Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara tropis dengan berbagai macam sumber daya
alam hayati. Hal ini dapat dilihat dari kesuburan tanah diseluruh wilayah
Indonesia. Sehingga masyarakat dapat menjadikan keanekaragaman sumber daya
alam hayati untuk memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan ekonominya.
Salah satu sumber daya hayati yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
adalah tanaman tembakau.
Tembakau (Nicotiana spp.,L.) adalah salah satu tanaman yang tumbuh subur
di Indonesia terutama dipulau Jawa. Struktur tanah dan letak geografis
mempengaruhi zat kimia yang terkandung di dalam tembakau. Tembakau
memiliki kandungan zat-zat kimia diantaranya senyawa nitrogen, senyawa
karbohidrat, resin, minyak atsiri, asam organik, dan zat warna. Zat-zat ini
mempunyai dampak negatif dan positif.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tembakau menyebabkan kematian
terbesar dari penyakit yang seharusnya dapat dicegah. Sedangkan dari sisi positif
tembakau juga dapat dimanfaatkan sebagai insektisida, zat pewarna, dan
pengobatan medis (jurnal).
Di Indonesia tembakau dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan
rokok. Indonesia merupakan produsen rokok terbesar ke-5 di dunia. Dan sebagian
besar rokok di Indonesia diproduksi di Kota Kudus. Bahkan Kota ini terkenal
dengan sebutan Kota Kretek sebagai simbol Kota Kudus. Mayoritas pekerjaan
penduduk dan cukai ke negara.
Rokok mempunyai pengaruh besar terhadap kondisi kesehatan tubuh.
Bahkan dapat mengakibatkan kematian. Rokok tidak hanya berefek buruk bagi
yang mengkonsumsinya. Namun, juga dapat memberi efek buruk bagi lingkungan
sekitar.
Menurut data WHO (2013), Indonesia merupakan Negara ketiga dengan
jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tahun 2030 diperkirakan
angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa dan 70% di
antaranya berasal dari Negara berkembang. Saat ini 50% kematian akibat rokok
berada di negara berkembang. Bila keadaan ini berlanjut sekitar 650 juta orang
akan meninggal karena rokok. Dari 650 juta orang 50% berusia produktif antara
20 sampai 25 tahun (World Bank) (Kemenkes RI, 2014).
World Health Organization (WHO) mempunyai program pembangunan
berkelanjutan yaitu Sustainable Development Goals (SDG’s). Program ini
mempunyai 4 pilar dengan 17 tujuan. Dan diantaranya pada tujuan yang ketiga
adalah kesehatan dan kesejahteraan bagi semua kalangan pada tahun 2030. Tujuan
ini dapat direalisasikan dengan memenuhi target yang telah ditetapkan oleh
SDG’s.
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu target yang harus
diimplementasikan. Karena rokok menjadi faktor resiko utama penyakit tidak
menular. Sehingga penanggulangan PTM dan pengendalian konsumsi rokok
(aksesi FCTC) menjadi salah satu upaya untuk mencapai SDG’s (Goal’s 3) dan
menjadi prioritas pembangunan tingkat nasional.
FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) adalah merupakan
perjanjian mengikat dengan tujuan nuntuk melindungi generasi masa kini dan
masa depan dari kerusakan kesehatan sosial, lingkungan, dan konsekuensi
ekonomi karena konsumsi tembakau. Sedangkan, FCTC di Indonesia belum
disetujui karena terkendala oleh berbagai faktor.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat
1. Penurunan produksi
2. Menurunkan kadar nikotin rokok,
3. Menaikkan harga
4. Bea cukai naik.

Anda mungkin juga menyukai