Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN F DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SIAK

DOSEN PENGAMPU : Ns. Sekani Niriyah, S.Kep

Kelompok 1
Siti Mawaddai Marzirah 17031001
Siti Yanrista 17031011
Trisna Velinda 17031020
Reza Rezki Mubarok 17031028
Nia Maryuni 17031031
Restika Zulina 17031032

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Pasien F Dengan Halusinasi Pendengaran”. Semoga dengan makalah yang kami susun ini,
kita sebagai mahasiswa dapat menambah dan memperluas pengetahuan.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari ibu selaku dosen pembimbing
kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari
yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 28 Desember 2019

TIM
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1
1.2 TUJUAN ........................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1KONSEP NYERI ............................................................................................... 3
2.2 KONSEPKANKER .......................................................................................... 9
BAB III GAMBARAN KASUS ......................................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 15
4.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 15
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Halisinasi adalah persepsi sensori yang keliru melibatkan panca indera dalam
skizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang paling banyak terjadi
(Isaacs, 2010).
Skizofrenia adalah gangguan parah pikiran. Sekitar 75% dari pasien dengan
pengalaman skizofrenia halusinasi pendengaran, dan banyak dari pasien ini tidak
menanggapi jangka panjang terapi antipsikotik, (Lee,Lee, Kim, & Kwon, 2017). Hal ini
dapat dilihat dari semakin banyaknya laporan bahwa halusinasi yang tidak segera
diberikan terapi akan menimbulkan masalah yang lebih buruk, (Lee et al., 2017).
Berdasarkan data WHO (Word Health Organization), memperkirakan 450 juta orang
mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat
ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
dimasa hidupnya,(Putri, Komala, Keliat, & Wardani, 2018). Berdasarkan data riset
kesehatan dasar (2007) di Indonesia, menunjukan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara
nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa
pada setiap 1000 orang penduduk terdapat 5 orang menderita gangguan jiwa, (Putra,
Gumilar, Kusuma, Purnomo, & Basumerda, 2018).
Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan oleh perawat ada
2 macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan nonfarmakalogi. Salah satu
pemberian terapi farmakologi yaitu dengan pemberian obat Clozapine untuk mengatasi
skizofrenia. Namun, sekitar 40 – 60 % pasien tidak memiliki respon yang memadai,
(Dellazizzo et al., 2018). Sedangkan pemberian terapi nonfamakologi salah satu
diantaranya adalah terapi aktivitas.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas
halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk
menyelesaikan praktek klinik di RSJ Tampan Pekanbaru.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep halusinasi dan dapat melakukan asuhan
keperawatan halusinasi
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang konsep halusinasi
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi pendengaran
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Halusinasi


2.1.1 Definisi
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang berhubungan
dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas (Deden & Rusdi, 2013). Halusinasi
pendengaran lisan auditory verbal (AVH) adalah suara-suara yang dirasakan tanpa ada
stimulasi eksternal. Prevalensi tertinggi fenomena ini adalah pada pasien yang didiagnosis
dengan skizofrenia yaitu 70 - 80%. Dimana cenderung dapat menyebabkan perilaku
destruktif, seperti bunuh diri dan pembunuhan, (Dellazizzo et al., 2018).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Zelika, 2015). Halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan
(Darmaja 2014).

2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Sunden 2007 faktor-faktor yang menyebabkan halusinasi adalah
sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofren
2) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia.
b. Psikolagis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
2. Faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi
kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.1.3 Tanda dan Gejala


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

2.1.4 Jenis-Jenis
Menurut (Stuart 2007) jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penciuman (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

2.1 5 Fase
Fase-fase halusinasi menurut Stuart & Sundeen, 2007
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
(Psikotik ringan) sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.

2.1.6 Rentang Respon


Rentang respon halusinasi menurut Stuart and Sunden 2007 adalah sebagai berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan :
1) Halusinasi
b. Data yang Perlu Dikaji
Data Subjektif :
1) Pasien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Pasien mengatakan mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Pasien mengatakan mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Data objektif :
1) Pasien berbicara atau tertawa sendiri
2) Psien marah-marah tanpa sebab
3) Pasien menyedengkan telinga ke arah tertentu
4) Pasien menutup telinga

2.2.2 Pohon Masalah


Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (akibat)

Gangguan persepsi sensori : halusinasi (core problem)

Menarik diri (Penyebab)

2.2.3 Diagnosa
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

2.2.4 Intervensi
No No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
DX
Gangguan TUM: Klien Setelah1x 1.1 Bina hubungan
sensori dapat mengontrol interaksi klien saling percaya
persepsi: halusinasi yang menunjukkan dengan
halusinasi dialaminya tanda – tanda menggunakan
(lihat/dengar/pe Tuk 1 : percaya kepada prinsip komunikasi
nghidu/raba/kec Klien dapat perawat : terapeutik :
ap) membina a. Sapa klien dengan
1. Ekspresi wajah
hubungan saling ramah baik verbal
bersahabat.
percaya maupun non
2. Menunjukkan
verbal
rasa senang.
b. Perkenalkan
3. Ada kontak
nama, nama
mata.
panggilan dan
4. Mau berjabat
tujuan perawat
tangan.
berkenalan
5. Mau
c. Tanyakan nama
menyebutkan
lengkap dan
nama.
nama panggilan
6. Mau menjawab
yang disukai klien
salam.
d. Buat kontrak
7. Mau duduk
yang jelas
berdampingan
e. Tunjukkan sikap
dengan
jujur dan
perawat.
menepati janji
Bersedia
setiap kali
mengungkapkan
interaksi
masalah yang
f. Tunjukan sikap
dihadapi.
empati dan
menerima apa
adanya
g. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
h. Tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan
dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x 2.1. Adakan kontak
Klien dapat interaksi klien sering dan
mengenal menyebutkan : singkat secara
halusinasinya bertahap
1. Isi
2.2. Observasi
2. Waktu
tingkah laku
3. Frekunsi
klien terkait
4. Situasi dan
dengan
kondisi yang
halusinasinya
menimbulkan
(* dengar /lihat
halusinasi
/penghidu /raba
Setelah 1x
/kecap), jika
interaksi klien
menemukan
menyatakan
klien yang
perasaan dan
sedang
responnya saat
halusinasi:
mengalami
a. Tanyakan apakah
halusinasi :
klien mengalami
 Marah
sesuatu (
 Takut
halusinasi dengar/
 Sedih
lihat/ penghidu
 Senang
/raba/ kecap )
 Cemas
b. Jika klien
 Jengkel
menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mengalami
hal tersebut,
namun perawat
sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa
ada klien lain
yang mengalami
hal yang sama.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.3 Jika klien tidak
sedang
berhalusinasi
klarifikasi
tentang adanya
pengalaman
halusinasi,
diskusikan
dengan klien :
a. Isi, waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore,
malam atau sering
dan kadang –
kadang )
b. Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan atau
tidak
menimbulkan
halusinasi
TUK 3 : 3.1.Setelah 1x 2.4Diskusikan
Klien dapat interaksi klien dengan klien apa
mengontrol menyebutkan yang dirasakan
halusinasinya tindakan yang jika terjadi
biasanya halusinasi dan
dilakukan beri kesempatan
untuk untuk
mengendalika mengungkapkan
n perasaannya.
halusinasinya 2.3. Diskusikan
3.2.Setelah 1x dengan klien
interaksi klien apa yang
menyebutkan dilakukan
cara baru untuk
mengontrol mengatasi
halusinasi perasaan
3.3.Setelah 1x tersebut.
interaksi klien 2.4. Diskusikan
dapat memilih tentang
dan dampak yang
memperagaka akan
n cara dialaminya bila
mengatasi klien
halusinasi menikmati
(dengar/lihat/p halusinasinya.
enghidu/raba/k
ecap )
3.4.Setelah 1x
interaksi klien
melaksanakan
cara yang
telah dipilih
untuk
mengendalika
n
halusinasinya
3.5.Setelah 1x
pertemuan
klien
mengikuti
terapi aktivitas
kelompok
TUK 4 : 4.1.Setelah 1x 4.1 Buat kontrak
Klien dapat pertemuan dengan keluarga
dukungan dari keluarga, untuk
keluarga dalam keluarga pertemuan (
mengontrol menyatakan waktu, tempat
halusinasinya setuju untuk dan topik )
mengikuti 4.2 Diskusikan
pertemuan dengan keluarga
dengan ( pada saat
perawat pertemuan
4.2.Setelah 1x keluarga/
interaksi kunjungan
keluarga rumah)
menyebutkan a. Pengertian
pengertian, halusinasi
tanda dan b. Tanda dan gejala
gejala, proses halusinasi
terjadinya c. Proses terjadinya
halusinasi dan halusinasi
tindakan d. Cara yang dapat
untuk dilakukan klien
mengendali dan keluarga
kan halusinasi untuk memutus
halusinasi
e. Obat- obatan
halusinasi
f. Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah ( beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian
bersama,
memantau obat –
obatan dan cara
pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi )
g. Beri informasi
waktu kontrol ke
rumah sakit dan
bagaimana cara
mencari bantuan
jika halusinasi
tidak tidak dapat
diatasi di rumah
TUK 5 : 1.2 Setelah 1x 5.1 Diskusikan
Klien dapat interaksi klien dengan klien
memanfaatkan menyebutkan; tentang manfaat
obat dengan baik 2. Manfaat dan kerugian
minum obat tidak minum
3. Kerugian obat, nama ,
tidak minum warna, dosis,
obat cara , efek terapi
4. Nama,warna,d dan efek
osis, efek samping
terapi dan penggunan obat
efek samping 5.2 Pantau klien saat
obat penggunaan obat
4.2 Setelah 1x 5.3 Beri pujian jika
interaksi klien klien
mendemontra menggunakan
sikan obat dengan
penggunaan benar
obat dgn 5.4 Diskusikan
benar akibat berhenti
4.3 Setelah 1x minum obat tanpa
interaksi klien konsultasi dengan
menyebutkan dokter
akibat 5.5 Anjurkan klien
berhenti untuk konsultasi
minum obat kepada
tanpa dokter/perawat jika
konsultasi terjadi hal – hal yang
dokter tidak di inginkan .
DAFTAR PUSTAKA

Dellazizzo, L., Potvin, S., Phraxayavong, K., Lalonde,P., Dumais, A., & Heidelberg, U. 2018
Terapi avatar untuk terus-menerus pendengaran Verbal Halusinasi pada pasien skizofrenia
Ultra-Resistant : Laporan Kasus

Gail W, Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Edition 8.
Missouri : Mosby Years Book

Lee, T. Y., Lee, J., Kim, M., & Kwon, J. S. 2017. The effect of transcranial direct current
stimulation on auditory hallucination in patients with schizophrenia. Schizophrenia
Research

Putra, P. S., Gumilar, R., Kusuma, S. R., Purnomo,H., & Basumerda, C. 2018. The effect of
Quran murottal ’ s audio on short term memory

Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai