Kelompok 1
Siti Mawaddai Marzirah 17031001
Siti Yanrista 17031011
Trisna Velinda 17031020
Reza Rezki Mubarok 17031028
Nia Maryuni 17031031
Restika Zulina 17031032
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Pasien F Dengan Halusinasi Pendengaran”. Semoga dengan makalah yang kami susun ini,
kita sebagai mahasiswa dapat menambah dan memperluas pengetahuan.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari ibu selaku dosen pembimbing
kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari
yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata kami mengucapkan terima kasih.
TIM
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep halusinasi dan dapat melakukan asuhan
keperawatan halusinasi
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang konsep halusinasi
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi pendengaran
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Menurut Stuart dan Sunden 2007 faktor-faktor yang menyebabkan halusinasi adalah
sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofren
2) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia.
b. Psikolagis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
2. Faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi
kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Menurut Stuart dan Sundeen (2007), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya
memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
2.1.4 Jenis-Jenis
Menurut (Stuart 2007) jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penciuman (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
2.1 5 Fase
Fase-fase halusinasi menurut Stuart & Sundeen, 2007
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
(Psikotik ringan) sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.
2.2.3 Diagnosa
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2.2.4 Intervensi
No No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
DX
Gangguan TUM: Klien Setelah1x 1.1 Bina hubungan
sensori dapat mengontrol interaksi klien saling percaya
persepsi: halusinasi yang menunjukkan dengan
halusinasi dialaminya tanda – tanda menggunakan
(lihat/dengar/pe Tuk 1 : percaya kepada prinsip komunikasi
nghidu/raba/kec Klien dapat perawat : terapeutik :
ap) membina a. Sapa klien dengan
1. Ekspresi wajah
hubungan saling ramah baik verbal
bersahabat.
percaya maupun non
2. Menunjukkan
verbal
rasa senang.
b. Perkenalkan
3. Ada kontak
nama, nama
mata.
panggilan dan
4. Mau berjabat
tujuan perawat
tangan.
berkenalan
5. Mau
c. Tanyakan nama
menyebutkan
lengkap dan
nama.
nama panggilan
6. Mau menjawab
yang disukai klien
salam.
d. Buat kontrak
7. Mau duduk
yang jelas
berdampingan
e. Tunjukkan sikap
dengan
jujur dan
perawat.
menepati janji
Bersedia
setiap kali
mengungkapkan
interaksi
masalah yang
f. Tunjukan sikap
dihadapi.
empati dan
menerima apa
adanya
g. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
h. Tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan
dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x 2.1. Adakan kontak
Klien dapat interaksi klien sering dan
mengenal menyebutkan : singkat secara
halusinasinya bertahap
1. Isi
2.2. Observasi
2. Waktu
tingkah laku
3. Frekunsi
klien terkait
4. Situasi dan
dengan
kondisi yang
halusinasinya
menimbulkan
(* dengar /lihat
halusinasi
/penghidu /raba
Setelah 1x
/kecap), jika
interaksi klien
menemukan
menyatakan
klien yang
perasaan dan
sedang
responnya saat
halusinasi:
mengalami
a. Tanyakan apakah
halusinasi :
klien mengalami
Marah
sesuatu (
Takut
halusinasi dengar/
Sedih
lihat/ penghidu
Senang
/raba/ kecap )
Cemas
b. Jika klien
Jengkel
menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa
perawat percaya
klien mengalami
hal tersebut,
namun perawat
sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa
ada klien lain
yang mengalami
hal yang sama.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.3 Jika klien tidak
sedang
berhalusinasi
klarifikasi
tentang adanya
pengalaman
halusinasi,
diskusikan
dengan klien :
a. Isi, waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore,
malam atau sering
dan kadang –
kadang )
b. Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan atau
tidak
menimbulkan
halusinasi
TUK 3 : 3.1.Setelah 1x 2.4Diskusikan
Klien dapat interaksi klien dengan klien apa
mengontrol menyebutkan yang dirasakan
halusinasinya tindakan yang jika terjadi
biasanya halusinasi dan
dilakukan beri kesempatan
untuk untuk
mengendalika mengungkapkan
n perasaannya.
halusinasinya 2.3. Diskusikan
3.2.Setelah 1x dengan klien
interaksi klien apa yang
menyebutkan dilakukan
cara baru untuk
mengontrol mengatasi
halusinasi perasaan
3.3.Setelah 1x tersebut.
interaksi klien 2.4. Diskusikan
dapat memilih tentang
dan dampak yang
memperagaka akan
n cara dialaminya bila
mengatasi klien
halusinasi menikmati
(dengar/lihat/p halusinasinya.
enghidu/raba/k
ecap )
3.4.Setelah 1x
interaksi klien
melaksanakan
cara yang
telah dipilih
untuk
mengendalika
n
halusinasinya
3.5.Setelah 1x
pertemuan
klien
mengikuti
terapi aktivitas
kelompok
TUK 4 : 4.1.Setelah 1x 4.1 Buat kontrak
Klien dapat pertemuan dengan keluarga
dukungan dari keluarga, untuk
keluarga dalam keluarga pertemuan (
mengontrol menyatakan waktu, tempat
halusinasinya setuju untuk dan topik )
mengikuti 4.2 Diskusikan
pertemuan dengan keluarga
dengan ( pada saat
perawat pertemuan
4.2.Setelah 1x keluarga/
interaksi kunjungan
keluarga rumah)
menyebutkan a. Pengertian
pengertian, halusinasi
tanda dan b. Tanda dan gejala
gejala, proses halusinasi
terjadinya c. Proses terjadinya
halusinasi dan halusinasi
tindakan d. Cara yang dapat
untuk dilakukan klien
mengendali dan keluarga
kan halusinasi untuk memutus
halusinasi
e. Obat- obatan
halusinasi
f. Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah ( beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian
bersama,
memantau obat –
obatan dan cara
pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi )
g. Beri informasi
waktu kontrol ke
rumah sakit dan
bagaimana cara
mencari bantuan
jika halusinasi
tidak tidak dapat
diatasi di rumah
TUK 5 : 1.2 Setelah 1x 5.1 Diskusikan
Klien dapat interaksi klien dengan klien
memanfaatkan menyebutkan; tentang manfaat
obat dengan baik 2. Manfaat dan kerugian
minum obat tidak minum
3. Kerugian obat, nama ,
tidak minum warna, dosis,
obat cara , efek terapi
4. Nama,warna,d dan efek
osis, efek samping
terapi dan penggunan obat
efek samping 5.2 Pantau klien saat
obat penggunaan obat
4.2 Setelah 1x 5.3 Beri pujian jika
interaksi klien klien
mendemontra menggunakan
sikan obat dengan
penggunaan benar
obat dgn 5.4 Diskusikan
benar akibat berhenti
4.3 Setelah 1x minum obat tanpa
interaksi klien konsultasi dengan
menyebutkan dokter
akibat 5.5 Anjurkan klien
berhenti untuk konsultasi
minum obat kepada
tanpa dokter/perawat jika
konsultasi terjadi hal – hal yang
dokter tidak di inginkan .
DAFTAR PUSTAKA
Dellazizzo, L., Potvin, S., Phraxayavong, K., Lalonde,P., Dumais, A., & Heidelberg, U. 2018
Terapi avatar untuk terus-menerus pendengaran Verbal Halusinasi pada pasien skizofrenia
Ultra-Resistant : Laporan Kasus
Gail W, Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Edition 8.
Missouri : Mosby Years Book
Lee, T. Y., Lee, J., Kim, M., & Kwon, J. S. 2017. The effect of transcranial direct current
stimulation on auditory hallucination in patients with schizophrenia. Schizophrenia
Research
Putra, P. S., Gumilar, R., Kusuma, S. R., Purnomo,H., & Basumerda, C. 2018. The effect of
Quran murottal ’ s audio on short term memory
Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: salemba
Medika