PADA LANSIA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Penyusunan makalah ini atas dasar tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik tentang “Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia” untuk melengkapi
materi berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan
dapat mengetahui tentang Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia. Penulis
juga memohon maaf apabila makalah ini mempunyai kekurangan, karena
keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh penulis
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
Penulis
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
A. Pengertian Nyeri........................................................................................... 4
B. Klasifikasi Nyeri .......................................................................................... 4
C. Etiologi Nyeri ............................................................................................... 5
D. Persepsi Nyeri pada manusia ....................................................................... 5
E. Mekanisme Nyeri ......................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................. 18
Simpulan ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
A. Latar Belakang
Setiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri
selama perjalanan hidupnya. Perasaan nyeri ini kualitas dan kuantitasnya
berbeda dari satu orang ke orang lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu,
penyebab dan lain-lain. Pada lansia rasa nyeri ini sudah menurun, sehingga
keluhan akan berkurang, karena kepekaan sarafnya sudah mulai berkurang
bahkan bisa sampai hilang sama sekali. Karena berkurangnya rasa nyeri inilah
maka diagnosis nyeri pada lansia seringkali sulit atau bahkan kabur untuk
dapat menentukan tempat/daerah asal nyeri (Warfields, 1991; Park and Fulton,
1991).
Riwayat pengobatan nyeri sudah dapat ditemukan di zaman Babilonia,
papyrus Mesir dan dokumen-dokumen zaman Persia dan Troy. Untuk
mengobati rasa nyeri, di zaman primitif dilakukan dengan cara sangat
sederhana tetapi cukup efektif, misalnya dengan penekanan atau direndam di
air dingin dari sungai. Pada zaman dahulu nyeri dianggap sebagai hukuman
dari Tuhan. Oleh karena itu istilah “pain” berasal dari kata Latin “poena” yang
berarti hukuman.
Cara psikologis juga dicoba untuk menghilangkan nyeri mulai dari cara
magis sampai daya hipnotis. Sampai saat ini obat-obat penghilang rasa nyeri
terus diteliti dengan hasil berbagai macam obat yang efek sampingnya makin
berkurang.
Prevalensi nyeri kronis meningkat pada lansia. Pada sebagian besar lansia,
nyeri merupakan masalah yang akan mempengaruhi aktivitas kegiatan sehari-
hari dan kualitas hidupnya. Nyeri juga merupakan keadaan yang sangat
mengganggu dan menyebabkan penyakit lain menjadi lebih parah (Warfields
1991; Park and Fulton 1991).
Pada lansia assesment dan pengobatan yang diteliti pada penderita nyeri
kronis dapat memberi hasil yang memuaskan (Park B and Fulton 1991). Pada
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nyeri?
2. Bagaimana klasifikasi nyeri?
3. Apa saja penyebab nyeri?
4. Bagaimana patofisiologi nyeri?
5. Bagaimana penatalaksanaan nyeri?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasa nya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri adalah suatu
mekanisme protektif bagi tubuh.ia timbul bilamana jaringan sedang rusak dan
ia menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsang
nyeri tersebut.
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian- kejadian dimana terjadi
kerusakan.
B. Klasifikasi Nyeri
Jenis nyeri menurut durasi
a. Nyeri akut
Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah
dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat.
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung kurang dari 6 bulan nyeri
yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan. Nyeri akut biasanya
mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu
untuk segera bertindak menghilangkan nyeri dan menghilang apabila
faktor internal dan eksternal yang merangsang reseptornya di hilangkan.
Nyeri akut ditandai oleh peningkatan frekuensi jantung, peningkatan
tanda- tanda vital, wajah meringis, menarik diri, dan menangis. Terjadi
dilatasi pupil dan pengeluaran keringat. Individu yang mengalami nyeri
akut biasanya berfokus pada nyerinya.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah Nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya
bervariasi dan biasanya lebih dari 6 bulan. Kata “kronis “berasal dari
C. Etiologi Nyeri
1. Trauma
a. Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung- unjung saraf bebas mengalami
kerusakan. Misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain- lain.
b. Thermis : nyeri pinggul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misalnya karena api dan air.
c. Khemis : timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau
basa kuat.
d. Elektrik : timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung- ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan, Misanya abses.
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
E. Mekanisme Nyeri
1. Fisiologi Nyeri Menurut Torrance & Serginson (1997)
Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri, yaitu:
a. Sel syaraf aferen atau neuron sensori,
b. Serabut konektor atau interneuron dan
c. Sel saraf eferen atau neuron motorik.
Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujung nya yang
menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan
otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang
merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang
berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor. Stimulus pada jaringan
akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari
prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim
proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan
menyampaikan impuls ke otak (Torrance & Serginson, 1997).
2. Menurut Smeltzer & Bare (2002)
Kornu dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat
memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus
sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem
neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir
pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan
ke korteks serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada
sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
G. Penatalaksanaan Nyeri
1. Tindakan Non Medikasi
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri :
1) Ketidakpercayaan, pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di
derita pasien dapat mengurangi nyeri. hal ini dapat dilakukan
melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian
f. Distraksi
Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain pada nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari keluarga dan
teman-teman pasien. Melihat film layar lebar dengan suarasur r ound.
Tidak semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui distraksi.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
g. Tehnik relaksasi
j. Terapi musik
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau
elemen musik oleh seseorang terapis untuk meeningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional dan spiritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut
sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine), Potter juga
mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk
penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau
irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik
dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik,
instrumentalia, dan slow musik (Potter, 2005 dikutip dari Erfandi,
2009).
Menurut Willougnby (1996), musik adalah bunyi atau nada
yang menyenangkan untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan
1. Tindakan Medikasi
Analgesik misalnya asetaminofen dapat mengurangi nyeri
ringan,kemungkinan besar dengan menghambat produksi prostaglandin
atau zat lain yang menyebabkan reseptor nyeri.
a. Skala Numerik
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Paling
ada nyeri Sedang Parah
a. P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri? Apakah karena terkena
ruda paksa / benturan? Akibat penyayatan? dll.
b. Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa
sering terjadinya? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda
berat, diris-iris, dll.
c. R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan /ditemukan? Apakah
juga menyebar ke daerah lain / area penyebarannya?
d. S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS (Glasgow's Coma
Scale) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang
berkaitan dengan keluhan
e. T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan /dirasakan? Seberapa
sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi? Apakah terjadi
secara mendadak atau bertahap..? Acut atau Kronis?
PENUTUP
Simpulan
Nyeri pada lansia dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, fisik dan
psikologis. Penanganan nyeri pada lansia, tergantung dari lokasi, lamanya nyeri
tersebut berlangsung dan berbagai faktor lain yang mempengaruhi. Penanganan
rasa nyeri ini harus dilakukan secara adekuat. Nyeri akut harus diselesaikan
segera, dan penanganan nyeri kronis harus dilakukan secara hati-hati. Penanganan
nyeri tersebut harus dilakukan dengan assessment yang sering melibatkan disiplin
lain: psikiater, occupational therapist dan dibawah pimpinan seorang geriatrist
dari penyakit dalam. Terapi nyeri dapat dengan cara pemberian obat secara oral,
injeksi, perilaku, operasi dan lain-lain yang melibatkan disiplin ilmu lain.
Brunner & suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Corwin, EJ., 2009, Buku saku Patofisologi, Jakarta: EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah .Vol.2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Hidayat, A. AA., 2009, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia aplikasi konsep
dan proses keperawatan, buku I, Jakarta: Salemba medika.
Jaimel Stockslager, Lisschaeffer. 2008. Askep Geriatrik . Edisi 2. Jakarta: EGC
Martono, Hadi dan Krispranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri, Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mickey Stanley, Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Potter &Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 2, Edisi 4,
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson.1990. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
R.Siti Maryam, Mia Fatma Ekasari, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Soejono. H.C.H. 2001. Gejala dan Tanda Penyakit pada Lanjut Usia, Subbag,
Geriatri Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI-RSUPN Ciptomangunkusumo
S.Thamher, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika