Anda di halaman 1dari 9

A.

PENGERTIAN
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges.Organisme penyebab
meningitis bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cedera
traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di
dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Berbagai agens dapat
menimbulkan inflamasi pada meninges termasuk bakteri, virus, jamur, dan zat
kimia (Betz, 2009)
B. ETIOLOGI
Meningitis terjadi karena beberapa faktor:
Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah diplococcus pneumonia dan
neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negatif.
Pada anak-anak bakteri tersering adalah hemophylus influenza, neiseria
meningitidis, diplococcus pneumonia (Nurarif dan kusuma, 2013)
C.TANDA & GEJALA / MANIFESTASI KLINIS
1) Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,diare,
tonus otot melemah, menangis lemah.Pathway
2) Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah,
perubahansensori, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium,
halusinasi,maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudinzinski
positif,ptechial (menunjukkan infeksi meningococal) (Nurarif, 2013)
D.PATHOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang
melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid
menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis
bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier
otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus
(Corwin, 2009).
E.PATHOFLOW (JALAN MUNCULNYA MASALAH SESUAI DENGAN TEORI)

F.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan pungsi lumbal


Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal,
dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a.Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b.Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2.Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a.Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di
samping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b.Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3.Pemeriksaan Radiologis
a.Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b.Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada

G.PENATALAKSANAAN MEDIS

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)

1) Airway Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan refleks batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :

a.Chin lift atau jaw trust


b.Suction atau hisap
c.Guedel airway
d.Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral
2) Breathing Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu apas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering
didapatkan pada klien meningitis disertai adanya gangguan pada sistem
pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan apabila terdapat deformitas
pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura masif (jarang terjadi pada
klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer diparu.
3) Circulationtekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normla pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
4) Dissability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
5) Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang,
maka imobilisasi in line harus dikerjakan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan perfusi serebra berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak
3) Potensial terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan
status mental dan penurunan tingkat kesadaran
4) Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran diseminata hematogen dari
patogen, stasis cairan tubuh, penekanan respons inflamasi (akibat-obat),
pemajanan orang lain terhadap patogen
5) Resiko tinggi trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral, kejang
lokal, kelemahan umum, paralisis parestesia, ataksia, vertigo
6) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret pada saluran nafas
7) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
8) Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
9) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi penyakit (Herdman, 2009)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1.Gangguan perfusi serebra berhubungan dengan peningkatan tekanan


intrakranial
Tujuan :
a.Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
b.Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil :
a.Tanda – tanda vital dalam batas normal
b.Rasa sakit kepala berkurang
c.Kesadaran meningkat
d.Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda –
tanda tekanan intrakranial yang meningkat
Rencana Tindakan :
Intervensi Rasionalisasi

Pasien bed rest total dengan Perubahan pada tekanan intakranial


posisi tidur terlentang tanpa akan dapat meyebabkan resiko untuk
banta terjadinya herniasi otak

Monitor tanda-tanda status Dapat mengurangi kerusakan otak


neurologis dengan GCS. lebih lanjut

Monitor tanda-tanda vital seperti Pada keadaan normal autoregulasi


TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan mempertahankan keadaan tekanan
hati-hati pada hipertensi sistolik darah sistemik berubah secara
fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan
diiukuti oleh penurunan tekanan
diastolik. Sedangkan peningkatan suhu
dapat menggambarkan perjalanan
infeksi.

Monitor intake dan output hipertermi dapat menyebabkan


peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadra, nausea yang
menurunkan intake per ora

Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan


muntah, batuk. Anjurkan pasien tekanan intrakranial dan intraabdomen.
untuk mengeluarkan napas Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
apabila bergerak atau berbalik di atau merubah posisi dapat melindungi
tempat tidur diri dari efek valsava

Kolaborasi Meminimalkan fluktuasi pada beban


Berikan cairan perinfus dengan vaskuler dan tekanan intrakranial,
perhatian ketat. vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebra

Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai


pemberian oksigen dengan pelepasan oksigen pada tingkat
sel dapat menyebabkan terjadinya
iskhemik serebra

Berikan terapi sesuai advis Terapi yang diberikan dapat


dokter seperti: Steroid, menurunkan permeabilitas kapiler,
Aminofel, Antibiotika. menurunkan edema serebri,
menurunkan metabolik sel / konsumsi
dan kejang.

2.Potensial terjadinya injuri berhubungan dengan adanya kejang, perubahan


status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan :
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan
kesadaran
Rencana tindakan :
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
monitor kejang pada tangan, memerlukan evaluasi yang sesuai
kaki, mulut dan otot-otot muka dengan intervensi yang tepat untuk
lainnya mencegah terjadinya komplikasi

Persiapkan lingkungan yang Melindungi pasien bila kejang terjadi


aman seperti batasan ranjang,
papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat
pasien.

Pertahankan bedrest total selama Mengurangi resiko jatuh / terluka jika


fae akut vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi


Berikan terapi sesuai advis kejang. Catatan : Phenobarbital dapat
dokter seperti; diazepam, menyebabkan respiratorius depresi dan
phenobarbital, dll. sedasi

3.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan


sekret pada saluran nafas
Tujuan :
Jalan napas pasien kembali efektif
Kriteria hasil :
a.Frekuensi napas 16-20 kali/menit
b.Tidak menggunakan otot bantu napas
c.Tidak ada suara tambahan
d.Dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif
e.Sesak napas berkurang
Rencana tindakan :
Intervensi Rasionalisasi
Kaji fungsi paru, adanya Memantau dan mengatasi komplikasi
bunyi napas tambahan, potensial. Pengkajian fungsi pernapasan
perubahan irama dan dengan interval yang teratur adalah
kedalaman, penggunaan penting karena pernapasan yang tidak
otot-otot aksesori, warna, efektif dan adanya kegagalan, akibat
dan kekentalan sputum adanya kelemahan atau paralisis pada
otot-otot interkostal dan diafragma
berkembang dengan cepat.

Atur posisi fowler dan Peninggian kepala tempat tidur


semifowler memudahkan
pernapasan,
meningkatkan ekspansi dada, dan
meningkatkan batuk lebih efektif.

Ajarkan cara batuk efektif Klien berada ada risiko tinggi bila tidak
dapat batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan napas dan
mengalami kesulitan dalam menelan,
sehingga menyebabkan aspirasi saliva
dan mencetuskan gagal napas akut

Lakukan fisioterapi dada : Terapi fisik dada membantu


vibrasi dada meningkatkan batuk lebih efektif

Lakukan persiapan lendir di Pengisapan mungkin diperlukan untuk


jalan napas mempertahankan kepatenan jalan napas
menjadi bersih
4. PENGGUNAAN REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai