Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PRESBIOPI

Disusun untuk memenuhi tugas panum keperawatan medikal bedah


Dosen Pembimbing : Dian Kartikasari, M.Kep

Nama : Novi Andriyani


Nim : 202102040050

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
September, 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk
pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada
mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan
lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.
Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan
panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat pada
makula lutea, tetapi dapat di depan atau dibelakang makula. Bentuk kelainan
refraksi tersebut diantaranya presbiopia (Ilyas, 2005).
Presbiopi adalah kehilangan akomodasi lensa yang berhubungan dengan
usia sehingga menyebabkan ketidakmampuan mata untuk fokus pada jarak
dekat. Presbiopi adalah perubahan fisiologis yang paling umum terjadi pada
mata orang dewasa dan diperkirakan menyebabkan gangguan penglihatan
dekat pada usia lanjut. Seseorang dengan presbiopi akan mengeluh sakit kepala
dan ketegangan mata, dan mengarahkan benda-benda secara progresif menjauh
dari mata agar bisa memusatkan perhatian mereka.
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada negara dengan jumlah populasi
lanjut usia yang lebih tinggi karena presbiopi sangat berhubungan dengan usia
tua. Pada tahun 2005, diperkirakan 1.04 juta orang didunia telah mengalami
presbiopi, dan 410 juta diantaranya kehilangan penglihatan dekatnya karena
kurangnya koreksi terhadap gangguan presbiopinya. 94 % penderita presbiopi
yang kurang mendapatkan koreksi yang tepat berasal dari negara berkembang.
Usia rata-rata mulai munculnya symptom presbiopi ialah 42-44 tahun, dan
hilangnya akomodasi secara komplit biasanya mulai muncul pada usia 50-55
tahun.
Pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga mengenai keadaan
penyakit sangat diutamakan karena hal tersebut dapat mempengaruhi
penyakitnya.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mendapatkan penjelasan tentang presbiopi selama 35
menit, diharapkan peserta mampu memahami dan mengerti tentang penyakit
pada lensa mata (presbiopi).
2. Tujuan Khusus :
Setelah mendapatkan penjelasan tentang penyakit mata presbiopi
diharapkan peserta dapat :
a. Menjelaskan pengertian / definisi dari presbiopi.
b. Menyebutkan tentang gejala klinis / tanda gejala presbiopi.
c. Memahami tentang etiologi / penyebab presbiopi.
d. Menyebutkan tentang faktor resiko presbiopi.
e. Memahami tentang penatalaksanaan presbiopi.

C. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan ini adalah keluarga dan klien yang belum
mengetahui tentang penyakit presbiopi.

3
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
1. Keluarga yang mempunyai penyakit presbiopi
2. Keluarga dan klien yang mempunyai kurang pengetahuan tentang penyakit
presbiopi.

B. Analisis Kasus
Presbopi adalah kehilangan akomodasi lensa yang berhubungan dengan
usia sehingga menyebabkan ketidakmampuan mata untuk fokus pada jarak
dekat. Presbiopi adalah perubahan fisiologis yang paling umum terjadi pada
mata orang dewasa dan diperkirakan menyebabkan gangguan penglihatan
dekat pada usia lanjut. Masalah utama pada presbiopi ialah kaburnya
penglihatan dekat, presbiopi menyebabkan penderitanya untuk lebih berusaha
dalam melihat dan membaca pada jarak yang dekat, dan hal ini mengakibatkan
kelehahan mata dan sakit kepala. Penglihatan dekat yang tetap bagus sangat
diperlukan pada populasi untuk menunjang pekerjaan. Presbiopi merupakan
tantangan kesehatan masyarakat, karena ia mempengaruhi kegiatan seseorang,
untuk itu diperlukanlah penatalaksaan dalam mengatasi presbiopi. Pendidikan
kesehatan kepada keluarga mengenai keadaan penyakit pada anggota
keluarganya sangat diutamakan karena hal tersebut dapat mempengaruhi
kegiatan, dan kebutuhan serta penyakit klien.

C. Prinsip Belajar Menurut Teori (sesuai karakteristik sasaran)


Prinsip belajar dari pendidikan kesehatan ini adalah untuk menambah
pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit presbiopi sehingga di
harapkan klien dan keluarga dapat memahami terkait dengan penyakit
presbiopi (pengertian, tanda gejala, faktor penyebab dan penatalaksanaannya).

4
D. Karakteristik Media Belajar Menurut Teori (sesuai karakteristik sasaran)
1. Sesuai dengan materi pendidikan kesehatan yang diberikan
2. Menarik
3. Mudah dipahami oleh audience atau sasaran
4. Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
5. Tidak melelahkan/menghemat energi
6. Sesuai dengan karakteristik sasaran (tingkat pendidikan dan budaya)

5
BAB III
METODOLOGI PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Deskriptif Media Belajar (sesuai karakteristik sasaran)


Mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani program profesi ners
dengan menggunakan media berupa LCD dan laptop serta leaflet. Informasi
dalam media tersebut meliputi pengertian/definisi dari presbiopi, gejala
klinis/tanda gejala presbiopi, etiologi/penyebab presbiopi, dan faktor resiko
presbiopi, serta penatalaksanaan presbiopi.

B. Tujuan Belajar
Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan mengenai penyakit presbiopi.

C. Ketrampilan yang Diperlukan


Ketrampilan yang diperlukan dalam pendidikan kesehatan ini adalah
ketrampilan dalam berkomunikasi terutama menyampaikan informasi kepada
sasaran, sehingga mudah diterima dan dimengerti oleh sasaran sehingga tidak
salah persepsi oleh audience.

D. Jenis Media
Ceramah dan tanya jawab

E. Alat yang Digunakan


a. Leaflet
b. Materi pengajaran (SAP)
c. Laptop dan LCD

F. Proses Pendidikan Kesehatan


No Tahap/Waktu Kegiatan Mahasiswa/ Kegiatan Klien/Peserta
Penyuluh
1 Pembukaan 1. Membuka pertemuan 1. Menjawab salam.

6
(5 menit ) dengan mengucapkan
salam.
2. Mengulang kontrak 2. Mendengarkan.

3. Menjelaskan tujuan umum 3. Mendengarkan dan


dan tujuan khusus menjawab pertanyaan
pertemuan kali ini . penyuluh.
4. Apersepsi 4. Mendengarkan dan
menjawab pertanyaan
penyuluh.
2 Proses / inti Menyampaikan isi materi
(15 menit) penyuluhan :
1. Menjelaskan tentang 1. Peserta mendengarkan
pengertian / definisi dan memperhatikan.
presbiopi.
2. Menjelaskan tentang gejala 2. Peserta mendengarkan
klinis / tanda gejala dan memperhatikan.
presbiopi.
3. Menjelaskan tentang 3. Peserta mendengrkan
etiologi / penyebab dan memperhatikan.
presbiopi.
4. Menjelaskan tentang faktor 4. Peserta mendengarkan
resiko presbiopi. dan memperhatikan.
5. Menjelaskan tentang 5. Peserta mendengarkan
penatalaksanaan presbiopi. dan memperhatikan.

3 Sesi tanya 1. Memberikan kesempatan 1. Peserta bertanya kepada


jawab dan kepada peserta untuk pemateri (penyuluh).
evaluasi mengajukan pertanyaan.
( 10 menit) 2. Menjawab pertanyaan yang 2. Peserta mendengarkan
diajukan peserta. dan memperhatikan.
3. Review terhadap 3. Peserta mendengarkan
pertanyaan dan jawaban dan memperhatikan.

7
serta memberikan pujian
4. Menyimpulkan hasil dari 4. Peserta mendengarkan
kegiatan. dan memperhatikan.
4 Penutup 1. Mengucapkan terima kasih 1. Mendengarkan dan
(5 menit) atas segala perhatian mengucapkan terima
peserta. kasih kembali kepada
pembicara.
2. Mengucapkan salam 2. Menjawab salam.
penutup.

G. Waktu Pelaksanaan
Tanggal : Jumat, 10 September 2021
Waktu : 09.00-09.35 WIB
Tempat : Ruang Flamboyan RSUD Kraton

H. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai


1. Kelelahan klien dan keluarga selama diberikan pendidikan kesehatan
2. Kebosanan klien dan keluarga
3. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai
4. Tingkat pendidikan keluarga dan klien

I. Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan


1. Menjelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan
2. Waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan tidak terlalu lama
3. Menggunakan media yang menarik
4. Melibatkan peran serta dari audience

J. Pengorganisasian
Pelaksana : Novi Andriyani

K. Sistem Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Klien mengikuti penyuluhan sampai selesai

8
2. Evaluasi Proses
a. Klien antusias dan kooperatif
3. Evaluasi Penyuluh
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
b. Dapat menjalankan peran dengan baik
4. Evaluasi Waktu
a. Penyuluhan berjalan sesuai waktu yang ditentukan
5. Evaluasi Hasil
Dari beberapa pertanyaan diberikan kepada klien dengan rentang nilai:
Baik jika standar nilai >70%-100%, bisa menjawab semua pertanyaan
Cukup jika standar nilai >50%-70%, bisa menjawab tiga pertanyaan
Kurang jika standar nilai <50%, bisa menjawab tiga atau <2 pertanyaan

BAB IV
PENUTUP

Pendidikan kesehatan diperlukan pada keluarga yang mempunyai penyakit


presbiopi, dan diharapkan dapat merubah terhadap kemampuan kognitif, affektif
dan psikomotor. Setelah diberikan pendidikan kesehatan secara efektif, keluarga
dan klien diharapkan bisa mengetahui tentang penyakit presbiopi.

9
Lampiran Materi
A. Definisi / Pengertian Presbiopi
Dengan bertambahnya usia maka setiap lensa akan mengalami
kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurannya kemampuan
mencembungnya lensa akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang
untuk melihat jauh akan tetap normal. Presbiopia ini berjalan progresif sesuai
dengan bertambahnya umur. Gangguan akomodasi pada usia lanjut yang

10
disebut sebagai presbipi dapat terjadi akibat : kelelahan otot akomodasi, dan
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
(Ilyas, 2005).
Presbiopia yang berarti “mata tua” berasal dari bahasa Yunani yang
menggambarkan kondisi refraksi yang berhubungan dengan usia tua, yang
kompleks lensa dan muskulus siliaris kehilangan fleksibilitasnya untuk
mempertahankan akomodasi sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
dekatnya. Jadi presbiopia adalah suatu kondisi normal yang berhubungan
dengan peningkatan dan hilangnya akomodasi secara gradual (Budiono, dkk,
2013).
Presbiopi adalah gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia. Ini
adalah proses penuaan alami dimana, lensa kristal kami dan otot siliaris dimata
kita kehilangan kemampuan melenturkan untuk membantu sinar cahaya fokus
ke retina untuk visus dekat jelas (Heron et all, 2001 dalam jurnal
Gnanasundram, et all, 2016).
Presbiopia merupakan kondisi berkurangnya atau hilangnya kemampuan
mata mengatur kecembungan lensa untuk menyesuaikan perubahan jarak
penglihatan (kemampuan refraksi). Hal ini terkait dengan pertambahan usia
dan merupakan perubahan yang besifat alamiah (Nugraha, 2018).

B. Gejala Klinis / Tanda Gejala Presbiopi


Gejala klinis presbiopia dimulai setelah usia 40 tahun, biasanya antara
40-45 tahun dimana tergantung pada kelainan refraksi sebelumnya . “ depth of
focus” (ukuran pupil), kebutuhan visus dari pasien dan variabel yang lain.
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Kabur melihat dekat
Pasien sering mengatakan “lengan saya terlalu pendek” atau “jika
membaca saya harus menjauhkan bahan bacaan”. Hal ini terjadi karena
penurunan akomodasi sehingga pasien tidak bisa mempertahankan
penglihatan dekatnya. Ada yang mengatakan dengan memberi lampu yang
terang, maka penglihatannya akan menjadi lebih baik karena meningkatkan

11
penyinaran terhadap retina dan pupil miosis sehingga meningkatkan “ depth
of focus”.
2. Kabur melihat jauh
Pasien presbiopia borderline akan mengeluh kabur melihat jauh
walaupun hanya saat melakukan pekerjaan dekat. Hal ini ada hubungannya
dengan menurunnya kemampuan relaksasi pada muskulus siliaris.
3. Astenopia
Pasien akan mengeluh matanya seperti menonjol keluar, mata lelah,
mata berarir dan sangat tidak nyaman setelah pemakaian mata untuk melihat
dekat dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena adanya pemakaian
akomodasi yang belebihan.
4. Sakit sekitar mata dan sakit kepala.
Biasanya terjadi pada presbiopia yang “undercorection“ yaitu keluhan
pasien yang terbanyak adalah nyeri dibagian kepala dan nyeri sekitar mata.
Hal ini terjadi karena kontraksi dari muskulus orbikularis dan
oksipitofrontalis supaya penglihatan dekatanya tetap baik.
5. Kemampuan membaca yang lebih baik pada siang hari dibanding malam
hari (Budiono, dkk, 2013).

C. Etiologi / Penyebab Presbiopi


Presbiopi disebabkan oleh proses yang berhubungan dengan usia. Ini
berbeda dengan astigmatisme, rabun jauh dan rabun dekat yang terkait dengan
bentuk bola mata dan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Presbiopi
umumnya akibat penebalan bertahap dan hilangnya fleksibilitas lensa alami
didalam mata. Perubahan terkait usia ini terjadi di dalam protein di lensa,
membuat lensa lebih keras dan kurang elastis dari waktu ke waktu. Perubahan
terkait usia juga terjadi pada serabut otot yang mengelilingi lensa. Dengan
sedikit elastisitas, mata lebih sulit untuk memusatkan perhatian (Nugraha,
2018).

D. Faktor Resiko Presbiopi

12
Ada beberapa faktor yang memperbesar risiko seseorang mengidap presbiopi,
yaitu :
1. Usia. Hampir semua orang akan merasakan gejala presbiopi pada usia 40
tahun keatas.
2. Obat-obatan. Beberapa obat, termasuk antihistamin, anti depresan dan anti
deuretik, dihubungkan dengan terjadinya gejala presbiopia prematur atau
dini.
3. Kondisi medis lainnya :
a. Anemia, kekurangan sel darah merah.
b. Penyakit kardiovaskular diabetes atau kesulitan metabolisme gula darah.
c. Rabun dekat (tidak jelas ketika melihat benda-benda yang dekat).
d. Multiple sclerosis, penyakit autoimun yang mempengaruhi tulang
belakang dan otak.
e. Myasthenia gravis, gangguan neuromuskuler yang mempengaruhi saraf
dan otot.
f. Trauma mata atau penyakit mata insufiensi vaskular, atau aliran darah
yang buruk (Nugraha, 2018).

E. Penatalaksanaan Presbiopi
Beberapa penatalaksanaan berikut dapat dilakukan untuk memperbaiki
kualitas penglihatan pada penderita presbiopi
1. Koreksi presbiopi menggunakan lensa positif. Tujuan koreksi adalah untuk
mengkompensasi ketidakmampuan mata dalam memfokuskan objek-objek
yang dekat.
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahkan dengan lensa positif
sesuai usia dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga pasien mampu
membaca tulisan pada kartu jaeger 20/30.
3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3.00 D adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak
melakukan akomodasi bila membaca 33 cm, karena tulisan yang dibaca
terletak pada titik fokus lensa +3.00 D.

13
4. Biasanya diberikan kacamata baca untuk membaca dekat dengan lensa sferis
positif yang dihitung berdasarkan amplitudo akomodasi pada masing-
masing kelompok umur, yaitu (Masjoer, dkk, 2001) :
a. +1,0 D untuk usia 40 tahun.
b. +1,5 D untuk usia 45 tahun.
c. +2,0 D untuk usia 50 tahun.
d. +2,5 D untuk usia 55 tahun.
e. + 3,0 D untuk usia 60 tahun.

Selain kacamata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa
lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopi. Ini termasuk :
a. Bifokal untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
b. Trifokal, untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa
yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
c. Bifokal kontak, untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan
hasil koreksinya.
d. Monovision kontak, lensa kontak untuk melihat jauh dimata dominan,
dan lensa kontak untuk melihat dekat pada pada lensa non dominan.
Mata yang dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus
pada kamera untuk mengambil foto.
e. Monovision modified. Lensa kontak bifokal pada mata non dominan, dan
lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata
digunakan untu melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.
f. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, lasik, dan
keratektomi fotorefraktif (Nugraha, 2018).
Daftar Pustaka

Budiono, Sjamsu. (2013). Buku Ajar. Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya : Airlangga
University Press (AUP).

14
Gnanasundram, Linsay Sundram, et all. (2016). “Vision Status : Presbyopic
Patient Undergone Corneal Inlay Procedure”. Jurnal Sains kesehatan
Malaysia.
Ilyas, Sidarta. (2005). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Manjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Nugraha, Dwi Antara. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Penglihatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

15

Anda mungkin juga menyukai