Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI

PADA LANSIA

Makalah ini Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Yang dibina oleh Ahmad Kusnaeni, M.Kep.

Disusun oleh Kelompok 8:

1. Vivi Nurafni Septiana (108116051)


2. Anjas Upi Rachmawati (108116056)
3. Desy Nur Annisa (108116059)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Penyusunan makalah ini atas dasar tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik tentang “Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia” untuk melengkapi
materi berikutnya.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca tentang
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya. Khususnya kepada
Bapak Ahmad Kusnaeni, M.Kep., selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Gerontik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan
dapat mengetahui tentang Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia. Penulis
juga memohon maaf apabila makalah ini mempunyai kekurangan, karena
keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh penulis
dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Cilacap, 24 April 2019

Penulis

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| i


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
A. Pengertian Nyeri........................................................................................... 4
B. Klasifikasi Nyeri .......................................................................................... 4
C. Etiologi Nyeri ............................................................................................... 5
D. Persepsi Nyeri pada manusia ....................................................................... 5
E. Mekanisme Nyeri ......................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................. 18
Simpulan ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| ii


Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri
selama perjalanan hidupnya. Perasaan nyeri ini kualitas dan kuantitasnya
berbeda dari satu orang ke orang lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu,
penyebab dan lain-lain. Pada lansia rasa nyeri ini sudah menurun, sehingga
keluhan akan berkurang, karena kepekaan sarafnya sudah mulai berkurang
bahkan bisa sampai hilang sama sekali. Karena berkurangnya rasa nyeri inilah
maka diagnosis nyeri pada lansia seringkali sulit atau bahkan kabur untuk
dapat menentukan tempat/daerah asal nyeri (Warfields, 1991; Park and Fulton,
1991).
Riwayat pengobatan nyeri sudah dapat ditemukan di zaman Babilonia,
papyrus Mesir dan dokumen-dokumen zaman Persia dan Troy. Untuk
mengobati rasa nyeri, di zaman primitif dilakukan dengan cara sangat
sederhana tetapi cukup efektif, misalnya dengan penekanan atau direndam di
air dingin dari sungai. Pada zaman dahulu nyeri dianggap sebagai hukuman
dari Tuhan. Oleh karena itu istilah “pain” berasal dari kata Latin “poena” yang
berarti hukuman.
Cara psikologis juga dicoba untuk menghilangkan nyeri mulai dari cara
magis sampai daya hipnotis. Sampai saat ini obat-obat penghilang rasa nyeri
terus diteliti dengan hasil berbagai macam obat yang efek sampingnya makin
berkurang.
Prevalensi nyeri kronis meningkat pada lansia. Pada sebagian besar lansia,
nyeri merupakan masalah yang akan mempengaruhi aktivitas kegiatan sehari-
hari dan kualitas hidupnya. Nyeri juga merupakan keadaan yang sangat
mengganggu dan menyebabkan penyakit lain menjadi lebih parah (Warfields
1991; Park and Fulton 1991).
Pada lansia assesment dan pengobatan yang diteliti pada penderita nyeri
kronis dapat memberi hasil yang memuaskan (Park B and Fulton 1991). Pada

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 1


penelitian didapatkan 66% lansia yang dirawat di nursing home (panti rawat
wredha) menderita nyeri kronis dan dari 66% ini 34% tidak terdeteksi
sebelumnya. Para lansia sering tidak melaporkan rasa nyeri dan tanda-tanda
lain yang berkaitan dengan nyeri. Keengganan ini mugkin dikarenakan adanya
anggapan bahwa rasa nyeri itu umum didapatkan pada umur-umur lansia atau
ada rasa khawatir bahwa dokter mungkin akan menganggap remeh rasa nyeri
tersebut bila dibandingkan dengan keluhan-keluhan lainnya.
Sering pula terdapat lansia yang menganggap nyeri merupakan tanda-tanda
mendekatnya ajal, atau merupakan gejala yang lebih serius, sehingga justru
membuat lansia merasa takut untuk melaporkan kepada dokter.
Terdapat beberapa alasan mengapa nyeri dan kurangnya masalah
penanganan nyeri dapat menjadi masalah bagi lansia. Pertama, prevalensi
kondisi yang menyakitkan dan penyakit sering terjadi pada usia tua. Lebih dari
50% kanker di Amerika Serikat terjadi pada orang yang berusia lebih dari 65
tahun, dan 60 sampai 80% pasien dengan kanker mengalami nyeri sedang
sampai berat. Nyeri artritis terjadi pada lebih dari setengah jumlah seluruh
lansia dengan osteoartritis yang menyebabkan lebih banyak nyeri kronis
daripada kondisi yang lain. Jenis nyeri lain yang sering terjadi pada lansia
adalah sakit kepala, nyeri punggung bagian bawah, dan nyeri tajam dan
menusuk, nyeri neuropatik terbakar (misalnya fantom ekstremitas, neuropati
diabetes, neuralgia pascaherpetik, neuralgia trigeminal, dan kausalgia).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nyeri?
2. Bagaimana klasifikasi nyeri?
3. Apa saja penyebab nyeri?
4. Bagaimana patofisiologi nyeri?
5. Bagaimana penatalaksanaan nyeri?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 2


Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kelompok dapat
memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan lansia dengan nyeri
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan makalah ini kelompok dapat memahami tentang :
a. Pengertian Nyeri
b. Klasifikasi Nyeri
c. Etiologi Nyeri
d. Patofisologi Nyeri
e. Penatalaksanaan Nyeri

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 3


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasa nya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri adalah suatu
mekanisme protektif bagi tubuh.ia timbul bilamana jaringan sedang rusak dan
ia menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsang
nyeri tersebut.
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian- kejadian dimana terjadi
kerusakan.

B. Klasifikasi Nyeri
Jenis nyeri menurut durasi
a. Nyeri akut
Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah
dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat.
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung kurang dari 6 bulan nyeri
yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan. Nyeri akut biasanya
mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu
untuk segera bertindak menghilangkan nyeri dan menghilang apabila
faktor internal dan eksternal yang merangsang reseptornya di hilangkan.
Nyeri akut ditandai oleh peningkatan frekuensi jantung, peningkatan
tanda- tanda vital, wajah meringis, menarik diri, dan menangis. Terjadi
dilatasi pupil dan pengeluaran keringat. Individu yang mengalami nyeri
akut biasanya berfokus pada nyerinya.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah Nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya
bervariasi dan biasanya lebih dari 6 bulan. Kata “kronis “berasal dari

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 4


kata yunani yang berarti” waktu” dan di hubungkan dengan rasa nyeri
yang menetap dan biasanya terus-menerus,bukan yang berlangsung
sewaktu-waktu.
Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri tidak mudah
diidentifikasi, intensitas nyeri sukar di turunkan, rasa nyerinya biasanya
meningkat, sifatnya kurang jelas dan kemungkinan kecil untuk sembuh/
hilang,biasa terjadi perubahan kepribadian dan penurunan berat badan.

C. Etiologi Nyeri
1. Trauma
a. Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung- unjung saraf bebas mengalami
kerusakan. Misalnya akibat benturan, gesekan, luka dan lain- lain.
b. Thermis : nyeri pinggul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misalnya karena api dan air.
c. Khemis : timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau
basa kuat.
d. Elektrik : timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung- ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan, Misanya abses.
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis

D. Persepsi Nyeri pada manusia


Persepsi nyeri pada manusia dapat di bagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Nyeri cepat yang terasa setempat,menusuk,cepat menghilang seperti
misalnya tertusuk jarum.

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 5


2. Nyeri yang perlahan timbulnya,berlangsung lama,tak jelas lokasinya di
sertai reaksi autonom dan psikis yang di sebut nyeri membara.
3. Nyeri viseral atau nyeri dalam yang timbul karena terangsangnya alat-alat
dalam. Nyeri primer yang di ikuti nyeri sekunder dapat di sertai reaksi
refleks somatis berupa gerakan menarik bagian badan yang nyeri, rintihan,
teriakan. Selain itu dapat pula timbul reaksi autonom berupa takikardi,
hipertensi, hiperpne dan reaksi psikis seperti gelisah, resah, agresi, frustasi.

E. Mekanisme Nyeri
1. Fisiologi Nyeri Menurut Torrance & Serginson (1997)
Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri, yaitu:
a. Sel syaraf aferen atau neuron sensori,
b. Serabut konektor atau interneuron dan
c. Sel saraf eferen atau neuron motorik.
Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujung nya yang
menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan
otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang
merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang
berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor. Stimulus pada jaringan
akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari
prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim
proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan
menyampaikan impuls ke otak (Torrance & Serginson, 1997).
2. Menurut Smeltzer & Bare (2002)
Kornu dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat
memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan serabut traktus
sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem
neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir
pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan
ke korteks serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada
sistem asenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 6


reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat
interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan,
menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang menyakitkan
atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini
disebut “gerbang”. Kecenderungan alamiah gerbang adalah membiarkan
semua input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras
asenden dan mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini
berlalu tanpa perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup
gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang
untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri.
Setelah berada di medula spinalis, sebagian besar serabut nyeri
bersinaps di neuron pada kornu dorsal dari segmen tempat serabut nyeri
masuk. Informasi mengenai stimulus nyeri di kirim oleh salah satu dari
dua jaras asenden ke otak tractus neospinotalamus atau trakrus
paleospinotalamus.
a. Traktus Neospinotalamus/ Jalur cepat
Informasi/ stimulus  spina ( serabut Aδ)  mencetuskan
potensial aksi  serabut traktus neospinotalamus  otak  Talamus
 sinyal dikirim ke kortek somatosensorik tempat lokasi nyeri 
lokasi nyeri terlokalisir dengan baik  interpretasi sinyal nyeri sacara
sadar.
b. Traktus paleospinotalamus/ jalur Lambat
Informasi  spina serabut C dan Aδ  serabut traktus
paleospinotalamus  otak  daerah retikular batang otak dan daerah
mesensepalon ( area grisea periakueduktus)  aktivasi hipotalamus
dan sistem limbik memlpengaruhi fungsi area yang mengontrol
emosi  nyeri terlokalisasi dengan buruk dan menyebabkan distres
emosional akibat nyeri.

2. Teori tentang terjadinya rangsangan nyeri ( Barbara C.Long,1989),


diantaranya :
i. Teori Pemisahan ( specificity theory)

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 7


Rangsangan sakit  medula spinalis ( spinal cord) melalui
kurnodorsalis yang bersinaps di daerah posterior naik ke Traktus
lissur & menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di
korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut di teruskan.

ii. Teori Pola ( Pattern Theory)


Rangsangan nyeri  masuk melalui akar ganglion dorsal 
medula spinalis  merangsang aktivitas sel T  mengalibatkan
respon yg merangsang ke bagian yang lebih tinggi( kortek serebri)
kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi 
menimbulkan nyeri (persepsi yang dipengaruhi oleh modalitas respon
dari reaksi sel T )

iii. Teori Pengendalian Gerbang ( Gate Control Theory)


Nyeri tergantung dari kerja serat saraf- saraf besar & kecil, yang
keduanya berada dalam akar ganglio dorsalis, rangsangan pada serat
saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang
mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T
terhambat menyebabkan hantaran rangsangan itu terhambat.
Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang kortek
serebri.hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medula spinalis
melalui serat eferen dan reaksinya dan mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan mengahmbat aktivitas substansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan mengahantarkan rangsangan
nyeri.
iv. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nosireseptor melalui transmisi impuls-impils
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif, oleh neuron
transmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh impuls- impuls pada serabut- serabut besar yang memblok

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 8


impuls- impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem
supresif.

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


1. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang
mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.
Pada lansia memilki kemampuan untuk menginterpretasikan nyeri dan
dapat mengalami komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit disertai
gejala samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Tidak
semua lansia mengalami gangguan kognitif, namun ketika seorang lansia
mengalami bingung, maka ia akan mengalami kesulitan untuk mengingat
pengalaman nyeri dan memberi penjelasan yang rinci.
Seorang perawat harus menggunakan teknik komunikasi yang
sederhana dan tepat untuk membantu anak dalam membantu anak dalam
memahami dan mendeskripsikan nyeri. Sebagai contoh, pertanyaan kepada
anak, “Beritahu saya dimana sakitnya?” atau “apa yang dapat saya lakukan
untuk menghilangkan sakit kamu?”. Hal-hal diatas dapat membantu
mengkaji nyeri dengan tepat. Perawat dapat menunjukkan serangkaian
gambar yang melukiskan deskripsi wajah yang berbeda, seperti tersenyum,
mengerutkan dahi atau menangis. Anak-anak dapat menunjukkan gambar
yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan mereka.
2. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai
perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri.
Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri
sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan
tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu
yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk.
3. Budaya

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 9


Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991). Beberap kebudayaan yakin
bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah, kebudayaan
yang lain cenderung untuk melatih perilaku individu belajar dari
pengalaman nyeri.
Ekspresi nyeri dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang dan
emosi (Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) pasien tenang umumnya
akan diam berkenaan dengan nyeri, mereka memiliki sikap dapat menahan
nyeri. Sedangkan pasien yang emosional akan berekspresi secara verbal
dan akan menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan menangis
(Marrie, 2002). Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-
nilai budaya pasien dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya
perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan,
seperti menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar
belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam
seribu bahasa ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku
nyeri karena perilaku berbeda dari satu pasien ke pasien lain. Mengenali
nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa
nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk
menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai
budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan
mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan
lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap
nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare,
2003). Universitas Sumatera Utara.
4. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang
dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan
yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit
mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 10


tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu
tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan
yang tidak adekuat. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti
bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada
masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami
serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang
berat, maka ansietas atau rasa takut dapat muncul. Apabila individu tidak
pernah merasakan nyeri, maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu
koping terhadap nyeri.
Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman
sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap
pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan
tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap
nyeri dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik
(Smeltzer & Bare, 2002).
5. Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan
atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut
benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah
merupakan efek positif. Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat
meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali
makin banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan
intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang
diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri
hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien
yang diberitahu bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek
apapun. Hubungan pasien –perawat yang positif dapat juga menjadi peran
yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo (Smeltzer & Bare,
2002).
6. Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah
kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 11


nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau
melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan
membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal
khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter &
Perry, 1993).
7. Pola koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka
dan hasil akhir dari suatu peristiwa, seperti nyeri (Gil, 1990 dalam Potter
and Perry, 1997). Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali
eksternal, mempersepsikan faktor-faktor lain didalam lingkungan mereka.
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah
sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien
kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan
termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri
baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping
individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi
dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana
untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. Sumber koping lebih
dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada
support emosional dari anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri
masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada
agama dapat memberi kenyamanan untuk berdo’a, memberikan banyak
kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter & Perry,
1993).

G. Penatalaksanaan Nyeri
1. Tindakan Non Medikasi
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri :
1) Ketidakpercayaan, pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di
derita pasien dapat mengurangi nyeri. hal ini dapat dilakukan
melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 12


mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien
bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih
memahami tentang nyerinya.
2) Kesalahpahaman, mengurangi kesalahpahaman pasien tentang
nyerinya akan mengurangi nyeri. hal ini dilakukan dengan
memberitahu paien bahwa nyeri yang dialami sangat individual
dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya.
3) Ketakutan , memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi
ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk
mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri .
4) Kelelahan, dapat memperberat nyeri. untuk mengatasinya,
kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang
cukup.
5) Kebosanan , dapat meningkatkan rasa nyeri. untuk megurangi nyeri
dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapiutik.
Beberapa tehnik pengalih perhatian adalah bernafas pelan dan
berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif
mendengarkan musik, membayangkan hal- hal yang
menyenangkan, dsb.
b. Stimulasi dan masase kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik
menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama
seperti reseptor nyeri, tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem
kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
masase membuat relaksasi otot.
c. Teori gate control telah menjelaskan, bertujuan untuk menstimulasi
serabut- serabut yang menstransmisikan sensasi tidak nyeri memblok
atau menurunkan transmisi impuls nyeri.
d. Terapi es (dingin) dan panas.
1) Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 13


dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus
diletakkan pada tempat cedera segera setelah terjadi cedera,
(Cohen, 1989 dalam Suddart dan Brunner, 1997).
2) Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran
darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan
nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Namun penggunaan
panas kering dengan lampu pemanas tidak seefektif penggunaan es.
e. Stimulasi saraf elektris transkutan / Transcutan electric nerve
stimulation (TENS)
1) Transcutaneus elektrical stimulator ( TENS) ; digunakan untuk
mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan
menempatkan beberapa elektroda di luar.
2) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan
alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang di
implant di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang
dimaksudkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan columna
vertebrae.
3) Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus
alat penerima transiitor di cangkok melalui kantong kulit
intraclavicula atau abdomen, yaitu elektroda di tanam melalui
pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.

f. Distraksi
Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain pada nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari keluarga dan
teman-teman pasien. Melihat film layar lebar dengan suarasur r ound.
Tidak semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui distraksi.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.

g. Tehnik relaksasi

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 14


Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi
paru- paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot- otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi sehingga di
dapat rasa nyaman, tenang, dan rileks.
h. Imajinasi terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Imajinasi terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran dimana
efeknya hampir sama dengan penggunaan tehnik relaksasi dengan
metode yang berbeda.
i. Hipnosis
Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan nyeri
terutama dalam situasi sulit. Mekanisme bagaimana kerjanya hiposis
tidak jelas tetapi tidak jelas tetapi tidak tampak diperantarai oleh
sistem endorfin (Moret et.all, 1991 dalam Suddart and Brunner, 1997).

j. Terapi musik
Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau
elemen musik oleh seseorang terapis untuk meeningkatkan,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional dan spiritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut
sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine), Potter juga
mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk
penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau
irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik
dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik,
instrumentalia, dan slow musik (Potter, 2005 dikutip dari Erfandi,
2009).
Menurut Willougnby (1996), musik adalah bunyi atau nada
yang menyenangkan untuk didengar. Musik dapat keras, ribut, dan

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 15


lembut yang membuat orang senang mendengarnya. Orang
cenderung untuk mengatakan indah terhadap musik yang
disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan
berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera
seseorang.

1. Tindakan Medikasi
Analgesik misalnya asetaminofen dapat mengurangi nyeri
ringan,kemungkinan besar dengan menghambat produksi prostaglandin
atau zat lain yang menyebabkan reseptor nyeri.

Tingkatan Skala Nyeri


Alat bantu yang paling sering di gunakan untuk menilai intensitas atau
keparahan nyeri pasien adalah bentuk Skala Analog Visual (SAV) yang
terdiri dari sebuah garis horisontal yang dibagi secara rata menjadi 10
segmen dengan nomor 0 sampai 10.

a. Skala Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Paling
ada nyeri Sedang Parah

b. Skala Wong Beker Faces Pain Rating scale


Digunakan pada anak dan orang dewasa yang mengalami
gangguan kognitif, yang menggantikan angka dengan kontinum
wajah tersenyum sampai menangis.

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 16


1 1-2 3-4 5-6 7-8 9-10
Tidak sakit lebih lebih jauh sakit
Sakit sedikit sakit sakit lagi lebih sakit sekali

Cara Penilaian Nyeri Berdasar PQRST

a. P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri? Apakah karena terkena
ruda paksa / benturan? Akibat penyayatan? dll.
b. Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa
sering terjadinya? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda
berat, diris-iris, dll.
c. R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan /ditemukan? Apakah
juga menyebar ke daerah lain / area penyebarannya?
d. S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS (Glasgow's Coma
Scale) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri / ukuran lain yang
berkaitan dengan keluhan
e. T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan /dirasakan? Seberapa
sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi? Apakah terjadi
secara mendadak atau bertahap..? Acut atau Kronis?

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 17


BAB III

PENUTUP

Simpulan

Nyeri pada lansia dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, fisik dan
psikologis. Penanganan nyeri pada lansia, tergantung dari lokasi, lamanya nyeri
tersebut berlangsung dan berbagai faktor lain yang mempengaruhi. Penanganan
rasa nyeri ini harus dilakukan secara adekuat. Nyeri akut harus diselesaikan
segera, dan penanganan nyeri kronis harus dilakukan secara hati-hati. Penanganan
nyeri tersebut harus dilakukan dengan assessment yang sering melibatkan disiplin
lain: psikiater, occupational therapist dan dibawah pimpinan seorang geriatrist
dari penyakit dalam. Terapi nyeri dapat dengan cara pemberian obat secara oral,
injeksi, perilaku, operasi dan lain-lain yang melibatkan disiplin ilmu lain.

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 18


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Corwin, EJ., 2009, Buku saku Patofisologi, Jakarta: EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah .Vol.2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Hidayat, A. AA., 2009, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia aplikasi konsep
dan proses keperawatan, buku I, Jakarta: Salemba medika.
Jaimel Stockslager, Lisschaeffer. 2008. Askep Geriatrik . Edisi 2. Jakarta: EGC
Martono, Hadi dan Krispranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri, Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mickey Stanley, Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Potter &Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 2, Edisi 4,
Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson.1990. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
R.Siti Maryam, Mia Fatma Ekasari, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Soejono. H.C.H. 2001. Gejala dan Tanda Penyakit pada Lanjut Usia, Subbag,
Geriatri Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI-RSUPN Ciptomangunkusumo
S.Thamher, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Lansia| 19

Anda mungkin juga menyukai