Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Bronkitis merupakan sebuah penyakit infeksi yang dapat disebabkian oleh
berbagai faktor seperti virus, bacteri, dan mikroorganisme lainnya. Penyakit ini biasanya
menyerang pada orang dewasa, tetapi juga bisa menyerang pada anak-anak. Namun
diagnosa pada anak yang ditegakkan belum dapat di terima oleh kalanngan medis secara
utuh karena mereka mempunyai berbagai dasar yang dapat di jadikan sebagai acuan untuk
membantah diagnosa bronkitis pada anak. Namun ini tidak perlu di perdebatkan karena
fokus dari makalah ini adalah awsuhan keperawatan pada pasien anak dengan obstruksi
jalan nafas (bronkitis, asma, dll). Untuk lebih detail mengenai masalah ini akan di bahas
dalam makalah ini.

B. Tujuan.
1. Tujuan umum.
Agar mahasiswa/ i dapat memahami tentang konsep bronkitis pada anak.
2. Tujuan Khusus.
Mampu menjelaskan pengertian bronkitis pada anak.
Mampu menjelaskan etiologi bronkitis pada anak.
Mampu menjelaskan manifestasi klinik bronkitis pada anak.
Mampu menjelaskan penatalaksanaan bronkitis pada anak.
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchitis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian.
Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus.bronkitis akut merupakan
kejadian terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus sebagai komplikasi dari
penyakit selesma, influenza, batuk rejan, campak atau rubela.infeksi skunder merupakan
akibat bakteri, yang umumnya bakteri haemophilus influezae atau streptococcus
pnemoniae.pada bronkitis kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami hipertrofi akibat
asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan keluhan pasien satu-satunya
adalah batuk pruduktif serta sputum mukoid yang terjadi sepanjang hari selama tiga bulan
berturut-turut selama dua tahun berturut-turut. (kamus keperawatan: Hinchliff, sue 1999).
Bronkitis sering konjungsi dengan penyakit pernafasan lain. (nursing care of
children and families : Mott R. Sandra . 1990).
Bronkitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit pernafasan
lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan penyakit tersendiri.sebagai penyakit
tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih kontroversi dan ketidak-jelasan di
antara para klinikus dan para penyidik.bronkitis sering merupakan dignosa yang di
tegakkan,baik di luar maupun di dalam negeri,walaupun dengan patokan diagnosis yang
tidak sama.bahkan stern (1983) meragukan adanya bronkitis kronik pada anak sebagai
penyakit tersendiri.Mengapa hal ini sampai terjadi kesimpang siuran karena masih belum
ada konsensus tentang bronkitis pada anak ini (buku kuliah ilmu kesehatan anak seri 3 :
1985)

B. Etiologi Dan Epidemiologi.


Penyebab utama bronkitis adalah virus terutama virus RSN (respiratori sincial
virus), virus lain yang biasanya juga dapat menyebabkan bronkitis adalah Rhinovirus,
virus influenza, dan coxsakie virus. Anak dengan morbili, pertusis,dan infeksi
mycoplasma pneumonia selalu terdapat bronkitis. Belum ada bukti akurat bahwa bakteri
lain merupakan penyebab primer bronkitis akut pada anak. Pada penegakan diagnosa
bronkitis kronik dan batuk berulang penyebabnya adalah : asma, infeksi saluran nafas
atas kronik, infeksi lain ( TB. Paru, jamur, dll), Penyakit paru yang telah ada misal
bronkiektasis, Sindrom aspirasi, Penekanan saluran nafas, Benda asing, Kelainan jantung
bawaan, Kelainan silia primer, Defisiensi imonologis, Kekurngan -1-antitrpsin, Fibrosis
klinik, Psikis. Pda iritasi non spesifik saluran nafas yang juga dapat menyebabkan
bronkitis kronik seperti asap rokok, dan polusi udara.Bronkitis tipe tiga adalah bronkitis
versus asma dengan penyebab sama dengan asma yaitu reaksi berlebihan dari trakea dan
bronkus (hiperreaktivitas bonkus).

Sumber Tahun Penyelidikan Prevalensi Perbandingan


Bronkitis Asma : Bronkitis
Hall 1972 Anak tasmania 32% -
Bland 1974 Anak sekolah ket(akut dan 5.5 1:5
kronik
Burrow 1975 Anak arizona(kronik) 7.1% _
Burrow 1977 Arizona, kuesioner, 46.4 % 1:1.6
retospektiv, (kronik)
Kubo 1978 Anak jepang (kronik dan 1.4 % 3.4 :1
berulang
Peat 1980 Anak sekolah sidney 20 % 1:3

Tabel prevalensi bronkitis pada anak.

C. Manifestasi Klinik.
Produksi mukus kental.
Batuk produktif dengan mukus purulen.
Dispnea.
Demam.
Suara serak.
Ronki (bunyi nafas diskontineu yang halus atau kasar) terutama waktu
inspirasi.
Nyeri dada kadang timbul.
Batuk sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan
inhalan,udara dingin atau infeksi.
Sesak nafas dan dispnea.

D. Patofisiologi.
Terdapat hubungan yang erat antara kebiasaan merokok da EVP 1 (volume
ekspansi paksa 1 detik), secara patologik rokok berhubungan dengan gangguan fungsi
alveolar magrofag, menurunnya aktifitas silia dan hipertrofi serta hiperplsia kelenjar
mukus maupun serosa. Peranan infeksi dlam patogenesa sebagai salah satu faktor resiko
terjadinya bronkitis akut di bagi menjadi dua bentuk :
Infeksi sebagai salah satu resiko untuk timbul di kemudian hari, khususnya infeksi
pada anak-anak. Infeksi yang berulang di tambah dengan faktor lain yang di mulai
pada masa bayi dan kanak-kanak menimbulkan derajat kerusakan serta pembentukan
jaringan parut dalam sistem pernafasan.
Infeksi menahun, dalam keadaan sehat paru-paru di lindungi oleh mekanisme
pertahanan yang efektif sehingga praktis paru dalam keadaan steril, walaupun setiap
saat selalu terancam oleh masukan benda asing termasuk mikroorganisme melalui
udara yang di hirup. Jadi ekserbasi bronkitis akut dapat di diagnosa paling sering di
awali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi skunder oleh bacteri
lain ; haemofilus influenza dan streptokokus pnemoniae.
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit ini,
akan tetapi apabila di tambah dengan merokok, maka tingkat resiko makin tinggi sehingga
manifestasinya alergi dan hiperreaktivitas bronkus yang akan mengarah pada bronkitis
akut.
Pada bronkitis kronik
Gambaran bronkitis pada anak juga belum jelas adanya karena datanya masih
terbatas.pada orang dewasa gambaran patologis bronkitis kronik adalah sebagai berikut :
penebalan dinding bronkus, hipertofi kelenjar mukosa, hipertrofi sel globet,epitel
mengalami metaplasia skuamosa dan inflamasi kronik. Szekely dan farkas
membandingkan hasil biopsi 59 anak tanpa asma tetapi mempunyai gejala inflamasi
kronik bronkus dengan hasil biopsi pada anak dengan asma. Hipertrofi kelenjar mukosa
yang merupakan tanda yang khas bronkitis kronik pada orang dewasa hanya terdapat 39%
pada anak. Demikian juga metaplasia epitel sangat jarang pada anak. Bahkan data biopsi
tersebut menunjukan bahwa gambaran patologis bronkitis kronik pada anak sangat mirip
denagn gambaran patologis pada asma. Yang perlu di perhatikan dalam menegakan
diagnosis antara asma dengan bronkitis adalah denagn melihat keseimbangan antara
reaksi yang lambat dan cepat itulah penemuan klinis yang di dapat. Anak denagn
rektivitas otot bronkus yang menonjol akan di diagnosis asma, anak dengan reaktivitas
otot bronkus kurang tetapi produksi lendir lebih banyak akan menunjukan batuk produktif
yang lama dan di temukan sebagai bronkitis kronik.

Karakteristik Presentasi kasus


Bronkitis kronik Asma
Infiltrasi sel bulat 100 100
Eosonofil 14 49
Hipertrofi kel. Mukosa 39 20
Metaplasia epitel 0 6
Epitelium utuh 86 86

Gambaran Patologis bronkitis dan asma

E. Tanda Dan Gejala.


Demam, meningismus, anorexia, muntah, diare, nyeri abdomen, sumbatan
nasal, keluaran nasal, batuk, bunyi nafas : batuk, suara serak, ngorok, stridor, mengi, pada
askultasi terdengar kerkles, mengi, serta sakit tenggorokan.

Pathway

Polusi Rokok Infeksi


Alergen Metaplasia Epitel
Bahan Iritan
Antigen

Alergi Imunologis Iritasi Epitel Cilia


Mengalami
Kerusakan Hebat

Stimulasi Sekret
Bronkus
Retensi Sekret

Kelenjar Mucus
Meningkat, Kelenjar
Serosa Menurun, Cel Pertumbuhan Bacteri
Silia Menurun

Penyempitan
Bronkus Difus

Brokitis Akut
1. Ansietas b.
d Kesulitan
3. Bersihan 2. Intoleransi Nafas
Jalan Nafas aktifitas b. d in
Tidak Efektif b. adequat
d Obs. pertukaran gas
Meningkat,
Inflamasi, Nyeri.
4. Perubahan
proses keluarga b.d
hospitalisasi anak.

F. Komplikasi.
Hipertensi paru akibat vasokonstriksi hopoksik paru yang kronik, yang pada akhirnya
menyebabkan kor pulmonal, dapat pula terjadi metaplasia dan displasia

G. Penatalaksanaan.
Umum.
Memenuhi intake cairan sampai di atas atau lebih 4000 ml per hari serta dengan
memanipulasi lingkungan di sekitar pasien dengan uap panas atau dengan kabut dingin.
Fungsinya adalah untuk membantu mengencerkan dahak.
Medis.
Pada penyebab yang di karenakan oleh virus belum ada obat khusus, anti biotik
tidak ada gunanya. Banyak minum terutama air buah sangat memadahi. Obat penekan
batuk tidak boleh di berikan pada batuk yang berlendir.
Bila batuk tidak mereda pada 2 minggu patut dicurigai kemungkinan infeksi
skunder dan pemberian anti biotik dapat di berikan asal telah hilang kemungkinan terjadi
pertusis.bakteri yang di anjurkan adalah Amoxillin, ko-trimoxasol dan golongan
mikrolide.anti biotik di berikan selama dua minggu dan bila tidak berhasil maka
dilakukan rongen foto toraks untuk menyingkirkan adanya kulaps paru segmental dan
lober, benda asing dan tuberkulosis.
Bila bronkitis akut terjadi berulang kali perlu di kaji adanya penyebab lain seperti
kelainan saluran nafas,benda asing, bronkiektasis, defisiensi imonologis, hiperreaktivitas
bronkus, dan ISPA (infeksi saluran nafas atas akut) atas yang belum teratasi.
Daftar Obat Pada Bronkitis Menurut Respiratori Disosder.

No. Nama Obat Indikasi Dosis


1 Hidrocodone bitartrat Antitusif 5 10 Mg
2 Codein phospat Antitusif 10 - 20 Mg
3 Dextrometorpan Analgesik nonnarktik 10 - 20 Mg/ 4jam, 30 mg/ 6 jam
4 Noscapine Analgesik nonnarktik 15 - 30 Mg
5 Levopropoxyphene Analgesik nonnarktik 50 - 100 Mg
6 Terbutaline Bronkodilator 2,5 5 Mg
Dosis tinggi di sesuaikan dengan serum
7 Theophylline Bronkodilator theopillin
8 Doxycyline Antibiotik 250 - 500 Mg PO
9 Terramicin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
# Amphisilin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.
Kaji pemasukan dan pantau tingkat pernafasan, status hidrasi, dan adanya demam.
Pada bronkitis asmatik : mengi, ISPA, batuk yang produktif. Pada bronkitis yang
disebabkan oleh virus, dengan ciri batuk kering , keras yang menetap[ memburuk pada
malam hari] menjadi produktif pada 2-3 hari, takipnea, demam ringan.pada bronkitis
sinsisial yang biasa menyerang anak dengan usia 2-12 bulan dan jarang setelah 12
tahun,awalnya sebagai ISPA biasa dengan rubas nasal serosa, kemungkinan disertai
dengan demam ringan, secara bertahap mengalami peningkatan distress pernafasan,
dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea dengan pernafasan cuping hidung dan
retraksi emfisema, dan kemungkinan mengi.

2. Diagnosa Keperawatan.
1. Pola nafas tak efektif b. d proses inflamasi.
2. Ansietas b. d kesulitan nafas, prosedur dan lingkungan asing(rumah sakit).
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d obstruksi mekanis, inflamasi meningkat,
sekresi dan nyeri.
4. Intoleransi aktifitas b. d in adequat pertukaran oksigen.
5. Perubahan proses keluarga b. d penyakit dan hospitalisasi anak.

3. Perencanaan.
Diagnosa I.
Goal : Klien akan mempertahankan pola nafas yang efektif selama dalam perawatan.
Intervensi dan rasional :
Beri posisi untuk untuk ventilasi yang maximum.
R/ Untuk meningkatkan ekpansi paru.
Tinggikan kepala pasien 300.
R/ Untuk meningkatkan ekspansi paru.
Hindari bedong atau pakaian yang ketat.
R/ Untuk melapangkan pernafasan.
Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan anak tidak merosot.
R/ Untuk menghindari penekanan diafragma.
Gunakan bantalan.
R/ Untuk mempertahankan jalan nafas.
Beri peningkatan kelembaban dan oksigen suplemen dengan menempatkan anak
dalam tent/ nood(bayi) sesuaikan demi keamanan anak.
Tingkat istirahat dan tidur dengan penjadwalan yang tepat.
Dorong teknikrelaxasi.
Diagnosa II.
Goal : Klien akan menurunkan tingkat kecemasan selama dalam perawatan.
Intervensi dan rasional :
Jelaskan prosedur.
R/ Untuk mengurangi kecemasan anak.
Ciptakan hubungan terapeutk antara (p) keluarga,dan anak.
R/ Untuk meningkatka kooperatifan anak dan keluarga.
Gunakan teknk perawatan centered family.
R/ Melibatkan keluarga secara kooperatif.
Perhatikan siklus pola tidur dalam perencanaan keperawatan.
Kaji pengaruh pemberian sedatif / analgesik.
Beri aktivitas pengalihan sesuai tumbang anak.
Beri bronkodilator sesuai resep dokter.
Diagnosa III.
Goal : Klien akan mempertahankan bersihan jalan nafas yang efektif selama dalam
perawatan.
Intervensi dan rasional :
Posisikan klien pada kesejajaran tubuh yang tepat.
R/ Untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebh baik dan perbaikan pertukaran
gas serta mencegah aspirasi sekresi.
Lakukan penghisapan selama 5 detik.
R/ Untuk memperbaiki jalan nafas.
Beri fisioterapi dada.
R/ Untuk memperbaiki jalan nafas.
Kolaborasi tentang pemberian ekspektoran.
R/ Untuk mengencerkan dahak.
Sediakan alat kedaruratan.
R/ Menghindari kedaruratan bila di perlukan.
Pastikan masukan cairan yang adequat.
R/ Untuk mengencerkan sekret.
Diagnosa IV.
Goal : Klien akan mempertahankan pola aktifitas yang adequat selama dalam
perawatan.
Intervensi dan rasional :
Kaji tingkat toleransi fisik anak.
Bantu anak dalam aktivitas sehari-hari yang melebihi toleransi.
Beri aktivitas pengalihan sesuai dengan usia.
Beri aktifitas pengalihan yang tidak membosankan dan mencegah menarik diri.
Beri instruksi istirahat dengan jelas.
Seimbangkan antara istirahat dan tidur bila pasien berambulasi.
Beri sedatif sesuai dengan resep dokter.
Diagnosa V.
Goal : Keluarga akan mempertahankan proses keluarga yang adequat selama
perawatan anak.
Intervensi dan rasional :
Kenali kekawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan dukungan.
Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi dan penyakit anak.
Jelaskan penampilan dan perilaku anak.
Gunakan teknik perawatan centered family care sehingga keluarga juga kooperatif.

4. Implementasi.
Sesuai dfengtan perencanaan.

5. Evaluasi.
1. Pernafasan dalam batas normal,pernafasan tidak sulit anak tidur dan istirahat
dengan tenang.
2. Anak tidak tidak menunjukan tanda disress pernafasan dan ketidaknyamanan fisik
3. Anak lebih efektif mengeluarkan sekret tanpa stress dan keletihan yang tidak
perlu. Anak mampu batuk produktif.
4. Anak bermain dan istirahat dengan tenang serta melakukan aktifitas yang sesuai
dengan usia dan kemampuannya.
5. Anak tidak menunjukan bukti peningkatan distress pernafasan.
6. Anak mentoleransi peningkatan aktifitas.
7. Keluarga akan mengajukan pertanyaan yang tepat mendiskusikan.
8. Kondisi dan perawatan anak dengan tenang serta terlibat secara positif dalam
perawatan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak,1985 lmu Kesehatan Anak, Jakarta.FKUI.


Mott R. Sandra. 1990. Second Edition. Nursing Care Of Children And Families
Cumming Publising Company, inc. Addison - Weslev.

Wong l. Donna Keperawatan Pediatrik : Pedoman Klinis Edisi 4. Jakarta ; EGC.

Corwin, Elizabeth. J; 2000 Buku Saku Patofisiologi ; Jakarta; EGC.

Susan F. Wilson. June M. Thomson. 1990 Respiratori Disorder Klinical Nursing Series.
Mosby Year Book

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN BRONKHITIS
O L E H

Nama : Fauzi Doni Arifin


Nim : PO.0320103008
M. A. : Keperawatan Anak
Dosen pembimbing : Sabinus Kedang Skp.Ns

POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
2005

Anda mungkin juga menyukai