Anda di halaman 1dari 17

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN RISIKO BUNUH DIRI (RBD)

A. Pengkajian
Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah
Sakit dan alamat klien.
Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Biasanya berupa sikap percobaan bunuh
diri,komunikasi dengan keluarga kurang, tidak mampu berkonsentrasi,
merasa gagal, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin melangsungkan
hidupnya. Tanyakan juga hal apa yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
a. Faktor Predisposis
 Riwayat : bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah
melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan criminal.
 Diagnosa Medis Gangguan Jiwa: Diagnosa medis gangguan jiwa yang
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan
schizophrenia. Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
 Sifat Kepribadian: Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko bunuh diri
yaitu suka bermusuhan, impulsif, kepribadian anti sosial dan depresif.
 Lingkungan Psikososial:
Individu yang mengalami kehilangan dengan proses berduka yang
berkepanjangan akibat perpisahan dan bercerai, penolakan dari lingkungan,
kehilangan barang dan kehilangan dukungan sosial merupakan faktor
penting yang mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bunuh diri.
 Riwayat Keluarga: Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri dan
konflik yang terjadi dalam keluarga merupakan faktor penting untuk

1
melakukan bunuh diri. Menurunnya neurotransmitter serotonin, opiate dan
dopamine dapt menimbulkan perilaku destruktif-diri.
b. Aspek Fisik/Biologi : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi,
Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
Apakah ada bekas percobaan bunuh diri pada leher, pergelangan tangan
maupun di bagian tubuh lainnya. Pasien biasanya mengeluh sakit pada
dirinya, pusing ataupun tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasanya.
Pasien mengeluh bahwa dirinya sudah tidak mampu beraktivitas lagi.
c. Genogram : Menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
d. Konsep Diri
 Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari
dirinya. Ada bagian tubuh pasien yang mengalami penurunan fungsi
sehingga pasien tidak bisa menerima keadaan tubuhnya.mengungkapkan
perasaan keputusasaan dan merasa ingin mati.
 Identitas: merasa tidak puas dengan status ataupun pekerjaannya sedang
dapat mempengaruhi hubungan sosial dengan orang lain
 Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang kepala keluarga,
ibu/ ibu rumah tangga atau sebagai anak dari berapa bersaudara. Klien
dengan resiko bunuh diri merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau
peranannya baik dalam keluarga, pekerjaan atau dalam kelompok
masyarakat
 Ideal Diri: Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh
klien akan melakukan apa untuk hidupnya selanjutnya, apakah lebih
bersemangat atau membuat lembaran baru.
 Harga Diri: Pasien mengatakan hal yang negatif tentang dirinya,yang
menunjukkan harga diri yang rendah, selalu berfikiran negatif kepada
orang lain bahwa dirinya tidak lagi dihargai dan dianggap. Perilaku resiko
bunuh diri mengalami harga diri rendah situasi seperti masalah keluarga
atau pekerjaan yang sedang dihadapi saat ini.
e. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa,
ataukah teman sekamar yangg satu agama. Apakah Klien adalah orang
yang kurang perduli dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan

2
lingkugannya, apakah klien sering diam, menyendiri, murung dan tak
bergairah ,apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi dan
slalu bermusuhan dengan teman yang lain, ataukah sangat sensitive.
f. Spiritual
 Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan adanya Tuhan
atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
 Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau jarang
beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Biasanya, pasien meyakini bahwa tidak ada gunanya untuk hidup,
keyakinannya akan masalah adalah takdir yang maha kuasa itupun tidak
ada. Mereka menganggap bahwa tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan
masalahnya selain dengan mengakhiri hidupnya.
g. Status Mental
 Penampilan: Pada penampilan fisik: Tidak rapi, tidak mandi dan
berpakaian harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit
bau. Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang
mendengarkan.
 Pembicaraan: Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban
yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa
kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi
blocking. Pembicaraannya lesu dan topik yang dibicarakan tentang
kematian dan penyesalan hidup.
 Aktivitas Motorik : Aktivitas motorik klien lebih mengarah untuk
mengakhiri hidupnya misal membenturkan kepalanya, melukai badannya,
dan membuat sesuatu sebagai sarana untuk mengakhiri hidupnya misal
membuat gantungan dari tali
 Afek & Emosi : Perasaan sedih, rasa tak berguna, gagal, kehilanaga,
merasa berdosa, putus asa, penyesalan tak ada harapan. Menunjukkan rasa
kekecewaan yang mendalam disertai rasa putus asa.
 Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang, afek datar, klien
jarang memandang lawan bicara saat berkomunikasi. Tidak mau
mendengarkan pendapat atau saran yang dapat membantunya dalam
menyelesaikan masalah
 Persepsi sensori : Adanya halusinasi pendengaran yang menyuruhnya
mengakhiri hidupnya.
 Proses Pikir

3
a) Proses pikir : Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali pada
suatu ide pikiran.
b) Isi fikir : Suicidal thaught/pikiran bunuh diri: isi pikiran yang
dimulai dengan memikirkan usaha bunuh diri sampai terus menerus
berusaha untuk dapat bunuh diri.
 Tingkat kesadaran : Bingung, seseorang yang ingin melakukan bunuh
diri merasa dirinya bingung karena adanya kejadian-kejadian negatif
dalam hidup, penyakit kronis atau bahkan perceraian.
 Memori : Kontigulasi: Ingatan yang keliru dan dimanifestasikan dengan
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita
yang tidak benar untuk menutupi daya ingatnya. Perilaku bunuh diri
biasanya bercerita yang tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak berdasarkan
fakta karena pasien dengan resiko bunuh diri akan menghindar dari
kenyataan.
 Tingkat konsentrasi dan berhitung
a) Mudah beralih : Perhatian perilaku bunuh diri mudah berganti dari
satu objek ke objek lain. Mudah untuk mengalihkan pembicaraan.
b) Tidak mampu berkonsentrasi : Perilaku bunuh diri tidak mampu
untuk berkonsentrasi dengan baik. Selalu meminta agar pertanyaan
diulang atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c) Tidak mampu berhitung : Perilaku bunuh diri tidak dapat
melakukan penambahan atau pengurangan pada benda benda nyata.
Karena orang tersebut tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.
 Kemampuan penilaian
a) Gangguan kemampuan penilaian ringan : Dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain. Contoh: berikan
kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau
makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, orang tersebut dapat
mengambil keputusan.
b) Gangguan kemampuan penilaian bermakna : Tidak mampu
mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain. Contoh: berikan
kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau
makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien masih tidak
mampu mengambil keputusan.
 Gangguan titik diri : Mengingkari penyakit yang di derita dan
menyalahkan hal-hal di luar dirinya

4
h. Stressor Pencetus / Faktor Presipitasi : Bunuh diri dapat terjadi karena
stres yang berlebihan yang dialami individu. Faktor pencetus seringkali
berupa peristiwa kehidupan yang memalukan seperti masalah hubungan
interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan,
ancaman penahanan dan dapat juga pengaruh media yang menampilkan
peristiwa bunuh diri.
i. Penilaian Stressor : Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada
setiap tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko
bunuh diri pada pasien
j. Sumber Koping : Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien
dalam mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah seringkali
membutuhkan bantuan orang lain.
k. Mekanisme Koping : Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku
merusak diri tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan
regresi. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah indiviidu telah
gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri sebagai
jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.

B. Pohon Masalah
Bunuh diri

Resiko bunuh diri

Depresi

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping keluarga kegagalan perpisahan

tidak efektif

C. Diagnosa Keperawatan

5
Diagnosa keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat,
data-data yang dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan
informasi yang diberikan oleh pasien dan keluarga. Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul, diantaranya :
 Resiko bunuh diri
 Risiko perilaku kekerasan
 Harga diri rendah

6
D. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi


Keperawatan
1 Resiko Bunuh Klien tidak mencederai diri.  Klien: o Perkenalkan diri dengan klien
1. Klien dapat membina o Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar
Diri
Kriteria Hasil:
hubungan saling dan tidak menyangkal.
1. Pasien dapat menunjukan
percaya dengan o Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
pengendalian implus o Bersifat hangat dan bersahabat.
komunikasi terapeutik o Temani klien saat keinginan mencederai
dengan indikator sebagai
berikut: diri meningkat.
 Mengeluarkan
2. Klien dapat terlindung
perasaaan negatif o Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat
dari perilaku bunuh diri
secara tepat membahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
 Mengidentifikasi
kaca, dan lain-lain).
perasaan atau o Tempatkan klien di ruangan yang tenang
perilaku yg dan selalu terlihat oleh perawat.
mengarah pada o Awasi klien secara ketat setiap saat.
tindakan implusif
o Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Mengungkapkan 3. Klien dapat o Bersikap empati untuk meningkatkan
secara verbal mengekspresikan ungkapan keraguan, ketakutan dan
tentang perasaanya

7
pengendalian secar keputusasaan.
o Beri dorongan untuk mengungkapkan
implus
 Menghindari mengapa dan bagaimana harapannya.
o Beri waktu dan kesempatan untuk
lingkungan dan
situasi beresiko menceritakan arti penderitaan, kematian,

tinggi dan lain-lain.


o Beri dukungan pada tindakan atau ucapan
klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.

4. Klien dapat o Bantu untuk memahami bahwa klien dapat

meningkatkan harga mengatasi keputusasaannya.


o Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal
diri
individu.
o Bantu mengidentifikasi sumber-sumber
harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

o Ajarkan untuk mengidentifikasi


5. Klien dapat
pengalaman-pengalaman yang
menggunakan koping
menyenangkan setiap hari (misal :
yang adaptif

8
berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.).
o Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia
cintai dan yang ia sayang, dan
o pentingnya terhadap kehidupan orang
lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
o Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan
pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan
telah mempunyai pengalaman positif
6. Klien dapat dalam mengatasi masalah tersebut
menggunakan dengan koping yang efektif.
dukungan sosial
o Kaji dan manfaatkan sumber-sumber
ekstemal individu (orang-orang terdekat,
tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
o Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai,
7. klien dapat
pengalaman masa lalu, aktivitas
menggunakan obat

9
dengan benar dan tepat keagamaan, kepercayaan agama).
o Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal :
konseling pemuka agama).

o Diskusikan tentang obat (nama, dosis,


frekuensi, efek dan efek samping minum

 Keluarga: obat).
1. Keluarga berperan o Bantu menggunakan obat dengan prinsip

serta melindungi 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,

anggota keluarga waktu).


o Anjurkan membicarakan efek dan efek
yang mengancam
samping yang dirasakan.
atau mencoba bunuh o Beri reinforcement positif bila
diri menggunakan obat dengan benar.

o Menganjurkan keluarga untuk ikut


2. Keluarga pasien mengawasi pasien serta jangan pernah
mampu merawat meninggalkan pasien sendirian
pasien dengan o Menganjurkan keluarga untuk membantu

10
resiko bunuh diri perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekita pasien
o Mendiskusikan dengan keluarga untuk
tidak sering melamun sendiri
o Menjelaskan kepada keluarga pentingnya
passion minum obat secara teratur.

o Menanyakan keluarga tentang tanda dan


gejala bunuh diri
a. Menanyakan keluarga tentang tanda dan
gejala bunuh diri yang pernah muncul
pada pasien
b. Mendiskusikan tentang tanda dan gejala
yang umumnya muncul pada pasien
beresiko bunuh diri

o Mengajarkan keluarga tentang cara


melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
a. Mengajarkan keluarga tentang cara yang
dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh

11
diri.
b. Menjelaskan tentang cara-cara melindungi
pasien, antara lain:
- Memberikan tempat yang aman.
Menempatkan pasien ditempat yang
mudah di awasi, jangan biarkan pasien
mengunci diri dikamarnya atau jangan
meninggalkan pasien sendirian dirumah
- Menjauhkan barang-barang yang bias
digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barang-barang yang bias
digunakan untuk bunuh diri, seperti tali,
bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau
benda tajam lainnya, zat yang berbahaya
seperti racun nyamuk atau racun serangga.
- Selalu mengadakan pengawasan dan
meningkatkan pengawasan apa bila ada
tanda dan gejala bunuh diri meningkat.
Jangan pernah melonggarkan pengawasan,

12
walaupun pasien tidak menunjukkan tanda
dan gejala untuk bunuh diri.
c. Menganjurkan keluarga untuk
malaksanakan cara tersebut diatas.

o Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang


dapat dilakukan apa bila pasien melakukan
percobaan bunuh diri, antara lain:
a. Mencari bantuan pada tetangga
sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh
diri tersebut
b. Segera membawa pasien kerumah
sakit atau puskesmas untuk
mendapatkan bantuan medis.

o Mencari keluarga mencari rujukan fasilitas


kesehatan yang tersedia bagi pasien
a. Memberikan informasi tentang nomor
telpon darurat tenaga kesehatan

13
b. Menganjurkan keluarga untuk
mengantarkan pasien berobat/control
secara teratur untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya
c. Menganjurkan keluarga uuntuk membantu
pasien minum obat sesuai prinsip lima
benar pemberian obat.

14
Implementasi dan Evaluasi

15
NO TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI
KEP
1. Resiko BunuhSp I Pasien S :Klien mengatakan sudah mencoba
Diri 1. Membina hubungan salingbelajar berkenalan namun masih enggan
percaya dengan klien untuk dilakukan
2. Mengidentifikasi benda-benda
yang dapat membahayakan
O: Klien aktif dan memperhatikan selama
pasien
latihan berkenalan dengan perawat
3. Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
A: Klien sudah tahu cara berkenalan dengan
pasien.
4. Melakukan kontrak treatment menyebutkan nama,asal,hobi
5. Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan bunuh
P: Lanjutkan berkenalan dengan orang lain.
diri

Sp II Pasien
1. Mengidentisifikasi aspek positif
pasien
2. Mendorong pasien untuk
berfikir positif terhadap diri
sendiri
3. Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga

Sp III Pasien
1. Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan
16 pasien
2. Menilai pola koping yng biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping
17

Anda mungkin juga menyukai