Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


KEHILANGAN DAN BERDUKA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa


Dosen pengampu : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh:
DYAH FANI HIDAYATI
20101440117024

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2019
A. Judul/Topik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

B. Konsep Teori
1. Pengertian
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang terpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian
atau keseluruhan (Lambert dan Lambert, 2015. Hal. 35).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupan. Sejak lahir individu telah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.

Jadi dapat disimpulkan, kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus


atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berart sejak kejadian
tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa
tanpa kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau tidak diharapkan atau
diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan


yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua
kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu
berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman


individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Sedangkan berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan atau kekacauan.

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala kehilangan dan berduka, antara lain sebagai berikut :
A. Tanda Fisik :
a. Kelelahan
b. Kehilangan selera
c. Masalah tidur
d. Lemah
e. Berat badan menurun
f. Sakit kepala
g. Pandangan kabur
h. Susah bernapas
i. Palpitasi
j. Peningkatan berat badan

B. Tanda Emosi :
a. Mengingkari
b. Bersalah
c. Marah
d. Kebencian
e. Depresi
f. Kesedihan
g. Perasaan gagal
h. Sulit berkonsentrasi
i. Gagal menerima kenyataan
j. Iritabilitas
k. Perhatian terhadap orang yang meninggal

C. Tanda Sosial :
a. Menarik diri dari lingkungan
b. Isolasi (emosi dan fisik)

3. Tingkat Kehilangan dan Berduka


Adapun berikut merupakan tingkatan dalam kehilangan dan berduka :
Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadaap kehilangan.
Teori yang dikemukakan Kubler-Ross, 1969 (Dalam Nurhidayah, 2015)
mengenai tahapan berduka akibat kehilangan berorientasi pada perilaku dan
menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Fase penyangkalan (Denial)


Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar
terjadi. Sebagai contoh, orang atau keluarga dari orang yang menerima
diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat,
mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah,
dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun.
2. Fase marah (Anger)
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul
sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang
mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan [erilaku agresif,
berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan
menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respon fisik yang sering
terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan menggepal, dan seterusnya.
3. Fase tawar menawar (Bargaining)
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus
atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu
mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan.
4. Fase depresi (Depression)
Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-
kadang bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan
keputusan, rasa tidak berhargam bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri.
Gejala fisik yang dirunjukkan, antara lain menolak makan, susah tidur, letih,
turunnya dorongan libido, dan lain-lain
5. Fase penerimaan (Acceptence)
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan,
pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang didalamnya dan
mulai memandang kedepan. Gambaran tentang objek yang hilang akan
mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek
yang baru. Apabula individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima
dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses berduka serta
dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Kegagalan untuk masuk
ke tahap penerimaan akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut
dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Adapun faktor-faktornya, diantaranya :
a. Faktor Predisposisi
 Genetic : Adanya riwayat depresi
Kesehatan fisik : fisik tidak sehat cenderung tidak mampu mengatasi
stress.
 Psikologis, diantaranya :
a. Kehilangan
b. Pengalaman dimasa lalu : kehilangan dengan orang yang
bermakna dimasa kanak-kanak
c. Sangat peka terhadap situasi kehilangan
d. Kegagalan dalam menemukan makna kehilangan
e. Tidak menerima kematian.

 Sosiokultural
a. Kurang dapat menjalankan kegiatan keagamaan
b. Kurang control keluarga.

b. Faktor Prespitasi
 Nature
a. Kehilangan sejak lahir (cacat)

 Origin
a. Internal
1. Persepsi individu : kematian orang yang disayang, penghentian
pekerjaan, penyakit atau amputasi

b. Eksternal
1. Keluarga : kehilangan peran dalam keluarga
2. Masyarakat : kehilangan posisi di masyarakat

 Timing
a. Waktu terjadinya stressor
b. Lamanya stressor terjadi : dalam waktu 1 bulan, 1tahun bahkan
lebih klien tidak dapat melupakan kematian orang yang disayang
c. Frekuensi stressor terjadi
 Number
a. Jumlah dan kualitas stressor : ketika terjadi kebakaran klien
kehilangan harta benda, kehilangan anggota keluarga

5. Mekanisme Koping
Adapun beberapa sumber koping diantaranya :
 Personal Ability
a. Menerima kehilangan
b. Tidak menerima kehilangan

 Sosial Support
a. Keluarga atau kerabat dekat memberikan kenyamanan dan
pengertian
b. Berikan dukungan non verbal seperti memegang tangan, menepuk
bahu dan merangkul

 Material Assets
a. Penghasilan indivudu
b. Benda-benda yang dimiliki
c. Pelayanan kesehatan

 Positive Beliefs
a. Keyakinan dan nilai
b. Motivasi
c. Orientasi kesehatan pada pencegahan
Berikut adalah mekanisme koping yang dapat dilakukan :

 Konstruktif
a. Melakukan kompensasi dengan kegiatan positif
b. Negoisasi
c. Meminta saran

 Destruktif
a. Melakukan kompensasi dengan kegiatan positif
b. Penyangkalan

Kontinum Respon Koping :


 Adaptif
a. Menangis, menejerit, menyangkal, menyalahkan diri sendiri,
menawar, bertanya-tanya
b. Membuat rencana untuk yang akan dating
c. Berani terbuka tentang kehilangan

 Maladaptif
a. Diam/tidak menangis
b. Menyalahkan diri berkepanjangan
c. Rendah diri
d. Mengasingkan diri
e. Tak berminat hidup

6. Faktor yang Mempengaruhi Kehilangan dan Berduka


a) Perkembangan
-Anak-anak.
1.Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
2.Belum menghambat perkembangan.
3.Bisa mengalami regresi
- Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang
hidup,tujuan hidup, Menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang
tidak bisa dihindari.
b) Keluarga.
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan.Anak
terbesar biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih
secara terbuka.
c) Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi
keluarga, beraati kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan
secara ekonomi,Dan hal ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.
d) Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’
menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga
hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang
lain. Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.
e) Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa
aman.Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama.
Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
f) Penyebab Kematian.
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan
menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan
kesialan.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Faktor predisposisi:
1. Genetik
2. Kesehatan jasmani
3. Kesehatan mental
4. Pengalaman kehilangan dimasalalu
5. Struktur kepribadian
B. Faktor presipitasi:
a. Stres dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa
nyata/imajinasi individu.
b. Perilaku
c. Mekanisme koping

2. Pohon Masalah
Resiko isolasi sosial : Menarik diri Effect

Gangguan konsep diri : HDR Core Problem

Berduka Disfungsional Causa

3. Diagnosa Keperawatan
a. Dukacita adalah suatu proses kompleks yang normal meliputi respons
dan perilaku emosional, fisik, spiritual sosial dan intelektual ketika
individu, keluarga dan komunitas memasukkan kehilangan yang aktual,
adaptif atau dipersepsikan kedalam kehidupan mereka sehari-hari.
Batasan Karakteristik Faktor yang Berhubungan
 Disorganisasi atau kacau  Antisipasi kehilangan hal
 Distres yang bermakna (seperti
 Distres psikologis kepemilikan, pekerjaan,
 Gangguan fungsi status)
neuroendokrin  Antisipasi kehilangan
 Gangguan pola tidur orang terdekat

 Marah  Kehilangan objek penting

 Memelihar hubungan (kepemilikan, pekerjaan,

dengan almarhum status rumah, bagian

 Memisahkan diri tubuh)

 Menemukan makna dalam  Kematian orang terdekat

kehilangan
 Menyalahkan
 Perilaku panik
 Pertumbuhan personal
 Perubahan fungsi imun
 Perubahan pola mimpi
 Perubahan tingkat aktivitas
 Putus asa
 Rasa bersalah tentang
perasaan lega
 Terluka
b. Dukacita terganggu adalah suatu gangguan yang terjadi setelah
kematian orang terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai
kehilangan gagal memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi
gangguan fungsional.
Batasan Karakteristik Faktor yang Berhubungan
 Ansietas  Kematian orang terdekat
 Depresi  Ketidakstabilan emosional
 Distres perpisahan  Kurangnya dukungan sosial
 Distres tentang almarhum
 Distres traumatik
 Ingatan menyedihkan yang
menetap
 Ingin bersama almarhum
 Letih
 Marah
 Mencari almarhum
 Mengalami gejala somatik
tentang almarhum
 Menghindari berduka
 Menyalahkan diri sendiri
 Merindukan almarhum
 Penurunan fungsi dalam
peran hidup
 Penurunan rasa
kesejahteraan
 Perasaan hampa
 Perasaan kaget
 Perasaan linglung
 Perasaan syok
 Perasaan terpisah dari
oranglain
 Stres berlebihan
 Termenung
 Tidak menerima kematian
 Tidak percaya
 Tingkat intimasi atau
keakraban yang rendah
c. Risiko dukacita terganggu adalah rentan mengalami gangguan yang
terjadi setelah kematian orang terdekat, ketika pengalaman distres yang
menyertai kehilangan gagal memenuhi harapan normatif dan
bermanifestasi gangguan fungsional yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko
 Kematian orang terdekat
 Ketidakstabilan emosional
 Kurang dukungan sosial

4. Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Intervensi
Hasil
1. Duka Cita NOC NIC
 Ketahanan keluarga Peningkatan Koping
Tujuan: klien dapat individu
menuntaskan duka cita 1. Berikan penilaian
dengan kriteria hasil : mengenai dampak dari
a. Klien mendapatkan situasi kehidupan
dukungan dari anggota klien terhadap peran
keluarga dan hubungan yang
b. Klien dapat ada
berkomunikasi dengan 2. Gunakan pendekatan
jelas antara anggota yang tenang
keluarga 3. Berikan suasana
c. Klien dapat berbagi penerimaan
canda dengan keluarga 4. Bantu pasien dalam
d. Klien dapat mengidentifikasi
menjalankan rutinitas respon positif dari
seperti biasa orang lain
Keluarga
5. Dukung keterlibatan
keluarga dengan cara
yang tepat
Bantuan Kontrol Marah
Individu
1. Bangun rasa percaya
dan hubungan yang
dekat danharmonis
dengan klien
2. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
3. Bantu pasien
mengidentifikasi
sumber kemarahan
4. Sediakan umpan balik
pada perilaku pasien
untuk membantu
pasien
mengidentifikasi
kemarahannya.

2. Dukacita NOC NIC


terganggu  Tingkat Depresi Konseling
Tujuan : Klien dapat Individu
memahami hubungan 1. Bangun hubungan
anatar kehilangan yang terapeutik yang
dialami dengan keadaan didasarkan pada rasa
saling percaya dan
dirinya dengan kriteria saling menghormati
hasil : 2. Tunjukkan empati,
a. Klien tidak mengalami kehangatan dan
depresi ketulusan
b. Klien mengatakan tidak 3. Sediakan informasi
lagi merasa bersalah factual yang tepat
yang berlebihan sesuia dengan
c. Klien tidak tampak kebutuhan
bersedih 4. Dukung ekspresi
d. Klien tampak tidak perasaan klien
marah-marah 5. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kekuatan dan
menguatkan hal
tersebut

3. Resiko NOC NIC


dukacita  Resolusi Berduka Fasilitas Proses Berduka
terganggu Tujuan : Klien mampu Individu
mengungkapkan perasaan 1. Identifikasi kehilangan
dukacita dengan kriteria 2. Dengarkan ekspresi
hasil : berduka
a. Klien mampu 3. Bantu klien
menyampaikan perasaan mengidentifikasi
akan penyelesaian kealamiahan
mengenai kehilangan keterikatan klien
dengan baik dengan obyek atau
b. Klien mengatakan orang yang hilang
menerima kehilangan 4. Berikan intruksi dalam
c. Klien mengatakan dapat proses fase berduka
dengan tepat
membagi perasaan 5. Kuatkan kemajuan
kehilangan dengan yang dibuat dalam
orang lain proses berduka
d. Klien menyampaikan Dukungan Keluarga
dan mengekspresikan Keluarga
harapan positif 1. Dengarkan
mengenai masa depan kekhawatiran,
perasaan dan
pernyataan dari
keluarga
2. Tingkatkan hubungan
saling percaya dengan
keluarga
3. Berikan informasi bagi
keluarga terkait
perkembangan pasien
dengan sering, sesuai
kehendak pasien

5. Penatalaksanaan
Belum terdapat penatalaksanaan medis pada klien dengan masalah
psikososial kehilangan dan berduka. Kehilangan dan berduka merupakan
peristiwa yang umum terjadi dikehidupan sehari-hari. Kehilangan dan
berduka berkaitan dengan kondisi sosial seseorang dengan kesehatannya
akibat dari kahilangan dan berduka. Perlu dukungan dari orang-orang terdekat
terutama keluarga untuk melewati fase kehilangan agar tidak berdampak
serius. Perlu pendampingan yang baik agar dapat menimbulkan ketenangan
bagi klien dalam beradaptasi menerima kehilangan dan berduka.
Penatalaksanaan Keperawatan pada Pasien :
1. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami klien
c. Klien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami
dengan keadaan dirinya
d. Klien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang
dialaminya
e. Klien dapat memanfaatkan factor pendukung
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling pecercaya dengan klien
b. Berdiskusi mengenai kondisi klien saat ini (kondisi pikiran,
perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami
peristiwa kehilangan serta hubungan antara kondisi saat ini dengan
peristiwa kehilangan yang terjadi
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melaluiself help group)
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang
bersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama
e. Membantu klien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di layanan kesehatan
terdekat

Penatalaksanaan Keperawatan pada Keluarga :


1. Tujuan
a. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka
b. Keluarga memahami cara merawat klien berduka berkepanjangan
c. Keluarga dapat mempraktikkan cara merawat klien berduka
terganggu
d. Berdiskusi dengan keluraga sumber-sumber bantuan yang tersedia
di masyarakat
2. Tindakan
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan
berduka dan dampaknya oleh klien
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang
dialami oleh klien
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
berduka terganggu
d. Berdiskusi dengan kelurga sumber-sumber bantuan yang dapt
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang
dialami oleh klien

6. Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan
perilaku klien. Apakah klien menunjukan kesadaran dan pengertian
tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan
untuk membuat keputusan secara rasional.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penaggulangan perilaku
b. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai
rekreasi dan proses belajar
e. Respon terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental secara menyeluruh
Perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian
tujuan asuhan keperawatan untuk mengevaluasi apakah klien telah
mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan.

7. Dokumentasi
Sebagai bukti telah dilakukan sebuah tindakan perawat memerlukan
pendokumentasian baik secara tertulis maupun berupa foto,video maupun
audio.
Daftar Pustaka

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. Mc. Closkey.


2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa:
Mosby Elsavier

Herdman, T. Heather. (2015). NANDA Internasional Inc. nursing


diagnoses: definitions & classification 2015-2017Ed. 10. Jakarta: EGC

Kubler-Ross. 1969 dalamNurhidayah. 2015. Chapter II. Universitas


Sumatra Utara [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49678/4/Chapter%20II.pd
f.( 3 Okt 2019 )

Lambert dan Lambert, 2015. Hal. 35 dalam Nurses Library

Jhonson, Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification


(NOC). St. Louis, Missouri; Mosby.

Potter, patricia A dan Perry, Annc Griffin. 2015. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta :
EGC

Yusuf, Ah. Fitryasari,, RizkydanNihayati, Hanikendang. 2015. Buku Ajar


KeperawatanKesehatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salembamedika

Yosep, H. Iyus dan Sutini, Titin. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan
Advance Mental Health Nursing. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai