Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Prawiharjo, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002).
Dari survey demografi dan kesehatan Indonesia (sdki) dan data biro pusat statistik (bps),
angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan diseluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa
pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan
dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007).
Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai
usahaperbaikandalambidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut
dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh
masyarakat. Kegagalan dalam penanganan kasus kedaruratan obstetric pada umumnya
disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan,
kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun
pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal kehamilan resiko tinggi
(krt) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian persalinan normal?
b. Apa pengertian persalinan prematuritas?
c. Apa saja factor yang memengaruhi persalinan prematuritas?
d. Apa factor risiko persalinan prematuritas?
e. Bagaimana criteria diagnosis dan diagnosis banding persalinan prematuritas?
f. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan persalinan prematuritas?
g. Bagaimana penanganan persalinan premature?
2

h. Apa saja komplikasi persalinan premature?


i. Apa dampak persalinan premature?
j. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan prematuritas?
k. Apa pengertian persalinan postmaturitas?
l. Apa factor penyebab persalinan postmaturitas?
m. Apa saja tanda dan gejala persalinan postmature?
n. Apa saja pemeriksaan penunjang persalinan postmature?
o. Bagaimana penatalaksanaan persalinan postmature?
p. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan postmaturitas?

1.3 Manfaat Penulisan


a. Mengetahui pengertian persalinan normal
b. Mengetahui pengertian persalinan prematuritas
c. Mengetahui factor yang memengaruhi persalinan prematuritas
d. Mengetahui factor risiko persalinan prematuritas
e. Memahami criteria diagnosis dan diagnosis banding persalinan prematuritas
f.Mengetahui pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan persalinan prematuritas
g. Memahami penanganan persalinan premature
h. Mengetahui komplikasi persalinan premature
i. Mengetahui dampak persalinan premature
j.Memahami konsep dasar asuhan keperawatan prematuritas
k. Mengetahui pengertian persalinan postmaturitas
l. Mengetahui factor penyebab persalinan postmaturitas
m. Mengetahui tanda dan gejala persalinan postmature
n. Mengetahui pemeriksaan penunjang persalinan postmature
o. Memahami penatalaksanaan persalinan postmature
p. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan postmaturitas
3

BAB II
PEMBAHASAN

PREMATURITAS
A. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir (Prawiharjo, 2002).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002).

B. Pengertian Persalinan Prematuritas


Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari
2500 gram.Terdapat 3 subkategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World
Health Organization (WHO, 2012), yaitu:
1) Extremely preterm (< 28 minggu)
2) Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3) Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).

Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan


kematian perinatal sebesar 65%-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah.Berat
lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran preterm dan pertumbuhan janin yang terlambat.
Keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif, tidak hanya kematian perinatal
tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan bebah ekonomi
bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.

C. Faktor yang Memengaruhi Persalinan Maturitas

Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan, yaitu:

a. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan


4

b. Inflamasi/infeksi
c. Perdarahan plasenta
d. Peregangan yang berlebihan pada uterus

Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada
primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik.Adanya stres fisik maupun psikologi
menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan
menyebabkan terjadinya persalinan prematur.Aksis HPA inimenyebabkan timbulnya
insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun
janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon CorticotropinReleasing Hormone
(CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor
oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-
2,dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta danpembesaran kelenjar
adrenal.

Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang


menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab potensial
terjadinya persalinan prematur.13 Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan mediator
inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokinakan
merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA janin dan menghasilkan
kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin
(prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan
dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada
serviks dan pecahnya kulit ketuban.

Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta


dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan kontraksi
miometrium.15 Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor
pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin
dan pada beberapa penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.

Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan
oleh kehamilan kembar,polyhydramnionatau distensi berlebih yang disebabkan olehkelainan
5

uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin,
dan COX-2.

D. Faktor Risiko Persalinan Prematuritas

Faktor risiko adalah pengalaman, perilaku, tindakan, atau aspek-aspek pada gaya
hidup, yang dapat memperbesar peluang terkena atau terbentuknya suatu penyakit, kondisi,
cedera, gangguan, ketidakmampuan, atau kematian. Dalam hal ini, faktor risiko adalah
kondisi atau keadaan pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko atau
bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang mengakibatkan terjadinya persalinan
prematur.

1) Pendidikan

Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu


penyuluhan terhadap ibu. Mereka kurang menyadari pentingnya informasi-informasi
tentang kesehatan ibu hamil sehingga tidak mengetahui cara memelihara kesehatan
terutama pada saat hamil. Menurut penelitian Irmawati, ibu berpendidikan SD lebih
berisiko 3,33 kali mengalami persalinan premature dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan tinggi (CI:1,29-9,16 nilai p=0,0025).

2) Pekerjaan
Pekerjaan fisik yang berat, tekanan mental (stress), kecemasan yang tinggi dapat
meningkatkan kejadian prematur.Pekerjaan fisik yang berat, yang mengkondisikan ibu
hamil untuk berdiri lama, seperti Sales Promotion Girl (SGP), perjalanan panjang dan
pekerjaan yang mengangkat beban berat berisiko melahirkan prematur.Sebuah studi di
University College Dublin, Irlandia mengatakan bahwa wanita hamil yang pekerjaannya
menuntut kekuatan fisik lebih beresiko melahirkan secara prematur atau lahir dengan berat
badan di bawah normal. Selain itu tingkat stres serta waktu kerja yang panjang juga akan
berdampak buruk bagi si calon bayi.
3) Umur
Umur merupakan faktor penting dalam menentukan waktu yang ideal untuk hamil.Umur
yang paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar 20 – 35 tahun. Pada usia ini
wanita dalam keadaan optimal dengan kata lain risiko angka kesakitan (morbiditas) dan
6

kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan dalam
kelompok usia tersebut paling rendah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Risiko
ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada ibu yang berusia 35
tahun dan lebih tua adanya risiko mengalami masalah seperti tekanan darah tinggi,
diabetes selama hamil (diabetes yang terjadi selama kehamilan), dan komplikasi selama
persalinan.Anak yang dilahirkan oleh ibu remaja mengalami berbagai masalah di
antaranya; perkembangan yang terhambat, prematur, dan BBLR.Hal ini biasanya
disebabkan karena gizi ibu remaja yang buruk.Bayi yang baru lahir dari ibu yang remaja
cenderung untuk lahir prematur, BBLR, dan menderita gangguan pertumbuhan dan
kecacatan.Sehingga risiko kematian bayi juga lebih tinggi bila ibunya berusia kurang dari
20 tahun. Ibu yang hamil dengan usia di bawah 18 tahun dan lebih 35 tahun, mempunyai
risiko tinggi untuk melahirkan bayi prematur dan persalinan premature dengan tindakan
akan meningkatkan 2-4 kali lipat atau meningkatkan sekitar 40% pada ibu di atas 40
tahun.
4) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum kehamilan atau
persalinan. Paritas dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu:
a. Nullipara: Golongan ibu dengan paritas 0 (ibu yang telah pernah melahiran bayi)
b. Primipara: Golongan ibu dengan paritas 1 (wanita yang belum pernah melahirkan
bayi sebanyak satu kali)
c. Multipara: Golongan ibu dengan paritas 2-5 (wanita yang belum pernah melahirkan
bayi sebanyak dua hingga lima kali)
d. Grande Multipara: Golongan ibu dengan paritas >5 (wanita yang belum pernah
melahirkan bayi sebanyak lebih dari lima kali)
Berdasarkan hasil penelitian Irmawati tahun 2010, ibu yang melahirkan anak pertama
akan mengurangi risiko terjadinya persalinan prematur (OR 0,56), jadi primipara
merupakan faktor proteksi terhadap kejadian persalinan prematur. Ibu dengan paritas
tinggi (melahirkan lebih dari 3 kali) cenderung mengalami komplikasi dalam
kehamilan yang akhirnya berpengaruh pada hasil persalinan.Paritas tinggi meupakan
paritas rawan karena banyak kejadian obstetri patologi.Hal ini disebabkan pada ibu
7

yang lebih dari satu kali mengalami kehamilan dan persalianan fungsi reproduksi
telah mengalami penurunan.
5) Riwayat Abortus
Menurut definisi WHO, abortus adalah hilangnya janin atau embrio dengan berat kurang
dari 500 gram atau setara dengan sekitar 20-22 minggu kehamilan.Aborsi bisa
meningkatkan risiko infeksi yang bisa mempengaruhi kehamilan selanjutnya.Aborsi dapat
merusak dinding rahim, tempat janin tumbuh dan berkembang.Dinding rahim merupakan
tempat melekatnya plasenta, salah satu fungsi plasenta ialah tempat pembuatan hormon-
hormon dan jika plasenta tidak bekerja dengan baik maka pembuatan hormon terganggu.
Jika kadar progesterone turun akan timbul kontraksi pada rahim. Kejadian abortus diduga
mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan
maupun pada hasil kehamilan itu sendiri.Wanita dengan riwayat abortus mempunyai
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan prematur, abortus berulang, dan
BBLR. Penelitian Rahmawati (2006) di Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta pada
periode waktu 2003-2005 mendapatkan bahwa ibu yang mengalami persalinan prematur
memiliki peluang 2,5 kali memiliki riwayat abortus dibandingkan dengan ibu yang
mengalami persalinan matur.
6) Antenatal Care
Antenatal care merupakan pengawasan sebelum persalian terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar. Pelayanan ANC yang sesuai standar meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi
fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status
imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) bila diperlukan,
pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan
khusus), termasuk P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi )
serta KB pasca persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS Dr. Hasan
Sadikin Bandung diperoleh hasil bahwa ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan
(ANC) mempunyai risiko mengalami persalinan prematur sebanyak 3,1 kali (95%CI:2,38-
4,07) dibandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC).
8

7) Anemia Kehamilan
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin yang menurun.Kategori anemia yaitu jika HB <11gr/dl.Selama kehamilan,
anemia lazim terjadi dan biasanya disebabakan oleh defisiensi besi, sekunder terhadap
kehilangan darah sebelumnya atau masukan besi yang tidak adekuat.Anemia jarang
menciptakan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada hakekatnya setiap
masalah kedaruratan dapat diperberat oleh anemia yang telah ada.Pada kehamilan 36
minggu, volume darah ibu meningkat rata-rata 40 sampai 50 persen di atas keadaan tidak
hamil.Walaupun eritropoesis diperkuat oleh volume eritrosit meningkat, namun lebih
banya plasma ditambahkan ke dalam sirkulasi ibu, akibatnya konsentrasi hemoglobin
maupun hematokrit menurun selama kehamilan. Semakin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahiran akan semakin banyak kehilangan zat besi dan
semakin anemis. Pengaruh anemia pada masa kehamilan terutama pada janin dapat
mengurangi kemampuan metabolism tubuh ibu sehingga menganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, akibatnya terjadi abortus, kematian intrauterin,
persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, terjadi cacat
bawaan, bayi mudah mendapat infeksi dan inteligensi rendah. Pada ibu yang mengalami
anemia kehamilan mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi persalinan 1,42 kali
lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak mengidap anemia.
8) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari 24 bulan merupakan jarak kehamilan
yang berisiko tinggi sewaktu melahirkan.Jarak kehamilan yang dekat mengakibatkan
rahim ibu belum pulih sempurna sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.
Berdasarkan hasil penelitian Irmawati tahun 2010, ibu yang jarak kehamilan saat ini
dengan sebelumnya antara 18-24 bulan berisiko 3,07 kali untuk melahirkan prematur
dibandingkan ibu yang jarak kehamilannya >24 bulan.
9) Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg.Pengukuran
tekanan darah dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selama 4 jam.Hipertensi kronis adalah
hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 12 minggu pascapersalinan.Wanita yang mengalami hipertensi kronis berisiko
9

mengalami pre-eklampsia.Pada hipertensi atau preeklamsia, penolong persalinan


cenderung untuk mengahiri kehamilan.Hal ini menimbulkan prevalensi prematur
meningkat.Pasien dengan hipertensi harus selalu dicurigai mengalami pelepasan plasenta
premature.

E. Kriteria Diagnosis dan Diagnosis Banding Persalinan Prematuritas


Seringkali terjadi kesulitan untuk menentukan diagnosis ancaman persalinan
prematur, karena tidak jarang seseorang dengan hamil prematur yang disertai dengan
timbulnya kontraksi tidak benar-benar dalam ancaman terjadinya proses persalinan dimana
bila hal ini dibiarkan saja persalinan tak akan terjadi. Akhirnya timbul beberapa kriteria
untuk menegakkan diagnosis ancaman persalinan prematur yaitu:
1) Serviks sedikitnya sudah terbuka 2 cm atau sudah mendatar 75%.
2) Adanya perubahan yang progresif pada serviks selama periode observasi.
3) Terjadinya kontraksi yang terasa nyeri, teratur dan intervalnya kurang dari 10 menit
menunjukkan bahwa pasien tersebut berada dalam proses persalinan.
F. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Persalinan Prematur
1) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan kultur urine
2) Pemeriksaan gas dan ph darah janin
3) Pemeriksaan darah tepi Ibu: jumlah leukosit
4) C- reactive protein. CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut
dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida nonserfik kuman pneumococcus yang disebut fraksi. CRP dibentuk
di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
b. Amniosintesis
1) Hitung leukosit
2) Pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis
3) Kultur
4) Kadar IL-1, IL-6
5) Kadar glukosa cairan amnion
10

c. Pemeriksaan ultrasonografi
1) Oligohidramnion: Goulk dkk,mendapati hubungan antara oligohidramnion
dengan koriamnionitis klinis antepartum.Vintzileons dkk, mendapati hubungan
antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
2) Penipisan serviks: Iams dkk, mendapati bila ketebalan serviks <3 cm (usg),
dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm.
3) Selebritis serviks transparent lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus kasus KPD dan plasenta previa.
4) Kardiotokografi: kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi.

G. Pencegahan Persalinan Premature


1) Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah strategi pencegahan penyakit dengan menciptakan
lingkungan yang dapat mengeliminasi factor risiko, sehingga tidak diperlukan intervensi
preventif lainnya. Dalam hal ini upaya untuk mencegah wanita yang belum hamil untuk
tidak melahirkan premature adalah dengan mempersiapkan kondisi tubuh baik dari status
gizi, kadar Hb, tekanan darah, melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi dan
TORCH.
2) Pencegahan Primer
Merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau untuk
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Dengan upaya:
a. Mendapatkan perawatan sejak awal kehamilan
b. Mengetahui risiko diri sendiri seperti merokok, tekanan darah tinggi, usia saat hamil,
dan komplikasi kehamilan sebelumnya.
c. Melakukan pemeriksaan terhadap infeksi saluran kemih
d. Mengunjungi dokter gigi secara teratur
e. Memperhatikan berat badan
f. Memiliki pola makan yang benar dan olahraga
g. Mencegah stress dan depresi
3) Pencegahan Sekunder
11

Pada tahap gejala klinis belum tampak nyata, selagi proses secara patologis sudah
berjalan, upaya pencegahan pada tahap ini dapat menghambat atau menghentikan proses
patologis supaya tidak berkembang. Upaya yang dilakukan:
a. Pembatasan aktivitas kerja (kerja, perjalanan, dan coitus) pada ibu dengan riwayat
persalinan premature dan mengurangi pekerjaan yang menimbulkan stress
b. Ibu dengan kehamilan kembar harus lebih banyak istirahat ditempat tidur sejak
minggu ke-28 hingga minggu ke-37
c. Melakukan pemeriksaan USG untuk memeriksa kondisi janin
d. Melakukan pemeriksaan cairan ketuban (amnionsintesis)
4) Pencegahan Tersier
Merupakan upaya pencegahan persalinan premature pada saat gejala secara klinis sudah
nyata didapatkan.Tahap ini ditujukan untuk memperpanjang masa kehamilan dengan
maksud memberikan kesempatan untuk memperbaiki kualitas janin dan mempersiapkan
persalinan yang memadi.

H. Komplikasi Persalinan Premature


Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan, yang
kemungkinan terjadi produksi prostaglandin:

1) Kelainan bawaan uterus meskipun, jarang terjadi Terdapat hubungan kejadian partus
preterm dengan kelainan uterus yang ada.
2) Ketuban pecah dini ketuban pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau
sebaliknya.
3) Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, hidramnion,
kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-lain infeksi asenden merupakan teori
yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan ketuban pecah.

I. Dampak Persalinan Premature


Persalinan prematur tentunya akan mengakibatkan lahirnya bayi premature yakni bayi
yang lahir pada masa kehamilan kurang dari 37 minggu (dihitung dari hari pertama haid
terakhir) tanpa memandang berat lahirnya. Prematuritas merupakan masalah besar karena
12

dengan berat badan janin yang kurang dan belum cukup umur maka organ-organ vital belum
sempurna sehingga mengalami kesulitan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.Angka
kejadian persalinan prematur pada umumnya adalah sekitar 6-10%. Hanya 1,5% persalinan
terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada kehamilan kuarng dari
28 minggu. Namun kelompok ini merupakan duapertiga dari kematian neonatal. Kesulitan
utama dalam persalinan prematur ialah perawatan bayi prematur, yang semakin muda usia
kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitas.
Penelitian lain menunjukkan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir saling berkaitan
dengan risiko kematian perinatal. Pada kehamilan umur 32 minggu dengan berat > 1.500
gram keberhasilan hidup sekitar 85%, sedangkan pada umur kehamilan sama dengan berta
janin < 1.500 gram angka keberhasilan sebesar 80%. Pada umur kehamilan < 32 dengan
berat lahir < 1.500 gram angka keberhasilan hanya sekitar 59%.Hal ini menunjukkan bahwa
keberhasilan persalinan prematur tidak hanya tergantung umur kehamilan, tetapi juga berat
bayi lahir.
Permasalahan yang terjadi pada persalinan prematur bukan saja pada kematian perinatal,
melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan, baik kelainan jangka
pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah:
RDS (Repository Distress Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing
Entero Cilitis),displasi bronko-pulmonar, sepsis, dan paten duktus arterious. Adapun
kelainan jangka panjang sering berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati,
retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioural dan prestasi sekolah yang
kurang baik. Dengan melihat permasalahan yang dapat terjadi pada bayi prematur, maka
menunda persalinan prematur, bila mungkin, masih memberi suatu keuntungan

J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek
pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan. Proses keperawatan ini
didasarkan pada metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data, dan
penganalisaan penemuan yang terdiri dari lima langkah yaitu pengkajian, identifikasi
masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Doengoes, 2012).
Pengkajian
13

Pengkajian adalah dasar pengidentifikasian kebutuhan, respon, dan masalah individu,


mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan riwayat kesehatan,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium, dan diagnostic, serta review catatan sebelumnya
(Doengoes, 2012).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien dan tanggung jawab
a) Identitas klien
Meliputi: nama klien, umur jenis kelamin, agama, suku bangsa, Pendidikan
terakhir, pekerjaan, golongan darah, status perkawinan, diagnosa medis, nomer
register, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, dan alamat.
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi: nama, umur, Pendidikan, agama, suku bangsa, hubungan dengan
klien, dan alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah yang paling dirasakan oleh klien saat dilakukan
pengkajian. Keluhan utama yang dapat muncul adalah kontraksi uterus yang
frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat pada usia kehamilan 32 minggu,
nyeri pada punggung bawah, adanya bercak perdarahan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah riwayat tentang pertama kali timbul keluhan
sampai klien dirawat di rumah sakit dan setelah dilakukan tindakan medis
ataupun keperawatan.
c) Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah klien memiliki penyakit infeksi menular seksual (Gonnhorea dan
clamidia), riwat kehamilan ektopik sebelumnya dan penyakit yang pernah
dialami.

d) Riwayat kesehatan keluarga


14

Menggambarkan genogram tiga generasi dan menjelaskan apakah ada penyakit


keturunan, penyakit menular dan penyebab kematian keluarga.

3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi


a) Riwayat Ginekologi
(1) Riwayat menstruasi
Meliputi: Yang dinyatakan adalah HPHT untuk menentukan tafsiran
persalinan, siklus, banyak, bau, warna, dan apakah nyeri waktu haid, serta
kapan mendapat haid pertama kali.
(2) Riwayat perkawinan
Meliputi: usia perkawinan, lamanya perkawinan, dan perkawinan yang
keberapa.
(3) Riwayat keluarga berencana
Meliputi: jenis alat kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan
lamanya penggunaan alat kontrasepsi, apakah ada masalah dengan cara
tersebut, jenis yang direncanakan setelah persalinan sekarang dan berapa
jumlah anak yang direncanakan di keluarga.
b) Riwayat obsetri
(1) Riwayat kehamilan yang lalu
Meliputi: masalah kehamilan, persalinan nifas, dan keadaan bayi.
(2) Riwayat kehamilan sekarang
Meliputi: HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir).
4) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Pada Ibu
(1) Keadaan umum
Meliputi: tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, diantaranya peningkatan
tekanan darah, pernafasan, nadi, dan suhu tubuh.

(2) Keadaan ibu


Kaji keadaan ibu, tingkat kesadaran, orientasi terhadap tempat dan waktu
serta tekanan darah.
15

(3) Sistem penglihatan


Meliputi: pemeriksaan bentuk mata, adanya edema palpebra, konjungtiva
anemis/tidak, sclera ikterik/tidak, pupil, reflex cahaya, fungsi dan gangguan
penglihatan
(4) Sistem pendengaran
Meliputi: pemeriksaan bentuk, keadaan canalis, adanya serumen, dan
fungsi pendengaran.
(5) Sistem wicara
Meliputi: apakah klien dapat berkomunikasi baik dengan perawat serta
keluarganya atau tidak, apakah klien dapat mengapresiasikan perasaannya
kepada perawat atau keluarga.
(6) Sistem pernafasan
Meliputi: bentuk hidung, septum, frekuensi pernafasan, bersihnya jalan
nafas, tidak menggunakan alat bantu.
(7) Sistem kardiovaskuler
Meliputi: kaji frekuensi nadi, beserta irama nadi apakah teratur atau tidak,
observasi tekanan darah, pantau hasil pemeriksaan darah, kaji warna kulit,
temperature, auskultasi bunyi jantung.
(8) Sistem hematologi
Meliputi: jumlah hemoglobin, hematokrit, leukosit, dan trombosit.
(9) Sistem saraf pusat
Meliputi: tingkat kesadaran, nilai GCS, kaji adanya peningkatan TIK, kaji
adanya kejang dan kelumpuhan ekstremitas.

(10) Sistem pencernaan


Meliputi: kebersihan keadaan mulut, adanya mual, nyeri pada epigastrum,
kaji adanya pembesaran hepar, auskultasi bising usus, fungsi pengecapan
dan menelan.
(11) Sistem perkemihan
16

Meliputi: adanya kateter atau tidak, adanya distensi kandung kemih, warna
urine, jumlah urine, dan adanya oliguria.
(12) Sistem integument
Meliputi: warna rambut, rontok atau tidak, turgor kulit elastis, kebersihan
rambut, lesi, luka operasi pada abdomen, bentuk luka, letak luka, keadaan
luka, dan kaji luka terhadap tanda-tanda infeksi (rubor, kolor, tumor,
dolor, fungsiolesa).
(13) Sistem musculoskeletal
Meliputi: kekuatan otot, ekstremitas atas dan bawah, kaji adanya
kelainan sendi.
(14) Sistem kekebalan tubuh
Meliputi: adanya pembesaran kelenjar thyroid atau tidak, suhu tubuh,
apakah hipertermi atau tidak.
(15) Sistem reproduksi
(a) Payudara
Meliputi: adanya pembengkakan atau tidak, kebersihan payudara,
putting menonjol, ada nyeri atau tidak, terdapat colostrum dan ASI
atau tidak.
(b) Uterus
Meliputi: Kontraksi uterus, posisi uterus, tinggi fundus uteri.
(c) Lokhea
Meliputi: warna, jumlah, bau serta konsistensi.
(d) Pemeriksaan Pada Bayi
(1) Keadaan umum
Meliputi: pemeriksaan kesadaran, berat badan, Panjang badan,
tanda-tandaa vital serta apgar score.
(2) Kepala
Meliputi: pemeriksaan bentuk kepala, lingkar kepala, caput
sucedannum, cephal hematom, ubun-ubun, dan warna rambut.
(3) Mata
17

Meliputi: pemeriksaan bentuk mata, edema kelopak mata, dan


reflex pupil terhadap cahaya.
(4) Telinga
Meliputi: pemeriksaan bentuk, posisi puncak, daun telinga.
(5) Hidung
Meliputi: pemeriksaan adanya sillia dan secret, posisi septum,
dan bentuk hidung.
(6) Mulut
Meliputi: pemeriksaan celah pada bibir dan langit-langit, rooting
reflex.
(7) Leher
Meliputi: pemeriksaan adanya patah tulang klavikula, leher yang
memendek
(8) Dada
Meliputi: Kaji kesimetrisan dada, lingkar dada, keadaan putting
susu, frekuensi dan irama pernafasan.
(9) Abdomen
Meliputi: Kaji tali pusat, bentuk abdomen, lingkar perut, bising
usus, jumlah,
frekuensi, dan karakter tinja.

(10) Genetalia
Meliputi: Pada perempuan dikaji adanya labia mayora,
labia minora, lubang vagina. Pada laki-laki dikaji apakah
testis berada pada kantung skrotum, dan letak lubang
uretra.
(11) Kulit
Meliputi: pemeriksaan warna kulit, tanda lahir, lesi, dan
lain-lain.
18

(12) Ekstremitas
Meliputi: Kaji warna, keutuhan, letak yang tepat,
panjangnya satu sama lain, dan jumlah jari-jari.
(13) Anus
Meliputi: Inspeksi letak dan ada atau tidaknya lubang anus
serta pengeluaran meconium dalam 24 jam
(Lowdermilk, 2013).
5) Pola Aktivitas Sehari-Hari
Pola kebiasaan sehari-hari dikaji sejak sebelum hamil, saat hamil, dan sekarang.
a) Pola nutrisi
Meliputi: frekuensi makan, jenis makanan, makanan yang disukai dan tidak
disukai makanan pantangan, alergi, nafsu makan, porsi makan, jenis dan jumlah
minum.
b) Pola eliminasi
Meliputi: frekuensi BAK dan BAB.
c) Pola tidur
Meliputi: waktu dan lamanya tidur, kebiasaan penghantar pada saat tidur,
kesulitan tidur.
d) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi: kegiatan dalam pekerjaan, olahraga, mobilisasi dini, kegiatan di waktu
luang.
e) Personal hygine
Meliputi: kebiasaan mandi, gosok gigi, keramas, kebersihan kuku dan vulva
hygine.
f) Ketergantungan fisik
Meliputi: kebiasaan merokok, minum-minuman keras, obat-obatan dan lain-
lain.

6) Aspek Psikososial Dan Spiritual


a) Pola pikir
19

Meliputi: pengkajian terhadap kehamilan diharapkan atau tidak, jenis kelamin


bayi yang diharapkan, rencana merawat bayi dirumah dibantu oleh siapa, serta
rencana pemberian ASI dan imunisasi.
b) Persepsi diri
Meliputi: hal yang sangat dipikirkan klien saat ini, diharapkan setelah menjalani
perawatan.
c) Konsep diri
Meliputi: gambaran diri, peran, ideal diri dan harga diri.
d) Hubungan sosial dan komunikasi
Meliputi: pengkajian kejelasan bicara, kemampuan mengekspresikan perasaan,
Bahasa dan adat yang dianut serta kesulitan komunikasi dalam keluarga.
e) Hubungan seksual
Meliputi: berapa kali melakukan hubungan seksual, kapan akan melakukan
hubungan seksual kembali pasca persalinan.
f) Sistem nilai dan kepercayaan
Meliputi: pengkajian terhadap sumber kekuatan klien, pandangan klien terhadap
adanya tuhan, agama kepercayaan, kegiatan keagamaan.
g) Pengetahuan ibu
Meliputi: pengetahuan klien tentang perawatan nifas dan perawatan bayi.

7) Terapi
Pengobatan yang diperlukan pada pasien bersalin prematur biasanya adalah
antibiotik,toklosis, serta obat anti pendarahan seperti kortikosteroid.
8) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang menunjang keadaan klien seperti pemeriksaan
laboratorium.

b. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Bandingkan data dengan nilai normal
20

Data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan nilai-nilai normal


dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna (Significant cues).
2) Kelompokan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna dikelompokan berdasarkan pola kebutuhan
dasar yang meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi / cairan, eliminasi, aktifitas / istirahat,
neurosensori, reproduksi / seksualitas, nyeri / kenyamanan, integritas ego,
pertumbuhan / perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan/ pembelajaran, interaksi
sosial, dan keamanan / proteksi. Proses pengelompokan data dapat dilakukan baik
secara induktif maupun deduktif. Secara induktif dengan memilah data sehingga
membentuk sebuah pola, sedangkan secara deduktif dengan menggunakan kategori
pola kemudian mengelompokan data sesuai kategorinya (DPP PPNI, 2017).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (DPP
PPNI SDKI, 2017). Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien persalinan
prematur menurut SDKI (2017) adalah sebagai berikut:
Bayi:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis dibuktikan
dengan menggunakan otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun. (D.0005)
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dana tau
vena dibuktikan dengan pengisian kepiler >3detik, nadi perifer menurun atau
tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat. (D.0009)
c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat pengaturan suhu
hipotalamus dibuktikan dengan kulit dingin, menggigil, suhu tubuh fluktuatif,
pengisian kapiler > 3 detik, pucat. (D.0149)
21

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien


dibuktikan dengan berat badan menurun 10%, otot mengunyah lemah, otot
menelan lemah, serum albumin turun. (D.0019)
e. Risiko infeksi dibuktikan dengan sistem imun belum sempurna, malnutrisi ktuban
pecah sebelum waktunya(D. 0142).

Ibu:

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan atau disebut juga intervensi keperawatan adalah
segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (DPP PPNI, 2017).
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis dibuktikan
dengan menggunakan otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun. (D.0005)
Tujuan: pola nafas kembali membaik
Kriteria hasil: L.01004
 Ventilasi semenit meningkat
 Tekanan ekspirasi meningkat
 Tekanan inspirasi meningkat
 Penggunaan otot bantu pernafasan menurun
 Frekuensi nafas membaik (20-30 x/menit)
 Kedalaman nafas membaik
Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi Observasi

1. Monitor pola nafas 1. Mengetahui adanya perubahan


22

2. Monitor frekuensi, irama, ventilasi atau pertukaran udara


kedalaman, dan upaya nafas inspirasi dan ekspirasi
3. Auskultasi bunyi nafas 2. Kecepatan biasanya mencapai
kedalam pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas.
Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelaksis.
3. Ronkhi atau wheezing menyertai
obstruksi jalan nafas atau kegagalan
Terapeutik pernafasan
Terapeutik
1. Berikan oksigen, jika perlu
1. Memaksimalkan bernafas dan
2. Monitor keefektifan jalan nafas.
memberikan kelembapan pada
3. Atur interval pemantauan respirasi
membrane mukosa
sesuai kondisi pasien
2. Monitor yang tepat akan
4. Dokumentasikan hasil pemantauan
memudahkan tindakan pada bayi.
Jika perlu dapat dilakukan suction.
Edukasi
3. Mencapainya tujuan asuhan
1. jelaskan tujuan dan prosedur
keperawatan dengan melihat kondisi
pemantauan
klien
2. Informasikan hasil pemantauan
4. Dokumentasikan merupakan hasil
bukti perawat telah melakukan
Kolaborasi tindakan yang dilakukan
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, 1. Meningkatkan pengetahuan pada
mukolitik, jika perlu tindakan yang akan dilakukan oleh
2. Kolaborasi foto thorax. perawat
2. Hak klien untuk mendapatkan
informasi hasil klien
23

Kolaborasi

1. Menurunkan kekentalan dan


merangsang pengeluaran secret dari
daluran pernafasan
2. Memberikan gambaran organ
pernafasan bayi.

b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri


dana tau vena dibuktikan dengan pengisian kepiler >3detik, nadi perifer
menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat. (D.0009)
Tujuan: perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil: L.02011
 Denyut nadi perifer meningkat
 Warna kulit pucat menurun
 Pengisian kapiler membaik
 Akral membaik
Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi
1. Untuk mengetahui kadar oksigen
perifer, edema, pengisian kapiler, dalam darah tercukupi
warna, suhu, angkle brachial index) 2. Untuk menditeksi secara dini
2. Identifikasi factor risiko gangguan dalam penentuan melakukan
intervensi keperawatan
sirkulasi (mis. DM, perokok, orang
3. Agar tidak terjadi luka pada
tua) daerah sirkulasi perifer
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, 4. Mengetahui perkembangan klien
dalam menentukan intervensi
bengkak pada ekstermitas
5. penurunan hemoglobin dapat
4. Monitor Tekanan darah terjadinya anemia karna
5. Monitor Hemoglobin kurangnya kadar oksigen dalam
darah
6. Monitor perubahan kulit
6. memantau perubahan kulit untuk
24

Terapeutik mengetahui keberhasilan


intervensi perfusi perifer
1. lakukan pencegahan infeksi Terapeutik
2. Lakukan hidrasi 1. mencegah mikrorrganisme lain
masuk kedalam tubuh
3. Hindari pemakaian benda-benda
2. meningkatkan sirkulasi darah
yang berlebihan suhunya 3. menghindari terjadinya kerusakan
kulit atau jaringan
Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan mengecek air mandi 1. menghindari kulit terbakar
2. Anjurkan melakukan perawatan 2. meningkatkan sirkulasi perifer
kulit yang tepat dengan perawatan kulit dengan
tambahan massage
3. Ajarkan program diet untuk
3. Diberikan ASI ekslusif membantu
memperbaiki sirkulasi dalam meningkatkat sirklasi bayi
4. Informasikan tanda dan gejala 4. Agar segera ditangani jika terjadi
tanda dan gejala darurat
darurat yang harus dilaporkan

c. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat pengaturan


suhu hipotalamus dibuktikan dengan kulit dingin, menggigil, suhu tubuh
fluktuatif, pengisian kapiler > 3 detik, pucat. (D.0149)
Tujuan: Termoregulasi membaik
Kriteria hasil: L.14135
 Pucat menurun
 Dasar kuku sianotik menurun
 Hipoksia menurun
 Suhu tubuh membaik
 Suhu kulit membaik
 Pengisian kapiler membaik
Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi Obsevasi
1. Monitor suhu bayi sampai stabil 1. Pemantauan suhu mengatahui
2. Monitor warna dan suhu kulit keadaan dan keberhasilan intervensi
25

3. Monitor dan catat tanda dan gejala 2. Mengatahui keadaan sirkulasi


hipotermia 3. Mencegah terjadinya komplikasi
Terapeutik dengan diketahuinya gejala hiptermi
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu secara dini
2. Tingkatkan asupan cairan dan Terapeutik
nutrisi yang adekuat 1. Mengatahui suhu bayi secara
3. Bedong bayi segera setelah lahir berkala
4. Masukkan bayi BBLR kedalam 2. Meningkatkan sirkulasi agar
plastic segera setelah lahir (bahan termoregulasi membaik
polyethylene) 3. untuk mencegah kehilangan panas
5. Gunakan topi bayi 4. menghangatkan bayi dengan BBLR
6. Tepatkan bayi baru lahir dibawah 5. menghangatkan bayi
radiant warmer 6. mencegah kehilangan panas pada
7. Pertahankan kelembapan incubator bayi baru lahir
50% atau lebih 7. mengurangi kehilangan panas
8. Atur suhu innkubator sesuai karena proses evaporasi
kebutuhan 8. mengatur suhu lingkungan agar
9. Hangatkan terlebih dahulu bahan- bayi tetap hangat
bahan yang kontak dengan bayi 9. menghindari bayi kedinginan karna
10. Hindari meletakkan bayi bahan yang akan kontak melalui
didekat jendela terbuka atau area proses konduksi
aliran pendingin ruangan atau kipas 10. menghindari lingkungan yang
angin dingin agar bayi tetap hangat
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermi 1. meningkatkan pengetahuan orang
karena terpapar udara dingin tua untun hindari terjadinya
2. Demonstrasikan teknik perawatan hipotermi
metode kanguru (PMK) untuk bayi 2. kontak langsung dengan ibu dapat
BBLR menghangatkan bayi secara
langsung
26

f. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien


dibuktikan dengan berat badan menurun 10%, otot mengunyah lemah, otot
menelan lemah, serum albumin turun. (D.0019)
Tujuan: Status nutrisi membaik
Kriteria hasil: L.03030
 Kekuatan otot menelan meningkat
 Pengetahuan tentang standar asupan nutisi yang tepat meningkat
 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat
 Berat badan membaik

Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi Observasi
1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi untuk
2. Monitor asupan makanan menentukan intervensi yang
3. Monitor berat badan diberikan
4. Identifikasi kebutuhan laktasi bagi 2. Dokumentasikan masukan
ibu dan bayi makanan selama 24 jam
3. Keadaan nutrisi dapat diketahui
melalui peningkatan berat badan
4. Mampu mengetahui kebutuhan
yang diperlukan
Terapeutik
Terapeutik
1. Fasilitasi ibu melakukan IMD
1. Membantu meningkatkan daya
2. Damping ibu selama kegiatan
tahan tubuh bayi
menyusui berlangsung
2. Pengawasan pemberian ASI
untuk mengetahui benar atau
Edukasi tidaknya cara yang dilakukan ibu

1. Anjurkan ibu menjaga produksi Edukasi


ASI dengan memerah ASI
2. Anjurkan ibu menyusui sesering 1. Kepatuhan terhadap diet dapat
mungkin segera setelah lahir mencegah komplikasi
sesuai kebutuhan bayi Kolaborasi
27

3. Ajarkan diet yang diprogramkan 1. Dengan asupan gizi yang tepat


akan memperbaiki status
nutrisinya.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan

g. Risiko infeksi dibuktikan dengan sistem imun belum sempurna, malnutrisi


ktuban pecah sebelum waktunya(D. 0142).
Tujuan:
Kriteria hasil:
Intervensi
Intervensi Rasional
Observasi
1. Identifikasi riwayat kesehatan
dan riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
Terapeutik
1. Berikan suntikan pada bayi
dibagian paha anterolateral
2. Dokuentasikan inforasi
vaksinasi
3. Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dan lingkungan
28

pasien
6. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan , manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal dan
e,fek samping.
2. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
3. Jelaskan cara mencuci tangan
dengan benar
4. Infomorasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
5. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi

1. Implementasi Keperawatan
29

Merupakan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan


yang telah dibuat dengan tujuan membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan
dan memfasilitasi koping. Ada tiga tahap dalam pelaksanaan yaitu: Persiapan,
perencanaan, dan dokumentasi (Doengoes, 2012).

2. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Doengoes, 2012).

Anda mungkin juga menyukai