Puji syukur atas kehadiran Tuhan YME, dimana kami telah menyelesaikan makalah
berjudul” Askep pada Klien Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis ( Demensia )”. Dalam
makalah ini kami menjelaska definisi, tanda dan gejala yang banyak terlihat pada Demensia
tahap awal, pertengahan.dan tahap akhir, pemeriksaan yang akan dilakukan hingga ASKEP pada
Demensia.
Dalam penulisan makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ns. Ida
Ramadani, S.kep selaku dosen pembimbing berserta teman-teman yang ikut membantu dalam
penulisan makalah ini.
Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, harap
dimaklumi karena kami juga seorang mahasiswa yang sedang belajar. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas sosial dan okupasi
yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS). Penyakit meningkatkan gejala demensia
antara lain adalah penyakit Alzheimer, maslah vaskular seperti demensia multi
infark,hidrosefalus,tekanan normal,penyakit parkinson,alkoholisme kronis,penyakit Pick,
penyakit Huntington, dan acquired immunodeficiency syndrome(AIDS). Sedikitnya setengah
dari seluruh penghuni panti jompo menderita demensia. Diperkirakan bahwa 4 juta penduduk
Amerika menderita penyakit Alzheirmer dan pada tahun 2050 akan ada 14 juta orang di Amerika
Serikat yang menderita penyakit tersebut.
Penyakit Alzheimer sendiri menghabiskan biaya Amerika Serikat sekitar $ 90 miliar per
tahun untuk tagihan medis,biaya perawatan jangka panjang, dan hilangnya produktivitas.
Demensia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menghabiskan biaya, tetapi tantangan
gejala demensia menimbulkan kualitas hidup, stress, pemberi perawatan, dan pemeliharaan
martabat manusia dan mungkin mencerminkan beban kemanusiaan lebih dari yang dapat
diperbaiki perawat.
1.2. Tujuan
2. Menambahkan pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang ASKEP pada
klien lansia denga gangguan system neurologis ( Demeensia ).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian
2.2. Etiologi
2.3. Patofisiologi
1) Demensia Vaskuler
- Merokok
Dimana pada rokok mengandung zat kimia berbahaya (nikotin), zat-zat tersebut
masuk ke dalam darah dan terjadi penumpukan di dalam darah sehingga terjadi
emboli dan penyumbatan pada aliran darah. Sehingga otak kekurangan O2 yang
dapat menggangu fungsi otak maka terjadilah Demensia Vaskuler.
- Stroke
Dimana pada stroke terjadi gangguan pada sistem saraf yang mana terdapat lesi di
ginus argularis thalamus, arteri serebri posterior dan anterior yang menyumbat
darah sehingga darah tidak mengalir ( tersumbat ),dan menyebabkan Demensia
Vaskuler.
- Trauma kapitis
Trauma kapitis yang terjadi pada otak menyebabkan pada otak terjadi emboli dan
darah tidak dapat mengalir di otak dengan baik, sehingga otak kekurangan O2 .
karena O2 yang berkurang maka fungsi terganggu dan terjadi Demensia Vaskuler.
- Demensia Vaskuler
Pada Demensia Vaskuler ini terjadi penurunan fungsi intelektual dan kemunduran
kognisi dan fungsional dalam berfikirsehingga menimbulkan perubahan kepribadian.
Prilaku kekerasan,depresi, halusinasi, gangguan fungsi sosial pekerjaan, gangguan
aktivitas sehari-hari, kesulitan tidur dan wandering.
2) Demensia Alzheimer
- Faktor genetik
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer.Penyebab
penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik,
karena penyakit ini tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan
atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer,
beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan
berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak
sehingga menyebabkan Demensia Alzheirmer.
- Stroke
- Hipertensi dan DM
Demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark.
Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis,
yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak sehingga
menyebabkan Demensia Alzheirmer.
- Demensia Alzheirmer
Dimana pada penderitanya terjadi perbahan-perubahan kognisi berupa bahasanya
lambat sering tidak dimengerti yang terjadi secara tiba-tiba sehingga ingatan hilang
yang menyebabkan fungsi sosial terganggu, aktifitassehari-hari terganggu
( membaca dan berkerja ).
2.4. WOC Penggunaan
alcohol/merok Proses Penyakit
Trauma (Kapitis) Infeksi kronis Gangguan peredaran alzheimer
darah (hipertensi) ok penuaann
nnnnnnn
Mengandung Bahasa
Emboli diotak virus masuk Kerusakan Berkurangnya
zat kimia yg lambat/se
keperedaran darah pembuluh darah spontanitas
berbahaya ring tidak
Darah tidak mengerti
mengalir ke otak Terganggunya system Terjadinya
penyumbatan Masuk kedalam Gangguan
peredaran darah
darah memori
keotak
Otak kekurangan 02 Fungsi
Aliran darah Menumpuk sosial
Terjadinya
keotak terganggu didalam darah terganggu
penyumbatan
Fungsi otak
terganggu Terjadi emboli
Penyumbatan
aliran darah
Otak
kekurangan O2
DIMENSIA
s disorientasi
Menarik diri Gangguan proses pikir
Pada stadium ini pasien mungkin menyadari kemampuan otaknya berkurang dan ia bereaksi
dengan sikap mudah tersinggung, menarik diri dan pergaulan dan bersedih.
Stadium ini ditandai dengan oleh mundurnya secara progresif bidang kognitif yang melibatkan
banyak aspek. Afasia, apraksia dan disorientasi waktu dan tempat lambat laun menjadi lebih nyata.
Penderita mudah menjadi bingung dan dapat memperlihatkan episode dan masalah behavior
seperti agresif dan ingin mengembara. Pada stadium ini perubahan kepribadian dapat menjengkelkan
atau menyulitkan anggota keluarganya. Sifat kepribadian yang dimilikinya sebelum sakit menjadi lebih
mencolok.
Penderita hampir menjadi vegetatif, ia menjadi akinetik dan membisu. Setelah 6-12 tahun sakit,
intelek dan memori berdeteorasi terus sampai penderita tidak lagi mengenal orng-orang dekatnya. Pada
stadium ini penderita menyendiri, inkontinen dan sebagian besar bergantung kepada orang lain.
Kebersihan diri dan kebutuhan nutrisi tidak diperhatikan lagi. Kontrol spingter menghilang, penderita
berak dan kencing tidak terkontrol. Ia jalan dengan langkah yang pendek dan kurang pasti, kematian bias
terjadi karena penyakit infeksi/trauma.
1) Usia
Merupakan faktor resiko bagi semua jenis demensia. Bertambahnya tinggi usia bertambah besar
kemungkinan menderita demensia.
2) Riwayat Penderita
3) Jenis Kelamin
Angka insidensi cenderung lebih tinggi pada wanita daripada pria di semua kelompok usia, meskipun
tidak ada penjelasan biologis yang bertanggung jawab untuk perbedaan jenis kelamin tersebut.
4) Pendidikan
Pendidikan yang rendah mungkin juga insiden yang secara kasar dapat dikatakan bahwa mereka yang
berusia di atas 75 tahun dan tidak pernah bersekolah. Maka kemungkinan mendapat demensia ialah 2x
lebih besar ketimbang mereka dengan pendidikan lebih tinggi dari SD.
Keluarga dengan sindrom down, fertilitas yang kurang, penggunaan analgesik seperti fenasidin, kandung
aluminium pada air minum, defisiensi kalsium.
a) Terapi lingkungan
Bentuknya:
3. Kesabaran
1) Anamnesa
Telusuri perjalanan penyakit dengan teliti, bagaimana perjalanan demensia apakah mendadak
lambat laun, gradual, seperti anak tangga telusuri pula apakah ada keluhan lain/gejala lain dan
bagaimana perjalanannya.
2) Pemeriksaan keadaan mental
Dari bentuk gangguan mental tidak jarang kita dapat mengetahui diagnosa etiologi. Apakah
gangguan kognitifnya seluruh/sebagian. Fungsi kognitif otak mana yang terutama terganggu,
kortikal atau sub kortikal, hemisfer, kiri/kanan, lobus frontal,temporal/lobus pariental.
Status interna harus diperiksa dengan baik, misalnya adakah gangguan tiroid, gangguan hepar,
ginjal, diabetes mellitus, dan hipertensi. Gejala efek samping obat juga perlu diperhatikan.
4) Pemeriksaan neurologi
Dimensia disebabkan gangguan di otak, tidak jarang fungsi otak lainnya ikut terganggu. Otak ikut
berpartisipasi pada tiap kegiatan tubuh kita. Apakah pernah kejang.
2.10. Penatalaksanaan
Demensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat, secara umum terdiri dari:
1) Terapi
a) Perawatan medis yang mendukung
b) Memberi dukungan emosional pada pasien dan keluarga
c) Farmakoterapi untuk gejala yang spesifik
Terapi simtomatik meliputi:
a) Diet
b) Latihan fisik yang sesuai
c) Terapi rekresional dan aktivitas
d) Penanganan terhadap masalah-masalah lain.
2) Pengobatan
a) Untuk ansietas dan insomnia obat farmakoterpi, benzodeazepam
b) Depresi diberikan anti depresan
c) Untuk gejala waham dan halusinasi diberikan antipsikotik.
2.1.1. Proses Asuhan Keperawatan pada Klien lansia dengan gangguan system neurologis
( Demensia )
2.1.1.1. Pengkajian
1) Identitas klien
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat.
3) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang seperti gelisah, tidak berdaya, curiga, merasa kehilangan, dan
disorientasi.
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pernah mengalami hipertensi, stroke, menderita HIV,dan lain-lain.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga pasien ada yang mengalami penyakit yang sama
dialami pasien ( demensia ).
4) Kebiasaan sehari-hari
a) Biologis
Pola makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang disukai dan
tidak disukai.
Pola minum : frekuensi
Pola tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur.
Pola eliminasi ( BAB dan BAK ) : frekuensi, konsistensi.
Aktifitas sehari-hari : kegiatan WBS yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau tidur
kembali
Rekreasi : rekreasi yang pernah dilakukan, bersama siapa, frekuensinya.
b) Psikologis
c) Sosial
1) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulasi
3) integritas Ego
Kehilangan multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan
Emosi labil : Mudah menangis, tertawa tidak pada tempatnya, perubahan alam perasaan
marah secara tiba-tiba.
4) Eliminasi
5) Makanan/Cairan
Gejala : Perubahan dalam pengecapan, dan nafsu makan
Kehilangan BB
6) Higiene
7) Neurosensori
Gejala : perubahan kognitif, pusing, sakit kepala, penurunan kemampuan kognitif, mengambil
keputusan
Tanda : kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia. Kesulitan dalam menemukan kata-kata yang
benar, bertanya berulang-ulang/percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki
arti.
Status neurologis
Biasanya orientasi pada orang tetap baik hingga fase akhir dari penyakit ini.
Gangguan daya ingat pada yang baru berlalu, memorinya cukup baik, tidak mampu
menghitung sederhana.
Trauma kecelakaan
9) Interaksi sosial
Faktor psikososial sebelumnya, pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah
pola tingkah laku.
Dapat
meningkatka
n kesadaran
mental
Meningkatk
an
kemampuan
otak untuk
melakukan
metabolisme
glukosa dan
menggunaka
n oksigen.
Dapat
meningkatka
n kekacauan
mental pada
lansia untuk
menghilangk
an
kecemasan
Untuk
memperlam
bat
berkembann
ya gangguan
keadaan
kognisi
secara
sederhana
TINJAUAN KASUS
Nama Panti :Balai pelayanan dan penyantunan Lansia Pagar Dewa Bengkulu
I. Identitas
Nama : Ny, K
Umur : 80 Tahun
Agama : Islam
Alamat Rumah :
Ny. K masuk ke BPPL Pagar Dewa Bengkulu pada tanggal 12 April 2011. Ny K masuk ke BPPL karena
keinginan anak angkatnya dengan alasan anak angkatnya tidak mau direpotkan oleh ibunya.
III. Riwayat Kesehatan
a. Biologis
1. Pola Makan
Ny. K makan tiga kali sehari dengan porsi tidak menentu tergantung dengan lauk pauk yang
disukainya. Jadwal makannya pagi, siang, dan sore (mengikuti jadwa makan BPPL).
2. Pola Minum
Ny. K mengatakan banyak tidaknya minuman tergantung dengan cara kebiasaan Ny.K
minum kopi pada pagi hari.
3. Pola Tidur
Ny.K mengatakan kebiasan tidur malam jam 20.30 Wib atau setelah shalat isya dan sering
terbangun ditengah malam. Jika sudah bangun malam Ny. K kadang-kadang tidak bias tidur
lagi sampai pagi.
4. Pola Eliminasi
Ny. K mengatakan BAB nya 1 hari sekali dengan konsentensis lembek dan tidak ada
masalah. Dan BAK nya tidak tertentu.
5. Aktifitas Sehari-hari
Setelah makan pagi kebiasaannya Ny. K ingin keluar dan jalan-jalan tanpa tujuan dengan
alasan ingin pulang kerumah bila ditanya.
6. Rekreasi
7. Psikologis
Ny. K kelihatan tidak betah tinggal di BPPL. Ini terbukti Ny. K selalu ingin pulang / keluar dari
BPPL.
8. Sosial
Hubungan dengan teman yang lain Ny. K mengatakan ia mempunyai 1 orang teman yang
tinggal 1 wisma dengannya, yaitu Ny. D
9. Spiritual
Ny. K meyakini bahwa agama yang dianutnya yaitu Islam, menjalankan ibadah kadang-
kadang.
1. Tanda-tanda vital
Suhu : 37 C
Nadi : 22 x/i
TD : 130/100mmHg
RR : 100x/i
2. Kebersihan perorangan
Rambut : Rambut lurus, semuanya sudah putih, tidak ada benjolan dikepala/tidak
ada benjolan di kepala/tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva anemis, sclera an interik, ketajaman penglihatan sudah
berkurang. Ny. K mengatakan ia tidak tahan lama membaca karena matanya perih.
Hidung : Septum normal, simetris ka=ki, tidak ada pendarahan, poli (-).
Telinga : Memberan timpani utuh, kebersihan cukup, simetris ka=ki, pendengaran
sedikit berkurang.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiorid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.
Torak:
Dada dan paru-paru:
Jantung:
Inspeksi: Simetris ka=ki, tidak ada pembesaran.
Abdomen
Inspeksi: Simetris, tidak ada bekas operasi.
Perkusi : Tympani
Muskuloskeletal
Ekstremitas atas : tidak ada gangguan, kekuatan menggenggam (+), sianosis tidak ada.
Do:
Ny. K
sibuk sendiri mencari
uangnya.
Jawaban
Ny. K tidak sesuai
dengan pertanyaan
2 DS: Keterbatasan/ketidakmampuan Perubahan
Ny. K mengatakan menginterprestasikan stimulus persepsi sensori.
tidak bisa (pendengaran dan
mengenali/melihat penglihatan).
jarak yang jauh.
Ny. K mengatakan
pendengaran tidak
jelas lagi.
DO:
Ny. K kurang bisa
membedakan orang,
warna dan lain-lain.
Waktu bicara
dengan Ny. K harus
dengan nada yang
keras.
3.4. Rencana Asuhan Keperawatan ( Nursing Care Planning ) pada Ny.K dengan Demensia
Diagnosa
NO Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 2 3 4 5 6
1. Perubahan Setelah Klien mampu 1. Kaji 1. Memberikan dasar
proses pikir dilakukan mengenali derajat untuk evaluasi yang
berhubungan intervensi perubahan gangguan, akan datang dan
dengan keperawatan dalam derajat mempengaruhi
kehilangan selama 3x 24 berpikir/tingkah kongnitif, pilihan terhadap
memori, jam laku dan faktor- orientasi intervensi.
kerusakan sel diharapkan faktor orang,
otak yang perubahan penyebabnya. tempat
menetap proses pikir Klien mampu dan
(degenerasi dapat memperlihatka waktu. 2. Kebisingan,keramai
neuron teratasi. n penurunan 2. Pertahan an merupakan
ireversibel). tingkah laku kan sensori yang
yang tidak lingkunga berlebihan yang
diinginkan. n yang meningkatkan
Ancaman dan menyenan gangguaan neuron.
kebingunggan. gkan dan 3. Menimbulkan
tenang. perhatian,
terutama pada
3. Tatap orang-orang
wajah dengan gangguan
ketika perseptual.
bercakap-
cakap 4. Menimbulkan
dengan pengenalan
klien. terhadap realita
dan individu.
4. Panggil
pasien 5. Meningkatkan
dengan kemungkinan
namanya. pemahaman,
ucapan yang
5. Gunakan tinggi/keras
suara yang menimbulkan
agak marah/setress.
rendah
dan
berbicar
dengan
perlahan 6. Tertawa dapat
pada membantu dalam
pasien. komunikasi dan
membantu
6. Gunakan meningkatkan
hal-hal kesetabilan emosi.
yang
humoris
saat 7. Memelihara
berinterak keamanan dan
si pada membuat
pasien. keseimbangan
kehilangan yang
7. Izinkan sudah pasti.
untuk
mengump
ulkan
benda-
benda 8. Kekurangan tidur
yang dapat mengganggu
aman. proses tidur dan
kemampuan koping
8. Evaluasi pasien.
pola
kecukupa
n
tidur/istira
hat.
5. Menstimulasi
ingatan,memban
4. Berikan gkitkan
sentuhan memori,memban
dalam tu pengungkapan
cara diri melalui
perlahan. peristiwa masa
lalu.
5. Berikan
perhatian
dalam
kenangan
terindah 6. Piknik
secara menunjukan
berkala realita dan
(musik, memberikan
cerita, stimulasi sensori
foto yang yang
menyenan menyenangkan.
gkan).
6. Ajak
piknik
sederhana
,jalan-
jalan
diselasar
BPPL, dan
pantau
aktivitas.
P: intervensi dilanjutkan ke
intervnsi 1,2,5 dan6
Kamis 16 1. Mengkaji derajat S:
januari sensori/gangguan Ny.K mengatakan
2010 persepsi pendengarannya masih
2. Mempertahankan kurang jelas
hubungan orientasi Ny.K mengatakan
realita penglihatannya kurang jelas
3. Memberikan perhatian
dalam kenangan indah O:
secara berkala Ny.K jika diajak bicara harus
4. Mengajak piknik dengan nada yang keras
sederhana,jalan-jalan Penglihatan Ny.K sudah
diselasar BPPL menurun
A:
Intervensi teratasi
sebagaian
Ny.K mengatakan
pendengarannya masih
kurang jelas
Ny.K penglihatannya kurang
jelas
Ny.K jika diajak bicara harus
dengan nada yang keras
Penglihatan Ny.K sudah
menurun
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa
gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E.
1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,
melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif
yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami
demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan
mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun
rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.
4.2. Saran
Dengan adanya makalah” Askep pada Klien Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis
( Demensia ) “ ini, diharapkan agar kita semua dapat mengetahui tentang “Askep pada Klien
Lansia Dengan Gangguan Sistem Neuroligis ( Demensia )” dan bagaimana pula penatalaksanaan
medisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999