BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
PREMATURITAS
A. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir (Prawiharjo, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002).
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan, yaitu:
b. Inflamasi/infeksi
c. Perdarahan plasenta
d. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada
primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik.Adanya stres fisik maupun psikologi
menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan
menyebabkan terjadinya persalinan prematur.Aksis HPA inimenyebabkan timbulnya
insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun
janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon CorticotropinReleasing Hormone
(CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor
oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-
2,dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta danpembesaran kelenjar
adrenal.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan
oleh kehamilan kembar,polyhydramnionatau distensi berlebih yang disebabkan olehkelainan
5
uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin,
dan COX-2.
Faktor risiko adalah pengalaman, perilaku, tindakan, atau aspek-aspek pada gaya
hidup, yang dapat memperbesar peluang terkena atau terbentuknya suatu penyakit, kondisi,
cedera, gangguan, ketidakmampuan, atau kematian. Dalam hal ini, faktor risiko adalah
kondisi atau keadaan pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko atau
bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang mengakibatkan terjadinya persalinan
prematur.
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress), kecemasan yang tinggi dapat
meningkatkan kejadian prematur.Pekerjaan fisik yang berat, yang mengkondisikan ibu
hamil untuk berdiri lama, seperti Sales Promotion Girl (SGP), perjalanan panjang dan
pekerjaan yang mengangkat beban berat berisiko melahirkan prematur.Sebuah studi di
University College Dublin, Irlandia mengatakan bahwa wanita hamil yang pekerjaannya
menuntut kekuatan fisik lebih beresiko melahirkan secara prematur atau lahir dengan berat
badan di bawah normal. Selain itu tingkat stres serta waktu kerja yang panjang juga akan
berdampak buruk bagi si calon bayi.
3) Umur
Umur merupakan faktor penting dalam menentukan waktu yang ideal untuk hamil.Umur
yang paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar 20 – 35 tahun. Pada usia ini
wanita dalam keadaan optimal dengan kata lain risiko angka kesakitan (morbiditas) dan
6
kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan dalam
kelompok usia tersebut paling rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Risiko
ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada ibu yang berusia 35
tahun dan lebih tua adanya risiko mengalami masalah seperti tekanan darah tinggi,
diabetes selama hamil (diabetes yang terjadi selama kehamilan), dan komplikasi selama
persalinan.Anak yang dilahirkan oleh ibu remaja mengalami berbagai masalah di
antaranya; perkembangan yang terhambat, prematur, dan BBLR.Hal ini biasanya
disebabkan karena gizi ibu remaja yang buruk.Bayi yang baru lahir dari ibu yang remaja
cenderung untuk lahir prematur, BBLR, dan menderita gangguan pertumbuhan dan
kecacatan.Sehingga risiko kematian bayi juga lebih tinggi bila ibunya berusia kurang dari
20 tahun. Ibu yang hamil dengan usia di bawah 18 tahun dan lebih 35 tahun, mempunyai
risiko tinggi untuk melahirkan bayi prematur dan persalinan premature dengan tindakan
akan meningkatkan 2-4 kali lipat atau meningkatkan sekitar 40% pada ibu di atas 40
tahun.
4) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum kehamilan atau
persalinan. Paritas dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu:
a. Nullipara: Golongan ibu dengan paritas 0 (ibu yang telah pernah melahiran bayi)
b. Primipara: Golongan ibu dengan paritas 1 (wanita yang belum pernah melahirkan
bayi sebanyak satu kali)
c. Multipara: Golongan ibu dengan paritas 2-5 (wanita yang belum pernah melahirkan
bayi sebanyak dua hingga lima kali)
d. Grande Multipara: Golongan ibu dengan paritas >5 (wanita yang belum pernah
melahirkan bayi sebanyak lebih dari lima kali)
Berdasarkan hasil penelitian Irmawati tahun 2010, ibu yang melahirkan anak pertama
akan mengurangi risiko terjadinya persalinan prematur (OR 0,56), jadi primipara
merupakan faktor proteksi terhadap kejadian persalinan prematur. Ibu dengan paritas
tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali) cenderung mengalami komplikasi dalam
kehamilan yang akhirnya berpengaruh pada hasil persalinan.Paritas tinggi meupakan
paritas rawan karena banyak kejadian obstetri patologi.Hal ini disebabkan pada ibu
7
yang lebih dari satu kali mengalami kehamilan dan persalianan fungsi reproduksi
telah mengalami penurunan.
5) Riwayat Abortus
Menurut definisi WHO, abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat kurang
dari 500 gram atau setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan.Aborsi bisa
meningkatkan risiko infeksi yang bisa mempengaruhi kehamilan selanjutnya.Aborsi dapat
merusak dinding rahim, tempat janin tumbuh dan berkembang.Dinding rahim merupakan
tempat melekatnya plasenta, salah satu fungsi plasenta ialah tempat pembuatan hormon-
hormon dan jika plasenta tidak bekerja dengan baik maka pembuatan hormon terganggu.
Jika kadar progesterone turun akan timbul kontraksi pada rahim. Kejadian abortus diduga
mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan
maupun pada hasil kehamilan itu sendiri.Wanita dengan riwayat abortus mempunyai
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, dan
BBLR. Penelitian Rahmawati (2006) di Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta pada
periode waktu 2003-2005 mendapatkan bahwa ibu yang mengalami persalinan prematur
memiliki peluang 2,5 kali memiliki riwayat abortus dibandingkan dengan ibu yang
mengalami persalinan matur.
6) Antenatal Care
Antenatal care merupakan pengawasan sebelum persalian terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar. Pelayanan ANC yang sesuai standar meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi
fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status
imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) bila diperlukan,
pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan
khusus), termasuk P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi )
serta KB pasca persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS Dr. Hasan
Sadikin Bandung diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan
(ANC) mempunyai risiko mengalami persalinan prematur sebanyak 3,1 kali (95%CI:2,38-
4,07) dibandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC).
8
7) Anemia Kehamilan
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin yang menurun.Kategori anemia yaitu jika HB <11gr/dl.Selama kehamilan,
anemia lazim terjadi dan biasanya disebabakan oleh defisiensi besi, sekunder terhadap
kehilangan darah sebelumnya atau masukan besi yang tidak adekuat.Anemia jarang
menciptakan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada hakekatnya setiap
masalah kedaruratan dapat diperberat oleh anemia yang telah ada.Pada kehamilan 36
minggu, volume darah ibu meningkat rata-rata 40 sampai 50 persen di atas keadaan tidak
hamil.Walaupun eritropoesis diperkuat oleh volume eritrosit meningkat, namun lebih
banya plasma ditambahkan ke dalam sirkulasi ibu, akibatnya konsentrasi hemoglobin
maupun hematokrit menurun selama kehamilan. Semakin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahiran akan semakin banyak kehilangan zat besi dan
semakin anemis. Pengaruh anemia pada masa kehamilan terutama pada janin dapat
mengurangi kemampuan metabolism tubuh ibu sehingga menganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, akibatnya terjadi abortus, kematian intrauterin,
persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, terjadi cacat
bawaan, bayi mudah mendapat infeksi dan inteligensi rendah. Pada ibu yang mengalami
anemia kehamilan mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi persalinan 1,42 kali
lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak mengidap anemia.
8) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan
yang berisiko tinggi sewaktu melahirkan.Jarak kehamilan yang dekat mengakibatkan
rahim ibu belum pulih sempurna sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.
Berdasarkan hasil penelitian Irmawati tahun 2010, ibu yang jarak kehamilan saat ini
dengan sebelumnya antara 18-24 bulan berisiko 3,07 kali untuk melahirkan prematur
dibandingkan ibu yang jarak kehamilannya >24 bulan.
9) Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.Pengukuran
tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selama 4 jam.Hipertensi kronis adalah
hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 12 minggu pascapersalinan.Wanita yang mengalami hipertensi kronis berisiko
9
c. Pemeriksaan ultrasonografi
1) Oligohidramnion: Goulk dkk,mendapati hubungan antara oligohidramnion
dengan koriamnionitis klinis antepartum.Vintzileons dkk, mendapati hubungan
antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
2) Penipisan serviks: Iams dkk, mendapati bila ketebalan serviks <3 cm (usg),
dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm.
3) Selebritis serviks transparent lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus kasus KPD dan plasenta previa.
4) Kardiotokografi: kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi.
Pada tahap gejala klinis belum tampak nyata, selagi proses secara patologis sudah
berjalan, upaya pencegahan pada tahap ini dapat menghambat atau menghentikan proses
patologis supaya tidak berkembang. Upaya yang dilakukan:
a. Pembatasan aktivitas kerja (kerja, perjalanan, dan coitus) pada ibu dengan riwayat
persalinan premature dan mengurangi pekerjaan yang menimbulkan stress
b. Ibu dengan kehamilan kembar harus lebih banyak istirahat ditempat tidur sejak
minggu ke-28 hingga minggu ke-37
c. Melakukan pemeriksaan USG untuk memeriksa kondisi janin
d. Melakukan pemeriksaan cairan ketuban (amnionsintesis)
4) Pencegahan Tersier
Merupakan upaya pencegahan persalinan premature pada saat gejala secara klinis sudah
nyata didapatkan.Tahap ini ditujukan untuk memperpanjang masa kehamilan dengan
maksud memberikan kesempatan untuk memperbaiki kualitas janin dan mempersiapkan
persalinan yang memadi.
1) Kelainan bawaan uterus meskipun, jarang terjadi Terdapat hubungan kejadian partus
preterm dengan kelainan uterus yang ada.
2) Ketuban pecah dini ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau
sebaliknya.
3) Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion,
kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-lain infeksi asenden merupakan teori
yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan ketuban pecah.
dengan berat badan janin yang kurang dan belum cukup umur maka organ-organ vital belum
sempurna sehingga mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.Angka
kejadian persalinan prematur pada umumnya adalah sekitar 6-10%. Hanya 1,5% persalinan
terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada kehamilan kuarng dari
28 minggu. Namun kelompok ini merupakan duapertiga dari kematian neonatal. Kesulitan
utama dalam persalinan prematur ialah perawatan bayi prematur, yang semakin muda usia
kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitas.
Penelitian lain menunjukkan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir saling berkaitan
dengan risiko kematian perinatal. Pada kehamilan umur 32 minggu dengan berat > 1.500
gram keberhasilan hidup sekitar 85%, sedangkan pada umur kehamilan sama dengan berta
janin < 1.500 gram angka keberhasilan sebesar 80%. Pada umur kehamilan < 32 dengan
berat lahir < 1.500 gram angka keberhasilan hanya sekitar 59%.Hal ini menunjukkan bahwa
keberhasilan persalinan prematur tidak hanya tergantung umur kehamilan, tetapi juga berat
bayi lahir.
Permasalahan yang terjadi pada persalinan prematur bukan saja pada kematian perinatal,
melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka
pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah:
RDS (Repository Distress Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing
Entero Cilitis),displasi bronko-pulmonar, sepsis, dan paten duktus arterious. Adapun
kelainan jangka panjang sering berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati,
retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioural dan prestasi sekolah yang
kurang baik. Dengan melihat permasalahan yang dapat terjadi pada bayi prematur, maka
menunda persalinan prematur, bila mungkin, masih memberi suatu keuntungan
Meliputi: adanya kateter atau tidak, adanya distensi kandung kemih, warna
urine, jumlah urine, dan adanya oliguria.
(12) Sistem integument
Meliputi: warna rambut, rontok atau tidak, turgor kulit elastis, kebersihan
rambut, lesi, luka operasi pada abdomen, bentuk luka, letak luka, keadaan
luka, dan kaji luka terhadap tanda-tanda infeksi (rubor, kolor, tumor,
dolor, fungsiolesa).
(13) Sistem musculoskeletal
Meliputi: kekuatan otot, ekstremitas atas dan bawah, kaji adanya
kelainan sendi.
(14) Sistem kekebalan tubuh
Meliputi: adanya pembesaran kelenjar thyroid atau tidak, suhu tubuh,
apakah hipertermi atau tidak.
(15) Sistem reproduksi
(a) Payudara
Meliputi: adanya pembengkakan atau tidak, kebersihan payudara,
putting menonjol, ada nyeri atau tidak, terdapat colostrum dan ASI
atau tidak.
(b) Uterus
Meliputi: Kontraksi uterus, posisi uterus, tinggi fundus uteri.
(c) Lokhea
Meliputi: warna, jumlah, bau serta konsistensi.
(d) Pemeriksaan Pada Bayi
(1) Keadaan umum
Meliputi: pemeriksaan kesadaran, berat badan, Panjang badan,
tanda-tandaa vital serta apgar score.
(2) Kepala
Meliputi: pemeriksaan bentuk kepala, lingkar kepala, caput
sucedannum, cephal hematom, ubun-ubun, dan warna rambut.
(3) Mata
17
(10) Genetalia
Meliputi: Pada perempuan dikaji adanya labia mayora,
labia minora, lubang vagina. Pada laki-laki dikaji apakah
testis berada pada kantung skrotum, dan letak lubang
uretra.
(11) Kulit
Meliputi: pemeriksaan warna kulit, tanda lahir, lesi, dan
lain-lain.
18
(12) Ekstremitas
Meliputi: Kaji warna, keutuhan, letak yang tepat,
panjangnya satu sama lain, dan jumlah jari-jari.
(13) Anus
Meliputi: Inspeksi letak dan ada atau tidaknya lubang anus
serta pengeluaran meconium dalam 24 jam
(Lowdermilk, 2013).
5) Pola Aktivitas Sehari-Hari
Pola kebiasaan sehari-hari dikaji sejak sebelum hamil, saat hamil, dan sekarang.
a) Pola nutrisi
Meliputi: frekuensi makan, jenis makanan, makanan yang disukai dan tidak
disukai makanan pantangan, alergi, nafsu makan, porsi makan, jenis dan jumlah
minum.
b) Pola eliminasi
Meliputi: frekuensi BAK dan BAB.
c) Pola tidur
Meliputi: waktu dan lamanya tidur, kebiasaan penghantar pada saat tidur,
kesulitan tidur.
d) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi: kegiatan dalam pekerjaan, olahraga, mobilisasi dini, kegiatan di waktu
luang.
e) Personal hygine
Meliputi: kebiasaan mandi, gosok gigi, keramas, kebersihan kuku dan vulva
hygine.
f) Ketergantungan fisik
Meliputi: kebiasaan merokok, minum-minuman keras, obat-obatan dan lain-
lain.
7) Terapi
Pengobatan yang diperlukan pada pasien bersalin prematur biasanya adalah
antibiotik,toklosis, serta obat anti pendarahan seperti kortikosteroid.
8) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang menunjang keadaan klien seperti pemeriksaan
laboratorium.
b. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Bandingkan data dengan nilai normal
20
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (DPP
PPNI SDKI, 2017). Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien persalinan
prematur menurut SDKI (2017) adalah sebagai berikut:
Bayi:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis dibuktikan
dengan menggunakan otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun. (D.0005)
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dana tau
vena dibuktikan dengan pengisian kepiler >3detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat. (D.0009)
c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat pengaturan suhu
hipotalamus dibuktikan dengan kulit dingin, menggigil, suhu tubuh fluktuatif,
pengisian kapiler > 3 detik, pucat. (D.0149)
21
Ibu:
Kolaborasi
Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi Observasi
1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi untuk
2. Monitor asupan makanan menentukan intervensi yang
3. Monitor berat badan diberikan
4. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi 2. Dokumentasikan masukan
ibu dan bayi makanan selama 24 jam
3. Keadaan nutrisi dapat diketahui
melalui peningkatan berat badan
4. Mampu mengetahui kebutuhan
yang diperlukan
Terapeutik
Terapeutik
1. Fasilitasi ibu melakukan IMD
1. Membantu meningkatkan daya
2. Damping ibu selama kegiatan
tahan tubuh bayi
menyusui berlangsung
2. Pengawasan pemberian ASI
untuk mengetahui benar atau
Edukasi tidaknya cara yang dilakukan ibu
pasien
6. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan , manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal dan
e,fek samping.
2. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
3. Jelaskan cara mencuci tangan
dengan benar
4. Infomorasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
5. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi
1. Implementasi Keperawatan
29
2. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Doengoes, 2012).