Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“Penurunan Daya Ingat pada lansia (DEMENSIA)”

Oleh :

Kelompok 2

Kelas III A :

Fadillah Fauzana Fauzyiah Adilhah

FebriTrismayola FitriaHasni

HasriRahmayati HeruMulianse

Indri Desmiati Rozalina Maizara

Arsy Yunita Hardiany

Dosen Pembimbing :

Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG

D-III KEPERAWATAN PADANG

TA 2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penurunan Daya Ingat pada Lansia (DEMENSIA)


Waktu Pertemuan : 30 menit
Tanggal : 09 November 2019
Tempat : Wisma Sago
Sasaran : Klien di wisma Sago, Harau dan Anai
Metode : Ceramah dan tanya jawab

A. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk
lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada tahun
2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk dan diprediksi akan terus
meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013)
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar
8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi
Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah
Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun
2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun
2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total
populasi (Depkes, 2013).
Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan
berjalannya waktu, yaitu terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh
(Bandiyah, 2009). Salah satunya penurunan fungsi otak. Penurunan fungsi
otak dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti gangguan neurologis,
psikologis, delirium dan demensia (Sarwono, 2010).
Salah satu masalah yang dihadapi lansia demensia adalah adanya
gangguan daya ingat atau memori. Memori adalah kemampuan mengingat
kembali pengalaman yang telah lampau (Rostikawati, 2009). World
Alzheimer Reports mencatat demensia akan menjadi krisis kesehatan
terbesar di abad ini yang jumlah penderitanya terus bertambah.
Berdasarkan data dari WHO (2012) diketahui bahwa 35,6 juta jiwa di
dunia menderita demensia dan pada tahun 2050 mendatang, diperkirakan
presentasi dari orang-orang berusia 60 tahun ke atas akan mencapai 22%
jumlah populasi dunia. Sedangkan jumlah penyandang demensia di
Indonesia sendiri hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Gitahafas,
2011).
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Agar klien dapat memahami dan mengaplikasikan materi
penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan anggota klien mampu :

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik : Penurunan Daya Ingat pada Lansia (DEMENSIA)
2. Sasaran dan Target
a. Sasaran : Klien di wisma Sago, Harau dan Anai
b. Target : Klien yang mengikuti penyuluhan.
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab dan diskusi
4. Media dan alat
a. Leaflet/buflet
5. Waktu dan Tempat
a. Hari / Tanggal : Sabtu/09 November 2019
b. Waktu : 10.00 – 10.30 WIB
c. Tempat : Wisma Sago
6. Pengorganisasian
a. Struktur
1) Penyaji : Fauziya Adilhah
2) Moderator : Heru Mulianse
3) Fasilitator : Fadhilatul Husna
Fitria Hasni
Hasri Rahmayati
Arsy Yunita Hardiani
Febry Trismayola
Indri Desmiati
4) Observer : Fadillah Fauzana
5) Notulen : Rozalina Maizara
b. Penugasan
1) Penyaji
Tugas :
a) Mempresentasikan materi penyuluhan.
b) Bersama audiens menyimpulkan materi penyuluhan.
c) Ikut serta menjawab pertanyaan yang diajukanolehklien.
2) Moderator
Tugas :
a) Membuka acara.
b) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
c) Menjelaskan tujuan dan topik.
d) Menjelaskan kontrak waktu.
e) Mengarahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri.
f) Mengarahkan alur diskusi.
g) Memimpin jalannya diskusi.
h) Menutup acara.
i) Ikut serta Menjawab pertanyaan yang muncul.
3) Observer
Tugas :
a) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai
akhir.
b) Mengobservasi prilaku semua anggota kelompok
4) Fasilitator
Tugas :
a) Meminta persetujuan/mengontrak klien.
b) Berdiri disamping klien untuk mendampingi klien.
c) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan.
d) Mempersiapkan absen.
e) Berdiri disamping klien untuk mendampingi klien.
f) Memotivasi klien untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan.
g) Mempersiapkan ruangan.
h) Memotivasi klien untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan.
i) Mempersiapkan ruangan, infokus, dan laptop.
j) Memotivasi klien untuk berperan aktif dalam jalannya
penyuluhan.
5) Notulen
Tugas :
a) Mencatat semua pertanyaan yang diajukan oleh klien.
b) Mencatat semua jawaban yang disampaikan oleh setiap
anggota kelompok..
c) Mencatat hasil kesimpulan dari observer.

7. Setting Tempat
Keterangan :

= Lansia = Leader

= Fasilitator = Co.Leader

= Obeservasi = Notulen

D. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA


1. 5 menit PEMBUKAAN :
 Mengucapkan salam  Menjawab
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. 20 menit KEGIATAN INTI
 Menyampaikan tujuan  Mengemukakan
penyuluhan pendapat
 Menjelaskan pengertian  Memperhatikan dan
mendengarkan
 Memperhatikan dan
mendengarkan
 Memperhatikan dan
mendengarkan
 Memperhatiakan dan
mendengarkan

3. 5 menit PENUTUP
 Bersama peserta  Bersama – sama
menyimpulkan apa yang telah menyimpulkan
disampaikan
Evaluasi materi : penurunan daya  Menjawabpertanyaan
ingat pada lansia (DEMENSIA)
 dengan mengajukan  Memperhatikan dan
pertanyaan mendengarkan
 Melakukan terminasi  Menjawab salam
 Memberikan salam untuk
menutup pertemuan

E. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
a. 75 % klien menghadiri penyuluhan.
b. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana.
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan.

2. Evaluasi Proses
a. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
b. 75 % peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan : penurunan daya
ingat pada lansia (DEMENSIA)
c. 75 % peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan :
penurunan daya ingat pada lansia (DEMENSIA)

3. Evaluasi Hasil
a. Klien mampu menyebutkan pengertian penyuluhan : penurunan
daya ingat pada lansia (DEMENSIA)
b. Klien mampu menyebutkan faktor : penurunan daya ingat pada
lansia (DEMENSIA)
c. Klien mampu menyebutkan : penurunan daya ingat pada lansia
(DEMENSIA)
d. Klien mampu menyebutkan dampak
Penurunan Daya Ingat pada Lansia (DEMENSIA)

A. Defenisi Demensia
Demensia adalah suatu kondisi atau sindrom yang disebabkan penyakit atau
gangguan otak yang ditandai dengan kehilangan atau penurunan
kemampuan intelektual, daya ingat, daya pikir, daya tangkap, kemampuan
berhitung dan berbahasa serta daya nilai sehingga menimbulkan gangguan
pekerjaan dan fungsi sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Seseorang yang menderita demensia, umumnya tidak mampu melakukan


pekerjaan seperti yang ada di dalam pikirannya karena terjadi perubahan
mental dalam bersosialisasi terkait proses penyakit. Beberapa hal yang
ditemui dalam dimensia, yaitu kemunduran bahasa, apraxia (kesulitan dalam
memanipulasi objek), agnosia (ketidakmampuan dalam mengenal objek
yang dikenal), agrafia (kesulitan menggambarkan objek), dan kegagalan
fungsi secara umum (Meiner, 2011).

Demensia dapat disebabkan oleh penyakit organik difusi pada hemisfer


serebri, misalnya penyakit Alzheimer atau kelainan struktur subkortikal
misalnya penyakit Parkinson dan Huntington (Elvira dkk, 2010).
B. Faktor Penyebab Demensia
1. Penyakit alzheimer
Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer.
Demensia 50% di sebabkan oleh penyakit alzheimer, 20% disebabkan
gangguan pembulu otak, dan sekitar 20% gabungan keduannya serta
sekitar 10% disebabkan faktor lain. Penyebab alzheimer tidak diketahui
pasti penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik,
penyakit alzheimer ini ditemukan dalam beberapa keluarga gen
tententu.
2. Serangan Stroke
Penyebab kedua demensia adalah serangan stoke yang terjadi secara
ulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara
bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak akibat
tersumbatkan aliran darah (infark). Demensia multiinfark serasal dari
beberapa stoke ringan, sebagian besar penderita stoke memliki tekanan
darah tinggi (hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembulu darah
pada otak.
3. Serangan lainnya
Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat
pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan
hidrocefalus.
D. Jenis-jenis demensia
1. Demensia tipe alzheimer Demensia alzheimer adalah salah satu bentuk
demensia akibat degerasi otak yang sering ditemukan dan paling ditakuti.
Demensia alzheimer, biasanya 12 diderita oleh pasien usia lanjut dan
merupakan penyakit yang tidak hanya menggerogoti daya pikir dan
kemampuan aktivitas penderita, namun juga menimbulkan beban bagi
keluarga yang merawatnya. Demensia alzheimer merupakan keadaan
klinis seseorang yang mengalami kemunduran fungsi intelektual dan
emosional secara progresif sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-
hari. Gejalanya dimulai dengan gangguan memori yang mempengaruhi
keterampilan pekerjaan, sulit berfikir abstrak, salah meletakkan barang,
perubahan inisiatif, tingkah laku, dan kepribadian.
2. Demensia vaskuler Demensia vaskuler merupakan jenis demensia
terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Angka kejadian pada
demensia vaskuler tidak beda jauh dengan kejadian demensia alzheimer
sekitar 47% dari populasi demensia keseluruhan. Demensia alzheimer
48% dan demensia oleh penyebab lain 5%. Kejadian vaskuler pada
populasi usia 65 tahun menunjukkan angkat kejadian 0,7%, dan 8,1%
pada kelompok usia diatas 90 tahun.
E. Faktor Resiko Demensia
1. Udara
Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia,
disebabkan tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti
terkait dengan resiko demensia akibat paparan lingkungan, asap
tembakau dirumah, kantor dan di tempat kerja dan tempat lainnya.
Durasi paparan serta memperkirakan kumulatif eksposur ( Killin et all,
2016).
2. Alumunium
Tingkat konsumsi aluminium dalam air minum lebih dari 0,1 mg per
hari dikaitkan dengan resiko demensia ( Killin et all, 2016).
3. Pekerjaan
Orang dengan pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau
radiasi resiko terjadinya demensia ( Killin et all, 2016).
4. Vitamin D
Orang yang kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan resiko
dan pengembangan penyakit demensia ( Killin et all, 2016).
F. Tingkatan Demensia
1) Demensia Buruk
Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan
MMSE dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah
bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita
pada kondisi ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai,
mengalami gangguan visuospasial, tidak mengenali anggota
keluarganya (Gluhm et all,2013).
2) Demensia Sedang
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor
MMSE 18- 23 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa
menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami (Gluhm et all,2013).
3) Demensia dengan kondisi Baik
Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor
MMSE lebih 34 yang artinya lansia dalam kondisi ini masih
mempunyai daya ingat yang tinggi (Gluhm et all,2013).
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Anda mungkin juga menyukai