Anda di halaman 1dari 43

Tutorial Keperawatan Paliatif

Kasus II

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. Amalia Dwi Yanty 8. Meilan Budi Kusuma
2. Debi Fernandes 9. Meisy Arsita
3. Dewi Indah Permata S 10. Nawa Witdiyati
4. Ella Mareta 11. Putri Kurnia Sari
5. Hesty Oktaviany 12. Robbillah Pramanita
6. Julita Apriani 13. Solha
7. Marhama 14. Titin Sumarni

DOSEN PEMBIMBING : Imardiani, S.Kep, Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN REG B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2019/2020
SKENARIO KASUS II

Seorang wanita berusia 46 tahun dilarikan ke RS Sriwijaya dengan kondisi tidak


sadarkan diri disertai kejang. Sebelumnya pasien mangalami nyeri kepala yang
hebat pada pagi hari disertai mual dan muntah, kondisi ini akan membaik di siang
hari. Pasien memiliki riwayat tumor otak ganas. Hasil pemeriksaan tampak
tekanan intrakranial meningkat dan terjadi papiledema. Pasien terlihat
hemiparesis, aphasia, visual-feld deficits, ekstremitas kaku. Hasil pemeriksaan
CT-scan tampak sudah bermetastase ke berbagai kubah cranial meliputi cerebrum,
kelenjar pituitari, bahkan terjadi residual jaringan embrionik dan menginfiltrasi
jaringan otak. Dokter merekomendasikan untuk melakukan perawatan paliatif,
karena sudah tidak dapat dilakukan pengobatan lagi dan angka harapan hidup
pasien sangat kecil. Keluarga pasien menangis dan khawatir terhadap kondisi
pasien. Ibu pasien mengatakan apabila ia menjaga pola makan dengan baik pasti
penyakit tersebut tidak akan muncul kembali dan makin memburuk seperti ini.
Pasien saat ini menjalani homecare di rumah.

STEP 1 : Klarifikasi Istilah


1. Intracranial (Nawa)
Jawab :Rongga Kepala (Amalia)
Tekanan intrakranial adalah tekanan di dalam ruang tengkorak yang
dilindungi dari tekanan luar. Tekanan ini dinamik dan berfluktuatif secara
ritmis mengikuti siklus jantung, respirasi, dan perubahan proses fisiologis
tubuh; secara klinis bisa diukur dari tekanan intraventrikuler, intraparenkimal,
ruang subdural, dan epidural (Affandi & Panggabean, 2016)

2. Papiledema (Marhama)
Jawab : pembengkakan discus saraf optik sebagai peningkatan tekanan
intrakranial (Robbillah)
Papiledema adalah suatu pembengkakan yang bersifat non-inflamasi dari
pada diskus optikus, dimana biasanya merupakan akibat dari kelainan yang
letaknya di dalam tengkorak (cranium), orbita dan badan pada umumnya.
(Soeroso, 2017)

3. Hemiparesis (Putri)
Jawab : kondisi saat salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan sehingga
sulit digerakkan (Ella)
Hemiparesis (kelemahan otot pada lengan dan tungkai satu sisi) adalah
kerusakan yang menyeluruh, tetapi belum menruntuhkan semua neuron
korteks piramidalis sesisi, menimbulkan kelumpuhan pada belahan tubuh
kontralateral yang ringan sampai sedang. (Aulina, dkk, 2016)

4. Aphasia (Julita)
Jawab :Kehilangan kemampuan untuk bicara atau untuk memahami
sebagaian atau keseluruhan dari yang diucapkan oleh orang lain, yang
diakibatkan karena adanya gangguan pada otak (Hesty)
Afasia adalah ketidakmampuan untuk berbicara, menulis, atau mengerti
bahasa lisan atau tertulis. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh stroke
atau cedera kepala (Kamus Online)
5. Visual feld deficit (Robbillah)
Jawab :penurunan jarak pandang mata (Putri)
Visual Field Defect adalah manifestasi visual umum yang terjadi sebagai
akibat dari stroke yang mempengaruhi serat radiasi optik, yang mengarah ke
hemianopia atau quadrantanopis tergantung pada lokasi lesi dan tingkat
kerusakan pada radiasi optik (Brocklehurst, 2010)
6. Kuba cranial (Amalia)
Jawab :susunan pada rongga kepala (Meisy)

7. Cerebrum (Marhama)
Jawab : bagian depan yang paling menonjol dari otak depan (otak besar)
(Nawa)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan
(Susanti, 2011)

8. Kelenjar Pituitari (Meisy)


Jawab : Organ kecil yang berada di bawah otak, kelenjar ini menghasilkan
hormone atau zat yang masuk ke aliran darah dan membantu mengendalikan
banyak proses dan fungsi pada tubuh. (Marhama)
Kelenjar pituitari disebut sebagai kelenjar induk karena kelenjar ini terlibat
dalam banyak proses. Kelenjar ini berukuran sangat kecil dan berbentuk oval.
Kelenjar ini terletak dibelakang hidung, tepatnya di dekat bagian bawah
batang otak. Kelenjat pituitari melekat pada hipotalamus yang merupakan
area kecil pada otak (Rahmawati, 2019)
9. Residual (Dewi)
Jawab :sisa sisa zat kimia dalam tubuh (Julita)
Residual adalah selisih antara nilai duga dengan nilai pengamatan sebenarnya
10. Jaringan Embrionik (Titin)
Jawab :Jaringan embrional, adalah jaringan dari hasil pembelahan sel zigot.
(Debi)
Jaringan embrional adalah jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah
dan merupakan hasil pembelahan sel zigot (Krisanti, 2015)
11. Homecare (Solha)
Jawab : pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan pada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Dewi)

STEP2 : Identifikasi Masalah


1. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus di atas ? (Putri)
2. Pada kasus di atas pasien mengalami homecare, bagaimana peran perawat
dalam perawatan paliatif terhadap keluarga pasien tumor otak? (Dewi)
3. Bagaimana peran perawat dalam perawatan paliatif terhadap pasien tumor
otak? (Robbillah)
4. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus di atas ? (Julita)
5. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada kasus diatas? (Meisy)
6. Adakah komplikasi pada kasus diatas? (Nawa)
7. Apa tindakan prioritas kita sebagai perawat dalam mengatasi kasus diatas?
(Titin)

STEP 3 : Brain Stroming


1. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus di atas ? (Putri)
Jawaban Sementara :
Komunikasi terapeutik : Bina hubunga saling percaya pada keluarga
Perawatan paliatif : berikan support dan dukungan secara psikososial
dan spiritual
Perawatan fisik : Mengatasi tanda dan gejala yang muncul pada
pasien (Hesty)
Jawaban berdasarkan Sumber :
Hesty & Amalia : Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah
yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual.
a. Pemberian Dukungan Sosial:
1) Membantu tersedianya lingkungan yang aman bagi pasien,
2) Membantu tersedianya transportasi
3) Memberikan dukungan bagi keluarga dengan konseling dan support
group
4) Melakukan pengkajian finansial dan respite
5) Berikan waktu bagi keluarga untuk selalu bersama pasien
b. Advance Care Planning: Pertama, diskusikan dengan pasien dan keluarga
tentang perawatan paliatif. Kedua, perkenalkan tim paliatif. Ketiga,
anjurkan untuk berdiskusi dengan keluarga tentang keinginan dan
harapan. Keempat, anjurkan untuk memilih orang yang dipercaya untuk
mewakili dirinya bila kondisi tidak memungkinkan untuk mengambil
keputusan. Kelima, bicarakan tentang donasi organ. Keenam, telusuri
tentang ketakutan atau kecemasan tentang kematian.
c. Pemberian Dukungan Spiritual
1) Perawat bersedia mendengarkan perasaan pasien.
2) Fasilitasi pasien dalam melakukan meditasi, berdoa, dan tradisi serta
ritual keagamaan lainnya.
3) Tawarkan dukungan doa secara individu atau bersama, apabila perlu.
4) Berdoa bersama pasien, jika diminta untuk melakukannya.
5) Memfasilitasi pemanfaatan ritual keagamaan pasien misalnya
memberikan dukungan fisik, mengizinkan penggunan pernak-pernik
keagamaan.
6) Menyediakan privasi dan ketenangan untuk berdoa dan praktik
keagamaan lain.
7) Tunjukkan sikap menerima dan tidak menghakimi mengenai praktik
keagamaan pasien.
8) Menanyakan kesediaan pasien untuk didatangkan tokoh agama dalam
hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Apabila pasien bersedia,
perawat menghubungi dan mendatangkan tokoh agama untuk
kunjungan ke pasien.
(Simatupang, 2017)

2. Pada kasus di atas pasien mengalami homecare, bagaimana peran perawat


dalam perawatan paliatif terhadap keluarga pasien tumor otak? (Dewi)
Jawab Sementara :
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan pada
keluarga pasien. Pada kasus tersebut pasien mengalami penurunan kesadaran,
maka dari itu perawat harus memberikan dukungan dan support kepada
keluarga baik secara psikososial maupun spiritual, memberikan edukasi untuk
kebutuhan sehari-hari (ADL) (Amalia)
Jawaban Berdasarkan Sumber :
Meisy & Putri : Menurut Fitria (2010), perawatan paliatif adalah pendekatan
yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,
fisik, psikososial dan spiritual.
Selain melakukan tugas utama dalam merawat, perawat juga mampu sebagai
advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam
menentukan haknya sebagai klien.Dalam peran ini, perawat dapat mewakili
kebutuhan dan harapan klien kepada profesional kesehatan lain, seperti
menyampaikan keinginan klien mengenai informasi tentang penyakitnya yang
diketahu olehdokter.Perawat juga membantu klien mendapatkan hak-haknya
dan membantu pasien menyampaikan keinginan (Berman, 2010 dalam
widyana, 2016).
Selain itu juga, perawat juga melakukan konseling.Konseling merupakan
upaya perawat dalam melaksanakan peranya dengan memberikan waktu
untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh pasien maupun
keluarga, berbagai masalah tersebut diharapkan mampu diatasi dengan cepat
dan diharapkan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga
maupun pasien itu sendiri.Konseling melibatkan pemberian dukungan emosi,
intelektual dan psikologis. Dalam hal ini perawat memberikan konsultasi
terutama kepada individu sehat dengan kesulitan penyesuaian diri yang
normal dan fokus dalam membuat individu tersebut untuk mengembangkan
sikap, perasaan dan perilaku baru dengan cara mendorong klien untuk
mencari perilaku alternatif, mengenai pilihan-pilihan yang tersedia dan
mengembangkan rasa pengendalian diri (Berman, 2010 dalam widyana,
2016).

3. Bagaimana peran perawat dalam perawatan paliatif terhadap pasien tumor


otak? (Robbillah)
Jawaban Sementara :
Bina Hubungan Saling Percaya
Menenangkan keluarga
Memotivasi pasien untuk menguatkan hidup (Debi)
Jawaban Berdasarkan Sumber :
Debi & Julita : Gejala tumor otak bergantung pada lokasi, jenis dan ukuran
tumor. Beberapa orang mungkin tidak memiliki gejala sama sekali dan
tumornya ditemukan secara kebetulan dalam pemeriksaan fisik. Siapapun
dengan beberapa gejala berikut harus menemui dokter sesegera mungkin:
a. Kejang
b. Sakit kepala
c. Mual atau muntah
d. Hilangnya sensasi atau gerakan di lengan atau kaki secara perlahan-
lahan, mati rasa, kelumpuhan parsial, kesulitan untuk menyeimbangkan
tubuh atau berjalan
e. Kebingungan, perubahan pada kepribadian, atau kehilangan ingatan
f. Tinnitus, pusing
g. Mati rasa atau rasa kesemutan pada otot wajah
h. Kesulitan untuk menelan
i. Berkurangnya penglihatan atau adanya penglihatan ganda
j. Gangguan endokrin
k. Gangguan bicara, kesulitan dalam memahami bahasa dan ekspresi
(Smar Patien, 2018)

4. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus di atas ? (Julita)


Jawab :
Nyeri berhubungan dengan TIK
Intoleransi aktivitas (Marhama)
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Kelebihan Volume cairan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Robbillah)

5. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada kasus diatas? (Meisy)


Jawaban Sementara :
a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses
yang normal
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian
c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
d. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual (Hesty)
Jawaban Berdasarkan Sumber :
Robbillah & Marhama : Perawatan pasien paliatif di ICU: Pada dasarnya
perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life-supporting.
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).
Asuhan keperawatan yang diperlukan dan digunakan pada orang yang
mengalami penyakit terminal adalah ”Palliative Care” tujuan perawatan
paliatif ini adalah guna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan
kematian minimal mendekati normal, diupayakan dengan perawatan yang
baik hingga pada akhirnya menuju pada kematian, sehingga palliative care
diharapkan akan menambah kualitas hidup pada kondisi terminal, perawatan
paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea) dan kondisi
(kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi kepuasan atau kesenangan
hidup anak, mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain,masalah
psikologi,social atau spiritualnya dari anak dalam kondisi terminal (Ferrell, &
Coyle, 2007, 48 dalam Fitria, 2010).
Prinsip perawatan paliatif adalah Menghormati atau menghargai martabat dan
harga diri dari pasient dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver,
Palliatif care merupakan accses yang competent dan compassionet,
Mengembangkan professional dan social support untuk palliative care,
Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui
penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52 dalam Fitria 2010).
Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua, pegawai,
guru, staff sekolah dan petugas keseatan yang professional, Suport phisik,
emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya, elibatkan anak pada self care,
Anak memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi
penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai, Menyediakan
diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari anak dan
keluarga (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003: 42 dalam Fitria, 2010).

6. Adakah komplikasi pada kasus diatas? (Nawa)


Jawaban Sementara :
a. Edema
b. Kejang-kejang
c. Kematian mendadak (Meisy)
Jawaban Berdasarkan Sumber :
Dewi & Ella : Menurut Smar Patien, 2018 Otak merupakan organ vital.
Komplikasi tumor otak dapat membawa dampak buruk atau kerusakan
permanen yang menyebabkan cacat fisik, koma atau bahkan kematian pasien.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang perlu diingat:
a. Kemampuan kognitif dan logika yang lemah, kehilangan ingatan
b. Masalah dalam penglihatan, pendengaran, bau atau ucapan karena
kerusakan saraf
c. Koma
d. Stroke, lemah di lengan dan kaki, paraplegia
e. Gangguan hormonal, kebocoran cairan cerebrospinal
f. Kejang
g. Meningitis
h. Infeksi
i. Gangguan pada kandung kemih dan usus
j. Pneumonia
k. Perubahan kepribadian

7. Apa tindakan prioritas kita sebagai perawat dalam mengatasi kasus diatas?
(Meilan)
Jawaban Sementara :
Komunikasi terapaeutik
Lakukan perawatan paliatif
Mengatasi tanda dan gejala yang muncul (Titin)
Atasi terlebih dahulu kejang nya
Observasi tanda-tanda vital
Menenangkan Keluarga
Memberikan motivasi keluarga dan pasien untuk melaksanakan aturan dan
saran dokter (Meilan)
Jawaban Berdasarkan Sumber :
Nawa & Titin
Kemenkes (2013), menjelaskan prinsip pelayanan paliatif pasien kanker:
1) menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain,
2) menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal,
3) tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian,
4) mengintegrasikan aspek psikologis, social dan spiritual,
5) memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin,
6) memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
7) menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya,
8) menghindari tindakan sia-sia.
Perawatan paliatif berupaya meringankan penderitaan penderita yang sudah sakit
parah dan tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker stadium akhir, penderita
penyakit motor neuron, penyakit degeneratif saraf dan penderita HIV/AIDS. Pada
akhirnya penderita diharapkan dapat menjalani hari-hari sakitnya dengan semangat
dan tidak putus asa serta memberi dukungan agar mampu melakukan hal-hal yang
masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi spiritual penderita.
Perawatan paliatif lebih berfokus pada dukungan dan motivasi ke penderita.
Kemudian setiap keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk
mengurangi rasa sakit. Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu penderita
dan keluarganya bagaimana memberikan perhatian khusus terhadap penderita,
penanggulangannya serta kesiapan untuk menghadapi kematian.
Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendalian gejala dan keluhan, serta bukan
terhadap penyakit utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat disembuhkan.
Dengan begitu penderita terbebas dari penderitaan akibat kel uhan dan bisa
menjalani akhir hidupnya dengan nyaman.
Solha : Intinya perawatan ini lebih berupa dukungan dan motivasi ke
penderita. Perawatan paliatif bisa mengeksplorasi individu penderita dan
keluarganya bagaimana memberikan perhatian khusus terhadap penderita,
penanggulangannya serta kesiapan untuk menghadapi kematian. Langkah-
langkah dalam pelayanan paliatif (Kemenkes, 2013),adalah:
1. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
2. Memahami pasien dalam membuat wasiat atau keinginan terakhir
3. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek social
4. Tatalaksana gejala
5. Informasi dan edukasi
6. Dukungan psikologis, cultural dan social
7. Respon fase terminal
8. Pelayanan pasien fase terminal
Aktifitas perawatan paliatif pada penderita:
1. Membantu penderita mendapat kekuatan dan rasa damai dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
2. Membantu kemampuan penderita untuk mentolerir penatalaksanaan medis.
3. Membantu penderita untuk lebih memahami perawatan yang dipilih.
Aktifitas perawatan paliatif pada keluarga:
1. Membantu keluarga memahami pilihan perawatan yang tersedia.
2. Meningkatkan kehidupan sehari-hari penderita, mengurangi kekhawatiran
dari orang yang dicintai (asuhan keperawatan keluarga).
3. Memberi kesempatan sistem pendukung yang berharga.

STEP 4 : Pathway
Pasien tidak sadarkan diri disertai kejang (adanya peningkatan tekanan
intrakranial) akibat dari ada massa yang mendesak sel-sel di otak sehingga
mengakibatkan ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, setelah pasien sadar ia
mengatakan sebelumnya mengalami nyeri pada bagian kepala pada pagi hari dan
timbul diagnosa nyeri hebat dan menyebabkan mual dan muntah sehingga
mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Adanya massa di otak , dengan bertambahnya massa tersebut terjadilah obstruksi
sirkulasi cairan serebrum spinal, adanya cairan sehingga menjadi kelebihan cairan
sehingga aliran darah mengalami kerusakan dan jadi terhambat yang menjadi
tekanan intrakranial meningkat yang mengakibatkan munculnya diagnosa
kelebihan volume cairan. Dengan peningkatan TIK artinya adanya kerusakan
aliran darah terjadi penurunan volume darah ke intrakranial. Lalu jika terjadi
volume darah menurun sehingga tidak terkompensasi yang menyebabkan nyeri
akut di kepala. (Titin)
Dewi : peningkatan volume darah sehingga terjadi obstruksi vena yang dapat
mengakibatkan peningkatan TIK.
Putri : sebelum dari peningkatkan TIK, ada terjadi fase konstriksi
Hesty : Iritasi pada medulla oblongata yang merangsang reflek vagal yang
menyebabkan terjadinya mual muntah sehingga muncul diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi
Nawa : aphasia : karena terlalu sering
Ella : papiledema : pembengkakan pada optikus pada mata bisa terjadi dengan
gngguan saraf optikus kemudian terjadinya gangguan penglihatan yang
mengakibatkan resiko jatuh.
Meisy : karena adanya tekanan massa yang cairan menumpuk yang menyebabkan
pembengkakan pada optikus
Meilan : peningkatan tekanan disekitar otak, ketika tekanan disekitar otak
meningkat, area optic disc akan tertekan sehingga bagian ini membengkak.
Tekanan ini bisa terjadi karena peningkatan cairan serebrospinal.
12 sistem saraf nervus: apa saja yang terkena
Krn sirkulasi yang terhambat
Adanya Massa di otak

Obstruksi sirkulasi cairan serebrum spinal

Kelebihan cairan iritasi pada medulla oblongata

Kerusakan aliran darah & terhambat Merangsang refleks vagal Menekan hipoglosus

Fase Kontriksi Mual, Muntah


Aphasia

Peningkatan Penumpukan Ketidakseimbangan Nutrisi


TIK Cairan Kurang dari kebutuhan tbh
Kelebihan
Penurunan Volume Cairan Pembengkakan optikus (Papiledema)
Volume darah
Di intrakranial Gangguan Saraf
Nervus II & III
Tidak terkompensasi
Gangguan Penglihatan
Nyeri akut
Resiko Jatuh
STEP 5 : Learning Objective
1. Untuk mengetahui konsep dasar tumor otak (Solha)
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan paliatif pada pasien tumor otak (Debi)
3. Untuk mengetahui peran perawat paliatif pada pasien tumor otak (Julita)

STEP 6 : Belajar Mandiri

STEP 7 : Menjawab Pertanyaan


Untuk mengetahui konsep dasar Tumor Otak
A. Definisi

Tumor otak merupakan sebuah lesi desak ruang jinak atau ganas yang
terletak pada Intrakranial menempati ruang di dalam tengkorak atau tumbuh
didalam otak, meningen dan tengkorak.Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai
sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk
kedalam jaringan. Tumor otak adalah neoplasma mencakup neoplasma yang
berasal dari dalam otak, ms, serta tumor metatastik berasal dari tempat lain.
(Yunifita sari, 2014) (Nawa)

Penyakit tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam atau di


sekitar otak secara tidakwajar dan tidak terkendali, tumor otak merupakan
salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, disamping tumor spinal dan
tumor saraf perifer. Berdasarkan golongannya tumor dibagi menjadi 2 yaitu
tumor jinak dan tumor ganas (Setiyati, 2009 dalam Lestari, dkk, 2017) (Solha)

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak
(Rosa Mariono, 2020) (Titin)

B. Klasifikasi Tumor Otak

Menurut Nurarif tahun 2015 klasifikasi tumor, terbagi dua yaitu :

a. Tumor Jinak (Benigna)

- Tidak terdapat sel kanker

-Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang


-Batas tegas

-Bersifat tidak menginvasi ke jaringan sekitar tapi dapat menekan daerah


yang sensitive dari otak dan mengakibatkan gejala

b. Tumor Ganas (Maligna)

-Mengandung sel kanker

- Menganggu fungsi vital dan mengancam nyawa

-Tumbuh cepat dan menginvasi ke jaringan sekitar otak

- Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuh ke dalam


jaringan otak yang sehat (Meisy)

C. Etiologi

Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-
mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki
mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang
menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah
terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus
dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut
biasanya dapat memicu terjadinya kanker. (Doengoes, 2012) (Amalia)
D. PATOFISOLOGI TUMOR OTAK

Etiologi Pertumbuhan sel otak Tumor Otak


abnormal

Obstruksi sirkulasi cairan Massa dalam otak


serebrospinal dari Penekanan jaringan otak bertambah
ventrikel lateral ke sub
arachnoid
Penurunan suplai O2 ke Mengganggu spesifik
jaringan otak akibat bagian otak tempat
Hidrocafalus obstruksi sirkulasi otak
Timbul manifestasi
Kerusakan aliran darah klinis/ gejala local sesuai
Hipoksia cerebral
fokal tumor

Perpindahan cairan Resiko Ketidakefektifan


intravaskuler ke jaringan Tumor di cerebellum,
Perfusi Jaringan Otak
serebral hypothalamus,
fossaposterior
Kompensasi (butuh waktu
berhari-hari sampai
↑volume intrakranial
berbulan-bulan) dengan
cara :
↑ TIK - ↓ voleme darah
intrakranial
- ↓ volume cairan
Kelebihan Volume cerebro spinal
Cairan - ↓ kandungan cairan
intrasel
- Mengurangi sel-sel
Obstruksi sistem
parenkim
cerebral, obstruksi
drainage vena retina,
tumor pda lobus oksipital
Tidak terkompensasi Nyeri akut (Kepala)

Papiledema
Statis vena cerebral Kompresi subkortikal &
Kompresi saraf optikus batang otak
(N. III/IV)
Iritasi pusat vegal di Kehilangan auto regulasi
Gangguan penglihatan medulla oblongata serebral

Ketidakseimbangan
Resiko Jatuh Muntah
Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
(Nurarif & Kusuma, 2015) (Robbillah)

E. Manifestasi Klinis

1. Nyeri Kepala

Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, dan kadang-


kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi
lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan
intrakranial seperti membungkuk, batuk atau mengejan pada waktu buang
air besar. Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor.

1. Mual dan Muntah 

mual dan muntah terjadi akibat rangsangan/iritasi di medulla oblongata,


kadang-kadang juga dipengaruhi oleh asupan makanan. Muntah paling
sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak.

2. Papiledema 
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan pada saraf optikus.Menyertai papiledema dapat terjadi
gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis
fugaks.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan (2015) Gejala yang timbul pada tumor


otak adalah :

1. Sakit kepala hebat disertai muntah

2. Kejang

3. Penurunan fungsi kognitif (Putri)

Lokasi tumor otak dan gejala yang di timbulkan (Rikard, 2016) (Marhama)

No Lokasi tumor otak Gejala yang di timbulkan


Tumor Kortikal perubahan kepribadian, hemiparese kontra lateral,
1. (lobus frontal) kejang fokal, inkontinentia, sindrom foster kennedy,
afasia
Tumor Lobus parietal modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym,
2. sindrom gerstmann’s, kejang fokal

Tumor Lobus temporal Hemianopsi, halusinasi, hemiparese, afasia


3. choreoathetosis, parkinsonism.

Tumor Lobus oksipital Kejang, gangguan penglihatan


4.
Tumor di ventrikel ke peninggian tekanan intrakranial mendadak, nyeri
5. III kepala
penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.
Tumor di cerebello Gangguan fungsi pendengaran, Muntah, sakit kepala,
6. pontin angie Pusing, vertigo.

Tumor Hipotalamus Peningkatan tekanan intracranial, gangguan cairan dan


7.
elektrolit.
Tumor di cerebellum Peningkatan tekanan intracranial, Nyeri kepala khas
8. didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme
dari otot-otot servikal
Tumor fosa posterior gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
9. dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal
dari medulloblastoma

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pencitraan CT (CT Scan) untuk memberikan informasi spesifik yang


menyangkut jumlah, ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya
edema serebral sekunder, juga memberi informasi tentang system
ventrikuler.

2. MRI untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil. Umumnya untuk


mendeteksi tumor didalam batang otak didaerah hipofisis.

3. Angiografi serebral memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan


letak tumor serebral.

4. Elektroensefalogram(EEG)untuk mendeteksi gelombang otak abnormal


pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
5. Penelitian sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat dilakukan untuk
mendeteksi sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada SSP mampu
menggusur sel-sel kedalam cairan serebrospinal.

6. Pemeriksaan Laboratorium : LDH, Darah Lengkap, Hemostasis, Fungsi


hati, Ginjal, gula darah, serologi hepatitis B dan C, elektrolit lengkap
(Kementrian Kesehatan, 2015) (Debi)

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan berdasarkan Kementerian Kesehatan RI pada tahun


2015 :
1. Tatalaksana penurunan Intrakranial
2. Pembedahan
3. Radioterapi
4. Kemoterapi sistemik dan terapi target
5. Kemoterapi intratekal
6. Tatalaksana nyeri
7. Tatalaksana kejang
8. Terapi gizi
9. Terapi psikologi
10. Penilaian fungsional
11. Perawatan paliatif (Ella)

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien Tumor Otak


1. Pengkajian
a. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat,
penanggung jawab, dll
b. Riwayat kesehatan :
1) keluhan utama : Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2) Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengeluh nyeri kepala,
muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
3) Riwayat Kesehatan lalu : Klien pernah mengalami pembedahan
kepala
4) Riwayat Kesehatan Keluarga : Adakah penyakit yang diderita
oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor
otak.
c. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3
(Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1) Pernafasan B1 (breathing)
Bentuk dada : normal
Pola napas : tidak teratur 
Suara napas : normal
Sesak napas : ya
Batuk : tidak
Retraksi otot bantu napas : ya
Alat bantu pernapasan: ya (O2 2 lpm)
2) Kardiovaskular B2 (blooding)
Irama jantung : irregular
Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung : normal
Akral : hangat
Nadi : Bradikardi
Tekanan darah Meningkat
3) Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata)     : Penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
Pendengaran (telinga) : Terganggu bila mengenai lobus
temporal
Penciuman (hidung)  : Mengeluh bau yang tidak biasanya,
pada lobus frontal
Pengecapan (lidah)    : Ketidakmampuan sensasi (parathesia
atau anasthesia)
Gangguan neurologi :
a) Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif
atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
b) Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
c) GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang
diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan
rentang angka 1– 6 tergantung responnya yaitu :
Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
Verbal (respon verbal)
(5)   : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya
berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3)  : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata
masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya
“aduh…, bapak…”)
(2)   : Suara tanpa arti (mengerang)
(1)   : Tidak ada respon
Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku
diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di
sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
4) Perkemihan B4 (bladder)
Kebersihan : bersih
Bentuk alat kelamin : normal
Uretra : normal
Produksi urin: normal
5) Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan : menurun
Porsi makan : setengah
Mulut : bersih
Mukosa : lembap
6) Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Kemampuan pergerakan sendi : bebas
Kondisi tubuh: kelelahan
d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
2. Masalah Keperawatan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), diagnosa yang dapat
diangkat adalah :
a. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengatuan otak
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan
muntah, penurunan intake makanan
c. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intrakranial
d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai
darah ke jaringan otak
e. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), diagnosa yang dapat
diangkat adalah :
f. Kelebihan volume cairan
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
h. Nyeri akut
i. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
j. Resiko jatuh
4. Intervansi Keperawatan

Nursing Interventions Classification. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Trans.
6 ed.). Philadelphia: Mocomedia.
Nursing Outcome Classification. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC) (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Trans. 5 ed.).
Philadelphia: Mocomedia.
NANDA. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (B. A. Keliat, H. D.
Windarwati, A. Pawirowiyono & A. Subu, Trans. 10 ed.). Jakarta: EGC.
(Amalia, Meisy, Robbillah)

Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1. Kelebihan Volume Cairan NOC : Keseimbangan Cairan NIC : Manajemen


berhubungan dengan elektrolit/cairan
gangguan mekanisme 1. Untuk mengetahui
pengatuan otak 1. Monitor tanda-tanda kondisi keadaan pasien
Kriteria Hasil A T vital baik atau buruk
Data subjektif : Tekanan darah 4 5 2. Memantau peningkatan
Tn. A mengatakan tangan dan Keseimbangan 2 5 2. Timbang berat badan atau penurunan berat
kaki pasien terlihat bengkak intake dan output harian dan pantau gejala badan secara drastis
dalam 24 jam 3. Untuk menunjukkan
cairan atau dehidrasi
Berat badan stabil 4 5 3. Monitor perubahan
status paru/jantung yang
Data objektif : Turgor kulit 2 5
menunjukkan kelebihan
a. Keadaan umum : lemah Kelembapan 2 5 cairan/dehidrasi 4. Memantau intake dan
b. TTV : membran mukosa 4. Jaga pencatatan output agar
Tekanan darah : 100/60 intake/asupan dan output keseimbangan cairan
Hematokrit 3 5 yang akurat
mmHg pasien terkontrol
Nadi : 60 x/menit Skala Indikator : 5. Untuk meningkatkan
Pernapasan : 38 x/menit 5. Bantu pasien dengan fungsi mental pasien
1. Sangat terganggu
Suhu : 370C gangguan fungsi menurunkan
2. Banyak terganggu
c. Murmur (+) mental/fisik dalam stress/cemas terhadap
3. Cukup terganggu
d. Bunyi Jantung tambahan : S3 penurunan kekuatan penurunan aktivitas fisik
4. Sedikit terganggu
Gallop (+) fisik/koordinasi
5. Tidak terganggu
e. Edema tangan dan kaki (+)
f. Asites
Kriteria Hasil A T

Asites 2 5

Distensi vena 2 5
leher

Edema perifer 2 5

Pusing 3 5
Skala :

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Ketidakseimbangan nutrisi : NOC : Status nutrisi : Asupan NIC : Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh makanan dan cairan
1. Tentukan status gizi 1. Mengidentifikai
Definisi : Kriteria Hasil A T pasien dan kemampuan kekurangan dan
pasien untuk memenuhi penyimpangan dari
Asupan nutrisi tidak cukup Asupan 2 5
kebutuhan gizi kebutuhan terapeutik
untuk memenuhi kebutuhan makanan
2. Identifikasi adanya alergi 2. Mengidentifikai agar
metabolik secara oral
atau intoleransi makanan tidak terjadi hal-hal
Batasan Karakteristik : Asupan 2 5 yang dimiliki pasien yang tidak diinginkan
makanan karena klien memiliki
1. Kram abdomen secara tube alergi makanan
2. Nyeri abdomen feeding 3. Jika makanan yang
3. Gangguan sensasi rasa 3. Tentukan apa yang disukai pasien dapat
4. Berat badan 20% atau lebih Asupan cairan 2 5
menjadi preferensi dimasukkan dalam
dibawah rentang berat badan secara oral
makanan bagi pasien perencanaan makan,
ideal Asupan cairan 2 5 kerjasama ini dapat
5. Kerapuhan kapiler intravena diupayakan setelah
6. Diare pulang
7. Kehilangan rambut Asupan nutrisi 2 5
berlebihan parentral 4. Sangat bermanfaat
8. Enggan makan 4. Instruksikan pasien dalam perhitungan dan
Skala Indikator :
9. Asupan makanan kurang dari mengenai kebutuhan penyesuaian diet untuk
recommended daily 1. Tidak adekuat nutrisi (misalnya, memenuhi kebutuhan
allowance (RDA) 2. Sedikit adekuat membahas pedoman diet nutrisi klien
10. Bising usus hiperaktif 3. Cukup adekuat dan piramida makanan) 5. Meningkatkan rasa
11. Kurang infromasi 4. Sebagian besar adekuat 5. Ciptakan lingkungan nyaman dan klien tidak
12. Kurang minat pada makanan 5. Sepenuhnya adekuat yang optimal pada saat merasa terganggu
13. Tonus otot menurun mengkonsumsi makanan shingga terasa santai
14. Kesalahan informasi (misalnya, bersih, dan relax
15. Kesalahan persepsi NOC : Status Nutrisi : Asupan berventilasi, santai, dan
16. Membran mukosa pucat Nutrisi bebas dari bau yang
17. Ketidakmampuan memakan menyengat) 6. Dapat meningkatkan
makanan 6. Lakukan atau bantu nafsu makan
18. cepat kenyang setelah makan Kriteria Hasil A T pasien terkait dengan
19. Sariawan rongga mulut perawatan mulut
20. Kelemahan otot mengunyah Asupan kalori 2 5 sebelum makan 7. Agar pasien merasa
21. Kelemahan otot untuk Asupan protein 2 5 7. Anjurkan pasien duduk lebih terasa nyaman dan
menelan pada posisi tegak di saat makan lebih relax,
22. Penurunan berat badan Asupan lemak 2 5 kursi, jika jika pasien dapat duduk
dengan asupan makan Asupan 2 5 memungkinkan dengan baik
adekuat karbohidrat 8. Agar dapat
Faktor yang berhubungan : 8. Pastikan makanan meningkatkan nafsu
Asupan serat 2 5 disajikan dengan cara makan
yang menarik dan pada
Asupan diet kurang Asupan 2 5 suhu yang paling cocok
vitamin untuk konsumsi secara
Populasi beresiko optimal
Asupan 2 5
1. Faktor biologis 9. Monitor kalori dan
mineral
2. Kesulitan ekonomi asupan makanan 9. Bermanfaat dalam
Kondisi terkait Asupan zat 2 5 penrhitungan dan
besi penyesuaian diet untuk
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
mengabsorpsi nutrien Asupan kalium 2 5 10. Tawarkan makanan nutrisi pasien
2. Ketidakmampuan mencerna Asupan 2 5 ringan yang padat gizi 10. Agar diet dapat lebih
makanan natrium adekuat
3. Ketidakmampuan makan
4. Gangguan psikososial Skala Indikator :

1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat
3. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
dengan peningkatan TIK
 Kontrol nyeri  Manajemen Nyeri
Definisi : Kriteria Hasil : 1. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif 1. Untuk mengetahui nyeri
Pengalaman sensori dan KH T A yang meliputi lokasi, yang dirasakan pasien
emosional tidak menyenangkan karakteristik,
Mengenali kapan nyeri 5 1
yang muncul akibat kerusakan terjadi. onset/durasi, frekuensi,
jaringan aktual dan potensial kualitas, intensitas atau
Menggambarkan 5 1
atau yang digambarkan sebagai beratnya nyeri dan
faktor penyebab.
kerusakan faktor pencetus
Menggunakan 5 1 2. Pastikan perawatan
Batasan Karakteristik : analgesik bagi pasien
tindakan pencegahan.
- Bukti nyeri dengan dilakukan pemantauan
Menggunakan 5 1 yang ketat
menggunakan standar tindakan pengurangan
daftar periksa nyeri untuk 3. Gunakan strategi
nyeri tanpa analgesik. komunikasi teraupetik
pasien yang tidak dapat
untuk mengetahui 2. Agar perawatan yang
mengungkapkannya Menggunakan 5 1
pengalaman nyeri dan diberikan dilakukan
- Ekspresi wajah nyeri analgesik yang
sampaikan penerimaan dengan tepat
- Mengekspresikan perilaku direkomondasikan.
- Keluhan tentang intensitas pasien terhadap pasien.
4. Gali bersama pasien 3. Untuk mengetahui
menggunakan standar skala
faktor-faktor yang pengalaman nyeri yang
nyeri). Skala indikator :
dapat menurunkan atau dirasakan pasien
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan memperberat nyeri.
3. Kadang-kadang menunjukan 5. Berikan informasi
4. Sering menunjukan mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa 4. Untuk mengetahui faktor
5. Secara konsisten menunjukan
lama nyeri akan penyebab dan penghilang
dirasakan, dan nyeri
antisipasi dari
ketidaknyamanan 5. Agar pasien mengetahui
akibat prosedur . hal-hal tentang nyeri
6. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri.

7. Dorong pasien untuk


memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat.
 Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, 6. Agar pasien mengetahui
dan keparahan nyeri prinsip-prinsip
sebelum mengobati manajemen nyeri.
pasien 7. Agar pasien dapat
2. Cek perintah menangani nyerinya
pengobatan meliputi dengan tepat
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang 1. Mengetahui keadaan
diresepkan nyeri dan untuk
3. Cek adanya riwayat menentukan tindakan
alergi obat selanjutnya

2. Agar tidak terjadi


4. Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik kesalahan dalam
yang sesuai ketika lebih pemberian obat
dari satu diberikan
5. Tentukan analgesik
sebelumnya, rute
pemberian, dan dosis
untuk mencapai hasil
pengurangan nyeri
yang optimal 3. Untuk mengetahui
6. Pilih rute Intravena apakah klien memiliki
daripada rute alergi obat
intramuskular untuk 4. Agar analgesik yang
injeksi pengobatan diberikan sesuai
nyeri yang sering
7. Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
5. Agar mencapai hasil
memberikan analgesik
pengurangan nyeri
narkotik pada
yang optimal
pemberian dosis
pertama kali atau jika
ditemukan tanda-tanda
yang tidak biasanya
6. Agar pemberian obat
8. Dokumentasikan respon
lebih optimal
terhadap analgesik dan
adanya efek samping

7. Untuk mengetahui jika


ditemukan tanda-tanda
yang tidak biasanya

8. Agar setiap tindakan


didokumentasikan
4. Resiko ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan otak
berhubungan dengan KH T A  Monitor tekanan
Tekanan intrakranial 5 1 intrakarnial (TIK)
penurunan suplai darah ke 1. mengetahui dan
Tekanan darah 5 2 1. Bantu menyisipkan
jaringan otak memonitor TIK
sistolik perangkat pemantauan
DS : Tekanan darah 5 2
Ny.S mengatakan pasien TIK 2. mengetaui
diastolik 2. Monitor kualitas dan
mengalami penurunan kesadaran Nilai rata-rata tekanan 5 1 perkembangan kualitas
ketika masuk rumah sakit krakteristik gelombang dan karakteristik TIK
darah
TIK
Keadaan pingsan 5 1 3. Monitor tekanan darah 3. memantau TD pada otak
DO : Penurunan tingkat 5 1 aliran otak
 GCS : 4 kesadaran 4. Monitor jumlah 4. mengetahui jumlah
 Kesadaran stupor Refleks saraf 5 1 nilai,karakteristik output dari cairan
 Pasien tidak sadarkan terganggu pengeluaran cairan serebrospinal
Kognisi terganggu 5 1 serebrospina(CSF)
 KU : lemah
 Monitor : TTV 5. Monitor efek 5. memantau efek
TD : 220/130 mmhg Skala indicator : rangsangan di rangsangan di area pada
RR : 28 ×/mnt lingkungan pada TIK TIK
1.sangat terganggu
Nadi : 89 ×/mnt
Suhu : 36,6 °c 2.banyak terganggu

3.cukup terganggu

4.sakit terganggu

5.tidak terganggu
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap untuk mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna mencapai klie
n mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimilik
i oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi y
ang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan
saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan me
lakukan observasai sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kese
hatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008)
(Meilan)

5. Evaluasi
Menurut Asmadi (2008) evaluasi adalah tahap akhir dari proses ke
perawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara bersinambungan deng
an melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bias keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang reassessment. Ada
tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan
keperawatan
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian
tujuan jika klien emnunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang
telah ditetapkan.
c. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama seklai serrta dapat timbul masalah baru.
(Robbillah)
A. Perawatan Paliatif Pada Tumor Otak
a. Definisi Perawatan Paliatif
Definisi awal dari Definisi awal dari pengobatan paliatif mulai
dikenal di Inggris pada tahun 1987.
“Palliative medicine is the study and management of patients with
active, progressive, far-advanced disease for whom the prognosis is
limited and the focus of care is the quality of life.”

(Pengobatan paliatif merupakan suatu studi dan penanganan terhadap


pasien pasien dengan penyakit yang aktif, progresif dan lama yang
mana prognosisnya terbatas dan fokus perawatannya adalah pada
kualitas hidup).
Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan perawatan
paliatif sebagai berikut:
“Semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita, terutama
yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara
lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan
perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual”.

b. Tujuan Perawatan Paliatif


Masih menurut WHO, tujuan perawatan paliatif adalah untuk
mencapai kualitas hidup maksimal bagi penderita dan keluarga.
Perawatan paliatf tidak hanya diberikan bagi penderita menjelang
akhir hayatnya, namun sudah dapat dimulai segera setelah diagnosis
penyakit (kanker) di tegakkan, dan dilaksanakan bersama dengan
pengobatan kuratif. Lebih lanjut lagi, Organisasi Kesehatan Dunia
menekankan bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar,
berikut ini:
1. Meningkatkan kulaitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5. Mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Mengusahakan membantu mengatasi suasana duka cita pada
keluarga Sehingga dari uraian diatas, jelas bahwa pemanfaatan sistem
perawatan medis memegang peranan penting untuk diterapkan dalam
prinsip perawatan paliatif.

c. Peranan Perawatan Paliatif Penyakit Tumor


Disuatu pusat penanggulangan penyakit tumor, biasanya
penderita terbanyak adalah pasien stadium paliatif. Dianut pengertian
bahwa:
1. Kelanjutan dan kesinambungan perawatan adalah hal yang sangat
penting dan diutamakan. Tim paliatif harus dikenal oleh penderita
dan keluarga, dan berperan sebagai sumber unformasi dan sumber
dukungan mental
2. Nyeri dan gejala lain dievaluasi secara cermat dan didokumentasi
sehingga perkembangannya dapat dikontrol. Protokol untuk
pengawasan perawatan di rumah diberikan kepada pelaku rawat
(care giver)
3. Tim paliatf harus dapat menganalisis dan menentukan prioritas
penyelesaian, bila ada masalah yang tekait dengan pasien,
keluarga, dan upaya medis
4. Perawatan di rumah penderita harus dipersiapkan dengan matang.
Penyuluhan kepada penderita dan keluarga telah dimulai sejak
penderita berkonsultasi dengan pihak rumah sakit. Tim perawat
dan terapis untuk perawatan di rumah segera dipersiapkan,
termasuk jadwal kunjungan rumah. Ikatan antara rumah dakit
dengan penderita di rumah selalu terjalin, lebih baik lagi, bila
dokter keluarga menjadi jembatan dalam ikatan ini

d. Masalah-Masalah Sosial Pasien dan Anggota Keluarga Pasien


dalam Perawatan Paliatif
Hubungan dengan orang lain, baik itu keluarga maupun teman,
memiliki pengaruh yang besar untuk mengatasi permasalahan tentang
penyakit kanker yang menimpa pasien. Tanpa perlindungan yang
cukup, hubungan yang erat membentuk sebuah alat untuk melawan
stress karena penyakit yang dideritanya. Berikut ini adalah masalah
sosial pasien:
1. Masalah dalam hubungan antar pribadi
a) Karena reaksi pasien terhasap penyakitnya : seperti kecemasan,
ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi, antisipatoris,
mengeluh
b) Karena reaksi orang lain terhadap penyakit pasien : seperti
kecemasan, ketakutan, amarah, merasa bersalah, depresi,
antisipatoris, mengeluh
c) Membuat masalah antar pribadi menjadi lebih buruk dari
sebelum sakit
d) Masalah pernikahan
e) Ketidak-sepakatan mengenai terapi anti kanker
2. Masalah Keluarga
Keluarga dari pasien yang terkena penyakit kanker akan rentan
merasakan ketegangan dan tekanan, baik secara psikis dan fisik.
Akan terlihat lebih nyata bila pasien dirawat di rumah tetapi bisa
diseimbangkan dengan penyesuaian diri lebih mudah setelah
kematian pasien dan perasaaan dalam tenang sesuatu yang
bermanfaat dalam merawat pasien di rumah.
a) Pergantian peran
Kondisi yang menurun, membuat tugas-tugas yang biasanya
pasien dapatkan didalam keluarga akan digantikan oleh orang
lain terutama dalam hal finansial, sehingga seorang pasien
dapat merasa tidak berguna, terisolasi dan depresi
b) Peran baru
Keluarga pasien mendapat peran baru dalam merawat pasien di
rumah, terutama dalam hal mengganti baju, keperluan toilet
pasien yang sebelumnya diajari oleh orang-orang yang lebih
orofesional sehingga keluarga tentang merasa cemas apabila
ternyata terdapat

kesalahan dalam merawat pasien serta tidak dapat


mengantiipasi masalah yang mungkin muncul.
c) Koping mekanisme bagi yang tidak dapat menyesuaikan diri
Seperti halnya pasien individual, koping mekanismenya oleh
keluarga yang memungkinkan menderita secar tertutup
daripada menguranginya. Sebuah keluarga yang terlalu
melindungi memungkinkan untuk mencoba untuk mem-blok
komunikasi dari tim pelayanan kesehatan, membiarkan pasien
dengan kecemasan atau ketidakpastian dan perasaan terisolasi.
d) Kelelahan
Kelelahan secara psikologis dan fisik terjadi berulangkali
didalam anggota keluarga pasien yang tidak mungkin
terselamatkan.
3. Peningkatan Masalah Fisik dan Psikis dengan Perkembangan
Penyakit

e. Ketakutan akan Kematian dan Tahapan dalam Menghadapi


Penyakit Tumor Stadium Lanjut (IV)
Ketika menengok masa lampau dan mempelajari budaya serta
masyarakat kuno, kita akan terkesan mengetahui bahwa kematian
tidak disukai, dan mungkin akan terus demikian. Pasien yang
menjelang ajal harus melalui banyak tahap dalam perjuangannya untuk
menerima penyakit dan kematiannya, kemungkinan selama beberapa
waktu ia menolak berita buruk tersebut dan terus bersikap seolah-olah
ia sehat dan sekuat sebelum ia sakit.
Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis
dan sosial yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal, telah
mengidentifikasi lima tahap yang mungkin dilewati oleh pasien
penyakit terminal, yang divonis tidak akan hidup lama lagi, yaitu:
1) Tahap Kaget
Biasanya hal ini sudah dilalui oleh penderita penyakit terminal
(terminal- ill). Tetapi adakalanya mereka masih juga “kaget” dan
tidak percaya bila diberitahu atau menyadari kondisi sebenarnya.
Dalam situasi ini penderita tampak kebingungan bahkan yang
bersangkutan dapat melakukan segala sesuatu tanpa disadari atau
tampak seperti orang

linglung. Kecelakaan mudah terjadi pada saat ini. Adakalanya


orang- orang tertentu ingin menyendiri untuk mengumpulkan
energi mental dan ingin membuat rencana masa depannya.
2) Tahap Penolakan
Pada tahap ini penolakan sering terjadi tidak saja pada penderita
tetapi juga pada keluarga. Untuk perawatan yang berkualitas
sebaiknya keluarga diberi penerangan-penerangan yang intensif
agar timbul kesadaran dan tidak lari darikenyataan.
3) Tahap Amarah
Pada tahap ini penderita marah-marah dan tidak jarang
menyalahkan keluarga, tim medis bahkan Tuhan atau takdir yang
diterimanya. Kondisi yang hipersensitif dan ledakan emosi tidak
jarang menjemukan keluarga bahkan tim medis, yang tidak jarang
diakhiri dengan saling balas- membalas oleh anggota tim.
4) Tahap Tawar-Menawar
Pada tahap ini tampak sekali penderita berada dalam konflik antar
“mengetahui” ajal mendekat dengan keinginan menyelesaikan
tujuan hidup. Dalam fase ini ada juga perasaan takut sekarat, takut
mati dan takut pergi sendirian. Untuk itu masukan-masukan
keagamaan sudah harus diperhatikan.
5) Tahap Depresi
Disini penderita pasif sekali bahkan ada yang melakukan
penelantaran diri bahkan percobaan bunuh diri. Pada umumnya
untuk para Dokter, ini adalah “tanda-tanda” ajal makin mendekat.
Adakalanya dalam keadaan depresi, orangorang ingin menyendiri
untuk mengumpulkan sisa tenaga dan pemikiran membuat
keputusan yang tepat.
6) Tahap Pasrah
Sebetulnya bila seseorang mendekati ajalnya maka ia akan sampai
ke tahap pasrah. Pada tahap ini bila ia masih memiliki kekuatan
fisik dan kejernihan berpikir maka masih ada harapan untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Lebih lanjut lagi, Ross (dalam
Zastrow, 1996) mencatat bahwa tidak setiap orang akan
mengalami kemajuan ketika

melewati tahap-tahap tersebut, seringkali terjadi perubahan yang


amat tidak diduga dan malah mengalami kemunduran ke tahap
sebelumnya. Misalnya, seorang pasien akan dapat mengatasi
tahap penolakan menjadi depresi, menjadi kegusaran dan
kemarahan, dan kembali lagi ke penolakan, kemudian menjadi
tawar-menawar, depresi, dan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Indra Gunawan & Panggabean, Reggy.(2016). Pengelolaan Tekanan


Tinggi Intrakranial pada Stroke. Bandung. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Hasan Sadikin. Jurnal CDK-238/ vol.43
no.3

Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Jurnal
Kesehatan, Volume VII, Nomor 3, hlm 508-513.
file:///C:/Users/8/Downloads/237-643-1-SM.pdf

Aulina, dr. Susi, Sp.S(K), dkk. (2016). Modul Lemah Separuh Badan.Makasar.
Sistem Neuropsikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Brocklehurts. (2010). Textbook of Geriatric Medicine and Gerontology (Seventh


Edition) Pages 484-497.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781416062318100625.
Doengoes, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2012). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Fitria, Cemy Nur. (2010). Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal
GASTER, Vol. 7 No. 1. http://jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/58/55
Kementerian Kesehatan (2015). Panduan Penatalaksanaan Tumor Otak. Komite
Penanggulangan Kanker Nasional.
Krisanti, Yulia. (2015). Jaringan embrional dan Jaringan Lemak.
http://prezi.com/m/toyfbfmwfvkt/jaringan-embrional/
NANDA. (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 (B. A. Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono
& A. Subu, Trans. 10 ed.). Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.
Nursing Interventions Classification. (2016). Nursing Interventions Classification
(NIC) (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Trans. 6 ed.). Philadelphia:
Mocomedia.
Nursing Outcome Classification. (2016). Nursing Outcome Classification (NOC)
(I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Trans. 5 ed.). Philadelphia:
Mocomedia.
Simatupang, Tri Ambar Widya. (2017). Implementasi Perawatan Paliatif oleh
Perawat pada Penderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Murni
Teguh.Medan. Universitas Sumatera Utara

Smar Patien. (2018). Brain Tumor (Tumor Otak). Hospital Authority

Soeroso, Dr. Ahmadi. (2017). Papilloedema. Surakarta. Bagian Ilmu Penyakit


Mata Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta Sebelas
Maret/RSUP Mangkubumen.Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 16.

Susanti, Ellis. (2011). Anatomi Otak.Lampung. Universitas Lampung

Widyana, Ardita Pandu. (2016) Hubungan Kualitas Pelayanan Perawat Dengan


Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap. Palembang.Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP

Anda mungkin juga menyukai