Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN

A. DEFINISI
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert, 1985).
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupannya. (Hidayat, 2009).
Loss adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Iyus Yosep, 179)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka kehilangan merupakan suatu
keadaan individu atau situasi dimana individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam
kehidupan.
B. KLASIFIKASI
1) Berdasarkan Jenis
Menurur Hidayat (2012) terdapat beberapa jenis kehilangan yakni sebagai berikut.
a) Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam.
b) Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah, dirawat di rumah
sakit, atau berpindah pekerjaan.
c) Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya pekerjaan, anggota
keluarga, dan teman dekat.
d) Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik.
e) Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah dan diri sendiri.
2) Berdasarkan Sifat
a) Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan
dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan
atau pelalaian diri akan sulit diterima.
b) Berangsur-angsur (dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando : 1984).
3) Berdasarkan Tipe
a) Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang,
pekerjaan, anggota keluarga.
b) Perceived Loss (Psikologis)
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak dapat
dirasakan/dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilangan masa remaja, lingkungan yang
berharga.
c) Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.
Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.
4) Berdasarkan Kategori
1. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang
berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki
orang tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
mencakup lingkungan yang telah dikenal. Selama periode tertentu atau kepindahan
secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan di rumah sakit.
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru,
teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mungkin menjadi orang
terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap
hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan
atau kematian.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau
psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi
juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut
akan meninggal.
C. RENTANG RESPON
Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose, 1969).

Fase marah Fase depresi

Fase pengingkaran Fase tawar-menawar Fase menerima

1) Tahap pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya,
mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar – benar terjadi.
Sebagai contoh orang atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal
akan terus berupaya mencari informasi tambahan (Hidayat, 2009 : 245). Reaksi fisik
yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mulai, diare, gangguan
pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak
tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung dalam beberapa menit hingga
beberapa tahun (Hidayat, 2009 : 245).
2) Tahap marah
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar,
menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkanmenuduh dokter atau perawat
tidak kompeten. Respons fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, denyut
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya (Hidayat, 2009 :
245).
3) Tahap tawar – menawar
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan
dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang – terangan
seolah – olah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk
melakukan tawar – menawar dengan memohon kemurahan tuhan (Hidayat, 2009 :
245).
4) Tahap depresi
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang – kadang
bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak
berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan,
antara lain menolak makan, susah tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain –
lain (Prabowo, 2014 : 115).
5) Tahap penerimaan
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang ke depan.
Gambaran tentang objek atau orang yang hilang akan mulai dilepaskan secara
bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat
memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat
mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas.
Kegagalan masuk ke tahap penerimaan akan memengaruhi kemampuan individu
tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya (Hidayat, 2009 : 245 -
246).
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Prabowo (2014 : 117) tanda dan gejala kehilangan diantaranya:
a) Perasaan sedih, menangis
b) Perasaan putus asa, kesepian
c) Mengingkari kehilangan
d) Kesulitan mengekspresikan perasaan
e) Konsentrasi menurun
f) Kemarahan yang berlebihan
g) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
h) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
i) Reaksi emosional yang lambat
j) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.
E. POHON MASALAH

Gangguan Konsep Diri --- Efek/Akibat

Kehilangan --- Core Problem

Berduka --- Penyebab/Kausa


F. ASKEP TEORI
1) Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
 Perasaan sedih, menangis. 
 Perasaan putus asa, kesepian
 Mengingkari kehilangan
 Kesulitan mengekspresikan perasaan
 Konsentrasi menurun
 Kemarahan yang berlebihan
 Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
 Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
 Reaksi emosional yang lambat
 Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
 Persepsi yang adekuat tentang kehilangan 
 Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan 
 Perilaku koping yang adekuat selama proses

a) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
 Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yangmempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalammenghadapi suatu permasalahan
termasuk dalam menghadapi perasaankehilangan.
 Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yangteratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggidibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan fisik
 Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yangmempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis,selalu dibayangi oleh masa depan yang
suram, biasanya sangat peka dalammenghadapi situasi kehilangan.
 Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan denganorang yang berarti pada
masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalammengatasi perasaan kehilangan pada masa
dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
 Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasapercaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.

b) Faktor presipitasi 
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan.Kehilangan
kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangansifat bio-psiko-sosial
antara lain meliputi;
 Kehilangan kesehatan
 Kehilangan fungsi seksualitas 
 Kehilangan peran dalam keluarga
 Kehilangan posisi di masyarakat 
 Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai 
 Kehilangan kewarganegaraan
 
c) Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi,
Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi  yang digunakan untuk menghindari
intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan.Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien
depresi yang dalam. Dalamkeadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara
berlebihan dantidak tepat.

d) Respon Spiritual 
 Kecewa dan marah terhadap Tuhan
 Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan 
 Tidak memilki harapan; kehilangan makna
 
e) Respon Fisiologis
 Sakit kepala, insomnia
 Gangguan nafsu makan
 Berat badan turun 
 Tidak bertenaga
 Palpitasi, gangguan pencernaan
 Perubahan sistem imune dan endokrin
 
f) Respon Emosional 
 Merasa sedih, cemas
 Kebencian
 Merasa bersalah
 Perasaan mati rasa
 Emosi yang berubah-ubah
 Penderitaan dan kesepian yang berat
 Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan denganindividu atau benda yang hilang
 Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dankeputusan.
 Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
 
g) Respon Kognitif 
 Gangguan asumsi dan keyakinan 
 Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
 Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
 Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yangmeninggal adalah pembimbing.
 
h) Perilaku 
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
 Menangis tidak terkontrol
 Sangat gelisah; perilaku mencari 
 Iritabilitas dan sikap bermusuhan
 Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukanbersama orang yang meninggal..
 Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahalingin membuangnya. 
 Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
 Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri ataupembunuh.
 Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
 
2) Pohon Masalah

Gangguan Konsep Diri --- Efek/Akibat

Kehilangan --- Core Problem

Berduka --- Penyebab/Kausa

3) Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan kehilangan dan berduka
antara lain :

a) Berduka (disfungsional, antisipatif)


b) Kehilangan
c) Gangguan konsep diri
4) Rencana Tindakan Keperawatan
Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang diharapkan
dari klien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan/intervensi
keperawatan dipilih untuk membantu klien dalam mencapai hasil klien yang diharapkan
dan tujuan pemulangan.
a) Tujuan TUM : klien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas
b) TUK :
 Klien mampu membina hubungan saling percaya
 Mampu mengungkapkan perasaan berduka
 Menjelaskan makna kehilangan
 Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
 Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
 Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
 Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
 Klien dapat menghindari tindakan yang dapat menghindari tindakan yang dapat
merusak diri
 Klien dapat menerima kehilangan
 Klien dapat bersosialisasi kembali dengan keluarga atau orang lain
5) Implementasi
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan yang telah
dibuat.
6) Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kehilangan dan berduka secara umum dapat dinilai dari
kemampuan untuk menghadapi atau memaknai arti kehilangan, reaksi terhadap
kehilangan, dan perubahan perilaku yang menerima arti kehilangan.

G. DAFTAR PUSTAKA
Fajri Al Adib Hilmi, Hadi Ana Setyani, Aprillya Dewi, Soleha Inayatul. 2017 . Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Pasien Kehilangan Dan Berduka. Di
ambil dalam https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-berduka.pdf

I Made Satria Wibawa, Ni Wayan Desi Apsari, I Made Restu Diarsa, Ni Ketut
Kristinawati Dewi, I Kadek Rendra Nugraha, Luh Putu Wijayanti, I Kadek Rika
Sumanda Putra. 2013. Laporan Pendahuluan & Strategi Pelaksanaaan Kehilangan Atau
Berduka Keperawatan Jiwa I. diambil dalam https://dokumen.tech/document/lp-sp-
kehilangan-klp-jiwa.html

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai