Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasaan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk


melukai seseorang secara fisik maupun psikolog(Budi Ana Keliat, 2005)

Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang


dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain, sering
disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap
sesuatu stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol(Yosep, 2007)

Tanda dan gejala :


Data obyektif :

a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang

Data subyektif

h. Mengeluh merasa terancam


i. Mengungkapkan perasaan tak berguna
j. Mengungkapkan perasaan jengkel
k. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, sesak
dan bingung
B. Penyebab

HDR (Harga Diri Rendah)

1. Pengertian

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,


rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan
perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang
terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan
harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak
mampu dalam mencapai keinginan.
(Fitria, 2009).

2. Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

( Yosep, 2009)

Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan – tindakan berbahaya


bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan, misalnya menyerang orang lain, memecahkan
perabot, membakar rumah dan lain – lain. Sehingga pasien dengan perilaku kekerasan
beresiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Penatalaksanaan
0. Farmakologi
 Obat anti psikosis: Penotizin
 Obat anti depresi: Amitripilin
 Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
 Obat anti insomnia: Phneobarbital
1. Terapi modalitas
. Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah


klien dengan memberikan perhatian

 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
a. Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau


aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan
tingkah laku pada orang lain.

b. Terapi musik

Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan


kesadaran klien
PohonMasalah
Pohon Masalah Perilaku Kekerasan : Amuk

Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


0. Masalah keperawatan:
. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
a. Perilaku kekerasan / amuk
b. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
1. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
a. Perilaku kekerasan / amuk

Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

DiagnosaKeperawatan
0. Perilaku kekerasan
RencanaTindakan

Diagnosa 1: perilaku kekerasan


Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:

0. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

 Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama


perawat dan jelaskan tujuan
 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

Tindakan:
 Beri kesempatan mengungkapkan
 Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
 Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

Tindakan :

 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat


jengkel/kesal.
 Observasi tanda perilaku
 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
3. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

 Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa


 Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
 Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
4. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku

Tindakan:

 Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.


 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
 Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
5. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.

Tindakan :

 Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.


 Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
 Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
 Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku

Tindakan:
 Bantu memilihcara yang paling tepat.
 Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
 Bantu mensimulasikan cara yang telah
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
 Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
7. Klien mendapat dukungan dari

Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan


 Beri reinforcement positif atas keterlibatan
8. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

 Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efeksamping).
 Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat A,Budi Akemat. 2009. Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta

Maramis, W.F.2005. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Ed.9 Surabaya: Airlangga


University Press.

Stuart, E.W& Sudden S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemah).
Jakarta:EGC

Yosep Iyus, 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai