Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN JIWA PADA TN.AF DENGAN DIAGNOSA RESIKO

PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH:
JITRO JOWA RENGU
NIM: 2019611004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2020

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 1


LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih
terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat
menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang
sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007).
Perilaku kekerasan atau agresif adalah bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis .Perilaku kekerasan merupakan
suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik ,baik pada diri sendiri maupun orang lain.Perilaku kekerasan biasanya
muncul perasaan marah, jengkel, emosi, kecewa yang timbul yang ditandai dengan
mengepal,melotot,pandangan tajam,bicara keras dan kasar (Afnuhhazi,2015)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan


yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana
individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

B. PENYEBAB

1. Faktor Predisposisi

1) Faktor Biologis

Neurologi faktor, beragam komponen dari sistem syaraf mempunyai peran


memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan
mempengahuri sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulus
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 2
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. Genetik faktor, adanya faktor
gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif.
2) Cyrcardian Rhytm

Cyrcardian rythm memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada


jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortsiol terutama pada jam -jam
sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar
jam 09.00 dan jam 13.00. pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi
untukbersikap agresif.
3) Biochemistry
Faktor (faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di ota(epinephrine,
norephinephrine, asetikolin dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian
informasi melalui system persyarafan dalam tubuh.

4) Brain Area Disorder

Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor
otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi di temukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindakan kekerasan.
2. Faktor Psikologis
a. Teori psikonalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat di pengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia
0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan
air susu yanag cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasa sebagai konpensansi ketidakpuasannya. Tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah.
b. Imitation
Modeling and information processing theory, menurut teori ini perilaku kekerasan
bisa berkembang dalam lingkungan yang menolerir kekerasan.
c. Learning theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan merupakan hasil belajar dari individu
terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ibu saat marah.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 3


3. Faktor Sosial Budaya
1) Latar Belakang Budaya
a) Budaya
permissive: Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
2) Agama dan Kenyakinan

a) Keluarga yang tidak solid antara nilai keyakinan dan


praktek,serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.
b) Kenyakinan yang salah terhadap nilai dan kepercayaan tentang marah dalam
kehidupan. Misal Yakin bahwa penyakit merupakan hukuman dari Tuhan.
3) Keikutsertaan dalam Politik
a) Terlibat dalam politik yang tidak sehat

b) Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan politik)


4) Pengalaman sosial
a) Sering mengalami kritikan yang mengarah pada penghinaan.
b) Kehilangan sesuatu yang dicintai (orang atau pekerjaan).
c) Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
d) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
e) Sulit memperhatikan hubungan interpersonal.
5) Peran sosial
a) Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
b) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
c) Perubahan status dari mandiri ketergantungan (pada lansia)
d) Praduga negatif.
6) Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi marah.

4. Faktor Presipitasi
Yosep (2011) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku keerasan seringkali
berkaitan dengan :
a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalammengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 4


kekerasan dalam menyelesaikan konflik Ketidaksiapan seorang ibu dalam
merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang
yang dewasa.
d. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangankeluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan,
dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 5
D. AKIBAT

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai


diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

E. PENATALAKSANAAN

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 6


F. POHON MASALAH

Resiko Tinggi Mencederai, Orang Lain, dan


Lingkungan

Perilaku Kekerasan PPS :


Halusinasi

Regimen
Terapeutik
Inefektif

Harga Diri Rendah Isolasi Sosial :


Kronis Menarik Diri

Koping Keluarga
Tidak Efektif Berduka
Disfungsional

Gambar 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan


Sumber : (Fitria, 2010)

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muk amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 7


2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang digunakan untuk
diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan Saudara. Tindakan yang harus Saudara lakukan
dalam rangka membina hubungan salig percaya adalah
mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 8


interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali
bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi
di masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual
maupun intelektual.
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa
dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku
kekerasan baik secara fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik napas
dalam), obat-obat-obatan, sosial atau verbal (dengan
mengungkapkan kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual
(salat atau berdoa sesuai keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara
tepat.
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 9


c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.
4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
a. SP I Pasien
Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku kekerasan dan
mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
b. SP 2 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
c. SP 3 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
d. SP 4 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
e. SP 5 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
f. SP 1 Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien
perilaku kekerasan di rumah
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatanyang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku
kekerasan antara lain
a. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku keekrasan.
b. Klien dapat membina hubungan saling pecaya.
c. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukakannya.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 10


e. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.
f. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
i. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
j. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.
(Fitria, 2010).

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 11


DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan ,
138-139.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 12


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Resiko Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida
& Yudi, 2011).
Perilaku kekerasan atau agresif adalah bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis .Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik ,baik pada diri sendiri maupun orang lain.Perilaku
kekerasan biasanya muncul perasaan marah, jengkel, emosi, kecewa yang
timbul yang ditandai dengan mengepal,melotot,pandangan tajam,bicara keras
dan kasar (Afnuhhazi,2015)
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan
masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan
yang dapat menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak
langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007).
2. Rentang Respon
Rentang respon
Adaptif Maldaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif

Amuk/PK Gambar II.1.Rentang Respon Perilaku


Kekerasan Sumber : (Fitria, 2010)

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 13


Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentan adaptif-
maladaptif, dapat digambarkan sbb :
 Asertif adalah mengungkapkan marah tampa melukai orang
lain, melukai perasan orang lain atau tanpa merendahkan harga
diri orang lain.
 Pasif adalah respon dimana individu tidak dapat
mengungkapkan perasaan yang dialami.
 Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai
tujuan atau keinginan
 Agresif adalah perilaku yang menyertai marah namun masih
dapat dikontrol individu.
 Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat
disertai kehilangan kontrol diri.

3. Penyebab
4. Faktor Predisposisi

1) Faktor Biologis

Neurologi faktor, beragam komponen dari sistem syaraf


mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengahuri sifat
agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulus
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. Genetik
faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif.
2) Cyrcardian Rhytm

Cyrcardian rythm memegang peranan pada individu. Menurut


penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami
peningkatan cortsiol terutama pada jam -jam sibuk seperti
menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 09.00 dan jam 13.00. pada jam tertentu orang
lebih mudah terstimulasi untukbersikap agresif.
3) Biochemistry
Faktor (faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di
ota(epinephrine, norephinephrine, asetikolin dan serotonin) sangat

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 14


berperan dalam penyampaian informasi melalui system persyarafan
dalam tubuh.

4) Brain Area Disorder


Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom
otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis,
epilepsi di temukan sangat berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindakan kekerasan.
5. Faktor Psikologis
d. Teori psikonalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat di pengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana
anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan
air susu yanag cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konpensansi
ketidakpuasannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah.
e. Imitation
Modeling and information processing theory, menurut teori
ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan
yang menolerir kekerasan.
f. Learning theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan merupakan hasil belajar
dari individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati
bagaimana respon ibu saat marah.
6. Faktor Sosial Budaya
1) Latar Belakang Budaya
a) Budaya
permissive: Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima.
5) Agama dan Kenyakinan
a) Keluarga yang tidak solid antara nilai keyakinan
dan praktek,serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 15
rusak.
b) Kenyakinan yang salah terhadap nilai dan kepercayaan
tentang marah dalam kehidupan. Misal Yakin bahwa
penyakit merupakan hukuman dari Tuhan.
6) Keikutsertaan dalam Politik
a) Terlibat dalam politik yang tidak sehat
b) Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan politik)
4 Pengalaman sosial
a) Sering mengalami kritikan yang mengarah pada
penghinaan.
b) Kehilangan sesuatu yang dicintai (orang atau
pekerjaan).
c) Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
d) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
e) Sulit memperhatikan hubungan interpersonal.
7) Peran sosial
a) Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
b) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
c) Perubahan status dari mandiri ketergantungan (pada lansia)
d) Praduga negatif.
8) Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi marah.

4. Faktor Presipitasi
Yosep (2011) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
keerasan seringkali berkaitan dengan :
f. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
g. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
h. Kesulitan dalammengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya
dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang
yang dewasa.
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 16
i. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
j. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangankeluarga.

5 Tanda gejala
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 17


6 Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan

III. A. POHON MASALAH

Resiko mencederai effect


diri,orang lain dan
lingkungan

Risiko perilaku Core problem


kekerasan/PK

Gangguan konsep diri causa

(sumber : keliat. B.A.,2009)

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


File Terlampir bagian bawah

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3. Waham

V. STRATEGI PELAKSANAAN
File terlampir bagian bawah
DAFTAR PUSTAKA
Terlampir

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 18


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
GANGGUAN/ RISIKO GANGGUAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.AF (L) Tanggal Dirawat : 2 april 2016
Umur : 27 tahun
Pendidikan: STM
Agama : Islam
Status : belum menikah Tanggal Pengkajian : …………….............
Alamat : desa pana, kec.Alla Ruang Rawat : …………………….
Pekerjaan : kuli bangunan Sumber Informasi : ..................................
Jenis Kel. : laki-laki
No RM : ………………………

ALASAN MASUK

Pasien mengamuk, dialami sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu tetapi tidak terus menerus dan
memberat 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.

II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI


Pasien masuk rumah sakit 2 april 2016 dengan keluhan mengamuk, Dialami sejak ±1 tahun yang
lalu tetapi tidak terus menerus dan memberat 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
sering keluar meninggalkan rumah tanpa tujuan yang jelas dan sering memukul orang.
Pasien mengaku sering mendengar bisikan-bisikan dan kadang melihat bayangan naga.
Pasien sering bicara sendiri. Pasien juga merasa sering mengeluh sakit kepala dan badan
terasa panas. Pasien mempunyai riwayat berobat tidak teratur.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 ya
Jika Ya,Jelaskan:
Pasien menderita penyakit malaria pada tahun 2015 dan Mengamuk dialami sejak ±1
tahun yang lalu tetapi tidak terus menerus.
Diagnosa Keperawatan / masalah keperawatan: Perilaku kekerasan
2. Pengobatan sebelumnya
 Kurang berhasil
Jelaskan:
Pasien mempunyai riwayat minum obat tidak teratur
Diagnosa Keperawatan / masalah keperawatan:-

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 19


3. Pernah mengalami Penyakit Fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)

 Tidak

Bila Ya, jelaskan : -

Diagnosa Keperawatan / masalah keperawatan: -

 RIWAYAT TRAUMA

Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


1. Aniaya fisik tidak terkaji
2. Aniaya seksual tidak terkaji
3. Penolakan tidak terkaji
4. Kekerasan dalam keluarga tidak ada
5. Tindakan kriminal tidak terkaji

Jelaskan:
Tidak terkaji
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (Bio,Psiko,Sosio, Kultural dan
Spiritual)
Tidak terkaji
Diagnosa Keperawatan : -

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
 Tidak
Kalau ada :-
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan :-

Diagnosa Keperawatan: -

IV. PEMERIKSAAAN FISIK


Tanggal : ……………….
1. Keadaan umum : sering mendengar bisikan-bisikan dan kadang melihat bayangan
naga, pasien sering bicara sendiri dan sering memukul orang.
2. Tanda vital: tidak terkaji
TD : 120/80 mm/Hg
N : 82 x/m
S : 36,4 oC
P : x/m
3. Ukur: BB : 65 kg TB : 165cm
 Turun
 Naik

4. Keluhan fisik:
 Tidak

Jelaskan
Tidak terkaji

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 20


5. Pemeriksaan Fisik : (head to toe)
Tidak terkaji

Diagnosa Keperawatan :-

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal serumah

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 21


2. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Tidak terkaji
b. Identitas : Sebelum sakit pasien pernah sekolah sampai tamat STM dan bekerja di
papua sebagai kuli bangunan
c. Peran : klien berusia 27 tahun dan belum menikah, tinggal bersama ibu
kandungnya
d. Ideal diri : tidak terkaji
e. Harga diri : tidak terkaji

Diagnosa Keperawatan :-

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Ibu dan 2 adik laki-lakinya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Tidak terkaji
Diagnosa Keperawatan :-

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam
b. Kegiatan ibadah
Tidak terkaji
Diagnosa Keperawatan: -

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan:
Tidak terkaji

Diagnosa Keperawatan:-
2. Kesadaran
 Menurun:
 Compos mentis
 Meninggi
 Hipnosa
 Gangguan Tidur: tidak terkaji
 Disosiasi:tidak terkaji
 Berubah
 Gangguan perhatian

Jelaskan: tidak terkaji


Diagnosa Keperawatan:-
3. Orientasi
 Waktu
 Tempat
 Orang
Jelaskan:
Orientasinya baik dilihat dari taraf pendidikan sesuai dengan pengetahuan

Diagnosa Keperawatan:-
Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 22
4. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Apatis
 Lambat
 Membisu
 Tidak mampu memulai pembicaraan
 Lain-lain………..
Jelaskan:
Pemeriksaan dengan pembicaraan spontan, volume dan intonasi biasa
Diagnosa Keperawatan: -
5. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
 Hipokinesia, hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea
Jelaskan:
Sikap pasien cukup kooperatif. Pengendalian impuls cukup
Peningkatan :
 Hiperkinesia,hiperaktifitas
 Gagap
 Stereotipi
 Gaduh Gelisah Katatonik
 Mannarism
 Katapleksi
 Tik
 Ekhopraxia
 Command automatism
 Grimace
 Otomatisma
 Negativisme
 Reaksi konversi
 Tremor
 Verbigerasi
 Berjalan kaku/rigid
 Kompulsif : sebutkan ………………….
Jelaskan : tidak terkaji

Diagnosa Keperawatan :-

6. Persepsi – Sensorik
Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 depersonalisasi berupa merasakan bayangan naga yang masuk kedalam
tubuhnya
 Ilusi
 Ada
 Tidak ada
Depersonalisasi
 Ada
Derealisasi
 Tidak ada

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 23


Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
 Tidak ada

Jelaskan:
Tidak ada (Pengendalian impuls cukup)
Diagnosa Keperawatan :-

7. Proses Pikir
a. Arus Pikir
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkumstansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilangan asosiasi
 Bicara lambat
 Flight of idea
 Bicara cepat
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
 Afasia
 Asosiasi bunyi
 Lain-lain ……………………
Jelaskan: Tidak ada masalah karena proses pikirnya koheren
Diagnosa Keperawatan:-

b. Arus Pikir
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 Pikiran Bunuh Diri
 Preokupasi
 Pikiran Isolasi sosial
 Ide yang terkait
 Pikiran Rendah diri
 Pesimisme
 Pikiran magis
 Pikiran curiga
 Fobia,sebutkan…………..
 Waham
 Agama
 Somatik/hipokondria
 Kebesaran
 Kejar/curiga Terdapat gangguan proses berpikir berupa waham
kejaran
 Nihilistik
 Dosa
 Sisip pikir
 Siar piker
 Kontrol pikir
 Lain lain

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 24


c. Bentuk Pikir
 Realistik
 Non Realistik
 Dereistik
 Otistik
Jelaskan : Pasien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan dan suara naga
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Auditorik

8. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang
 Defensif
Jelaskan : Pada saat wawancara dengan pasien didapatkan pasien cukup tenang.
Diagnosa Keperawatan : Tidak tedapat masalah keperawatan

9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
 Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
 Amnesia
 Paramnesia:
 Konfabulasi
 Dejavu
 Jamaisvu
 Fause reconnaissance
 hiperamnesia
Jelaskan : Tidak Terdapat gangguan daya ingat
Diagnosa Keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Tidak terdapat masalah pada tingkat konsentrasi dan berhitung

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan : Tidak terdapat masalah pada kemampuan penilaian

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Pasien merasa sakit dan membutuhkan pertolongan

Diagnosa Keperawatan :-

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 25


VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan: Tidak Ada masalah

2. BAB/BAK
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan: Tidak Ada masalah
3. Mandi
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan : Tidak Ada masalah

4. Berpakaian/berhias
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan: Tidak Ada masalah

5. Istirahat dan tidur


 Tidur Siang, Lama : ____________ s/d _____________
 Tidur Malam, Lama : _____________ s/d _____________
 Aktifitas sebelum/sesudah tidur : __________ , _________
Jelaskan: Pasien jarang tidur pada malam hari

6. Penggunaan obat
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan: Farmakoterapi: Haloperidol 15 mg 3x1 (0-0-1) tetapi tidak teratur
minum obat
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan V 
Sistem pendukung  

8. Aktifitas dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan  V 
Menjaga kerapihan rumah  V
Mencuci Pakaian  V
Pengaturan keuangan  V

9. Aktifitas di luar rumah


Ya Tidak
Belanja  V
Transportasi  V
Lain-lain V 

Jelaskan : Sering keluar rumah

Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alkhohol

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 26


 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Menciderai diri
 Lain-lain……………  Lain-lain sering memukul orang
lain

Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Tidak terkaji
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Sering memukul orang lain
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
klien tamat STM
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
klien pernah bekerja sebagai kuli bangunan di papua
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Sering keluar rumah
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Tidak terkaji
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Tidak terkaji
 Masalah lainnya, spesifiknya
Tidak ada

Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

VIII. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
 Penyakit/gangguan jiwa
 Sistem pendukung
 Faktor presipitasi
 Mekanisme koping
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
 Lain-lain, jelaskan

Jelaskan :
Klien mempunyai riwayat penyakit malaria Pada tahun 2015 dan tidak teratur dalam
pengobatan.

Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan

IX. ASPEK MEDIS


Diagnosis medik: skisofrenia paranoid (F20.0)
Terapi medik: Haloperidol 15 mg 3x1 (0-0-1)

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 27


ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. DS: Ibu pasien mengatakan klien Resiko Perilaku kekerasan
sering bicara sendiri dan keluar
rumah tanpa tujuan pasti dan sering
memukul orang.

DO: Mempunyai riwat bahwa


Pasien sering keluar
meninggalkan rumah tanpa tujuan
yang jelas dan sering memukul
orang.

2. DS:pasien mengaku sering Gangguan persepsi sensori: Halusinasi


mendengar bisikan-bisikan dan
kadang melihat bayangan
naga,pasien sering bicara sendiri

DO: Trdapat gangguan persepsi


halusinasi auditorik dan visual,
terdapat juga gangguan
dipersonalisasi berupa merasakan
bayangan naga yang masuk
ketububhnya

3. DS: Ibu pasien mengatakan bahwa Waham


pasien sering bicara sendiri dan
keluar rumah tampa tujuan yang
pasti.

DO: Terdapat gangguan proses


berpikir berupa waham kejaran dan
pengendalian impuls cukup.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 28


X. POHON MASALAH

Resiko mencederai effect


diri,orang lain dan
lingkungan

Risiko perilaku Core problem


kekerasan/PK

Gangguan konsep diri causa

(sumber : keliat. B.A.,2009)

XI. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3. Waham

XII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3. Waham

Malang,25 Juni 2020


Perawat yang mengkaji

Jitro Jowa Rengu


NIM: 2019611004

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 29


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien :Tn.AF


No. Reg. :
No
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx
1 RESIKO PERILAKU Pasien : J
KEKERASAN Tujuan : Pasien Mampu I
T
1. Mengidentifikasi penyebab, P1 R
O
tanda dan gejala, serta 1. Jelaskan penyebab, tanda dan gejala, serta akibat
akibat dari perilaku dari perilaku kekerasan
kekerasan 2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal,
2. Mengontrol PK fisik 1 spiritual.
(tarik nafas dalam) dan 2 3. Latih cara mengontrol PK fisik 1 (tarik nafas
(pukul kasur atau bantal). dalam) dan 2 (pukul kasur atau bantal).
3. Mengontrol PK dengan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
obat (jelaskan 6 benar: P2
jenis, guna, dosis, 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2. Beri pujian.
frekuensi, cara, kontinuitas 2. Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6
minum obat). benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
4. Mengontrol PK secara minum obat).
verbal (3cara yaitu: 3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 30


mengungkapkan, meminta, dan minum obat.
menolak dengan benar). P3
5. Mengontrol PK secara 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2, dan obat.
spiritual (2 kegiatan). Beri pujian.
2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara
yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan
benar).
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik
minum obat, dan verbal.
P4
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2, obat dan
verbal. Beri pujian.
2. Latih cara mengontrol PK secara spiritual (2
kegiatan).
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat, verbal dan spiritual.
P5
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2, minum obat,
verbal dan spiritual dan berikan pujian.
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri.
3. Nilai apakahPK terkontrol.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 31


Tujuan : Keluarga Mampu
Keluarga
P1
1. Mengenal masalah perilaku
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
kekerasan.
klien.
2. Mengambil keputusan
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses
merawat pasien
terjadinya PK (gunakan booklet).
3. Menciptakan lingkungan
3. Jelaskan cara merawat PK.
yang terapeutik bagi pasien
4. Latih 1 cara merawat PK: fisik 1, 2.
resiko perilaku kekerasan
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
4. Memanfaatkan pelayanan
memberikan pujian.
kesehatan untuk follown up
P2
kesehatan
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih
pasien fisik 1, 2. Beri pujian.
2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberi pujian.
P3
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih
pasien fisik 1, 2 dan memberikan obat. Beri pujian.
2. Latih cara membimbing verbal/bicara.
3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 32


4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberi pujian.
P4
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih
pasien fisik 1, 2 dan memberikan obat, verbal dan
spiritual. Beri pujian.
2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberi pujian.
P5
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih
pasien fisik 1, 2 dan memberikan obat, verbal dan
spiritual dan follow up. Beri pujian.
2. Nilai kemampuan merawat pasien.
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke
PKM.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 33


NO Tanggal
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
Dx & Jam

1. Data Pasien: S:
DS: Pasien:
Pasien sering keluar meninggalkan Pasien mengatakan mau mengikuti
rumah tanpa tujuan yang jelas dan intruksi perawat

sering memukul orang.


Keluarga:
Keluarga pasien mengatakan senang karena
DO:
telah di jelaskan pengertian, tanda
 Pasien mempunyai riwayat
dan gejala, dan proses terjadinya PK
memukul orang lain.
dan cara menanganinya
 Pasien tampak gangguan
O:
persepsi halusinasi auditorik dan
Pasien:
visual, terdapat juga gangguan Pasien tampak bisa memperagakan
depersonalisasi berupa cara mengontrol PK fisik 1 (tarik
merasakan bayangan naga yang nafas dalam) dan 2 (pukul kasur atau
masuk kedalam tubuhnya bantal).
Data Keluarga:
DS:
Keluarga:
Menurut ibunya, pasien sering
Keluarga mampu memperagakan cara-
bicara sendiri dan keluar rumah
cara mengatasi resiko perilaku
tanpa tujuan pasti dan sering
kekerasan
memukul orang.
DO:
Ibu pasien mengatakan anaknya A:
cepat tersinggung. Kognitif:
Pasien dapat memahami yang telah
DIAGONOSIS KEPERAWATAN: disampaikan oleh perawat maupuk
Resiko Perilaku Kekerasan keluarga.
Afektif:
TINDAKAN KEPERAWATAN:
Pasien tampak beretika sopan saat di
Pasien:
ajak komunikasi
Pertemuan ke-1
 Mengidentifikasi penyebab, Psikomotor:
Pasien tampak tenang dan
tanda dan gejala, PK yang

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 34


dilakukan dan akibat PK mendengarkan saat perawat dan
 Menjelaskan cara mengontrol keluarga berbicara
PK: fisik, obat, verbal, spiritual.
 Melatih cara mengontrol PK P: Lanjut pertemuan ke-2
fisik 1 (tarik nafas dalam) dan 2 Pasien:
(pukul kasur atau bantal). Melatih cara mengontrol PK dengan
 Memasukkan pada jadual obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
kegiatan untuk latihan fisik. dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
Keluarga: minum obat).
Pertemuan ke-1 Perawat:
 Mengidentifikasi penyebab,  Evaluasi kegiatan latihan fisik 1
tanda dan gejala, PK yang dan 2. Beri pujian.
dilakukan, akibat PK.  Melatih cara mengontrol PK
 menjelaskan cara mengontrol dengan obat (jelaskan 6 benar:
PK: fisik, obat, verbal, spiritual. jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,

 Melatih cara mengontrol PK kontinuitas minum obat).

fisik 1 (tarik nafas dalam) dan 2  Masukkan pada jadual kegiatan

(pukul kasur atau bantal). untuk latihan fisik dan minum

 Memasukkan pada jadual obat.

kegiatan untuk latihan fisik.

RENCANA TINDAK LANJUT:


Pertemuan ke-2
Pasien:
 Melatih cara mengontrol PK
dengan obat (jelaskan 6 benar:
jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat).
 Memasukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan fisik dan
minum obat.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 35


Keluarga:
 Menjelaskan 6 benar cara
memberikan obat.
 Menganjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberi pujian.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 36


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

ANALISA PROSES INTERAKSI (Dalam bentuk Simulasi)

Inisial klien : Tn. AF Nama Mahasiswa : Jitro Jowa Rengu


Status interaksi perawat-klien :Pertemuan ke-1dengan pasien (Pengkajian Status Mental) Tanggal : 25 Juni 2020
Lingkungan : Ruang Pertemuan (Ruang Tengah), berhadapan kondusif Jam : 09.30
Deskripsi klien : Pasien mau menerima informasi dari perawat Bangsal : ...................................................................
Tujuan (berorientasi pada klien : Pasien dapat mengenal perawat dan menyampaikan apa yang menjadi masalahnya

ANALISA ANALISA
KOMUNIKASI NON
KOMUNIKASI VERBAL BERPUSAT BERPUSAT RASIONAL
VERBAL
PADA PERAWAT PADA KLIEN
P : Assalamu’alaikum, P : Memandang pasien dan Perawat dalam kondisi Pasien dalam kondisi Pasien menerima
selamat pagi pak. tersenyum. tenang dan mulai tenang dan kehadiran perawat
K : Duduk dan diam berbicara mendengarkan
perbicaraan perawat
K : Ekspresi mendatar
K : iya, pagi juga. P : Memandang pasien dan
fokus pada pembicaraan
P: P: Tampak Rileks, Perawat harus Pasien masih ragu-ragu Memperkenalkan diri
Perkenalkan nama saya Jitro tersenyum dan tetap mata memperhatiakan dalam dalam memberikan dapat menciptakan rasa
Jowa Rengu, saya biasa memandang pasien berkomunikasi dan jawaban atau percaya pasien terhadap
dipanggil Jitro. Saya K : tampak diam dan rileks meberikan penjelasan tanggapan perawat.
mahasiswa keperawatan dari tentang maksud dan
Universitas Tribhuwana yang K : Memandang perawat tujuan kedatangan
akan merawat bapak selama perawat.
1 bulan kedepan. P : Kontak mata baik,
memberi perhatian dan fokus
K : (tampak diam) pada pasien
P : Jika boleh tahu nama P : Perhatian penuh pada Perawat memulai Pasien mulai menjawab Mengetahui nama pasien
pasien percakapan dengan pertanyaan perawat dapat menciptakan rasa

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 22


bapak siapa? Dan senang nya K : Mendengarkan pasien disertai percaya antara perawat
pertanyaan dari perawat menanyakan nama dan pasien
dipanggil siapa?”
pasien
K : AF K :Menjawab pertayaan
perawat

P : Mendengarkan jawaban
pasien dengan seksama
P : Bagaimana jika sekarang P : Fokus pada pasien dan Perawat mulai Pasien mulai menerima Kontrak waktu dapat
kita akan berbincang-bincang kontak mata. berbicara dengan tawaran dari perawat menunjukan hubungan
tentang perasaan marah yang K : tampak mendengar pasien dengan saling percaya dan
bapak rasakan dengan waktu seksama memulai dengan manajemen waktu
15 menit ?” kontrak waktu dengan
K : kontak mata cukup baik pasien
K : Iya tidak apa-apa P : mendengar dengan
seksama
P : Dimana kita akan P: Kontak mata baik dan Perawat mulai Pasien bingung dalam Tempat dapat membuat
bincang-bincang? lebih akrab dengan pasien menanyakan tempat memilih tempat untuk lebih rileks dan terbuka
berbincang-bincang berbincang-bincang. dalam berbincang-bincang
K: tampak lebih rileks
K: (Tampak bingung)
K: tampak bingung dalam
memilih tempat

P: Tetap dalam kondisi


rileks
P: Bagaimana jika diruang P: Tampak akrab Perawat mulai Pasien menyetujui Tempat dapat membuat
tamu?” menawarkan tempat pendapat perawat lebih rileks dan terbuka
K: mulai terbuka berbincang dalam berbincang
K: Oo iya
K: Menjawab dengan
gembira

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 23


P: Tetap dalam kondisi
saling mendengarkan antara
seksama
P: Bagaimana perasaan P: Kontak mata lebih baik Perawat mulai Pasien menjawab Menanyakan kabar dapat
bapak AF saat ini? menanykan kabar pertanyaan perawat membantu untuk
K: Tampak lebih rileks pasien dengan singkat mengetahui kabar pasien
K: Biasa saja
K: Menjawab dengan rileks

P: mendengarkan jawaban
pasien
P: Apakah masih ada P: Tampak akrab dan Perawat mulai Pasien tampak lebih Mempertahankan saling
perasaan kesal atau ingin ekspresi tenang menyakan perasaan teruk dengan menjawab percaya antara perawat
memukul orang ? ingin memukul pasien yang sebenarnya. dan pasien.
K: badan condong terhadap orang lain
K: Iya kadang-kadang mengarah keperawat

K: Menjawab dengan baik


pertanyaan yang diberikan

P: Mempertahankan kontak
mata
P: tampak lebih teliti daam bertanya lebih Pasien tampak lebih Membantu dalam
P: Apa yang menyebabkan
berkomunikasi mendalam tentang terbuka penyebab perencanaan tindakan
bapak AF memukul orang? kondisi pasien untuk memukul orang keperawatamn
K: Tampak rileks lain.
Apakah sebelumnya bapak
AF pernah marah? Terus K: Menjawab dengna
terbuka
penyebabnya apa? Samakah
dengan yang sekarang? P: Mempertahankan situasi
yang aman

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 24


K: Ketika saya melihat
bayangan naga memasuki
tubuh saya dan saya merasa
diri saya bukan lagi diri saya
yang sebarnya.

P : Menunjukkan perhatian Perawat menggal nilai Klien dapat Nilai dan keyakinan
P: Pak agamanya apa?
dan keyakinan klien menyebutkan kegiatan sangat penting untuk
Biasanya dirumah sholat? K : Menunduk sambil terkait spiritual serta ibadah yang biasa menentukan apakah
memandang kakinya kegiatan ibadah yang dilakukan baik pada terdapat masalah terkait
Kalau disini sholatmys
biasa dilakukan saat di rumah atupun di dengan spiritual klien
bagaimana? RS
K : Masih menunduk
K: Saya Islam, kalau
P : Memperhatikan
dirumah saya sholatnya
kadang-kadang, kalau disini
malah jarang sholat

Rekomendasi :................................................................................................................ .............................................................................................

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 25


DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia,

FKUI : Jakarta.

Fitria,Nita.2010.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta
Keliat Budi Anna, 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. FKUI :
Jakarta. Stuart, GW dan Sunden, S. J, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi
3. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020


Edisi 11 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 22


PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI
(RESUME KODE KASUS 2)
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama : Ny. T Ruangan : RJ MAWAR RM No. : 20202606
NO Tanggal IMPLEMENTASI
EVALUASI
Dx & Jam KEPERAWATAN
1 26 Data Pasien: S:
DO: Pasien:
Pasien tampak merasa malu karena Pasien mengatakan mau
dirinya baru keluar dari rumah sakit mengikuti intruksi perawat
jiwa
Keluarga:
DS: Keluarga pasien mengatakan
 Pasien mengatakan mudah marah senang karena telah di jelaskan
dan tersinggung pengertian, tanda dan gejala, dan
 Pada saat SMA pasien merasa proses terjadinya PK dan cara
mudah marah, membakar menanganinya
bajunya sendiri dan sering O:
memukul keluarganya Pasien:
 Pada tahun 2005 keluhan pasien Pasien tampak bisa memperagakan
kembali muncul saat ayah pasien cara mengontrol PK fisik 1 (tarik
meninggal karena jatuh dari nafas dalam) dan 2 (pukul kasur
tangga. atau bantal).

 Pasien kembali sering marah,


mengamuk, dan melempar orang Keluarga:
lain Keluarga mampu memperagakan
cara-cara mengatasi resiko perilaku

Data Keluarga: kekerasan

DO:
Pasien pertama kali terkena gejala A:
seperti ini ketika pasien di kelas 2 Kognitif:

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 23


SMA, ketika itu pasien tiba-tiba saja Pasien dapat memahami yang telah
sering marah-marah dan mudah disampaikan oleh perawat maupuk
tersinggung. keluarga.
Afektif:
DS: Pasien tampak beretika sopan saat
 Ny. R mengatakan bahwa pasien di ajak komunikasi
memang sering marah-marah dan Psikomotor:
keluyuran keluar rumah. Pasien tampak tenang dan
 Ny. R mengatakan pasien kadang mendengarkan saat perawat dan
sering melempari orang lain jika keluarga berbicara
menegur pasien ataupun kadang
tanpa sebab. P: Lanjut pertemuan ke-2
 Ny. R mengatakan Pasien tidak Pasien:
tidur semalaman dan sering keluar Melatih cara mengontrol PK
rumah sendiri, jika di tegur pasien dengan obat (jelaskan 6 benar:
marah dan sering mengamuk. jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat).
DIAGONOSIS KEPERAWATAN: Perawat:
Resiko Perilaku Kekerasan  Evaluasi kegiatan latihan fisik
1 dan 2. Beri pujian.
TINDAKAN KEPERAWATAN:  Melatih cara mengontrol PK
Pasien: dengan obat (jelaskan 6 benar:
Pertemuan Ke- 1 jenis, guna, dosis, frekuensi,
 Identifikasi tanda dan gejala, cara, kontinuitas minum obat).
penyebab dan akibat perilaku  Masukkan pada jadual kegiatan
kekerasan serta perilaku kekerasan untuk latihan fisik dan minum
yang dilakukan obat.
 Jelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan: fisik, obat, verbal,
spiritual
 Latih cara mengontrol perilaku
kekerasan fisik 1 (tarik nafas
dalam) dan 2 (pukul kasur atau

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 24


bantal)
 Masukan pada jadual kegiatan
untuk latihan fisik

Pertemuan Ke- 2
 Evaluasi kegiatan latihan fisik 1
dan 2 beri pujian
 Latih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan obat (jelaskan 6
benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat)
 Masukan pada jadual kegiatan
untuk latihan fisik dan minum obat

Pertemuan Ke- 3
 Evaluasi kegiatan latihan fisik 1
dan 2, dan obat . beri pujian
 Latih cara mengontrol perilaku
kekerasan secara herbal (3 cara
yaitu: mengungkapkan, meminta,
menolak dengan benar.
 Masukan pada jadual kegiatan
untuk latihan fisik minum obat,
dan verbal

Pertemuan Ke- 4
 Evaluasi kegiatan latihan fisik 1
dan 2, obat dan verbal. beri pujian
 Latih cara mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual (2
kegiatan)
 Masukan pada jadual kegiatan

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 25


untuk latihan fisik minum obat,
verbal dan spiritual

Keluarga:
Pertemuan Ke- 1
 Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat klien
 Jelaskan pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya
perilaku kekerasan
 Jelaskan cara merawat perilaku
kekerasan
 Latih 1 cara merawat perilaku
kekerasan: fisik 1 dan 2
 Anjuran membantu pasien sesuai
jadual dan memberikan pujian

Pertemuan Ke- 2
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien fisik 1
dan 2. Beri pujian
 Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
 Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan
pujian

Pertemuan Ke- 3
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien fisik 1, 2
dan memberikan obat. Beri
pujian
 Latih cara membimbing

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 26


verbal/bicara
 Latih cara membimbing kegiatan
spiritual
 Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan
pujian

Pertemuan Ke- 4
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien fisik 1, 2
dan memberikan obat, verbal,
dan spiritual. Beri pujian
 Jelaskan follow up ke PKM,
tanda kambuh, rujukan
 Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberi pujian

RENCANA TINDAK LANJUT:


Pasien:
 Melatih cara mengontrol PK
dengan obat (jelaskan 6 benar:
jenis, guna, dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas minum obat).
 Memasukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan fisik dan
minum obat.

Keluarga:
 Menjelaskan 6 benar cara
memberikan obat.
 Menganjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberi pujian.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 27


PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI
(RESUME KODE KASUS 3)
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama : Tn. S Ruangan : RM No. :
NO Tanggal IMPLEMENTASI
EVALUASI
Dx & Jam KEPERAWATAN
1 26 Data Pasien: S:
DO: Pasien:
 Terkadang pasien berbicara sendiri Pasien mengatakan masih
jika di luar rumah,sehingga oleh mendengarkan bisikan untuk
tetangga diejek sebagai orang gila menjaga wilayah daerah luwu dan
 Terkadang pasien mendengar tidak melihat hantu lagi
suara bisikan yang menyuruhnya
untuk menjaga wilayah daerah Keluarga:
luwu dari serangan perang mandar Keluarga pasien mampu
DS: memahami cara merawat
 Pasien mengatakan bahwa dirinya halusinasi: hardik yang di ajarakan
adalah penjaga daerah luwu, dan oleh perawat.
perintah itu diterimanya dari O:
pemimpin luwu yaitu raja luwu Pasien:
dengan cara berkomunikasi lewat Pasien tampak agak tenang namun
ilmu kebatinan, sehingga pasien mata masih melirik kiri kanan
mengetahui keinginan dari raja seolah ada yang membisikinya.
luwu.
 Pasien juga mengatakan bahwa Keluarga:
dirinya pernah melihat hantu pada Keluarga pasien tampak senang
saat menonton bola dirumahnya, dengan pelayanan kesehatan.
peristiwa tersebut di lihatnya A:
hanya sekali Kognitif:
Pasien tampak memahami yang di
jelaskan oleh perawat.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 28


Data Keluarga: Afektif:
DO: Pasien terlihat antosias dalam
Perubahan perilaku terjadi semenjak menghardik yang diajarkan oleh
tahun 2005 Perawat
DS: Psikomotor:
 Menurut ibunya, pasien pernah Pasien mampu mempraktikkan apa
berkeinginan untuk bepergian ke yang telah di ajarkan oleh perawat
pulau kalimantan setelah dan keluarga pasien.
menyelesaikan sekolahnya di P: Lanjut pertemuan ke-2
SMK, tetapi tidak diizinkan oleh Pasien:
orang tuanya. Memotivasi pasien untuk
 Ibu pasien mengatakan pada memasukan dalam jadwal kegiatan
awalnya pasien tiba-tiba melihat harian menghardik.
hantu di rumahnya ketika sedang Perawat:
menonton bola di televisi  Evaluasi kegiatan menghardik.
Beri pujian.
 Latih cara mengontrol
DIAGONOSIS KEPERAWATAN: halusinasi dengan obat (jelaskan
Halusinasi Pendengaran dan 6 benar: jenis, guna, dosis,
Penglihatan frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat).
TINDAKAN KEPERAWATAN:  Masukkan pada jadual kegiatan
Pasien: untuk latihan menghardik dan
Pertemuan Ke- 1 minum obat.
 Megidentifikasi halusinasi: isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon.
 Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi: hardik, obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan.
 Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
 Memasukkan pada jadwal

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 29


kegiatan untuk latihan
menghardik.
Keluarga:
Pertemuan Ke- 1
 Mendiskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat pasien.
 Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya
halusinasi (gunakan booklet).
 Menjelaskan cara merawat
halusinasi.
 Melatih cara merawat halusinasi:
hardik.
 Menganjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan member pujian.

RENCANA TINDAK LANJUT:


Pasien:
 Evaluasi kegiatan menghardik.
Beri pujian.
 Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar:
jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat).
 Masukkan pada jadual kegiatan
untuk latihan menghardik dan
minum obat.
Keluarga:
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien
menghardik. Beri pujian.
 Jelaskan 6 benar cara memberikan
obat.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 30


 Latih cara
memberikan/membimbing pasien
minum obat.
 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadual dan memberi pujian.

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 31


PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI
(RESUME KODE KASUS 4)
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Nama : Tn. Y Ruangan : RM No. :
NO Tanggal IMPLEMENTASI
EVALUASI
Dx & Jam KEPERAWATAN
1 26 Data Pasien: S:
DO: Pasien:
 Pasien nampak tenang  Klien mengatakn bernama
 Pasien menjawab pertanyaan Tn.y dan senang panggil
hanya sebatas yang di Tn.Y
tanyakan  Klien mengatakan bisa
 Berekspresi datar saat di ajak melakukan aktifitas seperti
bercanda. mencuci dan membereskan
 Nampak tertutup saat di tempat tidur
Tanya
Keluarga: -
DS:
Pasien mengatakan merasa malu O:
untuk berinteraksi dengan lingkunga Pasien:
sekitarnya dan mengatakan lebih  Pasien memperkenalkan
nyaman untuk sendiri saja. nama dan menjawab salam
dari perawat.
Data Keluarga:  Pasien menyebutkan nama
DO: - dan menyampaikan aspek
yang positif.
DS: -  Pasien tampak dapat
mencuci.
DIAGONOSIS KEPERAWATAN: Keluarga:-
Harga Diri Rendah
A:

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 32


TINDAKAN KEPERAWATAN: Kognitif:
Pasien: Pasien tampak mengerti dengan
 Mengidentifikasi kemampuan apa yang di jelaskan oleh Perawat.
melakukan kegiatan dan aspek Afektif:
positif pasien (buat daftar Pasien terlihat antusias dalam
kegiatan) menyimak yg disampaikan oleh
 Membantu pasien menilai kegiatan Perawat
yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan) : buat daftar Psikomotor:
kegiatan yang dapat dilakukan saat Pasien bisa mempraktikkan
ini kegiatan sesuai yang di ajarkan
 Membantu pasien memilih salah oleh Perawat.
satu kegiatan yang dapat dilakukan P: Lanjut pertemuan ke-2
saat ini untuk dilatih Pasien:
 Melatih kegiatan yang dipilih (alat Memotivasi pasien untuk

dan cara melakukannya) memasukan dalam jadwal kegiatan

 Memasukkan pada jadwal kegiatan harian memncuci.


untuk latihan dua kali per hari Perawat:

Keluarga: -  Evaluasi kegiatan pertama yang


dipilih dan berikan pujian.

RENCANA TINDAK LANJUT:  Bantu pasien memilih kegiatan


Pasien: kedua yang akan dilatih

 Evaluasi kegiatan pertama yang  Latih kegiatan kedua (alat dan


dipilih dan berikan pujian. cara)

 Bantu pasien memilih kegiatan  Masukkan pada jadual kegiatan

kedua yang akan dilatih untuk latihan: dua kegiatan

 Latih kegiatan kedua (alat dan masing-masing dua kali per

cara) hari

 Masukkan pada jadual kegiatan


untuk latihan: dua kegiatan
masing-masing dua kali per hari
Keluarga: -

Asuhan keperawatan gangguan/ risiko gangguan jiwa | 33

Anda mungkin juga menyukai