Indonesia merupakan negara tropis dengan berbagai macam sumber daya alam hayati. Hal ini dapat dilihat dari kesuburan tanah diseluruh wilayah Indonesia. Sehingga masyarakat dapat menjadikan keanekaragaman sumber daya alam hayati untuk memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan ekonominya. Salah satu sumber daya hayati yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat adalah tanaman tembakau. Tembakau (Nicotiana spp.,L.) adalah salah satu tanaman yang tumbuh subur di Indonesia terutama dipulau Jawa. Struktur tanah dan letak geografis mempengaruhi zat kimia yang terkandung di dalam tembakau. Tembakau memiliki kandungan zat-zat kimia diantaranya senyawa nitrogen, senyawa karbohidrat, resin, minyak atsiri, asam organik, dan zat warna. Zat-zat ini mempunyai dampak negatif dan positif. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tembakau menyebabkan kematian terbesar dari penyakit yang seharusnya dapat dicegah. Sedangkan dari sisi positif tembakau juga dapat dimanfaatkan sebagai insektisida, zat pewarna, dan pengobatan medis (jurnal). Di Indonesia tembakau dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan rokok. Indonesia merupakan produsen rokok terbesar ke-5 di dunia. Dan sebagian besar rokok di Indonesia diproduksi di Kota Kudus. Bahkan Kota ini terkenal dengan sebutan Kota Kretek sebagai simbol Kota Kudus. Mayoritas pekerjaan penduduk dan cukai ke negara. Rokok mempunyai pengaruh besar terhadap kondisi kesehatan tubuh. Bahkan dapat mengakibatkan kematian. Rokok tidak hanya berefek buruk bagi yang mengkonsumsinya. Namun, juga dapat memberi efek buruk bagi lingkungan sekitar. Menurut data WHO (2013), Indonesia merupakan Negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa dan 70% di antaranya berasal dari Negara berkembang. Saat ini 50% kematian akibat rokok berada di negara berkembang. Bila keadaan ini berlanjut sekitar 650 juta orang akan meninggal karena rokok. Dari 650 juta orang 50% berusia produktif antara 20 sampai 25 tahun (World Bank) (Kemenkes RI, 2014). World Health Organization (WHO) mempunyai program pembangunan berkelanjutan yaitu Sustainable Development Goals (SDG’s). Program ini mempunyai 4 pilar dengan 17 tujuan. Dan diantaranya pada tujuan yang ketiga adalah kesehatan dan kesejahteraan bagi semua kalangan pada tahun 2030. Tujuan ini dapat direalisasikan dengan memenuhi target yang telah ditetapkan oleh SDG’s. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu target yang harus diimplementasikan. Karena rokok menjadi faktor resiko utama penyakit tidak menular. Sehingga penanggulangan PTM dan pengendalian konsumsi rokok (aksesi FCTC) menjadi salah satu upaya untuk mencapai SDG’s (Goal’s 3) dan menjadi prioritas pembangunan tingkat nasional. FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) adalah merupakan perjanjian mengikat dengan tujuan nuntuk melindungi generasi masa kini dan masa depan dari kerusakan kesehatan sosial, lingkungan, dan konsekuensi ekonomi karena konsumsi tembakau. Sedangkan, FCTC di Indonesia belum disetujui karena terkendala oleh berbagai faktor.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat 1. Penurunan produksi 2. Menurunkan kadar nikotin rokok, 3. Menaikkan harga 4. Bea cukai naik.