Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PREMATURUS SPONTAN

Disusun Oleh :

LIYA PURNAMASARI (2AD3/P27220017 025)

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2018
A. Pengertian
American Academy Pediatrician mendefinikan prematuritas adalah
kelahiran hidup bayi dengan berat < 2.500 gr. Kriteria ini dipakai terus
secara luas, sampai tampak bahwa ada perbedaan antara usia hamil dan
berat lahir yang disebabkan adanya hambatan pertumbuhan janin.
WHO (1961) menambahkan bahwa usia hamil sebagai kriteria
untuk bayi prematur adalah yang lahir sebelum 37 minggu dengan berat
lahir dibawah 2.500 gr. ACOG (1995) mengusulkan bahwa dinamakan
persalinan preterm apabila bayi lahir sebelum 37 minggu.
Pengelompokan bayi – bayi preterm antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Low Birth Weight (LBW) bila berat lahir <2.500 gr.
2. Very Low Birth Weight (VLBW) bila berat lahir <1.500 gr.
3. Extremly Low Birth Weight (ELBW) bila berat lahir <1.000 gr.
(Fadlun dan Ahcmad Feryanto, 2011).

B. Etiologi
Penyebab dari kejadian persalinan preterm sebagai berikut.
1. Komplikasi medis maupun obstetrik.
Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan preterm disebabkan
oleh hal – hal yang berkaitan dengan komplikasi medis ataupun
obstretik tertentu misalnya pada kasus – kasus perdarahan
antepartum ataupun hipertensi dalam kehamilan yang sebagian
besar memerlukan tindakan terminasi saat kehamilan preterm.
Akan tetapi, 2/3 dari kejadian persalinan preterm tidak diketahui
secara jelas faktor – faktor penyebabnya karena persalinan preterm
pada kelompok ini terjadi persalinan preterm yang spontan
(idiopatik).
2. Faktor gaya hidup.
Kebiasaan merokok, kenaikan berat badan ibu hamil selama
hamil kurang, serta penyalah gunaan obat (kokain) dan alkohol
merupakan faktor yang berkaitan dengan gaya hidup seseorang
yang bisa dihubungkan dengan persalinan preterm. Menurut
Halzam, alkohol tidak hanya meningkatkan kejadian persalinan
preterm saja, tetapi juga meningkatkan resiko terjadinya kerusakan
otak pada bayi yang lahir preterm. Selain itu kehamilan pada usia
muda, sosial ekomoni rendah, ibu yang pendek, stress kejiwaan,
juga merupakan faktor yang bisa dihubungkan dengan kejadian
persalinan preterm.
3. Infeksi dalam air ketuban (Amniotic Fluid Infection)
Infeksi pada jaringan karioamnionitik yang disebabkan
berbagai jenis mikroorganisme pada alat reproduksi wanita
dikaitakan dengan kejadian persalinan preterm pertama kali
dikemukakan oleh Knox & Haernes. Akhirnya pada tahun 19996
ditemukan bahwa pemeriksaan bakteriologik yang positif di dalam
cairan ketuban itemukan pada 20% kasus persalinan preterm tanpa
disertai tanda – tanda klinik infeksi.
4. Ketuban pecah prematur pada kehamilan preterm (KPP
preterm)
Suatu reaksi inflamasi yang ditemukan pada pecahnya selaput
amnion pada KPP preterm telah diketahui sejak tahun 1950 dan ini
memberikan gambaran yang lebih nyata tentang infeksi. McGregor
dkk, dengan menunjukkan bahwa protease yang dikeluarkan oleh
kuman bisa mengurangi elastisitas selaput amnion (in vitro).
Dengan demikian, mikroorganisme telah memberi akses pada
selaput ketuban untuk KPP dengan/lupa diikuti tanda – tanda
adanya proses persalinan pada kehamilan preterm.
5. Vaginosis bakterial
Vaginosis Bakterial (BV) adalah kondisi di mana flora normal
vagina Lactobasilus digantikan dengan bakteri anaerob Gardnerella
vaginalis dan Mycoplasma hominis. Diagnosis dari BV ini
didasarkan atas pemeriksaan baerikut ini.
a. PH vagina > 4,5.
b. Bau amine bila lendir vagina ditambah KOH.
- Sel clue (sel epitel diliputi bakteri).
- Pengecatan dengan gram tampak adanya sel putih
dengan flora campuran.
Faktor risiko terjadinya persalinaan preterm adalah sebagai
berikut.
a. Sistem skoring risiko pada persalinan preterm.
b. Persalinan preterm yang berulang.
c. Dilatasi serviks.
d. Usia Ibu.
e. Penyakit dalam kehamilan.
f. Riwayat obstetrik sebelumnya.
(Fadlun dan Ahcmad Feryanto, 2011).

C. Manifestasi Klinis
Tanda – tanda klinis dari persalinan preterm adalah didahului dengan
adanya kontraksi uterus dan rasa menekan pada panggul (mentruasi like
cramp, low back pain) yang teratur dengan interval< 5 – 8 menit pada
kehamilan 20 – 37 minggu, yang disertai dengan satu atau lebih gejala- gejala
kemudian diikuti dengan keluarnya cairan vagina yang mengandung darah.
Gejala gejala tersebut diantaranya.
1. Perubahan serviks yang progesif.
2. Pembukaan serviks 2 cm atau lebih.
3. Pendataran serviks 80% atau lebih.
(Fadlun dan Ahcmad Feryanto, 2011).
D. Patofiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4
golongan yaitu :
1. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2. Inflamasi/infeksi
3. Perdarahan plasenta
4. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa
terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya
stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya
persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi
uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu
maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon
Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin,
matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2,
dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran
kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi
bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan
penyebab potensial terjadinya persalinan prematur.13 Infeksi intraamnion akan
terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-
6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan
merangsang aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-
hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan
endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan dalam
meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada
serviks dan pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan
perdarahan plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan
mengakibatkan kontraksi miometrium.15 Perdarahan pada plasenta dan desidua
menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase
akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian
trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa
disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi berlebih yang
disebabkan oleh kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini
dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2.12 (Fadlun dan Ahcmad
Feryanto, 2011).

E. Pathway

Etiologi

Aktivitas Inflamasi/infe Perdarahan Peregangan


prematur dari ksi plasenta yang berlebihan
pencetus pada uterus
terjadinya
persalinan Decidua Proses
Chorioamnionitis Protombine

Disebabkan oleh
Merangsang pelepasan Kontraksi kehamilan
Stress kembar.
mediator imflamasi miometrium
fisik/psikolo polyhidramnion
seperti proinflamatory
gi
sitokin
Kontraksi
HPA ibu Uterus
meningkat
MMP
meningkat Gangguan rasa nyaman nyeri
Insufisiensi Ekstremitas
uteroplasenta bergetar rasa
Menyebabkan
perubahan serviks lelah
dan KPD
Distress
janin Intoleransi Aktivitas

Anxietas
Sumber : Fadlun & Achmad Feryanto, 2011
Model Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas / Biodata
a. Identitas Pasien
b. Identitas penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pola Fungsional (Gordon)
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan cairan
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
g. Pola hubungan dengan orang lain
h. Pola reproduksi
- Menikah
- Menarche
- Siklus haid
- Riwayat KB
- Riwayat obstetri
- Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu
- Riwayat kehamilan sekarang
- Riwayat persalinan sekarang
i. Pola nilai dan keyakinan
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Tanda – tanda vital
d. Head to toe
5. Pemeriksaan penunjang
6. Terapi obat
7. Pengkajian bayi baru lahir
8. Pengkajian proses persalinan
9. Data fokus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kontraksi uterus.
2. Intoleransi aktivitas b.d hipersensitivitas otot/seluler, tirah baring,
kelemahan.
3. Ansietas b.d ancaman yang dirasakan pada diri dan janin.

C. Intervensi

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

1. Gangguan rasa NOC : NIC :


nyaman nyeri  Ansiety  Anjurkan klien untuk
 Fear Leavel beristirahat antara kontraksi
-Berhubungan dengan :
 Sleep Deprivation uterus.
Adanya kontraksi/His
 Comfort, Readines  Pantau tanda – tanda vital.
-Batasan karakteristik
for Enchanced  Pantau Djj dan his
Ansietas, menangis,
Setelah dilakukan  Anjurkan ibu untuk
gangguan pola tidur,
tindakan keperawatan berkemih setiap 1 hingga 2
takut, ketidak mampuan
selama….gangguan rasa jam dan lakukan palpasi
untuk rileks, merintih,
nyaman nyeri teratasi untuk memantau distensi
melaporkan perasaan
tidak nyaman, gelisah. dengan kriteria hasil: kandung kemih.
 Mampu mengontrol  Gunakan sentuhan misal,
kecemasan genggam tangan ibu , gosok
 Mengontrol nyeri punggung ibu.
 Status kenyamanan
meningkat

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

2. Intoleransi NOC : NIC :


Aktivitas  Energy  Bantu klien untuk
Berhubungan dengan : conservation mengidentifikasi aktivitas yang
Hipersensitivitas  Activity tolerance mampu dilakukan.
otot/seluler, kelemahan  Self Care: ADLs  Bantu untuk mendapatkan alat
Setelah dilakukan bantu aktivitas seperti kursi
tindakan keperawatan roda.
selama …. Pasien tidak  Bantu klien untuk
mempunyai hambatan mengembangkan motivasi diri
dalam beraktivitas dan penguatan.
dengan Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik
tanpa disertai
peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR.
 Mampu melakukan
aktivitas sehari –
hari secara mandiri.
 Tanda – tanda vital
normal.
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Intervensi
Kolaborasi Hasil

3. Anxietas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Anxiety self-control  Beri penjelasan pada ibu
Kurang pengetahuan  Anxiety level tentang proses persalinan.
tentang proses  Coping  Berikan privasi selama
persalinan Setelah dilakukan pemeriksaan dan prosedur.
tindakan keperawatan  Menyakinkan ibu bahwa dia
selama….Anxietas dapat melakukan persalianan
berkurang dengan dengn baik.
kriteria hasil:  Beri penjelasan pada ibu
 Mampu tentang hasil pemeriksaan yang
mengidentifikasi telah selesai dilkukan.
dan
mengungkapkan
gejala cemas
 Vital sign dalam
batas normal
 Ekpresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya
kecemasan.
D. Implementasi
Melakukan tindakan sesuai intervensi.

E. Evaluasi
Evaluasi terhadap gangguan atau masalah keperawatan sesuai kriteria hasil
tindakan yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Fadlun dan Achmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta:


Salemba Medika.
Nurarifin, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Jogjakarta:
Mediaction

Anda mungkin juga menyukai