PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti
Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun
dan China yang mencapai 250.000 per tahun.
Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup
tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005,
sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap
tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan
bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per
100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah
Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia
remaja dan dewasa muda (15 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan
melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak
dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan
perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki
lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri.
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh
diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-
B. Rumusan Masalah
Bagaiman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan resiko binuh diri ?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dan tenaga kerja kesehatan dapat menangani
pasien dengan resiko bunuh diri dengan benar dan tepat.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Agar mahasiswa keperawatan dapat menangani pasien dengan
resiko bunuh diri secara tepat dan mudah apabilah menemuinya
disekitarnya atau pada saat prektek.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar mempermudah kinerja perawat apabilah menemui pasien
dengan resiko bnuh diri
c. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat umum bisa menegetahui bahaya dan dapat
mencegah bunuh diri dikalangan masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
masalah
akan
kehidupan.
Bunuh
diri
merupakan
koping
Disamping
itu
adanya
penurunan
serotonin dapat
perpisahan/
terisolasi
dapat
terjadi
karena
kehilangan
F. Patopsikologi
1.
atau
nonverbal
bahwa
orang
Bunuh Diri
H. Komplikasi
11
I. Pemeriksaan Diagnostik
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan
terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan
tentamen suicide.Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan
12
menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan
CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan
perdarahan cerebral.
J.
Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan
kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan
keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani
juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan
terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
K. Penatalaksanaan Medis
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah
orang mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan
atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri
membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri
13
mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan
melalui komunikasi terapeutik.
L. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
3) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
4) Klien dapat meningkatkan harga diri
5) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
b. Tindakan keperawatan
1) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
a) Perkenalkan diri dengan klien
b) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d) Bersifat hangat dan bersahabat.
e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
14
dan
kesempatan
untuk
menceritakan
arti
mengidentifikasi
hubungan
antar
sumber-sumber
sesama,
keyakinan,
harapan
(misal:
hal-hal
untuk
diselesaikan).
15
16
M. Pencegahan
Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan
peringatan pada keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis.
Sehingga ada kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang
lebih baik. Pencegahan berskala besar harus diarahkan untuk mengatasi
isolasi sosial, rendahnya harga diri, dan pengurangan kosumsi dan
penyalahgunaan alkohol dan obat.
N. Mitos Resiko Gangguan Jiwa
1. Gangguan Jiwa: Gila
Masyarakat banyak menganggap bahwa orang yang mengidap
gangguan jiwa atau gangguan mental emosional hanyalah orang gila.
Faktanya, tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa dapat
17
disebut gila secara medis. Secara medis mungkin yang disebut gila
oleh masyarakat adalah orang-orang yang mengalami gangguan
psikotik. Gangguan psikotik adalah keadaan dimana seseorang tidak
dapat membedakan dunia nyata dan dunia khayalnya, contoh
gejalanya : ada yang merasa dirinya adalah nabi atau artis terkenal,
atau merasa bahwa keluarga terdekatnya ingin mencelakakannya selain
itu tidak jarang yang dapat mendengar atau melihat hal-hal yang tidak
dapat didengar atau dilihat oleh orang lain.
18
19
bahwa hidupnya tidak akan lama lagi atau mungkin menunjukkan respon
non verbal dengan memberikan barang-barang yang dimilikinya.
Misalkan dengan mengatakan tolong jaga anakku karena saya akan
pergi jauh atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya. Perilaku ini
harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan saat ini.
Ancaman menunjukkan ambivalensi tentang kematian.
2.
3.
Completed suicide
Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar mati mungkin
akan mati, jika tidak ditemukan pada waktunya.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian,
No Rumah Sakit dan alamat klien.
2. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
3. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
a. Diagnosa Medis Gangguan Jiwa: Diagnosa medis gangguan jiwa
yang
beresiko
untuk
bunuh
diri
yaitu
gangguan
afektif,
21
22
7. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya
siapa ,ataukah teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang
yang kurang perduli dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan
lingkugannya, apakah klien sering diam, menyendiri, murung dan tak
bergairah ,apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi dan
slalu bermusuhan dengan teman yang lain, ataukah sangat sensitive.
8. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan adanya
Tuhan atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang
menimpanya.
b. Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau jarang
beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
9. Status Mental
a. Penampilan:
Pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di
suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan
kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang
mendengarkan.
b. Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang
diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa
kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi
blocking.
c. Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan
aktivitas
23
Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang dialami
12.
Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap
tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh
diri pada pasien
13.
Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam
Mekanisme Koping
24
15.
Rentang Respon
Respon adaptif
peningkatan pengambilan
diri
resiko yang
perilaku
Respon maladaptif
pencederaan bunuh diri
destruktif-
diri
16.
langsung
(1997, dikutip oleh shivers, 1998,hal 475). Mengkaji intensitas bunuh diri
yang disebut SIRS (Suicidal Intertion Rating Scale). , intensitas bunuh
diri dengan skor 0-4 dijelaskan pada tabel
(Suicidal Intertion Rating Scale).
25
Skor
Intensitas
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
diri
Mengancam bunuh diri, misalnya : Tinggalkan saya sendiri atau
saya bunuh diri.
Aktif mencoba bunuh diri
Pengkajian tingkat resiko Bunuh Diri
NO
Perilaku
1
2
3
atau Gejala
Cemas
Depresi
Isolasi-
Rendah
Ringan
Perasaan
Sedang
Sedang
Perasaan tidak
Menarik diri
depresi yang
berdaya,putus asa,
samar, tidak
menarik diri
Fungsi
menarik diri
Umumnya baik
sehari-hari
pada semua
aktivitas
semua aktivitas
5
6
Sumber
Strategi
aktivitas
Beberapa
Umumnya
Sedikit
Sebagian
Kurang
Sebagian besar
koping
Orang dekat
konstruktif
Beberapa
konstruktif
Sedikit atau hanya
destruktif
Tidak ada
Intensitas Resiko
Rendah
Sedang
satu
26
Tinggi
Pelayanan
Tidak, sikap
Ya, umumnya
Bersikap negative
psikiatri
positif
memuaskan
terhadap
9
10
yang lalu
Pola Hidup
Pemakai
Stabil
Tidak sering
Sedang
Sering
pertolongan
Tidak stabil
Terus menerus
11
alcohol/obat
Percobaan
bunuh
12
sebelumnya
Disorientasi
fatal
Jelas atau ada
atau Beberapa
Tidak ada
dan
13
disorganisasi
Bermusuhan Tidak
14
Rencana
sedikit
Samar, kadang- Sering
Bunuh diri
kadang
pikiran,
ada kadang-kadang
tidak aide
ada rencana
17.
dipikirkan,
ad
untuk
merencanakan
Pohon Masalah
Resiko bunuh diri
Isolasi sosial
kegagalan
27
perpisahan
B. Analisis Data
Subjektif
memiliki riwayat penyakit
Objektif
mengalami depresi, cemas, dan
mental
menyatakan pikiran, harapan,
pengobatan
berbicara lamban, keletihan,
berharga
menyatakan perasaan tertekan
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang
cermat. Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh
mempengaruhi perawat dala melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa
keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang
dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang
diberikan oleh pasien dan keluarga.
Diagnosa NANDA yang berhubungan dengan Respon Proteksi Diri
Maladaptif adalah Risiko Bunuh diri
28
D. Intervensi Keperawatan
N
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
O
1
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat menunjukan
Tujuan Khusus
Intervensi
Klien:
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya dengan
komunikasi terapeutik
menyangkal.
o Bicara dengan tegas, jelas, dan
jujur.
o Bersifat hangat dan bersahabat.
o Temani klien saat keinginan
perasaaan negatif
secara tepat
Mengidentifikasi
perasaan atau
perilaku yg
diri
mengarah pada
tindakan implusif
dan lain-lain).
o Tempatkan klien di ruangan
Mengungkapkan
secara verbal
tentang
oleh perawat.
o Awasi klien secara ketat setiap
pengendalian secar
implus
Menghindari
saat.
lingkungan dan
situasi beresiko
3. Klien dapat
tinggi
mengekspresikan
perasaanya
dirasakan.
o Bersikap empati untuk
meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
o Beri dorongan untuk
mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
o Beri waktu dan kesempatan
30
31
o Ajarkan untuk
mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari
(misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit,
menulis surat dll.).
o Bantu untuk mengenali hal-hal
yang ia cintai dan yang ia
32
sayang, dan
o pentingnya terhadap
6. Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial
7.
klien dapat
menggunakan obat
33
Keluarga:
1. Keluarga berperan
serta melindungi
anggota keluarga
kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang
dianut).
o Kaji sistem pendukung
yang mengancam
atau mencoba
bunuh diri
keagamaan, kepercayaan
agama).
o Lakukan rujukan sesuai
34
2. Keluarga pasien
mampu merawat
pasien dengan
35
37
Memberikan
tempat yang aman.
Menempatkan pasien
38
Menjauhkan
barang-barang yang
bias digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barang-
39
Selalu
mengadakan
pengawasan dan
40
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri meningkat.
Jangan pernah
melonggarkan
pengawasan,
walaupun pasien
tidak menunjukkan
tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
c. Menganjurkan keluarga
untuk malaksanakan cara
41
tersebut diatas.
o Mengajarkan keluarga tentang
hal-hal yang dapat dilakukan apa
bila pasien melakukan percobaan
bunuh diri, antara lain:
a.
b.
42
medis.
Memberikan informasi
tentang nomor telpon darurat
tenaga kesehatan
b.
Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan pasien
berobat/control secara teratur
untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya
c.
43
Menganjurkan keluarga
44
45
NO
1.
TGL/JAM
DIAGNOSA
TINDAKAN
EVALUASI
10/4/2010
KEP
Resiko
BunuhSp I Pasien
PK.10.00
Diri
WIB
Sp II Pasien
1. Mengidentisifikasi aspek positif
pasien
2. Mendorong pasien untuk
berfikir positif terhadap diri
sendiri
3. Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
Sp III Pasien
1. Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yng biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
4. Mendorong pasien memilih
46
pola koping yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991
: 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan
asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk
menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
47
DAFTAR PUSTAKA
2. Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien, EGC, Jakarta
5. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung:
PT Refrika Aditama
48