OLEH :
DIV KEPERAWATAN TINGKAT III SEMESTER V
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
3) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
4) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusan.
4. Jenis-Jenis Bunuh Diri
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh Diri Egoistic (Faktor Dalam Diri Seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan
individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi
dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah
lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan
mereka yang menikah.
b. Bunuh Diri Altruistic (Terkait Kehormatan Seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia
merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh Diri Anomik (Faktor Lingkungan Dan Tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
5. Sumber dan Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) terdapat sumber dan mekanisme
koping pada perilaku bunuh diri yaitu:
a. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri.
Sering kali orang ini secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas
hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema
etik mungkin timbul bagi perawat yang menyadari pilihan pasien
untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada jawaban yang mudah
mengenai bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat harus
melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.
b. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
destruktif-diri tak langsung adalah :
1) Denial, mekanisme koping yang paling menonjol
2) Rasionalisme
3) Intelektualisasi
4) Regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa
memberikan cara koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini
mungkin berada diantara individu dan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif.
6. Patofisiologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang
siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
a. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan
ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif
dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
b. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
c. Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang
tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut
tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih
dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
PATHWAY
Bunuh Diri
10. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan,
kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis.
Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi
berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya
kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat
diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan
beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali
dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk
pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat
terutama anti depresan dan psikoterapi.
a. Penatalaksanaan Medis
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah
orang mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak
ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus
bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak
kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
a) Tujuan :
(1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Perkenalkan diri dengan klien
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
Bersifat hangat dan bersahabat.
Temani klien saat keinginan mencederai diri
meningkat.
(2) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat
membahayakan (pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan
lain lain).
Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu
terlihat oleh perawat.
Awasi klien secara ketat setiap saat.
(3) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Dengarkan keluhan yang dirasakan.
Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan
keraguan ,ketakutan dan keputusasaan.
Beridorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
Beriwaktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain lain.
(4) Klien dapat meningkatkan harga diri
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat
mengatasi keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan
(misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal
untuk diselesaikan).
(5) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman
pengalaman yang menyenangkan setiap hari (misal
:berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat
dll.)
Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan
yang ia sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan
orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan
dalam kesehatan.
Beridorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang
lain yang mempunyai suatu masalah dan atau
penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
2) Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
Tujuan :
a) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah rasa ingin bunuh diri
Tindakan keperawatan
(1) Membina hubungan saling percaya
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengansikaptenang, rileks dan tidakmenantang.
(2) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
Utamakan pemberian pujian yang realitas
(3) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat
digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
(4) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien
lakukan.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien
c. Completed suicide
Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar mati
mungkin akan mati, jika tidak ditemukan pada waktunya.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor Predisposis
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
1) Diagnosa Medis Gangguan Jiwa
Diagnosa medis gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri mengalami gangguan jiwa.
2) Sifat Kepribadian
Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri yaitu suka
bermusuhan, impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif.
3) Lingkungan Psikososial
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai, kehilangan barang
dan kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang
mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bunuh diri.
4) Riwayat Keluarga
Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan konflik yang
terjadi dalam keluarga merupakan faktor penting untuk melakukan
bunuh diri. Menurunnya neurotransmitter serotonin, opiate dan
dopamine dapt menimbulkan perilaku destruktif-diri
d. Faktor Predispitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati
saja.
e. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
f. Konsep Diri
1) Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia sukai
lagi dari dirinya.
2) Identitas: Tanyakan pada klien apakah dia sudah, menikah atau
belom, kalau sudah menikah apakah sudah memiliki anak.
3) Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang kepala
keluarga, ibu/ ibu rumah tangga atau sebagai anak dari berapa
bersaudara.
4) Ideal Diri: Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah
pulang/sembuh klien akan melakukan apa untuk hidupnya
selanjutnya, apakah lebih bersemangat atau membuat lembaran
baru.
5) Harga Diri: Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan,
implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
6) Hubungan Sosial: Tanyakan menurut klien orang yang paling
dekat dengannya siapa, ataukah teman sekamar yg satu agama.
Apakah Klien adalah orang yang kurang perduli dengan
lingkungannya atau sangat peduli dengan lingkugannya, apakah
klien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah,
apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi dan
slalu bermusuhan dengan teman yang lain, ataukah sangat
sensitive.
g. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan
adanya Tuhan atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal
yang menimpanya.
2) Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau
jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
h. Status Mental
1) Penampilan:
Pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus
di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau,
Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest,
kurang mendengarkan.
2) Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang
diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan,
tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang
terjadi blocking.
3) Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas
melakukan aktivitas
4) Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan
bicara saat berkomunikasi.
5) Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat
makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum
j. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang dialami
individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa kehidupan
yang memalukan seperti masalah hubungan interpersonal,
dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, ancaman
penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan
peristiwa bunuh diri.
k. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan.
Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri
pada pasien
l. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam
mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah seringkali
membutuhkan bantuan orang lain.
m. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri
tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi.
Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah indiviidu
telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri sehingga
bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.
n. Rentang Respon
Skor Intensitas
0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri
2
Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh
3 diri
2. Analisis Data
Subjektif Objektif
memiliki riwayat penyakit mengalami depresi, cemas, dan
mental perasaan putus asa
menyatakan pikiran, harapan, respon kurang dan gelisah
dan perencanaan bunuh diri
menyatakan bahwa sering menunjukkan sikap agresif
mengalami kehilangan secara
bertubi-tubi dan bersamaan
menderita penyakit yang tidak koperatif dalam menjalani
prognosisnya kurang baik pengobatan
menyalahkan diri sendiri, berbicara lamban, keletihan,
perasaan gagal dan tidak menarik diri dari lingkungan sosial
berharga
menyatakan perasaan tertekan penurunan berat badan
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang
cermat. Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh
mempengaruhi perawat dala melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa
keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang
dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang
diberikan oleh pasien dan keluarga.
Diagnosa NANDA yang berhubungan dengan Respon Proteksi Diri
Maladaptif adalah Risiko Bunuh diri.
4. Intervensi Keperawatan
yang adaptif
o Ajarkan untuk
mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari
(misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit,
menulis surat dll.).
o Bantu untuk mengenali hal-hal
yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan
o pentingnya terhadap
kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
6. Klien dapat o Beri dorongan untuk berbagi
menggunakan keprihatinan pada orang lain
dukungan sosial yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit
yang sama dan telah
mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi
masalah tersebut dengan
koping yang efektif.
o Kaji dan manfaatkan
7. klien dapat
menggunakan obat sumber-sumber ekstemal
- Menjauhkan barang-
barang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barang-
barang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri, seperti
tali, bahan bakar
minyak/bensin, api,
pisau atau benda
tajam lainnya, zat
yang berbahaya
seperti racun nyamuk
atau racun serangga.
- Selalu mengadakan
pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri meningkat.
Jangan pernah
melonggarkan
pengawasan,
walaupun pasien
tidak menunjukkan
tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
c. Menganjurkan keluarga
untuk malaksanakan cara
tersebut diatas.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan
dapat mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta
dengan asuhan keperawatannya.Dengan tujuan agar dapat bermanfaat
untuk menjalankan tugas sebagai perawatkejiwaan kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Captain, C. 2008. Assessing suicide risk. Nursing made incredibly easy. Volume
6. Alih Bahasa Budi Santosa. Philadelphia.
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta.