Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah

(Supartini, 2004: 188).

Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang

harus dihadapi anak, terutama selama tahun-tahun awal, sangat rentan

terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi karena stres akibat perubahan

dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan anak memiliki

jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stresor.

(Wong, et.al, 2005: 754-755).

Kebutuhan nutrisi individu bervariasi sesuai dengan perbedaan

genetik dan metabolik. Namun, untuk bayi dan anak, tujuan dasar adalah

pertumbuhan yang memuaskan dan mencegah keadaan defisiensi (Nelson,

2000: 181).

Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai

atau tidak cukup atau dapat akibat dari penyerapan makanan yang tidak

cukup. Sedangkan malnutrisi energi protein adalah kaeadaan kurang gizi

yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan

sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi. (Mansjoer.

Arif, 2000: 512).

1
Di seluruh dunia malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama

morbilitas pada masa anak. Malnutrisi energi protein merupakan empat

dari masalah gizi utama di Indonesia. Prevalensi yang tinggi terdapat pada

anak-anak di bawah umur 5 tahun (balita) serta pada ibu hamil dan

menyusui. Berdasarkan SUSENAS 26% balita menderita gizi kurang dan

gizi buruk, dan 8% balita menderita gizi buruk. Pada gizi buruk

didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus

kwashiorkor. Di rumah sakit ataupun di Puskesmas ditemukan cukup

banyak penderita marasmus, tetapi kwashiorkor sudah jarang ditemukan

(Pusponegoro, 2004: 217).

Dari insiden direkam medis BLUD RS Tenriawaru Watampone

ditemukan penyakit MEP 3 tahun terakhir yaitu tahun 2014 sebanyak 1

(0,1) orang, tahun 2015 sebanyak 6 (0,6%) orang, dan tahun 2016

sebanyak 11 (0,11%) orang.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan hasil penentuan kasus

pada ujian akhir program, maka penulis menyusun karya tulis ilmiah

dengan judul asuhan keperawatan pada klien An ”F” dengan Gangguan

Sistem Pencernaan: Malnutrisi Energi Protein di ruang Perawatan anak

kamar 2 BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tanggal 22 Juni-24

Juni 2017.

2
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien An. F dengan gangguan sistem pencernaan:

Malnutrisi Energi Protein di ruang perawatan anak BLUD RS Tenriawaru

Kelas B Kab. Bone.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan pengkajian

pada asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem Pencernaan:

Malnutrisi Energi Protein.

b. Untuk memperoleh pengalaman nyata tentang diagnosa keperawatan

pada asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pencernaan:

Malnutrisi Energi Protein.

c. Untuk memperoleh pengalaman nyata tentang perencanaan pada

asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pencernaan:

Malnutrisi Energi Protein.

d. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan

asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan:

Malnutrisi Energi Protein.

e. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan:

Malnutrisi Energi Protein.

3
f. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan proses

pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem pencernaan: Malnutrisi Energi Protein.

g. Untuk menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan

pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: Malnutrisi Energi

Protein.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Bagi Rumah sakit

Sebagai bahan masukan pada BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab.

Watampone dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di

rumah sakit khususnya pada klien dengan gangguan sistem pencernaan:

Malnutrisi Energi Protein.

2. Bagi Klien dan keluarga

Sebagai bahan masukan bagi klien dalam meningkatkan pengetahuan yang

berkaitan dalam pencegahan, perawatan, dan pengobatan dalam pemenuhan

sistem gangguan sistem pencernaan: Malnutrisi Energi Protein.

3. Bagi penulis

Sebagai bahan masukan penulis dalam rangka memperoleh pengalaman

nyata dan menerapkan ilmu yang didapatkan selama dalam pendidikan

terutama dalam penerapan asuhan keperawatan pada dengan gangguan

sistem pencernaan: Malnutrisi Energi Protein.

4
D. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode penulisan

Metode yang digunakan pada penulisan karya tulis ini bersifat kualitatif

dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses asuhan keperawatan

yang dilaksanakan di ruang perawatan anak BLUD RS Tenriawaru Kelas B

Watampone.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi kepustakaan

Dengan mempelajari teori-teori yang dapat dijadikan acuan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan.

b. Studi kasus

Penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan konfrehensif

pada salah satu kasus Malnutrisi Energi Protein yakni di ruang

perawatan anak BLUD RS Tenriawaru Kelas B Watampone yang

meliputi pengkajian, penetapan diagnosa, penyusunan rencana

keperawatan, pelaksanaan serta evaluasi.

c. Wawancara

Mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab pada keluarga

klien, perawat dan pihak lain yang dapat memberikan data informasi

yang dibutuhkan.

5
d. Observasi

Yaitu Pengamatan langsung gejala-gejala yang menunjukkan masalah

atau kemajuan klien meliputi metode inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

e. Studi dokumentasi/data medical record rumah sakit

Mengambil data yang tercantum dalam status klien yang dibutuhkan

seperti pemeriksaan laboratorium.

f. Diskusi

Diskusi dengan pembimbing, perawat, dan petugas kesehatan yang

terkait di ruang perawatan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi karya tulis ilmiah ini maka

diperlukan penggunaan sistematika penulisan, yang secara garis besarnya

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, rumusan

masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraiakan konsep-konsep dasar medis:

pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, tes diagnostik

6
dan penyimpangan KDM. Asuhan keperawatan: pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi dan rasional, implementasi

dan evaluasi.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil pengkajian

keperawatan, analisa kasus berdasarkan pengkajian

keperawatan, data fokus, analisa data, diagnosa keperawatan,

rencana asuhan keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan

BAB IV : PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang kesenjangan mengenai

pembahasan secara teori dan fakta yang ditemukan dalam

penerapan asuhan keperawatan

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian MEP

a. Malnutrisi energi protein adalah keadaan tidak cukupnya masukan

protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan

nama marasmus dan kwashiorkor (Hidayat. A, 2006: 7).

b. Malnutrisi energi protein (MEP) adalah keadaan kurang gizi yang

disebabkan rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan

sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG)

(Mansjoer Arif, 2000: 512).

c. Marasmus adalah bentuk MEP terutama disebabkan oleh

kekurangan kalori berat dalam jangka lama, terutama terjadi setelah

tahun pertama kehidupan (kayunanan.blogspot.com/2009/06).

d. Kwashiorkor adalah sindrom defisiensi protein berat dan masukan

kalori kekurangan atau dari kehilangan terjadi kenaikan angka

metabolik akibat desifiensi vitamin dan menimbulkan gejala-gejala

dan tanda yang paling serius (Nelson, 2000: 212).

Klasifikasi MEP yaitu:

Klasifikasi menurut WHO:

a. MEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

b. MEP sedang : >70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

c. MEP berat : < 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

8
2. Anatomi Fisiologi Pencernaan

a. Anatomi

Gambar 2.1
Anatomi struktur pencernaan
Sumber: Child-upper-GI-anatomi-PI.jpg

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang

menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap

oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyaan, penelaan

dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang

mulai dari mulut (oris) sampai anus.

1) Mulut (Oris).

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang

terdiri atas 2 bagian yaitu: bagian luar yang sempit atau

vestibula yaitu ryang diaantara gusi, gigi, bibir dan pipi; bagian

rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi

9
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis, di

sebelah belakang bersambung dengan faring.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis,

dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan

lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat

banyak ujung akhir saraf sensoris. (Setiadi, 2007: 64).

Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah

dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis

oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan

depresor anguli menekan ujung mulut.

Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu:

a) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-

tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih

ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum.

b) Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang

merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri

atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput

lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah. Lidah

dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum

lingua (punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada

pangkal lidaah yang berbelakang terdapat epiglotis yang

berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita menelan

10
makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan napas. Fungsi

lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat

pengecap dan menelan, serta merasakan makanan. (Syaifuddin,

2006: 169).

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai

duktus yang bernama duktus wartoni dan duktus stensoni.

Kelenjar ludah ini ada 2 yakni: 1) kelenjar ludah bawah rahang

(kelenjar submaksilaris), yang terdapat di bawah tulang rahang

atas pada bagian tengah; 2) kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar

sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.

Kelenjar ludah (saliva) dihasilkan di dalam rongga mulut.

Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu: 1)

kelenjar parotis, letaknya di bawah depan telinga di antara

prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular, 2) kelenjar

submaksilaris, terletak di bawah rongga mulut bagian belakang.

Gambar 2.2
Anatomi Mulut/Oris
Copy Right by : Adam Sabotta

11
2) Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut

dengan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring

terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar life yang

banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi. Disini terletak persimpangan antara jalan napas

dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan

rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian

depan berhubungan dengan rogga hidung, dengan perantaraan

lubang bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan

rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus

fausium (Setiadi, 2007: 68).

Tekak tediri dari bagian superior (bagian yang sama tinggi

dengan hidung), bagian media (bagian yang sama tinggi dengan

mulut), dan bagian inferior (bagian yang sama tinggi dengan

laring). Bagian suferior disebut nasofaring, pada nasofaring

bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang

gendang telinga.

Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke

depan sampai di akar lidah bagian inferior disebut laringofaring

yang menghubungkan orofaring dengan laring.

Menelan, jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi

penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher

12
bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari

jalan napas dan di depan dari ruas tulang belakamg. Makanan

melewati epiglotis lateral melalui ressus piriformis masuk ke

esofagus tanpa membahayakan jalan udara. (Syaifuddin, 2006:

170).

3) Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak

dengan lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai

pintu masuk kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari

dalam ke luar: lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan

submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan lapisan otot

memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang trakea

dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus

diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan

lambung (Syaifuddin. 2006: 171).

4) Lambung

Lambung ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari

garis tengah tubuh. Lambung adalah suatu kantung yang dapat

berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet kelambung

disebut pertemuan esofagogastrik. Bagian ini dikelilingi oleh

cincin otot halus, disebut sfingter esofagus bawah (atau sfingter

kardia), yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari

esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian

13
anatomis, yaitu kardia (jalan masuk), fundus, korpus, dan

pilorus (outlet). Otot halus sirkuler di dinding pilorus

membentuk sfingter pilorus dan mengontrol lubang diantara

lambung dan usus halus. (Smeltzer dan Bare, 2002: 984).

Gambar 2.3. Anatomi lambung


Sumber: Digestion good 21 jpg
ifptasya wordprees com

5) Usus halus

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI yang

jumlah daan panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total

saluran. Bagian ini membaik dan melipat diri yang

memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi

dan absorpsi. Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan

abdomen kanan atas kekiri dan segmen desenden pada sisi kiri

abdomen. usus halus dibagi dalam 3 bagian anatomi yaitu

bagian atas disebut duedonum, dan bagian bawah disebut ileum,

yeyenum. (Smeltzer dan Bare 2002: 984).

14
6) Usus besar

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 11/2 m,

lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar:

selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,

jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap aair dari

makanan, tempatb tinggal bakteri koli, tempat feses.

(Syaifuddin, 2006: 175).

7) Rektum

Rektum terletak di bawah kolom sigmoid yang menghubungkan

istenium mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di

depan os sakrum dan os koksigis. (Syaifuddin, 2006: 176).

8) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak

di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter, yaitu

sfingter ani interna, sfingter levator ani, sfingter ani eksternus

(Syaifuddin, 2006: 176).

b. Fisiologi sistem pencernaan

Menurut Syaifuddin (2006, 182), fungsi utama pencernaan dari

saluran gastrointestinal yaitu:

1) Memindahkan zat nutrien (zat yang sudah dicerna), air, garam

yang berasal dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel

melalui sistem sirkulasi.

15
2) Mengeliminasi makan yang tidak dicerna dan terabsorsi produk

sisa lain dari tubuh.

3) Proses pencernaan mulai dari mengunyah di mana makanan

diperoleh kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan

dicampur dengan enzim pencernaan. Saliva merupakan sekresi

pertama yang kontak dengan makanan yang membantu

melumasi makanan saat dikunyah sehingga memudahkan

menelan.

4) Menelan sebagai aktivitas volunter yang diatur oleh pusat

menelan dimodulla oblongata di system saraf pusat. Saat

makanan ditelan epiglotus bergerak menutup lubang trakea, otot

halus di dinding esophagus berkontraksi kearah lambung untuk

mendorong bolus makanan.

5) Lambung mensekresi cairan yang sangat asam, sebagai

antisispasi terhadap pencernaan makanan kontraksi peristaltik di

dalam lambung mendorong ke lambungnya kearah piloris,

karena partikel makanan besar tidak dapat melewati spingter

piloris, partikel ini diaduk kembali ke korpus lambung dapat

masuk ke usus halus pada kecepatan yang memungkinkan

absorbsi nutrient secara efisien.

Sekresi di dalam duodenum datang dari pangkreas, hepar dan

kelenjar dinding usus halus. Pankreas mensekresi enzim

16
pencernaan (Tripsin amylase dan elipase). Empedu membantu

mengemulsikan lemak yang dicerna.

6) Usus besar mensekresi mucus yang mempermudah jalannya

feses dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap zat besi,

kalsium dan fosfat yang ditelan. Absorbsi air, garam dan

glukosa terjadi didalam usus besar.

7) Anus

Otot-otot spinter eksterna dan interna berelaksasi waktu anus

tertarik melebihi tinggi massa feces. Defekasi dengan adanya

peningkatan tekanan intra yang terjadi akibat kontraksi secara

terus menerus dari otot-otot abdomen. (Smeltzeer dan Bare,

2000: 985).

3. Etiologi

Menurut (Ngastiyah, 2005: 266), penyebab kurang kalori protein,

meliputi:

a. Karena secara umum penyediaan bahan makanan yang tidak

mencukupi.

b. Masukan makanan kurang dalam waktu yang lama.

c. Pendayagunaan makanan yang tidak benar karena ada gangguan

sistem pencernaan misalnya adanya malabsorpsi.

d. Dapat juga karena gangguan psikologis.

17
4. Patofisiologi

Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan

yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan

kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam

pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin jadi pun

berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia

dapat menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites,

gangguan mata dan lain-lain.

Sedangkan terjadinya marasmus juga dapat disebabkan faktor

makanan dengan kadar protein yang kurang dari kebutuhan tubuh,

sehingga dapat terjadi atropi jaringan pada lapisan subkutan dan

akhirnya kelihatan kurus seperti orang tua (Hidayat. A, 2006: 7).

5. Manifestasi klinis

a. Pertumbuhan terganggu, selain berat juga tinggi badan kurang

dibandingkan dengan anak sehat.

b. Perubahan mental, biasanya pasien cengeng atau apatis

c. Pada sebagian besar pasien ditemukan edema baik ringan maupun

berat.

d. Gejala gastrointestinal

Anoreksia kadang hebat sehingga berbagai makanan ditolaknya.

Makanan hanya dapat diberikan melalui sonde. Diare hampir

selalu ada. Mungkin karena itu adanya gangguan fungsi hati,

pankreas dan usus.

18
e. Perubahan rambut

Sering dijumpai baik bentuk bangun maupun warna. Khas kepada

pasien kwashiorkor rambut kepala mudah dicabut dan mencabut

seberkas rambut tanpa reaksi si pasien.

f. Pembesaran hati

Kadang-kadang batas hati setinggi pusat. Hati teraba kenyal,

permukaannya licin dan tepinya tajam. Pada hati yang membesar

terjadi perlemakan hebat.

g. Anemia selalu ditemukan

Bila pasien menderita cacingan anemia menjadi berat, jenis

anemia pada pasien kwashiorkor bermacam-macam. Aplasia

sumsum tulang ini disebabkan oleh defisiensi protein dan infeksi

yang menahun.

h. Kelainan kimia darah

Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit

meninggi, kadar kolesterol serum rendah.

i. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang

demikian hebat, sering ditemukan fibrosis, nekrosis dan infiltrasi

sel.

j. Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir

semua organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot

jantung, osteoporosis tulang (Ngastiyah, 2005: 259-260).

19
6. Tes Diagnostik

a. Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang,

seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang

sehat. Bisa juga didapatkan keluhan anak kurang/tidak mau makan

atau sering menderita sakit yang berulang.

b. Pemeriksaan fisik

1) MEP ringan

Sering ditemukan gangguan pertumbuhan:

a) Kenaikan berat badan berkurang terhadap tinggi badan

b) Ukuran lingkar lengan atas berkurang

c) Maturasi tulang terhambat

d) Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal/menurun.

2) MEP berat

a) Kwashiorkor:

(1) Perubahan mental sampai apatis

(2) Edema sering dijumpai

(3) Atrofi otot

(4) Perubahan rambut

(5) Perubahan kulit

b) Marasmus:

(1) Penampilan wajah seperti oramg tua, terlihat sangat

kurus

20
(2) Perubahan mental

(3) Kulit kering, dingin dan mengendor

(4) Sering diare atau konstipasi

(5) Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas

(6) Rambut kering, tipis dan mudah rontok

c. Pemeriksaan penunjang

1) EKG

2) Darah lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum

(albumin, globulin), elektrolit serum, transferin, prosil lemak

(Pusponegoro, 2004: 218).

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut (Mansjoer Arif, 2000: 514-517), Pasien MEP dirawat inap

dengan pengobatan rutin sebagai berikut:

a. Atasi/Cegah hipoglikemia

Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35°C,

suhu rectal 35, 5° C).

b. Atasi/Cegah hipotermia

Bila suhu rectal < 35,5°C

c. Segera beri makanan cair/formula susu

Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup

kepala letakkan dekat lampu atau pemanas atau peluk anak didada

ibu, selimuti.

21
d. Berikan antibiotik

Suhu diperiksa sampai mencapai>36,5°C

e. Atasi/Cegah dehidrasi

Jangan menggunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali

keadaan syok/renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan

hati-hati, tetesan pelan-pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan

jantung.

f. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua MEP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun

kadar Na plasma rendah.

g. Obati/Cegah infeksi

Bila tanpa komplikasi, kotrimoksasol 5 ml, suspensi pediatrik

secara oral, 2x sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4 kg).

h. Koreksi defisiensi nutrien mikro

Berikan tiap hari:

1) Tambahan multivitamin

2) Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama)

3) Vitamin A oral pada hari 1,2 dan 14.

i. Mulai pemberian makan

Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan

harus dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein

untuk memenuhi metabolisme basal.

22
j. Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

Pada MEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan

perilaku, karenanya berikan: kasih sayang, lingkungan yang ceria,

dan terapi bermain.

k. Fasilitasi tumbuh kejar

Pada masa pemulihan, dibutuhkan berbagai pendekatan secara

gencar agar tercapai asupan makanan yang tinggi dan pertambahan

berat badan < 10g/kg/BB/ hari.

l. Siapkan follow up setelah sembuh

Bila berat anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak

sembuh. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap

dilanjutkan dirumah setelah dipulangkan.

B. Konsep Dasar Keperawatan

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematitis yang

dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan

asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan

diagnosism nerencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan

tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan

berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling

terjadi ketergantungan dan saling berhubungan.

Pelaksanaan proses asuhan keperawatan secara umum bertujuan

untuk menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga

berbagai masalah kebutuhan klien dapat teratasi. Untuk mencapai

23
kebutuhan secara umum, dalam proses keperawatan terdapat beberapa

tujuan khusus sesuai dengan tahapan dari proses keperawatan (Hidayat.

A, 2004: 97).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan,

mengorganisir, dan mencatat data yang telah menjelaskan respon

manusia yang mempengaruhi pola kesehatan klien (Handayaningsih,

2009: 35).

a. Riwayat Keperawatan

Riwayat Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan

pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak

pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan

terjadinya gangguan kekurangan gizi. Pada pengakajian

kwashiorkor dapat ditemukan seperti muka sembab, letargi, edema,

warna rambut pirang seperti rambut jagung, alopesia, tampak

anemia, pertumbuhan terhambat, sedangkan pada marasmus

ditemukan adanya perubahan berat badan menjadi kurus, tampak

24
seperti orang tua, letargi, ubun-ubun cekung pada bayi, malaise,

apatis, kelaparan (Hidayat. A, 2006: 7).

b. Riwayat Keperawatan Sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,

hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola

kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,

kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat

pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein

dan kalori dalam waktu relatif lama).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan

rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,

fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,

perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga

tentang penyakit klien dan lain-lain.

d. Pengkajian Fisik

1) Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan

rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota

keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan

kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

25
2) Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too

yang meliputi:

a) Keadaan umum dan status kesadaran,

b) Tanda-tanda vital,

c) Area kepala dan wajah,

d) Dada,

e) Abdomen,

f) Ekstremitas dan

g) Genito-urinaria.

3) Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor

adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,

lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala

yang mungkin didapatkan adalah:

Penurunan ukuran antropometri

Pada pemeriksaan antropometri bahwa kwashiorkor didapati

berat badan dan tinggi badan mengalami keterlambatan, didapati

juga jaringan otot mengecil, jaringan sub kutan tipis dan lembut

dan kulit bersisik dan anemis. Kemudian pada pemeriksaan

marasmus antropometri status gizi kurang, turgor kulit rusak,

kulit berkeriput, jaringan subkutan hilang, pemeriksaan kadar

albumin didapati rendah (Hidayat. A, 2006: 7)

26
a) Sistem integument

Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus,

jarang dan mudah dicabut), gambaran wajah seperti orang tua

(kehilangan lemak pipi), edema palpebra.

b) Sistem pernapasan

Terdapat keluhan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot

intercostal).

c) Sistem pencernaan

Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat

meningkat bila terjadi diare.

d) Sistem Integumen

Edema tungkai, kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan

adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian

tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas

jari kaki, paha dan lipat paha)

e. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama

jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem

eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping

karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati

dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin

serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan

untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

27
2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Hidayat. A (2006: 8), diagnosis atau masalah keperawatan

yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi protein (kwasiorkor

dan marasmus, antara lain:

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu

makan menurun, gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya

enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan, adanya atrofi

villi usus sehingga dapat menganggu proses penyerapan

b. Kurang volume cairan berhubungan dengan kemampuan proses

penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora usus yang

selanjutnya menimbulkan diare.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tubuh mengalami

kekurangan zat gizi seperti kalori dan protein sehingga

memudahkan terjadinya kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet.

d. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

khususnya sistem kekebalan sehingga kekurangan zat gizi.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi

tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi

seimbang.

28
3. Intervensi Keperawatan

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu

makan menurun, gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya

enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan, adanya atrofi

villi usus sehingga dapat menganggu proses penyerapan.

Tujuan : mengatasi masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan

tubuh) agar proses metabolisme dalam tubuh kembali

normal.

Tabel 2.1. Intervensi dan Rasional


Intervensi Rasional
1. Tentukan kebutuhan kalori 1. Kalori yang masuk harus
harian dan adekuat, konsul sesuai dengan kebutuhan.
pada ahli gizi.
2. Timbang setiap hari, pantau 2. Untuk mengetahui
hasi laboraorium. perubahan secara dini
terhadap fungsi tubuh.
3. Beri dorongan untuk makan 3. Untuk meningkatkan selera
dengan orang lain. makan.
4. Berikan kesenangan 4. Untuk meningkatkan selera
suasana makan. makan.
5. Bantu untuk istirahat 5. Untuk mencegah kelelahan,
sebelum makan. istirahat setelah tidur bisa
merangsang muntah.
6. Ajarkan untuk menghindari 6. Untuk mencegah muntah.
bau makanan yang
merangsang muntah.
7. Pertahankan kebersihan 7. Untuk mencegah
mulut dan gigi komplikasi noma.
8. Tawarkan makan porsi 8. Makanan porsi kecil tapi

29
Intervensi Rasional
kecil tapi sering. sering meningkatkan
pemasukan kalori.
9. Atur agar mendapat nutrient 9. Nutrisi yang bekalori dan
yang berkalori dan berprotein dapat
berprotein. mengembalikan fungsi
tubuh.

b. Kurang volume cairan berhubungan dengan kemampuan proses

penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora usus yang

selanjutnya menimbulkan diare.

Tujuan : mengatasi masalah kekurangan volume cairan melalui

peningkatan hidrasi, ditandai dengan turgor kulit normal,

membran mukosa lembab, jumlah serta berat jenis urine

kembali normal.

Tabel 2.2. Intervensi dan Rasional

No Rasional No Intervensi
1. Observasi tanda-tanda 1. Pernapasan, nadi yang
vital (terutama pernapsan, meningkat menunjukkan
nadi). respon/efek kehilangan
cairan berlebihan/dehidrasi.
2. Awasi masukan dan 2. Memberikan informasi
haluaran, jumlah feses; tentang keseimbangan
perkirakan kehilangan cairan, fungsi ginjal dan
yang tak terlihat. kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
3. Observasi kulit kering 3. Menunjukkan kehilangan

30
No Rasional No Intervensi
berlebihan dan membrane cairan berlebihan/dehidrasi
mukosa, penurunan turgor
kulit
4. Ukur berat badan tiap Indikator cairan dan status
4.
hari. nutrisi.
5. (Kolaborasi) Berikan 5. Menentukan kebutuhan
cairan parenteral sesuai penggantian dan keefektifan
indikasi. terapi.
Berikan obat sesuai 6. Menurunkan kehilangaan
6.
indikasi cairan dari usus, untuk
mengontrol mual/muntah,
mengontrol demam.

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tubuh mengalami

kekurangan zat gizi seperti kalori dan protein sehingga

memudahkan terjadinya kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet.

Tujuan : masukan nutrisi perlu ditingkatkan dapat ditunjukkan oleh

kulit yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.

Tabel 2.3. Intervensi dan Rasional


Intervensi Rasional
1. Pertahankan agar kulit tetap 1. Kulit yang mengalami
bersih dan kering dan penekanan bisa
keringkan daerah basah menyebabkan luka dan
dengan memberikan bedak. infeksi.
2. Ganti segera pakaian yang 2. Untuk mencegah iritasi.
basah.
3. Lakukan pergantian posisi 3. Mencegah penekanan.
tidur setiap 2-3 jam dan

31
Intervensi Rasional
lakukan pada daerah yang
tetekan dengan air hangat,
jika perlu gunakan dengan
lembut.
4. Berikan suplemen vitamin. 4. Untuk mencegah agar kulit
tidak kering.
5. Berikan pendidikan 5. Agar sepulang dari rumah
mengenai kebersihan diri dan sakit, keluarga dapat
fungsi zat gizi. mengasuh anak dengan
mandiri.

6. Monitor keutuhan kulit setiap 6. Untuk mencegah terjadinya


6-8 jam. luka dan iritasi.

d. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

khususnya sistem kekebalan sehingga kekurangan zat gizi.

Tujuan : untuk mengatasi resiko infeksi tidak terjadi, tidak ada

tanda-tanda infeksi.

Tabel 2.4. Intervensi dan Rasional


Intervensi Rasional
1. Pantau terhadap tanda 1. Pemantauan lebih dini bisa
infeksi (mis; letargi, mengurangi resiko.
kesulitan makan, muntah,
ketidak stabilan suhu, dan
perubahan warna
tersembunyi).
2. Identifikasi individu yang 2. Infeksi nosokomial adalah
beresiko terhadap infeksi yang didapat dari proses
nosokomial. perawatan dirumah sakit

32
Intervensi Rasional
3. Kaji status nutrisi. 3. Nutrisi yang cukup bisa
meningkatkan daya tahan
tubuh.
4. Kurangi organisme yang
4. Untuk menghindari resiko
masuk ke dalam indivdu
infeksi nasokomial.
dengan cuci tangan, teknik
aseptic.
5. Dorong dan pertahankan 5. Untuk mempertahankan daya
masukan kalori dan protein tahan tubuh.
dalam diet.
6. Untuk meningkatkan
6. Berikan pengetahuan kepada
kemandirian pasien dan
keluarga mengenai
keluarga untuk mencegah
penyebab, resiko, dan
infeksi
kekuatan penularan dari
infeksi

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan minimya informasi

tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi

seimbang.

Tujuan : untuk meningkatkan pengetahuan keluarga.

Tabel 2.5. Intervensi dan Rasional


Intervensi Rasional
1. Ajarkan pada keluarga 1. Agar anaknya mendapat
tentang cara pemenuhan makanan yang mengandung
kebutuhan nutrisi dengan gizi cukup gizi, bukan asal diberi
yang seimbang dengan makanan berjumlah banyak
mendemonstrasikan atau saja.
memberikan contoh bahan
makanan.

33
Intervensi Rasional
2. Anjurkan untuk aktif dalam 2. Untuk mendapatkan
kegiatan posyandu agar petunjuk pemberian
pemantauan status gizi dan makanan serta mendapatkan
pemberian makanan tambahan pengawasan kesehatannya.
dapat diatasi.
3. Jelaskan tentang penyakit 3. Untuk memberikan informasi
anaknya. atau pengetahuan tambahan
kepada keluarga klien
tentang penyakit anaknya.
4. Jelaskan susunan zat 4. Untuk tumbuh kembang anak
makanan yang diperlukan. yang diharapkan.
5. Anjurkan pemeliharaan 5. Untuk mencegah stomatitis
kebersihan mulut anak. dan menghindarkan
kehilangan nafsu makan.

4. Implementasi

Implementasi adalah langkah keempat dalam tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana

tindakan keperawatan (Hidayat. A: 2004: 122).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan

dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat. A: 2004: 124).

34
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas klien

1) Nama klien : An. F

2) Umur : 4 bulan

3) Alamat : Barebbo

4) Jenis kelamin : Perempuan

5) Agama : Islam

6) Pendidikan : Belum sekolah

7) Tanggal masuk : 16-06-2017

8) Tanggal pengkajian : 22-06-2017

9) Diagnosa medik : MEP

b. Identitas orang tua:

1) Ayah

a) Nama : Tn. M

b) Umur : 44 tahun

c) Pendidikan : SMA

d) Pekerjaan : Petani

e) Agama : Islam

f) Alamat : Barebbo

35
2) Ibu

a) Nama : Ny. S

b) Umur : 41 tahun

c) Pendidikan : SMA

d) Pekerjaan : IRT

e) Agama : Islam

f) Alamat : Barebbo

c. Identitas saudara kandung

Tabel 3.1
Identitas Saudara Kandung pada klien An. F dengan gangguan sistem
pencernaan: MEP di ruang perawatan Anak I RSUD Tenriawaru
Watampone
Status
No Nama Umur Hubungan
kesehatan
1. An. S 18 Tahun Saudara kandung Sehat
2. An. R 10 Tahun Saudara kandung Sehat
3. An. N 8 Tahun Saudara Kandung Sehat

2. Keluhan utama

Orang tua klien mengatakan berat badan anaknya tidak bertambah.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 16 Juni 2017 dengan keluhan

klien nampak lemah, dan nampak kurus. Saat dikaji tanggal 22 Juni

2017 klien nampak kurus dengan berat badan 3,8 kg, ibu klien

mengatakan anaknya tidak mau minum susu formula, dan ibu klien

36
mengatakan produksi ASI nya kurang. Pengobatan yang diberikan Infus

Dekxtrose 5% 28 tetes/menit, sanmol syrup 3x1 sendok.

b. Riwayat kesehatan lalu

a) Pre Natal Care

1) Pemeriksaan kehamilan 8 kali

2) Keluhan selama hamil : Muntah-muntah di siang hari

3) Tidak ada riwayat terkena sinar dan terapi obat

4) Kenaikan berat badan 6 kilogram

5) Imunisasi TT : 2 kali

6) Golongan darah ayah: O, Golongan darah Ibu: O

b) Natal

1) Tempat melahirkan : Di rumah

2) Lama dan jenis persalinan : Spontan

3) Penolong persalinan : Bidan

4) Cara memudahkan : Tidak ada

5) Komplikasi waktu lahir : Robek perineum

c) Post natal

1) Kondisi bayi, BB = 2,5 Kg PB = 50 cm

2) Anak tidak pernah mengalami penyakit

d) Untuk semua usia

1) Penyakit yang pernah dialami: Batuk berlendir dan demam

2) Kecelakaan yang dialami tidak ada

3) Tidak pernah dioperasi

37
4) Tidak ada alergi makanan

5) Tidak pernah mengkomsumsi obat-obatan

6) Perkembangan anak dibanding saudaranya lambat

c. Riwayat kesehahatan keluarga

Keluarga klien tidak ada yang sakit

d. Genogram:

GI

42 41 ? ? ? 37
GII

44 41

? ? ? 4bln
G III

.................................................................................................................

Keterangan :

= Laki-laki : Garis perkawinan

= Perempuan ?: Umur tidak diketahui

= klien

........... = Tinggal serumah

= Garis Keturunan

38
GI : Nenek dan kakek dari ibu dan ayah klien sudah meninggal karena
faktor usia

GII : Ayah anak pertama dari 3 bersaudara dan semuanya masih hidup, ibu

anak ke empat dari lima bersaudara.

GIII: klien anak ke empat dari empat bersaudara dan klien tinggal serumah

dengan kedua orang tuanya.

5. Riwayat imunisasi

Tabel 3.2
Riwayat Imunisasi pada klien An. F dengan gangguan sistem pencernaan MEP
di ruang perawatan anak I RSUD Tenriawaru Watampone

No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi

1. BCG 2 Bulan Demam

2. DPT (I,II,III) Belum diberikan Belum diberikan

3. Polio (I,II,III) 2 Bulan Demam

4. Campak Belum diberikan Belum diberikan

5. Hepatitis 4 hari setelah bayi lahir Tidak ada reaksi

39
6. Riwayat tumbuh kembang

a. Pertumbuhan fisik

1) BB = 3,8 Kg

2) Tinggi badan = 55 cm

3) Waktu tumbuh gigi = Belum tumbuh gigi

b. Perkembangan tiap usia anak

1. Usia anak saat:

a) Berguling : 4 Bulan

b) Duduk : Belum

c) Merangkak : Belum

d) Berdiri : Belum

e) Berjalan : Belum

f) Senyum keorang pertama kali : 3 bulan

g) Berbicara : Belum

h) Berpakaian tanpa bantuan : Belum

7. Riwayat nutrisi

1. Pemberian ASI

a) Pertama kali disusui 2 jam setelah lahir

b) Cara pemberian setiap kali menangis

c) Lama pemberian sampai sekarang

40
2. Pemberian susu formula :

a) Untuk memenuhi nutrisi anak

b) Jumlah pemberian : 2-3 kali sehari

c) Cara memberikan : menggunakan dot

d) Pemberian makanan tambahan : Belum ada

3. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

Tabel 3.3
Pola Perubahan Nutrisi Tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini pada klien An. F
dengan gangguan sistem pencernaan: MEP di ruang perawatan Anak I
RSUD Tenriawaru Watampone
Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
0 – 5 Bulan ASI+Susu formula Sampai sekarang
5-12 Bulan Belum Belum
Saat ini Belum Belum

8. Riwayat psikososial

Klien tinggal dirumah bersama orang tuanya dan diasuh oleh orang tuanya,

dengan keadaan rumah tangga yang harmonis, lingkungan berada didesa dan

berdekatan dengan sekolah dan kantor desa, tidak ada tangga yang

membahayakan dan klien tidak mempunyai kamar sendiri.

9. Riwayat spiritual

a. Support sistem dalam keluarga adalah orang tua

b. Belum ada kegiatan keagamaan yang terlaksana

10. Reaksi hospitalisasi

Pemahaman tentang keluarga sakit dan rawat inap

41
a. Ibu klien membawa anaknya ke rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut

karena melihat pertumbuhan anaknya lambat dan berat badan anaknya

tidak bertambah

b. Dokter menceritakan kepada ibunya tentang penyakit yang diderita

anaknya.

c. Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya dan selalu

menanyakan kondisi anaknya

d. Perasaan orang tua saat ini merasa cemas dengan kondisi penyakit

anaknya.

e. Orang tua selalu mendampingi klien selama di hospital

f. Yang tinggal bersama klien selama sakit yaitu ibu dan keluarganya

11. Aktifitas sehari-hari

Tabel 3.4

Aktivitas Sehari-hari pada Klien An. F dengan gangguan


sistemPencernaan: MEP di ruang perawatan anak I RSUD
Tenriawaru Watampone
a. Nutrisi

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Menu makan ASI Susu Formula+ASI
2. Frekuensi makan Tidak menentu Tidak menentu
3. Makanan yang disukai ASI Tidak ada
4. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Pembatasan pola makan Tidak ada Tidak ada
7. Makanan tambahan Belum ada Belum ada
8. Ritual saat makan Tidak ada Tidak ada

42
b. Cairan

No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Jenis minuman ASI ASI+Susu Formula
2. Frekuensi 1200 ml/hari 600 ml/hari
3. Cara pemenuhan Menyusui Pakai dot dan Infus
Dekxtrose 5% 28 tetes/menit

c. Eliminasi (BAB dan BAK)


No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
BAB
1. Tempat pembuangan Popok Popok
2. Frekuensi 1–2 kali perhari 1 kali/hari
3. Konsistensi Lunak Lunak
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada
BAK
1. Tempat pembuangan Tempat tidur/popok Tempat tidur/popok
2. Warna Kuning muda Kuning muda
3. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

d. Istirahat tidur
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
.
1. Jam tidur
- Siang 09.00-11.00 09.00–13.00
- Malam 18.00-06.00 19.00-03.00
2. Kebiasaan sebelum Minum susu Di gendong dan
tidur minum susu
3. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

43
e. Personal hygiene
No. Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
a. Cara Dimandikan Klien dilap basah
b. Frekwensi 2 x sehari 1x sehari
c. Alat mandi Sabun Sabun
2 Cuci rambut
a. Frekuensi 2 x seminggu Tidak pernah
b. Cara Dibantu ibu Tidak ada
3. Gunting kuku
a. Frekuensi 1 x seminggu Kuku panjang dan kotor
b. Cara Dipotongkan oleh Tidak ada
ibunya
4. Gosok gigi
a. Frekuensi Tidak ada Tidak ada
b. Cara Tidak ada Tidak ada

12. Pemeriksaan fisik

a. Keadaaan umum klien lemah

b. Tanda-tanda vital

1) Suhu : 37,4º C

2) Nadi : 130 x/i

3) Respirasi : 36 x/i

c. Antropometri

1) Berat badan : 3,8 kg

2) Tinggi badan : 55 cm

3) Lingkar lengang atas : 8 cm

44
4) Lingkar kepala : 35 cm

5) Lingkar dada : 36 cm

6) Lingkar perut : 34 cm

d. Sistem pernapasan

1. Hidung

a) Inspeksi

Hidung simetri kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping hidung

tidak ada pembengkakan pada hidung, tidak ada secret yang

menghalangi penciuman.

b) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan pada permukaan

hidung.

2. Leher

a) Inspeksi

Tidak ada pembengkakan/benjolan pada leher, tidak ada peningkatan

vena jagularis.

b) Palpasi

Tidak ada benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

2. Dada

a) Inspeksi

Bentuk dada normal chest, pengembangan dada mengikuti irama

nafas, tidak ada retraksi otot-otot pernafasan.

45
b) Palpasi

Taktil fremitus seimbang kiri dan kanan

c) Perkusi: Bunyi perkusi sonor.

e. Sistem kardiovaskuler

1. Inspeksi

Congjungtiva tidak anemis : Bibir kering, tidak nampak adanya

pembesaran vena jagularis,

2. Palpasi : Arteri carotis teraba kuat.

3. Perkusi : Batas atas jantung pada ICS 2-3, batas kanan pada linea

media clavikularis kiri.

4. Auskultasi : Suara jantung : SI Lup S2 : Dup.

f. Sistem pencernaan

1. Mulut

1) Bibir kering

2) Mulut tidak ada stomatitis, kemampuan menelan baik, lidah nampak

bersih

3) Abdomen: perut nampak datar, peristaltik usus 12x/menit

2. Gaster tidak kembung

3. Anus tidak lecet

46
g. Sistem indra

1. Mata

a) Inspeksi

Kelopak mata baik, bulu mata panjang, alis tipis, lapang pandang

normal, mata tidak cekung, tidak ada edema palpebra, congjungtiva

merah muda, pupil isokor, bola mata dapat bergerak kesegalah

arah.

b) Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada peningkatan tekanan intra okuler.

2. Hidung

a) Inspeksi

Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada epitaksis,

ada secret yang menghalangi penciuman, penciuman baik dapat

membedakan bau.

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan tidak ada sinusitis.

3. Telinga

Inspeksi

Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada nanah dan serumen,

fungsi pendengaran baik karena klien dapat berespon terhadap suara.

h. Sistem syaraf

1. Fungsi serebral

a) Status mental

Orientasi waktu : Klien tidak bisa membedakan waktu.

47
Orientasi Tempat: Klien tidak bisa membedakan tempat.

Orientasi Orang : Klien belum mampu mengenal orang tuanya dan

keluarga yang ada disekitarnya.

b) Kesadaran

Eye : Membuka mata dengan spontan : 4

Motorik : Belum mampu mengikuti perintah sederhana : 5

Verbal : Mampu mengeluarkan suara saat menangis : 5

Skor GCS : 14, tingkat kesadaran compos mentis

c) Bicara ekpresive

Klien belum bisa berbicara dengan jelas.

2. Fungsi kranial

Nervus I (Olfaktorius)

Klien belum mampu membedakan bau

Nervus II (Optikus)

Lapang pandang baik dan mampu mengikuti arah

Nervus III (Okulamotorius)

Bola mata dapat bergerak segala arah

Nervus IV (Treaklaris)

Gerakan bola mata baik dan mampu melihat

Nervus V (Trigeminus)

Gerak mimic wajah normal

Nervus VI (Abdusent)

Klien dapat menggerakkan bola mata secara spontan

48
Nervus VII (Fasialis)

Klien mampu mengerutkan dahi

NervusVIII(Auditorius)

Fungsi pendengaran baik mampu mendengarkan suara tepukan

tangan

Nervus X (Vagus)

Klien dapat mengeluarkan suara saat menangis

Nervus XI (Assesorius)

Klien mampu menggerakkan bahu.

Nervus XII (Hipoglosus)

Klien mampu menyalurkan lidah dan mampu menggerakkan kepala.

3. Fungsi motoric

Kekuatan otot menurun, massa otot tidak mengalami hipertropi.

4. Fungsi sensorik

Klien mampu merasakan rabaan dan merespon nyeri.

5. Fungsi cerebellum

Keseimbangan koordinasi tidak baik karena klien belum mampu

duduk.

i. Sistem muskuloskeletal

1. Bentuk kepala : mesosephalus, gerakan baik dapat menggerakkan

kekiri dan kekanan

2. Mampu melakukan pergerakan aktif dan pasif dengan baik

3. Lutut : Tidak ada oedema

49
4. Kaki : Tidak ada oedema, gerakan baik

5. Tangan :Tidak ada pembengkakan, gerakan baik, tangan kanan

terpasang cairan infus Dekxtrose 5% 28 tetes/ menit.

j. Sistem intagumen

1. Rambut

Inspeksi : Warna rambut hitam, distribusi merata, dan mudah dicabut.

2. Kulit

Inspeksi : Warna kulit sawo matang, turgor kulit jelek.

3. Kuku

Inspeksi : Kuku panjang dan kotor, warna putih

k. Sistem endokrin

1. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.

4. Tidak ada ekskresi urine yang berlebihan.

5. Tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut.

l. Sistem perkemihan

1. Tidak ada oedema palpebra

2. Keadaan kandung kemih baik

3. Tidak ada hemoroid

m. Sistem immune

Klien tidak mengalami alergi.

50
13. Tes Diagnostic

a. Laboratorium (Tanggal 17-06-2017)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


LED 8 LK <10 mm/ 1 Jam
PR <15 mm/ 1 Jam
HB 10,7 g% LK 12-17 gr
PR 11,5-15 gr
Eritrosit 4.230.000 LK 4,5-5,5 juta/mm
Trombosit 574.000 150.000-450.000
Lekosit 12.300` 4,00-11,00 rb/mmk
Netrofil segment 63,4 50-70 %
Limfosit 33,0 20-40%
Monosit 3,6 2-8%

14. Terapi saat ini.

a. Infus Dekxtrose 5% 28 tetes/12 jam

b. Injeksi Amoxan 125 mg/8 jm/iv

c. Injeksi Colsancetine 125 mg/8 jam/iv

d. Injeksi Dexamethasone ½ ampul/8 jam/iv

51
4. Data Fokus

Tabel 3.5
Data Fokus pada Klien An. f dengan Gangguan Sistem Pencernaan: MEP
di Ruang Perawatan Anak I RSUD Tenriawaru
Watampone
No Data subjektif Data objektif

1. Ibu klien mengatakan berat badan 1. Klien nampak lemah


anaknya tidak bertambah 2. Klien nampak kurus
2. Ibu klien mengatakan pertumbuhan 3. Turgor kulit jelek
anaknya lambat 4. Produksi ASI tidak lancar
3. Ibu klien mengatakan anaknya tidak 5. Bibir klien nampak kering
suka minum susu formula 6. Kuku panjang dan kotor
4. Ibu klien mengatakan produksi ASI 7. Berat Badan = 3,8 kg
nya kurang 8. Tinggi Badan = 55 cm
5. Ibu klien mengatakan anaknya tidak 9. Lingkar lengan atas = 8 cm
pernah potong kuku 10. Lingkar dada = 36 cm
6. Ibu klien mengatakan perkembangan 11. Lingkar perut = 34 cm
klien lebih lambat dibanding 12. Ibu klien selalu bertanya
saudaranya. tentang kondisi anaknya
7. Ibu klien mengatakan cemas dengan 13. Orang tua nampak cemas
keadaan anaknya dengan kondisi anaknya
8. Ibu klien mengatakan tidak tahu
tentang penyakit anaknya

52
5. Analisa Data

Tabel 3.6
Analisa Data pada Klien An. F dengan Gangguan Sistem Pencernaan:
MEP di Ruang Perawatan Anak I RSUD Tenriawaru
Watampone
No Data Etiologi Masalah
1. DS: intake oral tidak adekuat Nutrisi
a. Ibu klien mengatakan berat kurang dari
badan anaknya tidak kebutuhan
bertambah kekurangan kebutuhan tubuh
b. Ibu klien mengatakan kalori protein dalam tubuh
perkembangan klien lebih
lambat dibanding kekurangan karbohidrat
saudaranya.
c. Ibu klien mengatakan Malnutrisi kalori protein
anaknya tidak mau minum
susu formula Nutrisi kurang dari
d. Ibu klien mengatakan kebutuhan
produksi ASI nya kurang
DO
a. Klien nampak lemah
b. Klien nampak kurus
c. Turgor kulit jelek
d. Produski ASI tidak lancar
e. Bibir klien nampak kering
f. Berat Badan = 3,8 kg
g. Tinggi Badan = 55 cm
h. Lingkar lengan atas = 8 cm
i. Lingkar dada = 36 cm
j. Lingkar perut = 34 cm

53
No Data Etiologi Masalah
2. DS: Kurang mengerti masalah Kurang
a. Ibu klien mengatakan kesehatan personal

anaknya tidak pernah hygiene

potong kuku Orang tua klien tidak


DO: pernah merawat
a. Kuku panjang dan kotor kebersiahan anaknya saat
b. Klien nampak lemah sakit

Kurang personal hygiene

Ansietas orang
3. DS : Perubahan status
tua
a. Ibu klien mengatakan kesehatan
cemas dengan penyakit
anaknya Koping individu tidak
b. Ibu klien mengatakan tidak efektif
tahu tentang penyakit
anaknya Kurang informasi tentang
DO: penyakit anaknya
a. Ibu klien selalu bertanya
Ansietas orang tua
dengan penyakit anaknya
b. Orang tua nampak cemas
dengan kondisi anaknya

54
6. Diagnosa keperawatan

Tabel 3.7
Diagnosa Keperawatan pada Klien An. F dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: MEP di Ruang Perawatan Anak I RSUD Tenriawaru
Watampone
Tanggal Tanggal
No Diagnosa Keperawatan
ditemukan teratasi
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 22-06-2017 Tidak teratasi
berhubungan dengan intake makanan
tidak adekuat.

2. Kurang personal Hygiene berhubungan 22-06-2017 23-06-2017


dengan kurang pengetahuan orang tua
merawat anaknya,

3. Ansietas orang tua berhubungan 22-06-2017 24-06-2017


kurangnya informasi tentang prognosis
penyakit anaknya, peubahan status
kesehatan.

55
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : An.”F” Diagnosa Medis : MEP


Umur : 4 bulan Ruangan : Perawatan Anak
J.Kelamin : Perempuan Tanggal : 22 Juni 2012
N Hari/ Diagnosa Perencanaan
o Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Jumat Perubahan Setelah 3 x 1. Kaji pola 1. Data dasar
22-6-2017 nutrisi kurang 24 jam klien untuk
kebutuhan diberikan intervensi
berhubungan tindakan selanjutnya
dengan intake perawatan 2. Timbang 2. Untuk
nutrisi yang nutrisi berat badan mengidentifik
tidak adekuat klien klien tiap asi
DS: terpenuhi hari kekurangan
a. Ibu klien dengan kebutuhan
mengatak kriteria : nutrisi klien
an 1. KU 3. Anjurkan ibu 3. Porsi makanan
anaknya Klien klien sedikit tapi
malas baik memberikan sering dapat
minum 2. Nafsu makanan memenuhi
susu makan dalam porsi kebutuhan
formula klie sedikit tapi asupan nutrisi
b. Ibu klien meningk sering klien
mengatak at 4. Berikan 4. Untuk
an ASI 3. Porsi makanan memenuhi
nya makan selingan dan kebutuhan
kurang dihabisk tawarkan dan selera
DO an makanan makan klien
a. Klien yang
nampak disenangi

56
N Hari/ Diagnosa Perencanaan
o Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
kurus 5. Berikan HE 5. Pengetahuan
b. Turgor pada klien keluarga klien
kulit jelek tentang tentang nutrisi
pentingnya membantu ibu
nutrisi bagaimana
cara
mencukupiny
a
2. Jumat Kurang Setelah 1 x 1. Kaji 1. Mengetahui
22-6-2017 personal 24 jam kebersihan pola kebiasaan
hygiene diberikan tubuh klien orang tua
berhubungan tindakan klien dalam
dengan perawatan mengaja
kurangnya personal personal
pengetahuan hygiene hygiene klien
orang tua terpenuhi 2. Mandikan 2. Memberikan
tentang dengan klien di kesegaran dan
personal kriteria : tempat tidur kenyamanan
hygiene 1. Kuku 3. Memotong 3. Mencegah
DS : klien kuku klien terjadinya
1. Ibu klien nampak invasi kuman
mengatakan bersih melalui kuku
anaknya dan tidak yang panjang
tidak panjang 4. Berikan HE 4. Dapat
pernah pada membantu
potong keluarga orang tua
kuku tentang klien
DO : personal bagaimana
1. Kuku hygiene menjaga

57
N Hari/ Diagnosa Perencanaan
o Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
panjang dan kebersihan
kotor anaknya
2. Klien selama sakit
nampak
lemah
3. Jumat Ansietas Setelah 1 x 1.Mengkaji 1. Data fokus
22-6-2017 orang tua 24 jam tingkat menentukan
berhubungan diberikan ansietas ibu interrvensi
dengan tindakan klien selanjunya.
kurangnya perawatan 2.Memberikan 2. Untuk
informasi ibu informasi pada mengurangi
tentang mengerti ibu klien ansietas
penyakit tentang orang tua
anaknya, penyakit klien
ditandai anaknya 3.Anjurkan ibu 3. Untuk
dengan: dengan klien untuk mengurangi
- Orang tua kriteria : memperhatika rasa takut
mengerti Ibu nanaknya klien
penyakit mengerti terhadap
anaknya penyakit reaksi
- Ibu tidak anaknya hospitalisasi
bertanya 4.Anjurkan 4. Keluarga
masalah orang tua klien merasa
penyakit untuk lebih
anaknya mengungkapk diperhatikan
an perasaan sehingga
orang tuanya dapat
mengungka
pkan

58
N Hari/ Diagnosa Perencanaan
o Tanggal Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
perasaannya
5.Memberi 5. Meningkatk
dorongan an
untuk selalu pengetahuan
berdoa klien
tentang
penyakit.

59
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An.”F” Diagnosa Medis : MEP


Umur : 4 Bulan Ruangan : Perawatan Anak
J.Kelamin : Perempuan Tanggal : 22 Juni 2017
No Hari/
Jam Implementasi
Dx Tanggal
1. Jumat 09.00 1. Mengkaji pola makan klien
22-6-2017 Hasil :
Klien tidak mau minum susu formula, ASI ibu
klien tidak banyak
09.05 2. Menimbang berat badan klien
Hasil :
Berat badan klien BB = 3,8 kg
09.10 3. Menganjurkan ibu klien untuk selalu menyusui
anaknya
Hasil :
Ibu klien mengatakan akan malas minum susu
melakukannya
09.15 4. Menganjurkan ibu memberikan makanan
tambahan seperti susu formula
Hasil : ibu klien mengatakan akan
melakukannya
09.20 5. Memberikan HE pada keluarga tentang nutrisi
Hasil :
Ibu klien mengatakan masih bingun makanan
yang pantas diberikan

2. Jumat 10.25 1. Mengkaji kebersihan diri klien


22-6-2017 Hasil :
Kuku klien nampak kotor dan panjang

60
No Hari/
Jam Implementasi
Dx Tanggal
10.30 2. Menganjurkan untuk memandikan klien
ditempat tidur
Hasil :Klien hanya dirapikan dan belum
dimandikan keluarga setuju anaknya
dimandikan besok
10.35 3. Menganjurkan keluarga klien untuk memotong
kuku klien
Hasil : Orang tua klien bersedia akan
melaksanankannya
10.40 4. Memberikan HE tentang personal hygiene
Hasil : Klien mengerti dan mau
melaksanakannya.

Jumat 10.45 1. Mengkaji tingkat ansietas ibu klien dengan


22-6-2012 hasil: Ibu klien mengatakan cemas tentang
penyakit anaknya
10.50 2. Memberikan informasi pada ibu klien tentang
penyakit anaknya dengan hasil : Ibu klien
belum mengerti.
10.55 3. Anjurkan ibu klien untuk memperhatikan
anaknya dengan hasil: Ibu klien selalu
memperhatikan anaknya
11.00 4. Memberi dorongan untuk selalu berdoa dengan
hasil : ibu klien selalu berdoa

Sabtu 09.00 1. Mengkaji pola makan klien


23-6-2012 Hasil :
Klien malas minum susu formula
09.05 2. Menimbang berat badan klien

61
No Hari/
Jam Implementasi
Dx Tanggal
Hasil :
Berat badan klien BB = 3,8 kg
09.10 3. Menganjurkan ibu klien untuk selalu menyusui
dan memberikan susu formula sedikit tapi
sering
Hasil :
Ibu klien mengatakan akan melakukannya
09.15 4. Memberikan makanan selingan dan
menawarkan makanan yang disukai
Hasil :
Klien menyukai makan bubur
09.20 5. Memberikan HE pada keluarga tentang nutrisi
Hasil :
Ibu klien mengatakan masih bingun makanan
yang pantas diberikan

Sabtu 09.25 1. Mengkaji kebersihan diri klien


23-6-2017 Hasil :
Kuku klien nampak kotor dan panjang
09.30 2. Menganjurkan untuk memandikan klien
ditempat tidur
Hasil :
Klien hanya dirapikan dan
belum dimandikan keluarga setuju anaknya
dimandikan besok
09.40 3. Menganjurkan keluarga klien untuk memotong
kuku klien
Hasil :
Orang tua klien bersedia akan

62
No Hari/
Jam Implementasi
Dx Tanggal
melaksanakannya
09.45 4. Memberikan HE tentang personal hygiene
Hasil :
Klien mengerti dan mau melaksanakannya

2. Sabtu 09.50 1. Mengkaji tingkat ansietas ibu klien dengan


23-6-2017 hasil: tingkat ansietas sedang dan ibu klien
mengatakan masih cemas tentang penyakit
anaknya
09.55 2. Memberikan informasi pada ibu klien tentang
penyakit anaknya dengan hasil : Ibu klien
belum mengerti.
10.00 3.Anjurkan ibu klien untuk memperhatikan
anaknya dengan hasil: Ibu klien selalu
memperhatikan anaknya
10.05 4. Memberi dorongan untuk selalu berdoa dengan
hasil : ibu klien selalu berdoa

Minggu 09.00 1. Mengkaji pola makan klien


24-6-2017 Hasil :
Klien masih tidak mau minum susu formula
Ibu klien ASI nya masih kurang
09.05 2. Menimbang berat badan klien
Hasil :
Berat badan klien BB = 3,8 kg
09.10 3. Menganjurkan ibu klien untuk selalu menyusui
anaknya
Hasil :
Ibu klien mengatakan akan melakukannya

63
No Hari/
Jam Implementasi
Dx Tanggal
09.15 4. Memberikan HE pada keluarga tentang nutrisi
Hasil :
Ibu klien mengatakan masih bingun makanan
yang pantas diberikan

3. Minggu 09.20 1. Mengkaji tingkat kecemasan orang tua klien


24-6-2017 Hasil:
Ibu klien mengatakan merasa tenang dan
mengerti tentang penyakit anaknya
09.30 2. Mendorong keluarga untuk mengungkapkan
perasaanya
Hasil:
Keluarga mengungkapkan perasaanya kalau
kurang asupan gizi

64
CATATAN EVALUASI

Nama Klien : An.”F” Diagnosa Medis : MEP


Umur : 4 Bulan Ruangan : Perawatan Anak I
J.Kelamin : Perempuan Tanggal : 22 Juni 2017
No Hari/ Evaluasi
Jam
Dx Tanggal
1. Jumat 16.00 S:
22-6-2017 - Ibu klien mengatakan anaknya malas
minum susu formula
- Ibu klien mengatakan ASI tidak banyak
O:
- Klien tidak mau minum susu formula
- ASI ibu klien tidak banyak
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji pola makan klien
2. Timbang berat badan klien
3. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui
anaknya
4. Berikan susu formula dan makanan
tambahan
2. Jumat 16.10 S:
22-6-2017 - Ibu klien mengatakan belum memotong
kuku anaknya
O:
- Kuku klien masih panjang dan nampak
kotor
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Ukur suhu tubuh klien

65
No Hari/ Evaluasi
Jam
Dx Tanggal
2. Memandikan pasien di tempat tidur
3. Anjurkan kepada keluarga untuk
memotong kuku klien
4. Berikan HE tentang personal hygiene
3. Jumat 16.15 S:
22 -6-2012 - Ibu klien mengatakan cemas dengan
kondisi anaknya
O:
- Ibu klien selalu bertanya tentang kondisi
anaknya
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2, dan 3
1. Kaji tingkat kecemasan orang tua klien
tentang penyakit anaknya
2. Dorong keluarga untuk mengungkapkan
perasaanya
3. Anjurkan orang tua untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan YME
2. Sabtu 14.00 S:
23-6-2012 - Ibu klien mengatakan anaknya masih
malas minum susu
- Ibu klien menngatakan ASInya masih
sedikit
O:
- Klien malas minum susu formula
- ASI kurang
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji pola makan klien

66
No Hari/ Evaluasi
Jam
Dx Tanggal
2. Timbang berat badan klien
3. Anjurkan ibu klien untuk selau menyusui
anaknya
4. Anjurkan ibu klien untuk memberikan
makanan tambahan
Sabtu 14.15 S:
23-6-2017 - Ibu klien mengatakan sudah memotong
kuku anaknya
O:
- Kuku klien nampak pendek dan bersih
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
Sabtu 14.20 S:
23-6-2017 - Ibu klien mengatakan masih cemas tentang
penyakit anaknya
O:
- Ibu klien selalu menanyakan kondisi
anaknya
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2, dan 3
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien
tentang penyakit anaknya
2. Dorong keluarga untuk mengungkapkan
perasaanya
3. Anjurkan orang tua untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan YME
3. Minggu 13.30 S:
24-6-2017 - Ibu klien mengatakan anaknya masih
malas minum susu formula

67
No Hari/ Evaluasi
Jam
Dx Tanggal
- Ibu klien mengatakan ASInya masih
kurang
O:
- ASI tidak banyak
- Klien malas minum susu formula
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji pola makan klien
2. Timbang berat badan klien
3. Berikan susu formula
4. Anjurkan untuk memberikan makanan
tambahan
Minggu 13.35 S:
24-6-2017 - Ibu klien mengatakan sudah tenang dan
mengerti penyakit anaknya setelah
dilakukan HE tentang penyakit anaknya
O:
- Ibu klien nampak tenang dan mengerti
tentang penyakit anaknya
A: Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

68
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien

An.”F” dengan penyakit malnutrisi energi protein (MEP) diruang perawatan anak

I kamar 2 RSUD Tenriawaru Watampone selama 3 hari perawatan, maka penulis

akan membahas kesenjangan antara teori yang ada dengan kenyataan yang

diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus di lapangan sekaligus

menganalisa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan

asuhan keperwatan.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien An.”F”, penulis

merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai 5 langkah kerja

yang meliputi pengkajian, diagnosa keperwatan, perencanaan/intervensi,

implementasi dan evaluasi yang akan penulis uraikan sebagai berikut:

A. Pengkajian

Menurut Hidayat. A, (2006: 7) bahwa fokus pengkajian pada anak

dengan malnutrisi energi protein (MEP) adalah pengukuran antropometri

(berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).

sistem integument, perubahan rambut (kusam, kering, halus, jarang dan

mudah dicabut). Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi),

edema palpebra, sistem pernapasan, Terdapat keluhan (batuk, sesak, ronchi,

retraksi otot intercostal), perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising

usus dapat meningkat bila terjadi diare. Edema tungkai, kulit kering,

69
hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama

pada bagian tubuh yang sering tertekan.

Sedangkan pada kasus klien An. F dengan gangguan sistem

pencernaan “Malnutrisi energi protein” di ruang zaal anak 1 BPRSUD

Tenriawaru yang penulis dapatkan gejala, yaitu:

DS:

1. Ibu klien mengatakan berat badan anaknya tidak bertambah

2. Ibu klien mengatakan pertumbuhan anaknya lambat

3. Ibu klien mengatakan anaknya tidak suka minum susu formula

4. Ibu klien mengatakan produksi ASI nya kurang

5. Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah potong kuku

6. Ibu klien mengatakan perkembangan klien lebih lambat dibanding

saudaranya.

7. Ibu klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya

8. Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya

DO:

1. Klien nampak lemah

2. Klien nampak kurus

3. Turgor kulit jelek

4. Produksi ASI tidak lancar

5. Bibir klien nampak kering

6. Kuku panjang dan kotor

7. Berat Badan = 3,8 kg

70
8. Tinggi Badan = 55 cm

9. Lingkar lengan atas = 8 cm

10. Lingkar dada = 36 cm

11. Lingkar perut = 34 cm

12. Ibu klien selalu bertanya tentang kondisi anaknya

13. Orang tua nampak cemas dengan kondisi anaknya

Adapun kesenjangan yang ditemukan dalam teori tidak ditemukan

dalam kasus, yaitu gambaran wajah seperti orang tua, perut tampak buncit,

hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare karena

angka metabolisme basal cenderung menurun. Edema tungkai, kulit kering.

Hal ini disebakan karena kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,

dengan kehilangan turgor kulit sehingga menjadi berkerut karena lemak sub

kutan hilang dan lemak terakhir hilang dari bantalan pengisap pipi sehingga

terjadi atropi jaringan akhirnya muka jadi seperti orang tua. Kemudian

produksi albumin dalam darah pun berkurang sehingga terjadi edema tungkai.

Sedangkan kesenjangan yang ditemukan dalam kasus An. F tidak

ditemukan dalam teori yaitu; klien nampak kurus, pertumbuhan klien lambat

dibanding saudaranya, turgor kulit jelek, status antropometri: Berat Badan =

3,8 kg, Tinggi Badan = 55 cm, Lingkar lengan atas = 8 cm, Lingkar dada = 36

cm, Lingkar perut = 34 cm. Hal ini disebabkan karena masukan kalori yang

tidak cukup, kebiasaan makan tidak tepat sehingga akan kekurangan asam

amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan

perbaikan sel.

71
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu persyaratan dari masalah

klien yang nyata ataupun potensial, dan membutuhkan tindakan keperawatan

sehingga masalah klien dapat ditanggulangi atau dikurangi. Diagnosa

keperawatan yang lazim ditemukan pada klien dengan gangguan protein

energi malnutrisi menurut Hidayat. A (2006: 6), ada lima diagnosa yang

lazim muncul antara lain sebagai berikut:

1) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan

menurun, gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya enzim yang

diperlukan dalam pencernaan makanan, adanya atrofi villi usus sehingga

dapat menganggu proses penyerapan.

2) Kurang volume cairan berhubungan dengan kemampuan proses penyerapan

yang kurang dan berkembang biaknya flora usus yang selanjutnya

menimbulkan diare.

3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tubuh mengalami

kekurangan zat gizi seperti kalori dan protein sehingga memudahkan

terjadinya kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet.

4) Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh khususnya

sistem kekebalan sehingga kekurangan zat gizi.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi tentang

penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi seimbang.

Dari data pengkajian penulis menegakkan 3 diagnosa yang dapat dijadikan

acuan dalam pemberian asuhan keperawatan, diantaranya:

72
1. Nutrisi kurang kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak

adekuat

2. Kurang personal hygiene berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

orang tua tentang personal hygiene

3. Ansietas orang tua berhubungan kurangnya informasi tentang prognosis

penyakit anaknya, perubahan status kesehatan.

Ada dua diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus An “F”

yang tidak ada dalam teori, yaitu: kurang personal hygiene berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang personal hygiene dan

ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Diagnosa

tersebut diangkat karena merupakan kebutuhan dasar klien yang didukung

oleh tanda dan gejala yang didapatkan pada saat penulis melaksanakan

pengkajian.

Disamping itu ada empat diagnosa keperawatan yang tidak

ditemukan pada kasus An “F” tetapi ada dalam teori, yaitu:

1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kemampuan proses

penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora usus yang

selanjutnya menimbulkan diare. Diagnosa ini tidak diangkat karena pada

saat melakukan pengkajian tidak ada ditemukan data-data yang menunjang

diagnosa tersebut.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tubuh mengalami

kekurangan zat gizi seperti kalori dan protein sehingga memudahkan

terjadinya kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet. Menurut penulis hal

73
ini tidak ada karena turgor kulit klien sudah membaik dan tidak ada tanda-

tanda terjadinya luka lecet pada kulit.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

khususnya sistem kekebalan sehingga kekurangan zat gizi. Diagnosa ini

tidak diangkat karena tidak ada data-data yang menunjang tanda-tanda

terjadinya risiko infeksi.

4. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya

informasi tentang penyakit dan prognosis penyakit anaknya. Diagnosa ini

tidak diangkat karena kecemasan orang tua klien lebih menonjol pada saat

dilakukan pengkajian.

Dengan demikian tidak semua diagnosa keperawatan yang ditemukan

dalam kasus nyata pada klien An. “F” dengan gangguan sistem pencernaan

“malnutrisi energi protein” terdapat dalam teori dan sebaliknya tidak semua

diagnosa keperawatan dalam teori dan ditemukan pada kasus An. “F”. Hal ini

disebabkan atau dipengaruhi oleh berat atau ringannya suatu penyakit dan

komplikasi yang dialami.

C. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawtan, selanjutnya penulis

menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai serta intervensi yang

tepat yang disesuaikan dengan masalah kebutuhan dan respon dari keluarga

klien.

Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang ditetapkan untuk

diterapkan secara langsung pada klien dengan malnutrisi energi protein (MEP).

74
Masalah kebutuhan dan respon keluarga klien mendasari penyusunan rencana

keperawatan yang akan dilaksanakan sehingga beberapa rencana keperawatan

berdasarkan diagnosa keperawatan klien malnutrisi energi protein (MEP)

disesuaikan dengan kondisi yang ditemukan.

Penyusunan rencana keperawatan melibatkan keluarga dan sumber

lain yang turut memfasilitasi dan menjadi dasar dalam penyusunan asuhan

keperawatan pada situasi nyata sehingga pemecahan masalah serta pemenuhan

kebutuhan klien menjadi efektif.

D. Implementasi

Semua tindakan yang dilakukan berdasarkan masing-masing masalah

dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang timbul sehingga tujuan yang

dicapai sesuai dengan tindakan yang dilakukan.

Dalam menentukan tindakan keperawatan pada setiap diagnosa,

intervensi keperawatan sedikit berbeda dengan teori karena masalah yang

diangkat dan penyebab masalah juga berbeda:

1. Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi tidak ditemukan kesenjangan

karena hampir semua intervensi dilakukan pada kasus terkecuali tindakan

pemasangan Sonde/Nasogastrik tube, dengan alasan klien tidak mengalami

kesulitan dalam menelan.

2. Pada diagnosa kurang personal hygiene berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan orang tua tentang perawatan anaknya tidak ditemukan adanya

kesenjangan karena hampir semua intervensi dilaksanakan pada kasus.

75
3. Pada diagnosa ansietas orang tua tentang prognosis penyakit anaknya

tidak ada ditemukan kesenjangan karena semua implementasi

dilaksanakan sesuai dengan intervensi serta penulis melakukan HE kepada

keluarga klien sehingga keluarga klien mengerti tentang penyakit dan

prognosis anaknya.

E. Evaluasi

Dalam pelaksanaan evaluasi terhadap masalah klien An “F” mengacu

pada tujuan yang telah ditetapkan. Dari tiga diagnosa yang rumuskan yaitu:

nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak

adekuat, kurang personal hygiene berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

orang tua tentang personal hygiene, dan ansietas orang tua berhubungan

dengan kurangnya informasi dan perubahan status kesehatan.

Diagnosa yang teratasi yaitu: kurang personal hygiene berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan diri anaknya, dan

ansietas orang tua tentang penyakit anaknya berhubungan dengan kurangnya

informasi hal ini di dukung oleh secara kognitif orang tua klien karena

kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri.

Sedangkan masalah diagnosa yang belum teratasi adalah nutrisi kurang

dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. Hal ini

disebabkan karena waktu atau kesempatan yang sangat singkat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan, dan paham orang tua akan kepercayaan

animisme yang dianut oleh klien masih kental.

76
BAB V

PENUTUP

Bertitik tolak dari uraian-uraian pada bab sebelumnya tentang malnutrisi

energi protein (MEP) maka dalam penerapan melalui asuhan keperawatan pada

klien An. “F” dengan gangguan sistem pencernaan: Malnutrisi protein energi

(MEP) di Ruang Perawatan Anak I kamar 2 RSUD Tenriawaru Watampone, maka

penulis menarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Data-data yang perlu dikaji pada kasus dimana Pengkajian keperawatan

pada An “F” dengan kasus malnutrisi energi protein (MEP), di dapatkan

tidak semuanya data menurut teori muncul pada studi kasus hal ini

sebabkan karena derajat penyakit yang diderita klien tidak akut serta telah

mendapatkan perawatan selama 10 hari.

2. Pada An. F diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan kondisi

klinis yang didapatkan pada saat mengkaji yang mengacu pada konsep

kebutuhan dasar manusia. Sehingga didapatkan beberapa diagnosa yang

muncul tetapi tidak ada dalam konsep teori.

3. Pada An.F, intervensi keperawatan yang direncanakan berdasarkan

masalah keperawatan yang didapatkan dari pengkajian yang telah

dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi, fasilitas serta sumberdaya

yang tersedia.

77
4. Pada An. F, pelaksanaan intervensi keperawatan berdasarkan kriteria

tujuan yang ingin dicapai dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien

5. Pada An. F, evaluasi pencapaian didasarkan pada kriteria tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

6. Pada An. F, pendokumentasian dari setiap proses asuhan keperawatan

yang dilakukan sangat mendukung dalam aspek legalitas dan yuridis

sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari proses asuhan yang

dilakukan secara paripurna dan kompherensif.

7. Pada dasarnya pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

An.”F” tidak sepenuhnya sesuai dengan teori sehingga penulis melakukan

asuhan keperawatan berdasarkan respon yang didapatkan pada saat

pengkajian dilakukan hal ini disebabkan karena klien telah mendapatkan

pengobatan dan perawatan selama 10 hari perawatan di rumah sakit.

B. Saran

1. Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis pada klien

malnutrisi energi protein (MEP), sehingga data-data yang didapatkan

akurat dan memudahkan dalam menganalisa kemungkinan masalah-

masalah yang ada dan mungkin timbul.

2. Dalam mengidentifikasi masalah yang timbul pada klien malnutrisi energi

protein (MEP), hendaknya fokus utama ditujukan pada klien kemudian

kepada keluarga dan harus memperhatikan kebutuhan klien secara

komprehensif baik bio-psiko-sosial dan spiritual.

78
3. Dalam penyusunan perencanaan keperawatan sebaiknya disusun

berdasarkan kebutuhan klien dengan melibatkan klien dan keluarga

dalam penyusunannya sehingga pelaksanaan proses keperawatan dapat

berhasil sesuai yang direncanakan.

4. Perlu diupayakan agar pelaksanaan penerapan proses keperawatan

dilakukan pada klien dari sejak masuk rumah sakit sampai keluar sehingga

dapat tergambar secara jelas manfaat proses keperawatan terhadap klien.

5. Evaluasi seyogyanya dilakukan berdasarkan tujuan diagnosa yang telah

ditetapkan sebelumnya yang dibedakan menjadi evaluasi proses dan

evaluasi hasil, sehingga bila diagnosa belum teratasi dapat dilakukan

modifikasi tindakan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.

6. Pendokumentasian sebaiknya dapat dimodifikasi seminimal mungkin.

sehingga mampu dilakukan oleh perawat ruangan tanpa harus

menggunakan waktu yang cukup lama hanya untuk menulis saja.

7. Perawat seharusnya mampu menganalisa kasus yang ditangani walaupun

didapatkan kesenjangan dengan teori, tetap harus berpatokan pada

pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

79
DAFTAR PUSTAKA

Budi Sustoyono. 2007. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan KEP. Yunan
kuliah, (online), (http://www.Jakarta.html, diakses 10 Juli 2012).
Hidayat. A. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, edisi 2. Salemba Medika.

Handayaningsih. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Mitra Cendikia Pers. Jakarta

Hidayat. A. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Mansjoer Arif. 2001. Buku Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.


Jakarta
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. EGC. Jakarta

Pusponegoro. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter


Anak Indonesia. Jakarta
Rusepno. Dkk. 2002. Askep pada anak kurang energi protein. (online).
(http://www.Bandung.html, diakses 10 Juni 2012)
Setiadi. Anatomi Fisiologi. 2007. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Smeltzer & Bare. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC. Jakarta

Syaifuddin. 2005. Anatomi Fisiologi. EGC. Jakarta

Wong. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. EGC. Jakarta

80

Anda mungkin juga menyukai