Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA PSIKOSOSIAL PADA SDR.I DENGAN ANSIETAS


DI PANJI PERMAI KABUPATEN SITUBONDO

Oleh :
WINDY DWI FATMAWATI
NIM : 14901.06.19052

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL

HASAN GENGGONG – PROBOLINGGO

2020
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah ansietas
2.1.1 Pengertian Ansietas/Cemas
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi
kegelisahan mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa
karena pengancaman yang akan terjadi atau ancaman antisipasi yang
tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap hubungan
yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah
sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman
(Heather,2014).
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak
diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas merupakan istilah
yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau
menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan.
Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas (Dalami, 2009).
2.1.2 Etiology
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat
menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga
merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu
menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat
tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada
orang lain. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab
ansietas adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua
elemen kepribadian yaitu ide, ego dan Super ego. Ide
melambangkan dorongan insting atau impuls primitif. Super
ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego.
Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu
budaya yang perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal. Berhubungan juga dengan trauma masa
perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu
dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas berat
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk
benzodiazepines. Reseptor ini di perkirakan turut berperan
dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi
kehidupan seharihari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas,
harga diri dan integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari
ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
2.1.3 Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar
dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk
belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon fisiologi:
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon kognitif:
a. Lapang persepsi melebar
b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks
c. Konsentrasi pada masalah
d. Menjelaskan masalah secara efektif
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Tidak dapat duduk tenang
b. Tremor halus pada tangan
c. Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebihmemfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal
lain.
Respon Fisiologi:
a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
b. Mulut kering
c. Anorexia
d. Diare/konstipasi
e. Gelisah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
b. Bicara banyak dan lebih cepat
c. Susah tidur
d. Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respon Fisiologi:
a. Sering napas pendek
b. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
c. Berkeringat dan sakit kepala
d. Penglihatn kabur
e. Ketegangan
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
ResponPerilaku dan Emosi:
a. Perasaan ancaman meningkat
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit
dan sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan
tidak dapat melakukan apa-apa walaupun telah di berikan pengarahan.
Respon Fisiologi:
a. Napas pendek
b. Rasa tercekik dan palpitasi
c. Sakit dada
d. Pucat
e. Hipotensi
f. Koordinasi motorik rendah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak dapat berpikir logis
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Agitasi, mengamuk dan marah
b. Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan kendali atau kontrol diri
d. Persepsi Kacau
Respon Fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia
adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi
1) Napas cepat
2) Pernapasan dangkal
3) Rasa tertekan pada dada
4) Pembengkakan pada tenggorokan
5) Rasa tercekik
6) Terengah-engah
c. Sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan reflex
2) Reaksi kejutan
3) Insomnia
4) Ketakutan
5) Gelisah
6) Wajah tegang
7) Kelemahn secara umum
8) Gerakan lambat
9) Gerakan yang janggal
d. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makanan
3) Perasaan dangkal
4) Rasa tidak nyaman pada abdominal
5) Rasa terbakar pada jantung
6) Diare
e. Sistem Perkemihan
1) Inkontensia urine
2) Sering miksi
f. Sistem integument
1) Rasa terbakar
2) Berkeringat banyak di telapak tangan
3) Gatal-gatal
4) Perasaan panas atau dingin pada kulit
5) Muka pucat
6) Berkeringat seluruh tubuh
Respon perilaku kognitif:
a. Perilaku
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
5) Tidak ada koordinasi
6) Kecenderungan untuk celaka
7) Menarik diri
8) Menghindar
9) Terhambat melakukan aktifitas
b. Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
5) Adanya bloking pada fikiran
6) Bingung
7) Rasa khawatir yang berlebihan
8) Kehilangan penilaian objektifitas
9) Takut akan kehilangan kembali
10) Takut berlebihanTingkat ansietas (Dalami, 2009).

2.1.4 Rentang Respon Ansietas


Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


2.1.5 Indikator Tingkat Ansietas
Tingkat Ansietas
Kategori
Ringan Sedang Berat Panik
Perubahan Semakin Tremor dan Komunikasi sulit Komunikasi
verbalisasi sering perubahan dipahami mungkin
bertanya nada suara. tidak
dapat dipahami
Perubahan Gelisah Tremor, Peningkatan
aktifitas ringan kedutan aktifitas motorik, Peningkatan
motorik wajah, dan ketidakmampuan aktifitas motorik,
gemetar. untuk relaks. agitasi.

Perubahan Peningkatan Ekspresi wajah


persepsi Mengantuk, ketegangan ketakutan. Respon tidak
dan otot. dapat diprediksi,
perhatian

Perubahan Peningkatan Fokus Ketidak Gemetar,koordina


respirasi perasaan perhatian mampuan untuk si motorik buruk
dan gelisah dan menyempit. fokus atau
sirkulasi. waspada. berkonsentras,
mudah distraksi

Perubahan Penggunaan Mampu Kemampuan Persepsi


lain belajar berfokus belajar mengalami
untuk tetapi tidak sangat distorsi
beradaptasi. perhatian terganggu atau
pada hal-hal melebih-lebihkan
tertentu.
Kemampuan
Tidak ada belajar Takikardia, Ketidakmampuan
sedikit hiperventilasi untuk belajar atau
mengalami berfungsi
gangguan.

Kecepatan
Tidak ada napas dan Sakit kepala, Dispnea,
jantung lambung, mual. palpitasi,
sedikit tersedak nyeri
meningkat. dada atau
Gejala tertekan.
gaster Firasat akan di
ringan timpa musibah
(mulas) parestesia,
berkeringat.

2.1.6 Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
a. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
b. Perkembangan seksual
c. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder
akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension

2.1.7 Faktor Pencetus Ansietas


Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat
berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor
eksternal). Namun demikian pencetus ansieta dapat dikelompokkan
kedalam dua kategori yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna
pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat
mengancam terhadap identitas diri, kehilangan status/peran diri dan
hubungan interpersonal (Asmadi 2008).
2.1.8 Mekanisme Koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan
bermacammacammekanisme koping untuk mencoba mengatasinya.
Dalam bentuk ringan ansietas bentuk ringan ansietas dapat di atasi
dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga atau merokok. Bila terjadi
ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang
patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih besar untuk
dapat mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan
untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis
yaitu:
a. Perilaku menyerang (Agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara
fisik maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi
Digunakan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction)
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang
yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar
untuk mempertahankan keseimbangan.
Mekanisme pertahanan ego:
a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
b. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk
menjadi yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru
pikiranpikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
c. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
d. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana
seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang
atau suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati
nurani, contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang
yang dicintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan
yang dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan
ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini adalah penting, sederhana, primitif.
f. Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula
ditujukan pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang
biasanya netral atau kurang mengancam dirinya.
g. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang
menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
h. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan
motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
i. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis
dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku
dan motif yang tidak dapat diterima.
j. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia
sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan
atau ingin dilakukan.
k. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
l. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang-tentang
pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan ,dari kesadaran
seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain.
m. Pemisahan (spiliting) adalah sikap mengelompokkan orang dianggap
semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan
nilainilai positif dan negatif di dalam diri seseorang.
n. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan
normal.
o. Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan sebetulnya merupakan analog represi yang di sadari,
pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran
seseorang.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan /perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitive (Dalami, 2009).
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang.
b. Istirahat yang cukup.
c. Cukup.olahraga.
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat
otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah
obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus
asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi
kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi
dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial.
Psikoterapi spiritual yang digunakan ialah dengan mandi taubat,
solat taubat dan zikir. Ketiga domain tersebut memiliki kesan yang baik
bagi mencegah dan mengobati anxiety disorder.
Pertama, Mandi Taubat, Dalam proses mandi menggunakan air
dingin akan menjadi efektif bagi kesembuhan bagi pesakit (Halimah,
2010). Dengan mandi air dingin dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
dan menguatkan sistem saraf serta meningkatkan tahap beta-endorfin
dalam aliran darah (Abdullah 2019). Begitu juga air dingin berpengaruh
kuat pada peningkatan metabolisme tubuh, meningkatkan konsentrasi
(Mooventhan & Nivethitha 2014). air dingin memiliki faedah dan
pengaruh yang kuat bagi kesembuhan baik fisik ataupun mental serta
menjadikan pesakit lebih dekat kepada Allah Swt. Dalam kajian ini
mandi taubat dilakukan diawal pagi sebelum subuh dan dalam hal ini
mandi taubat dapat dilakukan oleh semua manusia untuk menjaga,
mencegah dan mengobati diri dari segala penyakit.
Kedua, Shalat Taubat, ialah salah satu proses psikoterapi spiritual
yang berasaskan kepada Alquran dan al-Sunnah.. Terapi taubat ini
dapat mempengaruhi efek psikofisiologis pesakit serta mampu
mengendalikan diri dengan baik Wahab & Salam 2013. Dalam kajian
ini, aktivitas shalat taubat dilakukan pada sepertiga malam. Hal ini
dilakukan karena pada waktu tersebut akan mendapatkan kelebihan
yaitu kekhusyukan dan juga akan lebih tenang dalam meminta
ampunan kepada Allah swt. Dengan sering melaksanakan shalat
taubat, maka Allah swt akan memudahkan segala urusan termasuk
kesembuhan bagi penderita anxiety disorder.
Ketiga, Dzikir, adalah mengingat Allah Swt dalam segala situasi
baik susah ataupun senang. Sebab dengan mengingat Allah Swt maka
akan mendapatkan ketenangan bagi pengamalnya. Hal ini terbukti
dengan kajian yang dilakukan bahwa dengan mengingat Allah Swt,
merupakan sebuah alternatif sebagai langkah pengobatan bagi
penderita gangguan kecemasan/anxiety disorder (Ali et.al. 2018).
Dzikir juga merupakan obat hati bagi segala penyakit dan mampu
menurunkan gangguan kecemasan (Sulistyawati et al. 2018).
Keempat, Bersabar. Kelima, Berbaik sangka dan Berikhtiarlah.
Keenam, Banyak berdoalah.
2.1.10 Pohon Masalah

Gangguan perilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif

Stressor
2.1.11 Diagnose keperawatan
a. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping
individu inefektif
2.1.12 Rencana asuhan keperawatan
Tujuan
Tujuan umum : cemas berkurang atau
hilang Tujuan khusus :
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling
percaya Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat
belajar dan berkembang.
b. TUK 2
Pasien dapat mengenali ansietasnya
Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaanya
2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik
yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien
mengungkapkan perasaanya.
c. TUK 3
Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap
perkembangan ansietas
Intervensi :
1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat
segera menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien
terhadap stressor yang dirasakan mengancam dan
menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman
masa lalu yang relevan
d. TUK 4
Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Intervensi :
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon
koping yang digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif
yang dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya
7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan
dukungan sosial dalam membantu pasien menggunakan
koping adaptif yang baru
e. TUK 5
Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi
Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol
dan rasa percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:


Salemba Medika.

Bulechek. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.


Singapore: Elsevier.

Dalami. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah


Psikososial: Jakarta. CV. Trans Info Media.

Heather. PhD, RN. (2011). Nanda International Diagnosis Keperawatan


Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses


dan Praktik. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Riyadi. (2013). Asuhan keperawatan jiwa. Edisi 1.Yogyakarta: Grahana


Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai