Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN WAHAM

DI RSJD Dr. AMINO GONDHOHUTOMO SEMARANG

Di susun oleh:

Rohmana Kusnul Adzani.S.Kep

20901700072

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018
1. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-


menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi, 2011). Waham adalah suatu
keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang
tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses iteraksi
atau informasi secara akurat (Yosep, 2009).

2. Klasifikasi
a. Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. contoh : “ kalau saya mau masuk surga
saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari “, atau klien mengatakan
bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan mahkluk nya
b. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kebesaran, kekuatan
khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “ saya ini pejabat di
departemen kesehatan lhooooo........” “ saya punya tambang emas !”
c. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau
mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
d. Waham somatic
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau
terserang penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh : klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,
namun setelah di lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel
kanker pada tubuhnya.
e. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah tidak ada didunia/ meninggal dunia,
di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan. Contoh : ini akan
alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
f. Waham sisipilar
Dia beranggapan memiliki kemampuan bisa membaca pikiran orang lain atau
pikiran orang masukkedalam dirinya. Contoh : “ kok sekarang saya jadi bodoh
ya...? pikiranmu makuk kepikiranku kan ?”
g. Waham siar pikir
Meyakini bahwa orang lain tau tentang dirinya padahal dia tidak pernah cerita.
Kategori Waham :
1) Waham Sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi
walaupun hanya secara teoritis.
2) Waham Nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak
mungkin.

3. Penyebab
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan
konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta
benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress
bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu
masalah gangguan jiwa dan waham (Keliat, 2011).
Faktor predisposisi dan faktor presipitasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
5) Faktor genetik

b. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham, yaitu :
1) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
Selain itu penyebab dari waham adalah sebagai berikut :
1) Faktor Biologis
a) Latar belakang genetik. Adanya riwayat keturunan (diturunkan melalui
kromosom orang tua)
b) Sensitivitas biologis: riwayat penggunaan obat dan radiasi
2) Faktor Psikodinamika
Menurut teori Sigmund Frued suatu gangguan jiwa muncul akibat terjadinya
konflik internal (dunia dalam) yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia
luar. Gangguan jiwa dapat terjadi apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam
mengontrol id (keinginan/kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akal (ego) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, atau norma (yaitu super-ego), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku.
3) Faktor psikososial
a) Kepribadian: mudah kecewa, putus asa, tidak mampu membuat
keputusan, menutup diri dan cemas yang tinggi.
b) Pengalaman masa lalu: trauma, teraniaya, broken home dan pilih kasih
c) Konsep diri: ideal diri tidak realistis, krisis peran dan gambaran diri
negatif
d) Pertahanan psikologis: riwayat koping tidak efektif dan gangguan
perkembangan
e) Self kontrol: tidak mampu berkonsentrasi
f) Usia: riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai (Mulyani, 2009).

4. Manifestasi Klinik
a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan (Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan)
b. Curiga
c. Bermusuhan
d. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
e. Takut, sangat waspada
f. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
g. Mudah tersinggung
h. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
i. Gerakan tidak terkontrol
5. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal
yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang
lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.
d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
e. Mempunyai rencana untuk melukai

6. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya
lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada
gangguanproses pikiryang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya
dengangangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2013), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine(Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi Terapi Kejiwaan
Psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila kliendengan terapi
psikofarmaka sudah mencapaitahapan dimana kemampuan menilai realitas
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.Psikotherapi pada klien
dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Terapi somatic
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar
ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)ECT adalah suatu tindakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik
tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
5) RehabilitasiRehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).
7. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan waham
adalah sebagai berikut:

Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan proses Pikir: Waham

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronik

8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Masalah Keperawatan yang Muncul
1) Resiko menciderai orang lain
2) Kerusakan komunikasi : verbal
3) Gangguan proses pikir: waham
4) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
b. Data yang Perlu Dikaji
1) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data subjektif
- Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-
barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
Data objektif
- Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar
barang-barang.
2) Kerusakan komunikasi : verbal
Data subjektif
- Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
Data objektif
- Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang
3) Perubahan isi pikir : waham (..)
Data subjektif :
- Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.Pertanyaan yang dapat digunakan untuk
mengkaji waham :
a) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap ?
b) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya
aneh dan tidak nyata?
d) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya ?
e) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang
lain ?
f) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol
oleh orang lain atau kekuatan dari luar ?
g) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat
membaca pikirannya?
Data objektif :
- Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung
4) Gangguan harga diri rendah
Data subjektif
- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri
Data objektif
- Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
c. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir: waham.
D4. i a g n o s a Tujuan dan Kriteria Hasil R e n c a n a T i n d a k a n & R a s i o n a l
Foku isi piker: waham.
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama . . . diharapkan klien tidak mengalami gangguan isi pikir dengan kriteria hasil : 1. M e l a k u k a n S P I p a s i e n
s 1. Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap a. M e m b i n a h u b u n g a n s a l i n g p e r c a y a
Inter 2. K l i e n d a p a t m e m e n u h i k e b u t u h a n d a s a r Rasional : BHSP memudahkan perawat untuk mengeksplor perasaan dan permasalahan klien
vensi 3. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan b. M e m b a n t u o r i e n t a s i r e a l i t a
Kepe 4. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar Rasional : klien dengan waham memiliki keyakinan yang salah yang perlu diluruskan kebenarannya
rawat c. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan
an Rasional : klien yang tinggal di rumah sakit sering kali merasa bosan dan beberapa kebutuhan klien tidak terpenuhi
d. Membanatu klienmemenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional : memotivasi klien untuk memenuhi kebutuhan secara pribadi
e. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal harian
Rasional : mengingatkan klien agar terus melakukan kegiatan ketika tidak didampingi oleh perawat
2. M e l a k u k a n S P I I p a s i e n
a. M e n g e v a l u a s i j a d w a l k e g i a t a n h a r i a n k l i e n
Rasional : mengetahui apakan intervensi sebelumnya dilaksanakan dengan baik oleh klien
b. B e r d i s k u s i t e n t a n g k e m a m p u a n y a n g d i m i l i k i
Rasional : mengeksplor hal positif yang dimiliki oleh klien
c. M e l a t i h k e m a m p u a n y a n g d i m i l i k i
R as i onal : m eni ngka t kan keper ca ya an di ri kl i e n
3. M e l a k u k a n S P I I I p a s i e n
a. M e n g e v a l u a s i j a d w a l k e g i a t a n h a r i a n k l i e n
Rasional : mengetahui apakan intervensi sebelumnya dilaksanakan dengan baik oleh klien
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
Rasional : meminum obat secara rutin mengurangi gejala kekambuhan dan mempercepat proses penyembuhan
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Rasional : mengingatkan klien agar terus melakukan kegiatan ketika tidak didampingi oleh perawat
4. M e l a k u k a n S P I k e l u a r g a
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
Rasional : mengetahui permasalahan untuk selanjutnya diberikan intervensi
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami klien beserta proses terjadinya
Rasional : konsep waham penting agar keluarga dapat menyesuaikan diri untuk merawat pasien
c. M e n j e l a s k a n c a r a - c a r a m e r a w a t k l i e n w a h a m
Rasional : klien dengan waham memerlukan perawatan dan perhatian khusus keluarga
5. M e l a k u k a n S P I I k e l u a r g a
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan waham
Rasional : mengerti sejauh mana penjelasan dapat dipahami oleh keluarga klien
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
Rasional : melatih kemandirian keluarga untuk merawat klien ketika sudah tidak di rumah sakit
6. M e l a k u k a n S P I I I k e l u a r g a
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
Rasional : agar keluarga dapat mengingatkan klien untuk minum obat secara teratur
b. M e n j e l a s k a n f o l l o w u p k l i e n s e t e l a h p u l a n g
Rasional : agar keluarga memahami apa yang harus dilakukan setelah pasien pulang (jadwal control, cara merawat, dll)
9. DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal
Book.
Doengoes, E Marllyn (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3 jakarta
: EGC
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta :
FIK, Universitas Indonesia
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai