tidak 6 Mencegah terekstubasinya
tajam. ETT (ekstubasi sendiri)
7 Lakukan restrain / fiksasi bila 7 Mencegah trauma
pasien gelisah. akibat penekanan
Atur posisi selang / tubing selang ETT.
ventilator dengan cepat.
8. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang
endotracheal
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cdc.gov/nhsn/pdfs/pscmanual/6pscvapcurrwnt.pdf