Anda di halaman 1dari 25

Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

Dosen Pembimbing : Wardatul Washila S.Kep.,Ns.

ss

Di susun oleh :

 Alfiatul  Patresia Noni B B


 Eka Amelia F  Ribby Mufidah Q
 Firda Dwi C  Zakiyatul M
 Ivan Adinata  Zeynatus Zehro
 Nita Damayanti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY


PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga Teknologi dalam beragama ini dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga
shalawat serta salam tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW .
Harapan penulis dengan diselesaikanya makalah ini, semoga memberi manfaat
yang baik untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai Teknologi
dalam beragama untuk pembaca yang bisa menjadikan makalah ini sebagai referensi.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak
lepas dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pengasuh
Yayasan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Dr. Nur Hamim, S.Kep., N.s M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Iin Aini Isnawati S,Kep,. N,s. M.Kes selaku wali kelas sarjana keperawatan
tingkat 1.
Dyah Amiyah Lindayani, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan
yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda-tanda
vital sangat dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita
dapatmembuat beberapa diagnose tentang apa yang dialami pasien/klien.
Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan pernafasa
nadi, tekanan darah dan suhu.
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien
dalam memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah
danmengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Data ini
jugamemberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan diussunnya
rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda-tanda vital inidilakukan
dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan umumklien.
(Perry, Potter.2005)
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dibentuk
rumusan masalah sebgai berikut :
1. Apa pengertian dari tanda-tanda vital?
2. Apa saja macam-macam tanda-tanda vital ?
3. Berapa jumlah tanda-tanda vital normal?
4. Apa indikasi dilakukan pemeriksan tanda-tanda vital ?
5. Apa tujuan dilakukan pemeriksan tanda-tanda vital?
6. Bagaimana cara melakukan pemeriksan tanda-tanda vital?
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan tentang pemeriksan tanda-tanda vital.
2. Bagi institut pendidikan
Mafaat makalah ini bagi institut adalah mengetajui tingkat kemampuan
mahasiswa sebagai peserta didik pemahaman tentang pemeriksan tanda-
tanda vital.
3. Bagi masyarakat
- Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pemeriksan
tanda-tanda vital.
- Sebagai bahan bacaan untuk mengatahui lebih dalam dan lebih
menyeluruh tentang pemeriksan tanda-tanda vital.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanda Tanda Vital


Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi.(Perry, Potter.2005) Tanda tanda vital atau tanda-tanda dasar meliputi:
1. Pemeriksaan Suhu Tubuh
2. Pemeriksaan Denyut Nadi
3. Pemeriksaan Pernafasan
4. Pemeriksaan Tekanan Darah
B. Macam Macam TTV
1. Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat.
Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda. Suhu
inti (coretemperature) yaitu suhu yang terdapan pada jaringan dalam seperti
ranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis.
Tempat pengukuran suhu yang paling efektif yaitu rectum, membrane
timpani, esophagus, arteri pulmonal, kandung kemih, rental. Suhu permukaan
(surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan,
lemak.
Tempat pengukuran suhu tubuh

Suhu Inti Suhu Permukaan


1. Rektal 1. Kulit
2. Membran timpani 2. Aksila
3. Esophagus 3. Oral
4. Arteri pulmonal
5. Kandung kemih
Lokasi Keuntungan Kerugian
Oral . 1. Mudah dijangkau-tidak 1. Dipengaruhi oleh cairan
membutuhkan perubahan atau makanan yang dicerna.
posisi. 2. Tidak boleh dilakukan pada
2. Nyaman bagi klien. klien yang bernapas dengan
3. Memberi pembacaan suhu mulut.
yang akurat 3. Tidak boleh dilakukan pada
klien yang mengalami
bedah atau trauma oral,
riwayat epilepsi, atau
gemetar akibat kedinginan.
4. Tidak boleh dilakukan pada
bayi, anak kecil, anak yang
sedang menangis, tidak
sadar atau tidak kooperatif.
5. Resiko terpapar cairan
tubuh.

Rektal 1. Terbukti lebih dapat 1. Pengukuran suhu inti


diandalkanbila suhu oral lebihlambat selama
tidak dapat diperoleh. perubahan suhu yang cepat.
2. Menunjukkan suhu inti 2. Tidak boleh dilakukan pada
klien yang mengalami
bedah rektal, kelainan
rektal, nyeri pada rektal,
atau yang cenderung
perdarahan.
3. Memerlukan perubahan
posisi dan dapat merupakan
sumber rasa malu dan
ansietas klien.
4. Resiko terpajan cairan
tubuh.
5. Memerlukan lubrikasi.
6. Dikontraindikasikan pada
bayi baru lahir.
Aksilla 1. Aman dan non-invasif 1. Waktu pengukuran lama.
2. Cara yanglebih disukai 2. Memerlukan bantuan
pada bayi baru lahir dan perawat untuk
klien yang tidak kooperatif mempertahankan posisi
klien.
3. Tertinggal dalam
pengukuran suhu inti pada
waktu perubahan suhu yang
cepat.
4. Memerlukan paparan
toraks.
Timpani/ 1. Tempat yang mudah 1. Alat bantu dengar harus
Aurikular dicapai. dikeluarkan sebelum
2. Perubahan posisi tubuh pengukuran.
yang dibutuhkan minimal. 2. Tidak boleh dilakukan pada
3. Memberi pembacaan inti klien yang mengalami
yang akkurat. bedah telinga atau membran
4. Waktu pengukuran sangat timpani.
cepat (2-5 detik). 3. Membutuhkan pembungkus
5. Dapat dilakukan tanpa probe sekali pakai.
membangunkan atau 4. Keakuratan pengukuran
menggangu klien. pada bayi baru baru lahir
dan anak di bawah usia 3
tahun masih diragukan.
5. Variabilitas pengukuran
melebihi pengukuran
variabilitas alat suhu inti
yang lain.

2. Denyut Nadi
Nadi adalah sensasi aliran darah yang menonjol dan dapat diraba diberbagai
tempat pada tubuh. Nadi merupakan salah satu indicator status indikasi. Nadi
diatur oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatik dan saraf para simpatik.
Untuk memeriksa denyut nadi, kita dapat memeriksanya pada tempat- tempat
berikut ini :
a. Arteri radialis : pada pergelangan tangan
b. Arteri temporalis : pada tulang pelipis
c. Arteri karotis : pada leher
d. Arteri femoralis : pada bagian selangkangan paha
e. Arteri dorsalispedis : pada punggung kaki
f. Arteri popliteal : pada lipatan lutut
g. Arteri brakialis : pada siku bagian dalam
h. Iktuskordis : pada dinding iga 5-7
3. Pernafasan
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara
menggunakan atmosfer dengan darah serta darah dengan sel. Pernafasan
termasuk fentilasi (pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru), difusi
(pergerakan oksigen dan karbon dioksida antata alveoli dan sel darah merah),
dan perfusi (distribusi sel darah merah ke dan dari kapiler paru).
4. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah mengalir pada
sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Sistol, kontraksi jantung
mendorong darah dengan tekanan tinggi. Diastole, tekanan minimal yang
mendesak dinding arteri setiap waktu.

C. Jumlah TTV Normal


Rentang normal dan abnormal tandatanda vital orang dewasa (Schriger,2012).

Normal Abnormal
Suhu 36°-38° C (96.8°-100.4° 40° C (104° F)
F)
Nadi 60-100 denyut/menit <45 denyut/menit,
>130 denyut/menit
Pernapasan 12-20 nafas/menit <10 nafas/menit,
>26 nafas/menit
Saturasi Oksigen 95-100% < 90%

Tekanan Darah Sistolik 90-130 mm Hg < 80 mm Hg,


>200 mm Hg

Tekanan Darah 60-90 mm Hg < 55 mm Hg,


Diastolik >120 mm Hg
Batas normal tanda vital untuk dewasa menurut Potter dan Perry 2005 :

Batas suhu : 36o sampai 38oC

 Oral rata-rata : 37oC


 Rektal rata-rata : 37,5oC
 Aksila rata-rata : 36,5oC

Nadi

60-100 denyut/menit

Tekanan Darah

Rata rata = 120/80 mm Hg

Hipertensi : Sistolik diatas 140 mm Hg


Diastolik di atas 90 mm Hg

Hipotensi : Sistolik di bawah 90mm Hg dengan tanda-tanda pusing dan


peningkatan nadi.

D. Indikasi Dilakukan TTV


Menurut Potter dan Perry (2005) pengukuran tanda vital diperlukan saat:
1. Ketika klien masuk ke fasilitas perawatan kesehatan
2. Di rumah sakit atau fasilitas perawatan pada jadwal rutin sesuai program
dokter atau standar praktik institusi.
3. Sebelum dan sesudah prosedur bedah
4. Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif
5. Sebelum dan setelah pemberian medikasi yang mempengaruhi
Kardiovaskuler, pernafasan dan fungsi kontrol suhu.
6. Ketika kondisi umum fisik klien berubah
7. Sebelum dan setelah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda vital.
8. Ketika klien melaporkan gejala non-spesifik distres fisik.
E. Tujuan TTV
Tujuan pemeriksaan tanda-tanda vital (Potter Perry, Fundamental of nursing
(Jakarta:EGC,2005), 814) :
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaannya.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

F. Cara Pemeriksaan TTV


1. Mengukur Suhu

Alat dan Bahan


1. Termometer yang tepat
2. Pelumas (untuk thermometer rektal)
3. Tiga buah botol, yaitu:
a. Botol 1: larutan sabun
b. Botol II: larutan disenfektan
c. Botol III: air bersih
4. Bengkok/ nnierbekken, tissue, vaselin.
5. Pembungkus plastic(pembungkus probe sekali pakai).
6. Sarung tangan/ gloves dan buku catatan suhu.

Persiapan

1. Persiapan lingkungan dank lien.


a. Jaga privasi klien dengan menutup tirai atau tutup pintu (pemeriksaan
aksila/ rektal).
b. Atur posisi duduk/ berbaring(aksila/oral), miring(rektal).
2. Persiapan perawat saat akan melakukan tindakan.
a. Kaji tanda dan gejala perubahan suhu dan factor yang secara normal
mempengaruhi suhu tubuh.
Rasional: tanda dan gejala fisik dapat mengindifikasikan suhu tubuh yang
abnormal. Perawat dapat secara akurat mengkaji sifat dari variasi tubuh
tersebut.
b. Jelaskan bagaimana cara mengukur suhu tubuh tersebut dan pentingnya
menjaga posisi yang tepat sampai pembacaan lengkap.
Rasional : klien sering ingin tau mengenai berapa suhu tibuhnya dan harus di
peringatkan supaya tidak megambil thermometer sebelum waktunya untuk
waktu pembacaan.
c. Ketika mengukursuhu oral, tunggu 20-30 menitsebelum mengukur suhu
jika klien merokok atau makan atau minum yang panas atau dingin.
Rasional : merokok dan substansi yang oanas atau dingin daoat
menyebabakan kesalahan pembacaan suhu dalam rongga oral.
d. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
Rasional: mengurangi penularan mikroorganisme.

Prosedur Kerja

Pemeriksaan Suhu Oral Termometer Kaca

1. Lakukan langkah persiapn a-b


2. Bantu klien untuk memperoleh posisi yang mudahkan akses ke mulut.
Rasional: memastikan kenyamanan dan keaakuratan pembacaan suhu.
3. Gunakan sarunga tanagan sekali pakai. Rasional: sarung tangan harus
dikenalkan bila menangani bahan yang kotor oleh cairan tubuh (missal
saliva)
4. Pegang bagian ujung thermometer kaca yang berkode warna (blue tip)
dengan ujung jari.
Rasional: mengurang kontramiasi oleh ujung thermometer.
5. Jika thermometer disimpan pada tempat yang mengandung disemfektan, cuci
dengan air dingin sebelum digunakan. Rasional: menghilangakn larutan yang
mengiritasi mukosa oral. Air panas dapat menyebabkan pemuaina dan ujung
pada thermometer pecah.
6. Ambil tissue lembut dan bersihkan bagian ujung thermometer dengan
gerakan rotasi, buang tisu. Rasional: mengrangi kontaminasi pada ujung
thermometer.
7. Baca derajat air raksa ketika memegang thermometer secara orizontaldan
putar thermometer dengan lembut. Rasiona: derajat air raksa harus dibawah
35,5℃. Bacaan thermometer harus dibawah suhu tubuh sebelum digunakan.
8. Air raksa berada di atas derajat yang diinginkan. Pegang ujung thermometer
dengan baik dengan berdiri agak jauh dari benda-benda keras. Kemudian
kibaskan tangan jearah bawah dengan kuat seperti memukuldengan cambuk.
Tetap dilakukan sampai derajat air raksa 35,3℃. Rasional: kibasan yang
cepat menurunkan derajat air raksa dalam tabung gelas. Berdiri ditempat
terbuka menghundari supaya termoeter tidak pecah.
9. Masukan thermometer kedalam bungkus plastik. Rasional: mengurangi
kintak dengan saliva.
10. Minta klien untuk membuka mulut dan dengan lembut letakkan thermometer
dibawah lidah kantung sublingual posterior mendatar terhadap bagian tengah
rahang bawah. Rasional: panas dari arteri pada kantung sublingual
menghasikan bacaan suhu.
11. Minta klien menahan thermometer dengan bibir tertutup. Hati- hati tertusuk.
Rasional: mempertahankan posisi thermometer yang sesuai selama
pencatatan. Pecahnya thermometer dapat menyebabkancedera mukosa dan
keracunan air raksa.
12. Biarkan thermometer dibawah lidah selama tiga menit sesuai aturan.
Penelitian mengenai lamanya waku untuk pencatatan berbeda-beda.
Holtzclaw (1992) merekomendasikan tiga menit.
13. Ambil thermometer dengan hati-hati dan lepaskan serta buang pembungkus
plastic. Baca thermometer sejajar dengan mata posisi horizontal. Rasional:
memastikan bacaan yang akurat.
14. Beritahu klien bacaan tersebut. Rasional: meningkatkan partisipasi dalam
perawatdan pemahaman kondisis kesehatan.
15. Bersihkan sekresi dari thermometer denagn lembut. Bersihkan dengan
gerakan rotasi dari jari kearah ujung thermometer. Buang tisu. Simpan
thermometer dalam wadah di samping tempat tidur. Rasional: membersihkan
dari area yang sedikit terkontaminasi ke yang lebih banyak terkontaminasi.
16. Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan. Rasional: menulari
penularan mikroorganisme.
17. Lakukan langkah penyelesaian.

Pemeriksaan Suhu Aksila

Persiapan alat
1. Termometer dalam larutan disinfektan
2. Piala ginjal atau bengkok
3. Buku catatan
4. Alat tulis

Persiapan pasien

Jelaskan pada pasien tentang dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

Cara kerja

1. Cuci termometer, keringkan, dan turunkan air raksa hingga 35° C.


2. Jelaskan prosedur, cuci tangan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
5. Atur posisi klien.
6. Buka pakaian atas pasien, kalau perlu keringkan ketiak dengan handuk.
7. Tentukan letak aksila dan bersihkan dengan tisu.
8. Letakkan termometer diketiak sehingga bagian reservoir terletak tepat
ditempat ketiak.
9. Pastikan termometer menempel dipermukaan kulit aksila kemudian
silangkan tanggan pasien diatasnya (lengan klien fleksi diatas dada).
10. Setelah 3-10 menit, termometer diangkat dan baca hasil.
11. Catat hasil.
12. Bersikan thermometer dengan tisu.
13. Cuci dengan air sabun, disinfektan, dan bilas air bersih, lalu keringkan.
14. Buat grafik/kurva pada lembaran status pasien dengan tepat dan benar.
15. Cuci tangan.

Perhatian

Jangan memasang thermometer pada ketiak yang baru dikompres dan ketiak
yang luka.
Sikap

1. Berhati-hati agar tidak memecahkan thermometer.


2. Membaca hasil pengukuran dengan teliti dan tepat dan mencatat hasil
dengan benar.

Mengukur Suhu Tubuh Melalui Oral

Persiapan alat

1. Thermometer dalam larutan disinfektan (sebaiknya milik pasien sendiri).


2. Piala ginjal atau bengkok.
3. Buku catatan.
4. Alat tulis.

Persiapan pasien

Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan.

Cara kerja

1. Cuci thermometer, keringkan, dan turunkan air raksa hingga 35°C.


2. Cuci tangan, kemudian letakkan alat-alat dimeja pasien.
3. Minta pasien untuk membuka mulutnya.
4. Cek kembali thermometer, kemudian letakkan ujung thermometer
dibawah lidah pasien sampai batas reservoir.
5. Minta pasien mengatupkan mulutnya selama 5 menit.
6. Ingatkan pasien untuk tidak berbicara selama thermometer dipasang.
7. Setelah 3-5 menit angkat thermometer, lap dengan kertas, lalu baca dan
catat hasilnya.
8. Bereskan alat-alat.
Perhatian

1. Sebelumnya pasien tidak boleh meminum minuman minuman


panas/dingin.
2. Pasien harus mempunyai thermometer sendiri.
3. Bentuk thermometer berbeda dengan thermometer untuk ketiak/rektal.
4. Pengukuran suhu seperti ini tidak berlaku untuk bayi dan anak-anak.

Mengukur Suhu Tubuh Melalui Rektal

Persiapan alat

1. Thermometer dalam larutan disinfektan.


2. Piala ginjal atau bengkik.
3. Buku catatan.
4. Alat tulis.

Persiapan pasien

Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan.

Cara kerja

1. Cuci thermometer, keringkan, dan turunkan air raksa hingga 35°C.


2. Cuci tangan, kemudian letakkan alat-alat didekat pasien.
3. Posisikan pasien miring (posisi sims).
4. Turunkan pakaian pasien sampat dibawah bokong.
5. Periksa thermometer, kemudian oleskan ujungnya dengan vaselin
(pelumas) lalu masukkan melalui anus (sampai batas reservoir air raksa);
thermometer tetap dipegang.
6. Setelah tiga menit keluarkan thermometer, lap dengan kertas, kemudian
baca dan catat hasilnya.
7. Bereskan alat.

Perhatian

1. Cucilah tangan sebelum dan sesudah melakukan prosedur.


2. Sebelum digunakan, cek thermometer untuk mengetahui apakah
kondisinya baik dan apakah air raksa sudah diturunkan.
3. Pada saat menurunkan air raksa, pastikan thermometer dalam keadaan
kering dan jangan sampai menyentuh sesuatu.
4. Jangan membersihkan thermometer dengan air pasan.
5. Sebaiknya jangan mengukur suhu pasien pada saat pasien baru bangun
tidur.

Sikap

1. Berhati-hati agar tidak memecahkan thermometer.


2. Sopan terhadap pasien.
3. Membaca hasil pengukuran dengan teliti dan tepat dan mencatat hasil
dengan benar.

Pemeriksaan Suhu Rektal Termometer Kaca

1. Lakukan langkah persiapan.


2. Pasang gorden disekeliling tempat tidur dan atau tutup pintu kamar. Tutup
bagian atas tubuh klien dan ekstremitas bawah dengan kain atau selimut.
3. Bantu klien untuk posisi sims dengan fleksi kaki bagian atas. Tarik klien
tempat tidur untuk hanya memaparkkan area anal. Rasional: memajankan
area anal untuk penempatan thermometer yang tepat.
4. Siapkan thermometer seperti yang digambarkan pada “Suhu Oral
Termometer Kaca” langkah 4-8. Air raksa harus dibawah derajat suhu
sebelum insersi.
5. Beri pelumas secukupnya diatas tisu. Celupkan ujung thermometer pada
pelumas 2,5-3,5 cm untuk dewasa atau 1,2-2,5 cm untuk anak-anak.
Rasional: lunrikasi meminimalkan trauma terhadap mukosa rektal saat
pemasukan. Tisu dipakai untuk menghindari kontaminasi terhadap
pelumas yang ada diwadah.
6. Pakai sarung tangan sekali pakai. Sarung tangan harus digunakan saat
memegang bahan yang terkena cairan tubuh.
7. Dengan tangan nondominan renggangkan bokong untuk memaparkan
anus. Rasional supaya anus terliat seluruhnya untuk memudahkan
pemasukkan thermometer.
8. Minta klien untuk bernapas perlahan dan rilesk. Rasional: merilekskan
sfingter anal untuk memudahkan pemasukan thermometer.
9. Masukkan thermometer dengan lembut kedalam anus kearah umbilicus.
Masukkan 1,2 cm untuk anak-anak dan 3,5 cm untuk dewasa. Jangan
mendorong paksa thermometer, jika terasa ada tahanan saat memasukkan,
Tarik segera thermometer, jangan dipaksakan. Rasional: memastikan
paparan yang adekuat terhadap pembuluh darah dinding dan mencegah
trauma terhadap mukosa. Thermometer kaca dapat pecah.
10. Biarkan thermometer selama kira-kira tiga menit sesuai ketentuan.
Rasional:mencegah cedera pada klien. Stepen dan Sexton (1987)
menyimpulkan bahwa perubahan setelah tiga menit signifikansinya kecil.
11. Keluarkan thermometer dengan hati-hati dan bersihkan sekresi dengan
tisu. Bersihkan dengan gerakan memutar dari jari kearah ujung
thermometer. Buang tisu. Rasional: menghindari kontak dengan
mikroorganisme. Membersihkan diri dari area yang sedikit
kontaminasinya ke yang paling terkontaminasi.
12. Baca thermometer sejajar mata. Rasional:memastikan bacaan yang akurat.
13. Beritahu klien hasil pembacaan suhuny. Rasional: meningkatkan
partisipasi dalam perawatan dan pemahaman kondisi.
14. Bersihkan area anal. Rasional: memberikan kenyamanan.
15. Membantu klien kembali keposisi nyaman. Rasional:memulihkan
kenyamanan.
16. Mencuci thermometer dengsn menggunakan air hangat bersabun, cuci
dengan air dingin, kemusian keringkan, dan taruh kembali pada
tempatnya. Rasional: secara mekanis membuang materi organic yang
mungkin mengandung mikroorganisme dan menghalangi efek disinfektan.
Mencegah pecahnya tempat penyimpanannya.
17. Buang sarung tangan. Cuci tangan. Rasional: untuk menguragi penularan
mikroorganisme.
18. Lakukan langkah penyelesaian 1-3.

2. Menghitung Denyut Nadi


Persiapan alat
1. Arloji yang ada jarum detiknya
2. Buku catatan
3. Alat tulis

Persiapan pasien

Jelaskan pada oasien tentang tujuan dan prosedurmtindakan yang akan


dilakukan.

Cara Kerja

1. Cuci tangan
2. Letakkan tiga jari tengah diatas arteri tertentu.
3. Hitung frekusensi denyut nadi selama 15 detik kemudian hasilnya
dikalikan empat.
4. Bila nadi tidak teratur, hitung selama satu menit penuh.
5. Amati volume nadi (keras/lemah denyutan).
6. Amati irama nadi (teratur/tidak).
7. Catat frekuensi nadi pada buku catatan.
8. Bila perlu, catat pada volume dan iramanya.
9. Cuci tangan.
10. Buat grafik/kurva pada status pasien dengan tepat dan benar.

Perhatian

1. Pada waktu menghitung denyut nadi, perhatikan pula volume, irama, dan
frekuensi nadi.
2. Jangan menghitung denyut nadi apabila tangan baru saja memegang es.
3. Perhitungan denyut nadi sebaiknya lebih sering dilakukan apabila keadaan
umum pasien kurang baik atau jika diperlukan pada waktu-waktu tertentu;
hasilnya dicatat pada daftar khusus.
4. Jika ada kelainan (hasil yang abnormal) segera laporkan kepada dokter.

Sikap

1. Sopan kepada pasien


2. Tidak tergesa-gesa
3. Menghitung denyut nadi dan mencatat hasil dengan tepat dan benar

3. Cara Kerja Menghitung Pernafasan


Persiapan alat
1. Arloji yang dilengkapi jarum detik
2. Buku catatan
3. Alat tulis
4. Stetoskop, jika perlu

Cara kerja
1. Cuci tangan
2. Posisikan tangan seperti menghitung denyut nadi
3. Pastikan klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik. Rasional:
ketidaknyaman dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
4. Menghitung pernapasan dengan menghitung turun naiknya dada sambil
memegang pergelangan tangan. Rasional: memegang tangan pasien bisa
mencegah perubahan kecepatan pernapasan, karena merasa diamati.
5. Observasi siklus pernapasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi).
Rasional: menjamin hitungan mulai dengan siklus pernapasan norml.
6. Hitung frekuensi pernapasan ketika inspirasi pada dada atau perut selama
satu menit penuh. Rasional: menjamin hasil perhitungan lebih akurat.
7. Sebaiknya jangan ajak pasien bicara.
8. Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernapasan dangkal,
dalam, atau normal, apakah irama normal. Rasional: karakter normal
ventilasi dapat menunjukkan perubahan khusus/status penyakit.
9. Catat hasil jumlah,kedalam, irama, dan bunyi napas pada bagan. Laporkan
adanya tanda perubahan pernapasan. Rasional: memberikan data untuk
pengamatan perubahan pada kondisi pasien.

4. Posedur Pemeriksaan Tekanan Darah


Persiapan Alat
1. Sphygmomanometer/tensimeter
2. Stetoskop
3. Manset
4. Buku catatan
5. Alat tulis

Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Cara Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Siapkan alat tensimeter dan stetoskop.
3. Cuci tangan.
4. Siapkan klien: berbaring dengan posisi supinasi.
5. Lengan baju klien digulung.
6. Pasang manset tensimeter setinggi detak jantung atau 2,5 cm di atas fossa
kubiti (jangan terlalu kencang dan jangan terlalu longgar).
7. Tepi bawah manset letakkan 2,5 cm di atas arteri brakialis.
8. Hubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset.
9. Tutup skrup ba;on karet.
10. Buka kunci reservoir.
11. Pasang stetoskop.
12. Ketahui lokasi arteri brakialis dan letakkan bel atau difragma chestpiece di
atasnya.
13. Ukur tekanan darah dengan cara auskultasi.
14. Naikkan tekanan darah dalam manset sambilmeraba arteri radialis sampai
denyutan hilang (tekanan sistolik manual).
15. Tekanan dinaikkan lagi kira-kira 30 mmHg dari tekanan sistolik klien
hasil perabaan manual. Kemudian turunkan perlahan.
16. Tentukan tekanan sistolik dengan mendengarkan bunyi pertama dari
tekanan pembuluh darah.
17. Turunkan tekanan dalam manset dengan kecepatan 4 mmHg/detik sambil
mendengarkan hilangnya bunyi tekanan pembuluh darah (tekanan
distolik).
18. Mengulang tekanan darah sekali lagi dengan air raksa di dalam tensimeter
dan dikembalikan pada angka nol.
19. Kempiskan manset dengan sempurna.
20. Buka manset dari lengan.
21. Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman dan tutup kembali lengan atas.
22. Beritahu hasil pada klien.
23. Cuci tangan.
24. Catat di catatan dokumtasi.

Sikap

1. Sopan terhadap pasien.


2. Bekerja dengan hati-hati sehingga tensimeter/stetoskop tidak
terjatuh/rusak.
3. Jangan ragu dan tergesa-gesa.
4. Dengarkan bunyi sistol dan diastol dengan cermat serta catat hasil
pengukuran dengan tepat dan benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya adalah
kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda vital
seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu badan, dan berat badan.
Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan penting kepada masyarakat atau
pun pasien dan bertujuan untuk menambah pengetahuan. Seperti padatekanan
darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan darah akan
meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang itu juga
berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah. Pernapasan
dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan tekanan darah 
B. SARAN
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda-tanda
vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda-tanda vital maka kita
tidak bisa memberikan evaluasi respon klien terhadap intravenayang diberikan
karena pemeriksaan tanda- tanda vital merupakan bagian
dari proses pemeriksaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Febtrina Rizka, Eka Malfasari. 2018. Analisa nilai tanda tanda vital pasien gagal
jantung. Health Care : Jurnal Kesehatan 7(2).

Melyana, Afrias Sorotama. 2019. Implementasi peringatan abnormalitas tanda-tanda


vital pada Telemedicine Workstation.

Mubarak.dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1. Jakarta : Salemba
medika.

Potter, Patricia A. 2005. Fundamental of Nursing vol.1,E/4. Jakarta : EGC.

Sulistyowati Agus. 2018. Pemeriksaan tanda tanda vital. Sidoarjo : Akademi


Keperawatan Kerta Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai