Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

DEPRESI

Disusun Oleh :

TRI NOVITASARI, S.Kep


NPM. 162426151 NS

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

PROGRAM PROFESI-NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN
BENGKULU
TAHUN AJARAN 2016/2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN
DEPRESI

I. MASALAH UTAMA
Gangguan alam perasaan: depresi.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai
komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak
bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa
dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan
genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor
psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor
keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,
pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik
seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu
yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya
depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik
bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat
menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

Respon adaptif Respon maladaptif

Kepekaan emosional Reaksi berduka Supresi Penundaan Depresi


Tak terkomplikasi emosi reaksi berduka

2
1. Kepekaan emosional
Termasuk di pengaruhi oleh dan berperan aktiv dalam dunia internal dan
external. Tersirat bahwa orang tersebut berduka dan sadar akan perasaan
dirinya.
2. Reaksi berduka tak berkomplikasi
Terjadi sebagai respon terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang
sedang menghadapi suatu kehilangan yang nyata serta terbenam dalam
proses berduka.
3. Supresi emosi
Mungkin tampak sebagi penyangkalan ( denial ) terhadap perasaan sendiri,
pelepasan dari keterikatan dengan emosi, atau penalaran terhadap semua
aspek dari dunia afektif seseorang.
4. Pendaman reaksi berduka tau berkabung.
Adalah ketidak adaan yang persistem respon emosional terhadap
kehilangan. Ini dapat terjadi pada proses awal berkabung dan menjadi
proses nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau keduanya.
Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertaun-taun.
5. Depresi
Adalah suatu kesedihan atau perasaan berduka yang berkepanjangan dapat
digunakan untuk menunjukkan berbagi fenomena, tanda gejala, sindrom,
keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.

Fraktor predisposisi
Berbagai teori telah di ajukan untuk menjelaskan gangguan alam persaan
alam yang parah. Teori ini menunjukkan tentang factor-faktor penhyebab
yang mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
a. Faktor genetic
Dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui
riwayat keluarga atau keturunan.
b. Teori agresi-menyerang kedalam

3
Menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang
ditunjukkan kepada diri sendiri.
c. Teori kehilangan objek
Merujuk kepada perpisahan traumatic individu dengan benda atau
yang sangat berarti.
d. Teori organisasi kepribadian
Menguraikan bagaimana konsep diri yang negative dan harga diri
rendah mempengaruhi system keyakinan dan penilaian seseorang
terhadap stressor.
e. Model kognitif
Menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
didominasi oleh evaluasi negative seseorang terhadap diri
seseorang, dunia seseorang dan masa depan seseorang.
f. Model ketidakberdayaan yang dipelajari
Menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan
depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai
kendali terhadap hasil yang penting terhadap kehidupannya, oleh
karna itu ia mengulang respon adaptif.
g. Model perilaku
Berkembang dati kerangka teori belajar social yang mengasumsi
penyebab depresi terletak pada kurnagnya keinginan positif dalam
berinteraksi dengan lingkungan,
h. Model biologic
Menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selam
masa depresi termasuk devisiansi katekolamin,disfungsi
endokrin,hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama
biologis

Stresor prespitasi
Ada empat sumberdaya utama yang dapat mencetuskan gangguan alam
perasaan:
1. Kehilangan keterikatan

4
Yang nyata atau yang di bayangkan,termasukan kehilang cinta
seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri.
2. Peristiwa besar dalam kehidupan
Sering di laporkan sebagai pendahuluan episode depresi dan
mempunyai dampak terhadap masalah - masalah yang di hadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masaalah
3. Peran dan ketegangan peran
Telah di laporkan mempengaruhi perkembangan depresi terutama pada
wanita.
4. Perubahan fisiologik
Diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti
infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangaan metabolik,
kehilangan kasih sayang, kehilanggan harga diri,dll
5. Sumber koping
Sumber-sumber koping meliputi status sosioekonomik, keluarga,
jaringan interpersonal,dan organisasi sekunder yang dilindungi oleh
lingkungan social yang lebih luas. Kurangnya sumber personal
tersebut menambah stress bagi individu
Faktor faktor resiko pada depresi adalah :
Episode depresi sebelumnya
Riwayat keluarga tentang depresi
Percobaan bunuh diri sebelumnya
Jenis kelamin wanita
Usia saat awitan depresi < 40 tahun
Masa post partum
Morbiditas medic
Kurangnya dukungan social
Peristiwa kehidupan yang penuh stress
Riwayat personal tentang penganiayaan seksual
6. Mekanisme koping
Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan eksagresasi
dari mekanisme pertahanan penyangkalan (denial) dan supresi yang
berlebihan dalam upayanya untuk menghindari stress yang hebat
berhubungan dengan duka.Depresi yaitu perasaan berduka yang
belum terselesaikan.mekanisme koping yang di gunakaan adalah
represi,supresi,denial dan disosiasi

5
7. Kriteria Untuk Penentu Keparahan Episode Depresi
a. Ringan
Jika ada gejala yang melebihi dari yang di perlukan untuk
membuat diagnosis dan gejala menyebabkan hanya gangguan
ringan dalam fungsi perkerjaan atau dalam aktivitas social yang
biasanya hubungan dengan orang lain
b. Sedang
Gejala atau gangguan fungsional berada diantara ringan dan parah
c. Berat
Tanpa ciri psikotik
Beberapa gejala adalah melebihi yang diperlukan untuk
membuat diagnosis dan gejala dengan jelas menggangu
fungsi pekerjaan atau aktivitas social yang biasanya atau
hubungan dengan orang lain.
Dengan ciri psikotik
Waham atau halusinasi, jika mungkin sejalan dengan mood
atau tidak sejalan dengan mood.

III. A. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri


Akibat

Gangguan alam perasaan: depresi


Core
problem

Koping maladaptif
Penyebab

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Gangguan alam perasaan: depresi
a. Data subyektif:
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering
mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak

6
berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus
asa dan cenderung bunuh diri.
b. Data obyektif:
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila
duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya
jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang
dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu
makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat,
seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak
mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya
khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah
yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa,
depersonalisasi dan halusinasi.Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung
(irritable) dan tidak suka diganggu.

2. Koping maladaptif
a. DS : menyatakan putus asa dan tak
berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
b. DO : nampak sedih, mudah marah,
gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan
depresi.
2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan
dengan koping maladaptif.
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b. Tujuan khusus

7
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien
1.2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap
empati
1.3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan
lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan
sentuhan, anggukan.
1.4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan
keinginannya
1.5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana
dan mudah dimengerti
1.6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang
lain.

2. Klien dapat menggunakan koping adaptif


2.1. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya
dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan
pasien.
2.2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan
mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
2.3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang
biasa digunakan
2.4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
2.5. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping
yang paling tepat dan dapat diterima
2.6. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping
yang telah dipilih
2.7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain
dalam menyelesaikan masalah.

3. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri

8
Tindakan:
3.1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
3.2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien
untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan
terkunci.
3.3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien.
3.4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh
peramat/petugas.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
4.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
4.3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan dukungan sosial


Tindakan:
5.1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu
(orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
5.3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka
agama).

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan:
6.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).

9
6.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,
obat, dosis, cara, waktu).
6.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
6.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

10
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJP
Dr.Amina : Gondo Utama

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

http://www.scribd.com/LP-perilaku-kekerasan diakses pada Senin 06 Juni 2011

Keliat, BA. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Materi Kuliah Keperawatan Jiwa Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

Stuard G. W dan L.J Sundeen. 1991. Principles and Practice of Phsychiatric


Nursing. St. Louis : Mosby Year Book

Tim Direktorat Keswa. 2001. Standart Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi I.


Bandung : RSJP Bandung

11

Anda mungkin juga menyukai